Dosen Pengampu :
Chotijah, S. Sos, I, M.I.K
Disusun oleh :
Mega Putri Khailipa ( 24071119136 )
Muhammad Rifki Karomi
Nova Faisal Nugraha ( 24071119099 )
Petra Judika Sinaga ( 24071119189 )
Putri Disa Fiorentina ( 24071119044 )
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………
C. Tujuan …………………………………………………………………………………..
BAB II
LANDASAN TEORI…………………………………………………………………………...
A. Teori
Konstruktivis……………………………………………………………………...
BAB III
METODOLOGI………………………………………………………………………………...
A. Studi Pustaka……………………………………………………………………………
B. Analisis Wacana/Framing………………………………………………………………
BAB IV
PEMBAHASAN……………………………………………………...…………………….......
E. Analisis………………………………………………………………………………….
BAB V
PENUTUP………………………………………………………………………………………
A. Kesimpulan………………………………………………………………………...……
B. Saran…………………………………………………………………………………….
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………………...
LAMPIRAN…………………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyebaran virus corona menjadi ancaman serius bagi dunia di tahun 2020. Semakin hari
pasien yang terkena virus semakin meningkat dengan cepat. Maraknya penyebaran virus
corona covid-19 telah menyebabkan terjadinya perubahan sosial di masyarakat. Perubahan
terjadi pada cara berkomunikasi, cara berpikir, dan cara berperilaku manusia.
Sehingga pada awal diberlakukannya Social distancing ini tak sedikit masyarakat yang
protes hinnga menyepelekannya sehingga angka pasien yang terjangkit virus corona ini
meningkat setiap harinya.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
LANDASAN TEORI
Masyarakat Indonesia sejak dulu sudah dikenal sangat heterogen dalam berbagai
aspek, seperti adanya keberagaman suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat dan sebagainya.
Di lain pihak, perkembangan dunia yang sangat pesat saat ini dengan mobilitas dan dinamika
yang sangat tinggi, telah menyebabkan dunia menuju ke arah “desa dunia” (global village)
yang hampir tidak memiliki batas-batas lagi sebagai akibat dari perkembangan teknologi
modern, khususnya teknologi komunikasi.
Dengan teknologi komunikasi interaksi dan pertukaran informasi menjadi mudah dan
cepat. Kendala geografis sudah tidak menjadi persoalan. Setiap orang dengan mudah
mengakses informasi yang asalnya dari berbagai tempat di berbagai belahan dunia.
Berbarengan dengan pertukaran informasi tersebut, terjadi pula proses pertukaran nilai-nilai
sosial budaya. Oleh karenanya masyarakat (dalam arti luas) harus sudah siap menghadapi
situasi-situasi baru dalam konteks keberagaman kebudayaan atau apapun namanya. Interaksi
dan komunikasi akan melibatkan orang-orang dari berbagai latar belakang sosial budaya.
METODOLOGI
B. Studi Pustaka
Metode studi pustaka adalah kegiatan untuk menghimpun informasi yang relevan
dengan topik atau masalah yang menjadi objek penelitian. Informasi tersebut dapat diperoleh
dari buku-buku,karya ilmiah, tesis, disertasi, ensiklopedia, ibternet, dan sumber-sumber lain.
Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan
pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitiannya.
Studi kepustakaan memuat sistematis tentang kajian literatur dan hasil penelitian
sebelumnya yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Menelaah hasil
riset sebelumnya ditunjukan pada beberapa atau semua unsur-unsur riset yaitu: destinasi
penelitian, metode, analisis, hasil utama dan kesimpulan. Mendapat informasi mengenai
aspek mana dari sebuah masalah yang telah pernah dianalisis untuk menghindari supaya tidak
meneliti hal yang sama.
Disini kami menggunakan metode ini dengan mengambil sumber informasi yang
digunakan sebagai bahan studi kepustakaan dari beberapa jurnal penelitian dan juga beberapa
artikel berita yang ada di Internet.
Dalam website Universitas Djuanda terdapat sebuah artikel yang membahas mengenai
social distancing, Opini oleh Maria Fitriah, S. Sos., M. Si, Dosen sekaligus Ketua Program
Studi Sains Komunikasi Universitas Djuanda Bogor. Menurutnya karena maraknya
penyebaran virus corona covid-19 telah menyebabkan terjadinya perubahan sosial di
masyarakat yang salah satunya didukung dengan teknologi komunikasi. Masyarakat dituntut
bisa dan terbiasa. Perubahan terjadi pada cara berkomunikasi, cara berpikir, dan cara
berperilaku manusia. Pengurangan interaksi sosial melalui social distancing guna pencegahan
penyebaran virus corona yang lebih meluas ini dengan cara masyarakat pembatasan
penggunaan fasilitas umum dan menjaga jarak interaksi. Masyarakat diminta untuk berdiam
di rumah dengan melakukan belajar dari rumah bagi pelajar, bekerja dari rumah (Work From
Home/WFH), dan tidak melakukan aktvitas ke tempat-tempat keramaian guna memutuskan
mata rantai penyebaran yang kian bertambah.
Social distancing ini lebih tepat menitikberatkan pada physical distancing. Kontak
fisik secara langsung dengan jarak berdekatan dapat memberikan peluang penyebaran virus
corona. Sayang nampaknya kita mengalami kelemahan dalam memahami social distancing di
hadapan publik sehingga seolah kita hilang peranannya sebagai makhluk sosial untuk
berinteraksi dengan sesama. Hanya pemikiran manusia yang menjadi culture (budaya).
Menurutnya, kita hendaknya tidak terlalu cemas dengan perubahan yang terjadi dalam
sosial saat ini yang awalnya karena tuntutan kondisi. Interaksi kita memang terbatas pada
jarak, namun tidak terbatas dalam berinteraksi meskipun ada kalanya akan lebih efektif jika
dilakukan secara komunikasi langsung secara tatap muka dalam satu ruang (komunikasi
interpersonal).
Sementara itu dalam sebuah jurnal penelitian yang berjudul “ Pengetahuan dan
Perilaku Masyarakat memaknai Social Distancing” menyebutkan bahwa Rasa takut dengan
adanya virus yang menyerang sistem pernafasan ini seakan dikalahkan dengan tuntutan
kebutuhan hidup. Pendapat para informan tersebut menggambarkan tingkat
pengetahuan dan kesadaran mereka tentang social distancing sebagai langkah yang
diambil di tengah pandemi. Bahkan para informan secara tidak langsung
memberikan persetujuan terkait penerapan kebijakan pembatasan jarak sosial tersebut.
Langkah pemerintah dalam memutus mata rantai penyebaran virus dengan social
distancingbelum sepenuhnya dilaksanakan. Situasi ini terjadi karena satu alasan
yaitu ekonomi. Informan mengakui bahwa mereka mengetahui adanya pembatasan sosial,
namun mereka terpaksa keluar rumah untuk menghidupi anggota keluarga. Situasi yang
dibangun atas pengakuan para informan ini membuktikan bahwa masyarakat secara
sadar dan mengetaui tentang kebijakan social distancing, namun karena faktor
keterpaksaan kebijakan tersebut dilanggar. Meski demikian, informan mengakui bahwa
selama beraktivitas di rumah mereka tetap menggunakan masker. Hasil temuan lainnya juga
menyebutkan bahwa masyarakat mengetahi dan menyadari tentang kebijakan social
distancing dengan melarang masyarakat untuk keluar rumah. Namun, informan mengakui
bahwa sesekali aturan itu dilanggar karena adanya kebutuhan dan keperluan. Informan tidak
terlalu khawatir dengan beraktivitas di luar rumah selama tetap menjaga pola hidup sehat,
salah satunya tetap rajin berolahraga. Dengan demikian,masih ada masyarakat yang tetap
beraktivitas dan bekerja seperti biasa meskipun mereka mengetahui larangan keluar rumah.
Upaya yang dilakukan dengan tetap menjalankan protokol kesehatan. Peneliti juga
menemukan bahwa sebagian informan belum sepenuhnya menjalankan social
distancingkarena faktor relasi sosial. Mereka mengaku sulit untuk tidak bercengkrama
dengan teman dekat, tetangga, apalagi keluarga. “dengan saudara masa iya harus
memutuskan hubungan, tetangga, teman juga begitu. Kebijakan ini saya rasa menjaga
jarak dan hubunganjadi jauh”. Pendapat berikutnya juga memperkuat pendapat
sebelumnya “keyakinan saya hubungan sosial itu penting, mudah-mudahan nggak ada
corona meskipun saya melanggar jarak sosial”.Adanya persepsi berbeda dan akhirnya
membangun keyakinan tentang COVID-19 sehingga mengakibatkan informan sikap lain
terhadap kebijakan social distancing. Relasi sosial menjadi alasan yang kuat bagi mereka
untuk tetap bercengkrama meskipun jarak sosial diabaikan.Temuan lainnya bahwa
ada sebagian masyarakat yang belum mengetahui cara penerapan social distancing.
Kurangnya pengetahuan dan edukasi sehingga masyarakat tidak terlalu serius dalam
menanggapi kebijakan social distancing.
BAB IV
PEMBAHASAN
Komunikasi sosial budaya adalah proses komunikasi yang melibatkan orang-orang yang
berasal dari lingkungan sosial budaya yang berbeda. Komunikasi sosial budaya terjadi ketika
dua atau lebih orang dengan latar belakang sosial budaya yang berbeda berinteraksi.
Konsekuensinya adalah terjadinya interaksi nilai dan norma yang saling berbeda sehingga
berpotensi mengganggu ke efektifan komunikasi .
Setiap manusia hidup dalam suatu lingkungan sosial budaya tertentu. Setiap lingkungan
memberlakukan adanya nilai nilai sosial budaya yang diacu oleh warga masyarakat
penghuninya. Dengan demikian pola perilaku dan cara berkomunikasi akan diwarnai oleh
keadaan, nilai, dan kebiasaan yang berlaku dilingkunganya. Nilai-nilai itu diadopsi dan
kemudian diimplementasikan dalam suatu bentuk kebiasaan yaitu pola perilaku hidup sehari-
hari. Oleh karena setiap individu memiliki lingkungannsosial budaya yang berbeda maka
situasi ini menghasilkan karakter sosial budaya setiap individu bersifat unik, khusus, dan
berbeda dengan orang lain.
Pada hakikatnya komunikasi sosial budaya menjunjung tinggi asas kesetaraan antar
komunikator dan komunikan, Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena
budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa dan bagaimana orang
menyandi pesan, tetapi juga makna yang dimiliki untuk pesan dan kondisinya untuk
mnegirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan.
B. Opini Publik
Opini publik adalah pendapat kelompok masyarakat atau sintesis dari pendapat dan
diperoleh dari suatu diskusi sosial dari pihak-pihak yang memiliki kaitan kepentingan.
Opini publik dalam konteks komunikasi, merupakan hasil dari proses penyampaian pesan
yang secara kolektif (publik) di respon karena perhatian yang sama terhadap isi pesan (issue)
yang disampaikan. Opini publik dalam konteks komunikasi, merupakan hasil dari proses
penyampaian pesan yang secara kolektif (publik) di respon karena perhatian yang sama
terhadap isi pesan (issue) yang disampaikan. Opini publik merupakan hasil tindakan
komunikasi yang berjalan secara linier, karena saluran yang digunakan adalah komunikasi
massa/media massa. Tanpa media (massa) kecil kemungkinan terjadinya opini publik.
Respon atau efek yang ujudnya opini publik tersebut merupakan konfirmasi atau
penegasan (setuju/tidak setuju, suka/tidak suka dst) terhadap isu yang disampaikan kepada
masyarakat melalui berbagai cara (interview atau angket/survey).
Social distancing ini lebih tepat menitikberatkan pada physical distancing. Kontak
fisik secara langsung dengan jarak berdekatan dapat memberikan peluang penyebaran virus
corona. Sayang nampaknya kita mengalami kelemahan dalam memahami social distancing di
hadapan publik sehingga seolah kita hilang peranannya sebagai makhluk sosial untuk
berinteraksi dengan sesama. Hanya pemikiran manusia yang menjadi culture (budaya).
Bagi masyarakat di pedesaan bisa saja mereka tidak mengatahui secara pasti
apa itu social distancing. Keadaan ini tentu saja membuat mereka tidak menjalankan perintah
menjaga jarak sosial tersebut. Ditambah lagi adanya budaya yang ada di lingkungan sekitar
yang juga berkontribusi terhadap sikap serta perilaku masyarakat dalam menjalankan
kebijakan social distancing. Adanya keyakinan bahwa jika mereka tidak merasa takut dengan
sesuatu, maka sesuatu tersebut tidak akan menyerang atau mengganggu mereka.
Demikian juga dengan COVID-19 mereka yang tidak melakukan social distancing mungkin
merasa bahwa mereka tidak takut dengan virus tersebut sehingga tidak akan terinfeksi.
Namun pada kenyataannya, COVID-19 menginfeksi tubuh manusia tidak dipengaruhi oleh
rasa takut seseorang. Beberapa faktor penghambat pelaksanaan social distancing tersebut,
mengakibatkan social distancing belum efektif untuk memperlambat laju penularan COVID-
19.
E. Analisis
Karena pada dasarnya, bangsa Indonesia itu adalah bangsa yang ramah, senang
berkumpul, musyawarah bersama-sama untuk mecapai mufakat. Tidak dapat dipungkiri,
social distencing ini melahirkan istilah-istilah baru dalam kehidupan seperti WFH,
pembelajaran Daring, Webinar, Stay at home, dimana setiap kegiatan yang biasanya
dilakukan secara langsung tatap muka harus dirumahkan, dalam rangka menjaga jarak antar
individu tadi. Dengan adanya social distencing ini, warga-warga yang belum bisa tersadar
dengan bahaya yang sedang mengintai mereka cenderung mengabaikan social distencing ini,
setelah ditegor dengan keras baru menurut, dan bahkan ada yang setelah dia atau keluarganya
terpapar baru mereka sadar.
Tapi menurut kami, hal ini wajar saja terjadi di negara kita, mana ada bangsa yang
bisa mengubah budayanya dalam sekejap karena hal yang bahkan kita tidak pernah fikirkan
sebelumnya akan terjadi dan menimpa kita. Inilah yang menjadi fokus kami dalam meneliti
bagaimana pengaruh Covid-19 terutama mengenai social distencing terhadap sosial budaya
bangsa Indonesia.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada dasarnya budaya bangsa Indonesia adalah kebiasaan bangsa Indonesia yang
secara turun temurun terus dipertahankan oleh bangsa indonesia itu sendiri. Di mata dunia,
bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah, senang bermusyawarah, dan memiliki
keterkaitan sosial yang tinggi.
Dengan adanya pandemi wabah virus Covid-19 yang kian hari angka korbannya kian
meninggi, sejak awal keberadaannya, hampir seluruh dunia mulai menerapkan Social
Distancing atau pembatasan jarak sosial dimana pada pemberlakuannya cukup bertentangan
dengan kebiasaan orang-orang di Indonesia. Pada awal pemberlakuannya, masyarakat
Indonesia cukup sulit menyesuaikan karena harus menjaga jarak dengan orang lain bahkan
keluarganya sekalipun. Padahal ini adalah wujud kepedulian pemerintah demi dapat memutus
mata rantai pemyebaran virus Covid-19 itu sendiri. Karena demikian, masyarakat cenderung
beropini dan berpendapat Social Distancing ini bertentangan dengan budaya bangsa
Indonesia dan susah untuk membiasakan diri dengan Social Distancing. Tentu saja ini
menjadi permasalahan dimana masyarakat mau tidak mau harus mematuhi protokol
kesehatan dimana salah satunya itu adalah Social Distancing.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
https://journal.uny.ac.id/index.php/informasi/article/download/7771/6688 (diakses
pada tanggal 1 April 2021)
https://www.unida.ac.id/artikel/opini-social-distancing-perubahan-sosial-lewat-
komunikasi-digital-menghadapi-wabah-corona-covid-19.html (diakses pada tanggal 7
April 2021)
(http://www.iainpare.ac.id/opini-physical-distancing-dan-budaya-komunikasi/)
(diakses pada tanggal 1 April 2021)
https://www.transiskom.com/2016/03/pengertian-studi-kepustakaan.html?m=1
(diakses pada tanggal 7 April 2021)