Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI

ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT) PADA KUE TRADISIONAL

Hari /Tanggal : Rabu, 07 April 2021


Nama : Fadilah Shafraini
NIM : PO714203191.044
Kelompok : B1

LABORATORIUM BAKTERIOLOGI
ANALIS KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
PRODI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2021

Nilai TTD
ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT) PADA ES KELAPA

I. TUJUAN
Untuk mengetahui jumlah mikroba pada sampel kue
tradisoonal dengan menggunakan metode ALT (Angka Lempeng
Total).

II. PRINSIP KERJA


Pertumbuhan mikroorganisme aerob dan anaerob
(Psikrofilik, mesofilik dan termofilik ), setelah sampel diinokulasikan
dalam media agar pada suhu 35oC ± 1oC selama 24 jam, 48 jam ±
1 jam. Mikroorganisme ditumbuhkan pada suatu media agar, maka
mikroorganisme tersebut akan tumbuh dan berkembang biak
dengan membentuk koloni yang dapat langsung dihitung.

III. TEORI DASAR


Angka Lempeng Total (ALT) merupakan salah satu metode
kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba pada
suatu sampel atau produk dengan menggunakan media padat
dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual
dan dihitung, interpretasi hasil berupa angka dalam koloni per
mL/g. Cara yang digunakan antara lain dengan cara tuang, cara
tetes dan cara sebar (Fardiaz dalam Susanti, dkk., 2016).

Angka lempeng total aerob adalah jumlah mikroorganisme


hidup yang membutuhkan oksigen yang terdapat dalam suatu
produk yang diuji. Pertumbuhan mikroorganisme aerob dan anerob
(psikrofilik, mesofilik, dan termifilik) setelah contoh diinkubasi dalam
media agar pada suhu 35⁰C ± 1⁰C selama 24 jam 48 jam ± 1 jam
mikroorganisme ditumbuhkan pada suatu media agar, maka
mikroorganisme tersebut akan tumbuh dan berkembang dengan
membentuk koloni yang dapat langsung dihitung (Akhsan, 2011).
Pertumbuhan bakteri dengan berbagai cara yang salah
satunya yaitu uji angka lempeng total. Pengukuran dengan platting
technique (uji angka lempeng total) merupakan metode perhitungan
jumlah sel tampak (visible) dan didasarkan pada asumsi bahwa
bakteri hidup akan tumbuh, membelah, dan memproduksi satu
koloni tunggal. Satuan perhitungan yang dipakai adalah CFU
(Colony Forming Unit) dengan cara membuat seri pengenceran
sampel dan menumbuhkan sampel pada media padat. Pengukuran
dilakukan pada plate dengan jumlah koloni berkisar 25-250 atau
30-300 (Pelczar, 2008).

Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang


mikroorganisme. Mikroorganisme merupakan suatu organisme
yang memiliki ciri-ciri ukuran yang mikroskopis (mikro) sehingga
memerlukan bantuan alat berupa mikroskop untuk melihatnya
secara individu tetapi dapat dilihat secara mata telanjang dalam
bentuk koloni. Dunia mikroorganisme terdiri dari lima kelompok
organisme yaitu bakteri, protozoa, virus, serta algae dan cendawan
mikroskopis (Michael 2013).

Mikroorganisme yang sering ditemukan dalam makanan


diantaranya adalah bakteri. Bakteri dapat merusak makanan
dengan berbagai cara dan hal itu tidak selalu dapat diketahui atau
dikenal dari wujudnya oleh pandangan mata, baunya atau rasanya.
Sayangnya, beberapa bakteri yang menempati posisi penting
dalam dunia kesehatan dapat mempertinggi tingkat bahaya yang
ditimbulkan olehnya kepada manusia melalui makanan yang
dihinggapinya tanpa merubah warna atau rasanya. Bakteri ini tidak
merubah penampilan makanan yang ada, tetapi ternyata telah
membuat makanan tidak sehat untuk dimakan oleh manusia
(Saksono, 1986).

Adanya bakteri dalam bahan pangan dapat mengakibatkan


pembusukan yang tidak diinginkan atau menimbulkan penyakit yang
ditularkan melalui makanan atau dapat melangsungkan fermentasi
yang menguntungkan. Bakteri terdapat secara luas di lingkungan
alam yang berhubungan dengan hewan, tumbuh-tumbuhan, udara,
air dan tanah. Penyakit menular yang cukup berbahaya yang
disebabkan oleh bakteri yaitu tipes, kolera, disentri, tuberkulosis dan
poliomilitis dengan mudah disebarkan melalui bahan pangan
(Buckle, 1985).

IV. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Cawan petri
2. Tabung reaksi
3. Botol coklat (botol pengencer)
4. Gelas ukur
5. Batang pengaduk
6. Neraca analitik
7. Autoclave
8. Inkubator
9. Pipet tetes
10. Rak tabung
11. Lampu spiritus
12. Pipet volume
13. Bulp filler/ karet penghisap

Bahan :
1. Sampel kue tradisonal
2. Plate Count Agar (PCA)
3. NaCl 0,9%
4. Kapas
5. Tisu

V. PROSEDUR KERJA
 Sterilisasi pada hari pertama
Pada praktikum ini, sterilisasi dilakukan dengan
menggunakan autoclove yaitu dilakukan dengan cara semua
alat-alat yang akan disterilkan seperti cawan, botol yang
berwarna coklat, tabung reaksi semuanya terlebih dahulu
dibungkus dengan menggunakan kertas. Setelah semua alat-
alat telah dibungkus selanjutnya alat-alat tersebut dimasukkan
kedalam autoclove.
 Pemipetan larutan NaCl 0,9% pada tabung reaksi, pada hari
pertama
1. Memipiet larutan NaCl ke dalam botol yang berwarna coklat
sebanyak 90ml.
2. Selanjutnya NaCl 4 buah tabung reaksi dengan volume NaCl
masing-masing sebanyak 9 ml.
3. Kemudian tutup dengan kapas steril pada mulut tabung
reaksi.
4. Selanjutnya dilakukan proses sterilisasi dimana terlebih
dahulu tabung yang berwarna coklat dan tabung reaksi di
bungkus dengan menggunakan kertas.
5. Setelah itu, memasukkan botol coklat dan tabung reaksi
yang telah dibungkus tersebut ke dalam autovlove selama
15 menit pada suhu 121oC.
6. Setelah di sterilkan, kemudian di masukkan ke dalam kulkas.

 Teknik difusi (pengenceran) dan penanaman bakteri pada


media PCA dengan metode pour plate pada hari kedua
Pengenceran merupakan suatu cara untuk melarutkan
atau melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam air
sehingga penanganannya lebih mudah untuk dilakukan. Tujuan
dari pengenceran yaitu untuk memperkecil atau mengurangi
jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan
2. Kemudian menimbang 10 gram kue tradisonal, sampel
yang telah di timbang dimasukkan ke dalam pelastik steril
untuk di haluskan dan di lakukan di depan api bunsen.
3. Kemudian sebanyak 4 tabung reaksi steril di susun pada
rak tabung dan secara berurut diberi tanda 10-2, 10 -3, 10-
4
, dan sisa satu tabung reaksi sebagi kontrol. Tabung
reaksi ke dua sampai dengan ke empat dan kontrol,
masing-masing berisi larutan NaCl sebanyak 9 ml.
4. Memasukkan sampel kue bolu yang telah di haluskan ke
dalam botol coklat yang telah di isi NaCl 0,9% sebanyak
90ml sebagai pengenceran 10 -1, lalu di kocok sampai
homogen.
5. Sampel yang telah dicampurkan dengan larutan NaCl
sebanyak 90 ml pada botol coklat sebagai pengenceran
10-1 dipipet secara aseptik sebanyak 1 ml didepan nyala
api spiritus, kemudian dimasukkan ke dalam tabung
reaksi pertama selanjutnya sebagai pengenceran 10 -2
dengan cara membuka kapas pada mulut tabung reaksi
lalu mulut tabung reaksi dilewatkan pada nyala api
spiritus, tabung reaksi tersebut yang telah berisi larutan
NaCl sebanyak 9 ml lalu dihomogenkan.
6. Lalu 1 ml sampel dari tabung reaksi satu sebagai
pengenceran 10-2 diambil dengan menggunakan pipet
tetes steril dan dilakukan secara aseptik kemudian
dimasukkan kedalam tabung reaksi kedua sebagai
pengenceran 10-3 lalu dihomogenkan.
7. Lalu 1 ml sampel dari tabung reaksi kedua sebagai
pengenceran 10-3 diambil dengan menggunakan pipet
tetes steril dan dilakukan secara aseptik kemudian
dimasukkan kedalam tabung reaksi ketiga sebagai
pengenceran 10-4 lalu dihomogenkan.
8. Kemudian, tabung reaksi ketiga dipipet 1 ml dan dibuang,
lalu dihomogenkan. Kemudian hal yang perlu
diperhatikan dalam proses pengenceran yaitu pipet tetes
yang digunakan harus selalu dalam keadaan steril.

 Penanaman bakteri pada media PCA (plate Count Agar)


dengan metode pour plate pada hari kedua
Teknik Pour Plate merupakan teknik penanaman bakteri
dengan menggunakan media agar yang belum memadat (>45 0
C) untuk dituang bersama suspensi bakteri ke dalam cawan
petri lalu kemudian dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Hal
ini bertujuan untuk menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya
pada permukaan Agar saja melainkan sel yang terendam Agar
(didalam Agar) sehingga terdapat sel yang tumbuh dipermukaan
Agar yang kaya O2 dan ada yang tumbuh didalam Agar yang
tidak begitu banyak mengandung oksigen.
1. Menyiapkan 5 buah cawan petri yang telah di sterilisasikan
dan diberi label atau tanda (kontrol, 10 -1, 10-2 , 10-3, 10-4)
pada bagian alas cawan petri.
2. Kemudian masing-masing dari tabung reaksi mulai dari
pengenceran 10-1 sampai dengan pengenceran 10-4
larutannya diambil masing-masing sebanyak 1 ml dengan
menggunakan pipet steril dan dilakukan secara aseptik.
3. Kemudian larutan tersebut dimasukkan kedalam cawan petri
sesuai dengan kode label yang telah diberikan mulai dengan
pengenceran 10-1 sampai dengan pengenceran 10-4.
4. Setelah semua cawan petri berisi larutan sampel selanjutnya
masing-masing cawan perti di tuangkan media Plate Count
Agar cair dengan volume sekitar 15-20 ml yang telah
disterilkan.
5. Setelah itu, masing-masing cawang petri dilakukan
penghomogenan dengan cara 7 kali kekanan dan 7 kali
kekiri secara perlahan-lahan agar larutan sampel dan media
Plate Count Agar tercampur dengan rata. Selanjutnya
diamkan cawan petri tersebut diatas meja sampai Agar-
Agarnya membeku. Setelah membeku, semua cawan petri
dibungkus dengan menggunakan kertas koran dan dibalik,
lalu diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam.
6. Khusus untuk kontrol negatif, dibuat dengan memasukkan 1
ml larutan NaCl 0,9% pada tabung reaksi yang telah
disterilkan lalu masukkan kedalam cawan petri “kontrol”
kemudian dituang media Plate Count Agar cair sebanyak 15-
20 ml.
VI. HASIL PENGAMATAN

NO. cawan plate Pengenceran Jumlah koloni

1 10-1 1.150

2 10-2 1.030

3 10-3 183

4 10-4 63

6 Kontrol 1.170
Intrepretasi Hasil :
 Untuk pengenceran 10-1 TBUD: Terlalu Banyak Untuk
Dihitung
 Untuk pengenceran 10-2 TSUD: Terlalu Banyak Untuk
Dihitung
 Untuk pengenceran 10-3 : 163 koloni bakteri
 Untuk pengenceran 10-4 : 63 koloni bakteri
 Kontrol : 1.170 koloni bakteri
 Syarat untuk koloni yang dapat dihitung menggunakan
rumus ALT adalah kisaran antara 25-250 koloni pada setiap
cawan. Dan pada cawan kontrol tidak boleh lebih dari 25
koloni.

Gambar 1. Pengenceran 10-1 setelah diinkubasi selama 24 jam


Gambar 2. Pengenceran 10-2 setelah diinkubasi selama 24 jam

Gambar 3. Pengenceran 10-3 setelah diinkubasi selama 24 jam

Gambar 4. Pengenceran 10-4 setelah diinkubasi selama 24 jam


Gambar 5.Media controlsetelah diinkubasi selama 24 jam

VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan analisis cemaran mikroba
dengan menggunakan metode Angka Lempeng Total (ALT) pada
sampel kue tradisonal. Uji Angka Lempeng Total (ALT) adalah
salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui jumlah
cemaran mikroba pada sampel kue tradisional. Hal ini perlu
dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa jauh kue tradisonal
tersebut tercemar oleh mikroba, sehingga dapat diketahui kualitas
mikrobiologi dari sampel tersebut. Uji Angka Lempeng Total
dilakukan dengan beberapa tahapan, diantaranya yaitu:

Tahap pertama merupakan proses sterilisasi alat dan bahan


yang akan digunakan dalam praktikum. Dalam praktikum ini
sterilisasi dilakukan dengan menggunakan autoclove dengan
menggunakan suhu 1210 C selama 15 menit.

Tahap selanjutnya yaitu menyiapkan media agar untuk


pertumbuhan bakteri, dalam praktikum ini media yang digunakan
adalah media Plate Count Agar.
Tahap selanjutnya yaitu mempersiapkan sampel yang akan
diamati, dalam praktikum ini menggunakan bahan makanan berupa
kue tradisonal. Sampel kue diperoleh dari penjual kue yang berada
dipinggiran jalan raya. Setelah halus sampel sampel kue kemudian
dimasukkan ke dalam botol yan berwarna coklat yang berisi NaCl
0,9 % sebanyak 90 ml. Tujuan menggunakan NaCl 0,9 % dalam
praktikum ini, karena kebanyakan bakteri dapat tumbuh dan
berkembang pada zat-zat yang mengandung garam.

Setelah itu, dari hasil masing-masing pengenceran tersebut


diambil sebanyak 1 ml yang kemudian dituangkan ke dalam cawan
petri yang steril yang telah berisi larutan PCA dengan volume
sekitar 15-20 ml. Pada saat penuangan tutup cawan tidak boleh
terbuka lebar, agar tidak terkontaminasi dari luar, setelah
penuangan cawan petri tersebut dilakukan pengomogenanan
dengan cara menggerakkan cawan petri kekanan sebanayk 7 kali
dan kekiri sebanyak 7 kali, digerakkan perlahan-lahan agar
suspensi tercampur rata ke dalam media. Setelah itu cawan petri
tersebut di inkubasi dengan menggunakan inkubator pada suhu
370C selama 24 jam dengan posisi cawan petri dalam keadaan
terbalik. Proses inkubasi ini sangat penting dilakukan, karena
semakin lama media diinkubasi maka akan semakin banyak pula
koloni bakteri yang akan timbul.

Setelah diinkubasi selama 24 jam atau selama satu hari,


sampel tersebut positif tercemar oleh bakteri. Dan untuk
mengetahui berapa banyak koloni bakteri yang terdapat pada
sampel kue tradisonal, maka perlu dilakukan perhitungan jumlah
koloni bakteri. Perhitungan ini dilakukan dengan cara mengambil
cawan petri dari masing-masing pengenceran pada tiap sampel.
Pada praktikum ini, pengenceran dilakukan sebanyak 4 kali dan
hasil perhitungan jumlah koloni pada setiap pengenceran yaitu:
 Pengenceran 10-1 jumlah koloni yang didapatkan sebanyak
1.150 koloni
 Pengenceran 10-2 jumlah koloni yang didapatkan sebanyak
1.017 koloni
 Pengenceran 10-3 jumlah koloni yang didapatkan sebanyak
183 koloni
 Pengenceran 10-4 jumlah koloni yang didapatkan sebanyak
63 koloni
 Pada kontrol jumlah koloni yang didapatkan sebanyak 1.170
koloni.

Kemudian hasil yang didapat pada pengenceran 10 -1 dan


pengenceran 10-2 sesuai dengan prinsip pengenceran. Pada prinsip
pengenceran menyatakan bahwa semakin banyak jumlah
pengenceran yang dilakukan, maka semakin sedikit jumlah mikroba
yang tumbuh. Akan tetapi pada kontrol seharusnya jumlah
bakterinya lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah bakteri pada
pengenceran 10-4 tetapi hasil yang diapatkan jumlah koloni bakteri
melebihi jumah bakteri pada pengenceran 10 -1 karena pada kontrol
tidak terdapat sampel. Kesalahan tersebut diakibatkan karena
media agar pada cawan petri yang digunakan terjadi kerusakan
setelah diinkubasi. Selain itu, bisa saja disebabkan oleh kesalahan
yang terjadi saat proses praktikum, seperti terjadi kontaminasi pada
kontrol atau pada saat penghomogenan.

Berdasarkan (BPOM RI, 2012) menetapkan bahwa batas


maksimum cemaran mikroba pada sampel dengan parameter uji
ALT adalah sebesar 30-300 koloni bakteri sedangkan SNI 25-250
koloni bakteri.

Adanya cemaran mikroba pada sampel kue tradisonal dapat


terjadi karena berbagai faktor. Salah satu penyebabnya adalah
kurangnya penerapan higiene dan sabitasi oleh penjual seperti
lokasi penjualan yang berada dipinggir jalan raya yang banyak
terpapar dengan debu asap kendaraan, atau bisa saja karena
peralatan (parang) yang digunakan untuk membelah kelapa
terkontaminasi oleh bakteri sehingga berpotensi menjadi sumber
pencemaran bakteri patogen.

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan terhadap
uji ALT pada sampel kue bolu, dapat disimpulkan bahwa kue bolu
yang telah diuji tersebut tidak memenuhi syarat secara
mikrobiologi.
DAFTAR PUSTAKA

Akhsan, Ahmad. 2011. ALT Makanan. Makassar: Poltekkes Makassar

Buckle, K. A. 1985. Ilmu Pangan. Cetakan Kesatu. Jakarta: Penerbit UI


Press.
Mitchell, T. G. 2013. Medical Mycology In: Geo F. Brooks, Janet S. Butel,
Stephen A. Morse (23rd edition ed.). (M. &. Jawetz, Ed.)
Singapor: The McGraw-Hill Companies.

Saksono, Lukman. 1986. Pengantar Sanitasi Makanan. Penerbit Alumni.

Bandung

Pelczar, MJ., E.C.S Chan. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI

Press

Anda mungkin juga menyukai