Anda di halaman 1dari 11

1

MENGGALANG SOLIDARITAS DAN UKHUWAH SEJATI

Segala puji hanya milik Allah Ta’ala yang telah mempersaudarakan kaum muslimin di atas aqidah dan
manhaj yang lurus. Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada manusia teladan dalam merajut
persaudaraan diantara kaum mukminin, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, sahabat dan
para pengikut sunnahnya dengan baik hingga hari kiamat
Ukhuwah Islamiyah, merupakan salah satu tujuan besar yang hendak dicapai oleh syari’at. Merupakan salah
satu pondasi dan tali keimanan yang paling kokoh, sebagaimana sabda Nabi:

ِ‫ق ُع َرى ْا ِإل ْي َما ِن اَ ْل ُم َواالَةُ فِي هللاِ َو ْال ُم َعادَاةُ فِي هللاِ َو ْالحُبُّ فِي هللاِ َو ْالبُ ْغضُ فِي هللا‬
ُ َ‫أَوْ ث‬

Tali iman yang paling kuat adalah saling berkasih-sayang karena Allah, memusuhi karena Allah, mencintai
karena Allah dan membenci karena Allah.[1]
Dengan ukhuwah Islamiyah, kaum beriman saling mencintai, berkasih-sayang dan bersatu, sehingga kaum
muslimin bisa menikmati kebahagian di bawah naungan ukhuwah Islamiyah. Allah berfirman :
“Sesungguhnya kaum beriman itu bersaudara”. (Al Hujurat :10).

" 010. Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.
Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ْ ‫اأْل َرْ َوا ُح ُجنُو ٌد ُم َجنَّ َدةٌ فَ َما تَ َعا َرفَ ِم ْنهَا ا ْئتَلَفَ َو َما تَنَا َك َر ِم ْنهَا‬
َ‫اختَلَف‬
Ruh-ruh manusia adalah pasukan yang besar. Selagi ruh-ruh itu saling mengenal, maka mereka akan bersatu
padu. Dan selagi ruh-ruh itu saling mengingkari, maka mereka akan berselisih. [HR Muslim]
ْ َ‫ْال ُم ْسلِ ُم أَ ُخو ْال ُم ْسلِ ِم اَل ي‬
ُ‫ َواَل يَحْ قِ ُره‬hُ‫ظلِ ُمهُ َواَل يَ ْخ ُذلُهُ َوالَيُ َك ِّذبُه‬
Seorang muslim itu saudara bagi muslim lainnya, tidak boleh menzhaliminya, menghinakannya,
mendustakannya dan merendahkannya. [HR Muslim, no. 2580].
KEUTAMAN UKHUWAH ISLAMIYAH
Ukhuwah Islamiyyah karena Allah, memiliki keutamaan-keutamaan yang akan kembali kepada orang-orang
yang saling bercinta, baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia dia akan mendapatkan kemantapan jiwa
dalam mengembangkan kemauan dan cita-citnya.
Dalam hadits yang diriwayatkan Umar bin Khaththab, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫إِ َّن ِم ْن ِعبَا ِد هَّللا ِ أَل ُنَاسًا َما هُ ْم بِأ َ ْنبِيَا َء َواَل ُشهَدَا َء يَ ْغبِطُهُ ْم اأْل َ ْنبِيَا ُء َوال ُّشهَدَا ُء يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة بِ َم َكانِ ِه ْم ِم ْن هَّللا ِ تَ َعالَى قَالُوا يَا َرس‬
َ hَ‫ا َم ْن هُ ْم ق‬hhَ‫ُول هَّللا ِ تُ ْخبِ ُرن‬
‫ال‬h
‫ افَ النَّاسُ َواَل‬hَ‫ افُونَ إِ َذا خ‬h‫ور اَل يَ َخ‬h ٍ hُ‫و ٌر َوإِنَّهُ ْم َعلَى ن‬hhُ‫وهَهُ ْم لَن‬hh‫ا فَ َوهَّللا ِ إِ َّن ُو ُج‬hhَ‫ َوا ٍل يَتَ َعاطَوْ نَه‬h‫ ٍام بَ ْينَهُ ْم َواَل أَ ْم‬h‫ُوح هَّللا ِ َعلَى َغي ِْر أَرْ َح‬ ِ ‫هُ ْم قَوْ ٌم ت ََحابُّوا بِر‬
ُ َ
َ‫ف َعل ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ َزنون‬ ‫هَّللا‬ َ َ َ ‫آْل‬ َ َ َّ
ٌ ْ‫يَحْ َزنونَ إِذا َح ِزنَ الناسُ َوق َرأ هَ ِذ ِه ا يَة أاَل إِ َّن أوْ لِيَا َء ِ اَل خَ و‬ َ ُ

Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah, ada diantara mereka orang-orang yang bukan nabi dan bukan
pula syuhada. Pada hari kiamat, para nabi dan para syuhada menginginkan mereka menempati kedudukan
mereka yang berasal dari Allah.” Para sahabat bertanya,”Wahai, Rasulullah. Beritahukanlah kepada kami,
siapakah mereka itu? Beliau menjawab,”Mereka adalah kaum yang saling mencintai karena Allah, padahal
diantara mereka tidak ada pertalian darah dan tidak ada harta yang saling diberikan. Sungguh demi Allah,
wajah mereka laksana cahaya. Dan sesungguhnya mereka berada di atas cahaya. Mereka tidak merasa
ketakutan saat manusia pada keadaan takut dan mereka tidak bersedih saat manusia bersedih.” Dan Beliau
2

membaca ayat ini: Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak(pula) mereka bersedih hati. [Yunus:62]. [2]

"062. Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.
Diantara keutamaan ukhuwah adalah sebagai berikut :
• Ukhuwah dapat mengantarkan pelakunya ke barisan orang-orang yang memiliki keutamaan.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah dua orang yang saling bercinta karena Allah,
melainkan yang paling utama diantara keduanya adalah yang paling cinta kepada sahabatnya itu”. [3]
• Bercinta karena Allah adalah jalan menuju naunganNya.
Abu Hurairah berkata: Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya Allah pada hari kiamat berfirman.
‫أَ ْينَ ْال ُمتَ َحابُّونَ بِ َجاَل لِي ْاليَوْ َم أُ ِظلُّهُ ْم فِي ِظلِّي يَوْ َم اَل ِظ َّل إِاَّل ِظلِّي‬
Manakah orang-orang yang bercinta? Dengan keagunganKu, Aku akan memberikan naungan kepada
mereka dalam naunganKu pada hari yang tiada naungan, kecuali naunganKu. [4]
Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat nanti, antara lain ialah dua orang
yang berkasih-sayang karena Allah, bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah. [5]
Bercinta di atas mahabatullah, karena aqidah bersifat kekal dan tidak akan pernah putus karena dunia dan
selainnya.
• Berhak mendapat kecintaan Allah (mahabatullah), karena Allah memuliakan orang yang mencintai
seorang hamba karena Allah.
Dari Ubadah bin Ash Shamit berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda, yang Beliau riwayatkan dari
Rabb Azza wa Jalla.
‫ي‬ hَ ِ‫ت َم َحبَّتِي لِ ْل ُمتَبَا ِذل‬
َّ ِ‫ين ف‬ ْ َّ‫ي َو َحق‬ ِ ‫ت َم َحبَّتِي لِ ْل ُمتَ َز‬
َّ ِ‫او ِرينَ ف‬ ْ َّ‫ي َو َحق‬ ِ ‫ت َم َحبَّتِي لِ ْل ُمتَ َوا‬
َّ ِ‫صلِ ْينَ ف‬ َّ ِ‫ت َم َحبَّتِي لِ ْل ُمتَ َحابِّينَ ف‬
ْ َّ‫ي َو َحق‬ ْ َّ‫َحق‬

Cintaku menjadi hak bagi orang-orang yang bercinta karena Aku. Dan cintaKu menjadi hak bagi orang-
orang yang saling menyambung (silahturahim) karena Aku. CintaKu menjadi hak bagi orang-orang yang
saling mengunjungi karena Aku. Dan cintaKu menjadi hak bagi orang-orang yang saling memberi karena
Aku. [Musnad Ahmad, 5/239].
Rasulullah juga bersabda yang diriwayatkan dari Rabb-nya: “Aku berikan cintaKu kepada orang-orang yang
bercinta karena Aku, orang-orang yang saling bertemu dalam majelis karena Aku, dan orang-orang yang
saling memberi karena Aku.” (HR Malik dalam Muwaththa’ dari Mu’adz, no. 1.735). Dan dalam Al Jami’
Ash Shaghir, no. 5.516, Beliau bersabda: “Dan tidaklah seorang hamba mencintai seorang hamba lainnya
karena Allah, melainkan Allah memuliakannya.”
• Dengan ukhuwah akan diperoleh manisnya iman.
Dalam sabda Nabi dari Anas bin Malik disebutkan, bahwa Beliau bersabda:
‫ث َم ْن ُك َّن فِي ِه َو َج َد بِ ِه َّن َحاَل َوةَ اإْل ِ ي َما ِن َم ْن َكانَ هَّللا ُ َو َرسُولُهُ أَ َحبَّ إِلَ ْي ِه ِم َّما ِس َواهُ َما َوأَ ْن ي ُِحبَّ ْال َمرْ َء اَل ي ُِحبُّهُ إِاَّل هَّلِل ِ َوأَ ْن يَ ْك َرهَ أَ ْن يَعُو َد فِي ْال ُك ْف ِر‬
ٌ ‫ثَاَل‬
‫ار‬ِ َّ‫بَ ْع َد أَ ْن أَ ْنقَ َذهُ هَّللا ُ ِم ْنهُ َك َما يَ ْك َرهُ أَ ْن يُ ْق َذفَ فِي الن‬
Ada tiga perkara; barangsiapa yang ketiganya terdapat di dalam dirinya, maka ia akan mendapatkan
manisnya iman, yaitu hendaklah: Allah dan RasulNya lebih dicintainya daripada selain keduanya, dan
3

mencintai seseorang semata-mata karena Allah, serta ia tidak suka kembali kepada kekafiran setelah Allah
membebaskannya darinya sebagimana ia tidak suka dilempar ke dalam api neraka. [HR Bukhari, Vol. 5
no.16 dan Muslim].
Nabi bersabda: “Barangsiapa ingin mendapatkan rasa iman, maka hendaklah ia mencintai seseorang semata-
mata karena Allah. [Al Jami’ Ash Shaghir, no. 5.958].
• Bercinta karena Allah dan untuk Allah akan menjadi pembuka pintu surga.
Disebutkan dalam salah satu hadits shahih dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda:
‫اَل تَ ْد ُخلُونَ ْال َجنَّةَ َحتَّى تُ ْؤ ِمنُوا َواَل تُ ْؤ ِمنُوا َحتَّى تَ َحابُّوا أَ َواَل أَدُلُّ ُك ْم َعلَى َش ْي ٍء إِ َذا فَ َع ْلتُ ُموهُ ت ََحابَ ْبتُ ْم أَ ْف ُشوا ال َّساَل َم بَ ْينَ ُك ْم‬
Kalian tidak masuk surga, sehingga kalian beriman. Dan kalian tidak beriman, sehingga kalian saling
mencintai. Ketahuilah, akan aku tunjukkan sesuatu. Jika kalian saling mengerjakannya, maka kalian akan
saling mencintai. Yaitu sebarkanlah salam diantara kalian. [HR Muslim].
Dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan ukhuwah lainnya yang tidak mungkin disebutkan disini secara
keseluruhan.

URGENSI PERSAUDARAAN
Pepatah mengatakan, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Tidak ada cara lain untuk menyelamatkan
seluruh asset umat dan memberdayakan potensi sumber daya umat, kecuali dengan mengaplikasikan makna
persaudaraan dan solidaritas secara benar dan sejati, kemudian diwujudkan dalam interaksi sosial dan
perilaku kehidupan. Sebagaimana telah disampaikan dalam sabda Nabi: “Orang mukmin bagi orang
mukmin lainnya seperti bangunan; satu sama lain saling menguatkan,” dan Rasulullah menjalinkan jari-
jemarinya. (Muttafaqun’alaih).
Sabda Beliau n: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling mencinta, saling berbelas kasihnya dan
saling perhatiannya, laksana badan. Jika salah satu anggota ada yang sakit, maka yang lainnya merasa
mengeluh dan panas. [Muttafaqun’alaih].
Ketahuilah, ukhuwah dan solidaritas sejati tidak akan bisa diraih, kecuali bila dibangun di atas pondasi yang
kokoh, berangkat dari sikap ketulusan, aqidah yang lurus, keimanan yang murni, manhaj yang benar dan
ikhlas dalam nasihat-menasihati.
LANDASAN PERSAUDARAAN DAN SOLIDARITAS
Menurut Islam, bangunan persaudaraan dan solidaritas hanya bisa ditegakkan di atas aqidah dan manhaj
yang shahih; karena persaudaraan dan solidaritas tanpa adanya landasan yang jelas dan kokoh yang mampu
menyatukan berbagai kepentingan, ambisi dan keinginan merupakan suatu yang mustahil. Maka
memperjelas landasan dan manhaj persaudaraan itu lebih penting daripada persaudaraan itu sendiri, kecuali
yang dikehendaki dari persaudaraan tersebut hanya bersatu secara jasad dan kosong dari nilai ketakwaan,
keimanan dan moralitas agama.
Oleh karena itu, para rasul dan khususnya Nabi Muhammad n terlebih dahulu diperintahkan untuk
menegakkan agama dan jangan bepecah-belah dalam menerima kebenaran, sebagaimana firman Allah, yang
artinya:
4

"013. Dia telah mensyari`atkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa
yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa
yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang
musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama) -Nya orang yang kembali (kepada-Nya)."
Dengan melandaskan persaudaraan dan solidaritas di atas aqidah yang shahih, dengan mudah kita bisa
menghancurkan dan meluluhkan segala bentuk kebatilan. Sedangkan persaudaraan yang tidak dibangun di
atas aqidah shahihah, akan menyebabkan umat Islam hanya menjadi bulan-bulanan umat lain dan mangsa
kaum kuffar.
Rasulullah telah memberi peringatan yang cukup jelas tentang kondisi umat Islam, bila dalam hidupnya
keluar dari aqidah Islam dan lebih memilih keduniaan (artinya): Hampir-hampir umat lain bersekongkol
mengeroyok kalian seperti orang-orang mengeroyok makanan dari nampan. Seseorang bertanya,”Apakah
pada saat itu kita sedikit, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,”Bahkan kalian banyak, tetapi kalian seperti
buih banjir. Dan Allah mengambil dari hati-hati musuhmu rasa takut terhadap kalian, lalu Allah
memasukkan di hatimu (penyakit) wahn.” Kami para sahabat bertanya,”Wahai, Rasulullah. Apa itu wahn?”
Beliau menjawab,”Cinta dunia dan benci mati.” [HR Ahmad dan Abu Dawud].
Usaha serius dan kerja keras sangat dituntut untuk menuju perubahan hahiki dan penuh kepastian,
sebagaimana firman Allah: “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
[Ar Ra’d:11].

011. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya,
mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung
bagi mereka selain Dia.
Inilah ketetapan Allah, yang kita diperintahkan untuk berinteraksi dengannya, maka kita harus berusaha
untuk merubah kondisi dan nasib sendiri dengan tetap berjalan di atas manhaj yang lurus, sambil memohon
keteguhan dari Allah. Kita mengharapkan pertolongan setelah berusaha, berjihad, bersabar, tabah, dan
mengerahkan berbagai kekuatan. Ini semua tidak akan tercipta, kecuali dengan manhaj Salaf, karena ia
sebagai penyelamat dari fitnah. Manhaj Salaf merupakan jalan keluar dari kesulitan, dan pijakan utama
dalam merealisasikan cita-cita umat yang ingin mewujudkan ukhuwah dan solidaritas sejati, serta kekuatan
di bumi untuk menegakan syari’at Allah, melaksanakan hukumnya diantara hambaNya, dan mewujudkan
ubudiyah (ibadah) hanya kepada Rabb semesta alam walaupun musuh-musuh Allah ingin memandamkan
cahaya kemenangan tersebut.
Allah berfirman, yang artinya: Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-
5

ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahayaNya meskipun orang-orang kafir benci. Dia-lah
yang mengutus RasulNya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di
atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci. [Ash Shaf:8,9].

009. Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia
memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.
Karena itulah, maka manusia membutuhkan manhaj (metode) untuk mereka jalankan dan mengembalikan
manusia agar bersesuaian dengan alam tempat ia hidup di dalamnya, dan untuk menciptakan tatanan
masyarakat yang masing-masing individunya saling bersaudara karena Allah, yang diikat dengana aturan
Ilahi. Antara satu dengan sebagian lainnya saling menguatkan dan mempertahankan keberadaan mereka dari
keburukan. Dan manusia sendiri tidak akan mendapatkan atau melihat jalan yang lurus, melainkan jika ia
kembali kepada manhaj Rabb-nya yang bisa mengembalikan kepada fitrah. Karena manhaj Ilahi tersebut
adalah agama fitrah, yang Allah menciptakan manusia di atasnya. Allah berfirman, yang artinya: Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. [Ar Rum:30].
HAK DAN KEWAJIBAN DALAM HIDUP BERSAUDARA
• Saling mengasihi dan menyayangi sesama saudara mukmin, berdasarkan sabda Rasulullah, tidaklah
beriman diantara kalian sehingga saudaranya lebih dicintai daripada dirinya sendiri. [6]
• Saling memberi pertolongan dan bantuan dalam memenuhi segala dan kebutuhan. Rasulullah
bersabda: Barangsiapa yang menghilangkan kesulitan dari saudara mukmin, maka Allah akan
menghilangkan kesulitan darinya pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang memudahkan orang sedang dalam
kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. [HR Muslim, Ahmad, Abu Dawud,
Tirmidzi dan Ibnu Majah].
• Saling berkunjung dan berziarah. Karena hal tersebut akan menumbuhkan persaudaraan dan
mendatangkan rahmat dari Allah, serta akan diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya. Rasulullah n :
Barangsiapa yang senang diluaskan rizkinya dan ditunda umurnya, maka hendaklah bersilaturahmi.
[Muttafaqun ‘alaih].
• Saling menjaga nama baik, kehormatan dan harga diri. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: Ketahuilah sesungguhnya darah kalian, harta kalian dan kehormatan kalian, menjadi haram
terhadap kalian seperti haramnya bulan kalian ini dan negeri kalian ini. [HR Ahmad].
• Saling mendo’akan dan memohonkan ampun kepada Allah, sebagaimana Allah berfirman, yang
artinya: Dan orang-orang yang datang setelah mereka (Muhajirin dan Anshar) mereka berdo’a: “Ya Rabb
kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan
janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb
kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha penyayang. [Al Hasyr:10].

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami,
beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah
6

Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami,
sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang".
SARANA-SARANA YANG DAPAT MEMPERKOKOH UKHUWAH
• Berkunjung karena Allah disertai dengan keikhlasan karena Allah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Seorang laki-laki mengunjungi saudaranya di sebuah
desa, maka Allah mengutus seorang Malaikat untuk menemuinya. Ketika Malaikat itu datang kepadanya,
Malaikat tersebut bertanya kepadanya: “Kemana kamu hendak pergi?” Laki-laki itu menjawab,”Aku ingin
mengunjungi saudaraku di desa ini.” Malaikat bertanya,”Apakah engkau akan mendapatkan keuntungan
yang bisa dipetik darinya?” Dia menjawab,”Tidak. Hanya saja aku mencintainya karena Allah Ta’ala.”
Malaikat itu(pun) berkata,”Aku ini adalah utusan Allah yang diutus kepadamu (untuk memberitahukan),
bahwa Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau telah mencintainya karenaNya.” [7]
Sabda Nabi yang lain adalah: Barangsiapa menjenguk orang yang sakit atau mengunjungi saudaranya karena
Allah, maka penyeru menyerukan: ”Anda baik perilakumu, serta anda telah menyiapkan suatu tempat di
surga”. [HR Tirmidzi, no. 2.002].
• Memberi hadiah.
Hadiah mempunyai pengaruh yang besar dalam jiwa manusia. Hadiah dapat menimbulkan rasa cinta,
sebagaimana sabda Rasulullah: Hendaklah kalian saling memberi hadiah, maka kalian akan saling
mencintai. [8]
Dari ‘Aisyah, ia berkata: Rasulullah menerima hadiah dan membalasnya kembali.[9]
• Larangan memutus hubungan.
Memutuskan hubungan bisa menghancurkan ukhuwah dan menyebabkan perpecahan yang dilarang oleh
Nabi. Beliau n bersabda: Tidak halal bagi seorang muslim berseteru dengan saudaranya lebih dari tiga hari;
keduanya bertemu namun satu sama lain saling berpaling, dan sebaik-baik keduanya adalah yang pertama-
tama memberi salam. [HR Bukhari-Muslim]
Oleh karena itu, setiap muslim wajib memaafkan kesalahan dan kekurangan saudaranya, dan memaafkan
keteledorannya serta tetap mengenang sifat-sifatnya yang terpuji, dan tidak menyebut keburukan-
keburukannya belaka.
• Itsar (lebih mementingkan saudaranya seiman.
Lebih mementingkan saudaranya seiman merupakan sarana penting untuk melanggengkan ukhuwah
imaniah, sebagaimana firman Allah: Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah
beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang-orang yang berhijrah
kepada mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan
kepada mereka (orang-orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri
mereka sekalipun diri mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). [Al Hasyr:9].

009. Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum
(kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada
menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin);
7

dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka
memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah
orang-orang yang beruntung.
Dengan itsar, ukhuwah akan bertambah kuat dan menghujam, sehingga tidak ada perselisihan yang dapat
mencabutnya, tidak ada persengketaan yang dapat mengenyahkannya, dan tidak ada permusuhan yang
dapat menumbangkannya.
• Marah karena saudaranya.
Dia akan marah ketika kehormatan saudaranya dirampas dan harga dirinya dihinakan, atau ia mendapatkan
sesuatu yang tidak menyenangkan dari musuh. Dia akan merasa sedih tatkala saudaranya bersedih.
• Memberitahukan tentang cintamu kepadanya.
Dalam hatits yang diriwayatkan Imam Bukhari disebutkan, jika salah seorang diantara kalian mencintai
saudaranya, maka hendaklah ia memberitahukan kepadanya bahwa ia cinta kepadanya. [10]
BUAH UKHUWAH ISLAMIYAH
Bila ukhuwah Islamiyah telah bersemi, merekah dan tumbuh dengan subur, maka akan dapat membuahkan
hasil, diantaranya :
• Terwujudnya persatuan Islam yang kokoh, karena diikat dengan aqidah Rabbaniyyah, dan tegak di
atas landasan takwa, sebagaimana firman Allah dalam surat Al Hujurat, yang artinya: Sesungguhnya
hanyalah orang-orang yang beriman itu bersaudara, (Al Hujurat:10)

010. Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu
dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.
dan juga firman Allah ( al hujarat: 13 ),

013. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan


kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.
Betapa besar dan kuatnya persatuan jika berjuta orang dari berbagai negeri terhimpun seluruhnya di bawah
panji ukhuwah dengan beriman kepada Rabb yang sama, nabi yang sama dan syari’at yang sama, serta
manhaj yang lurus.
• Tersebarnya Islam ke seluruh penjuru bumi.
• Terpencarnya peradapan Islam.
• Kuatnya solidaritas dalam masyarakat Islam.
• Menjadi pendukung majunya ilmu dan peradaban.
FAKTOR YANG MEMBUAT RAPUHNYA UKHUWAH DAN SOLIDARITAS
Musuh paling utama ukhuwah adalah perpecahan. Atau disebut dengan istilah furqoh yang berasal dari
8

lafazh mufaraqah, yang berarti berbeda, menyelisihi dan putus hubungan. Furqoh juga berasal dari lafazh
syadz, yang berarti keluar dari asal-usulnya atau keluar dari jama’ah.
Sedangkan menurut istilah ulama aqidah, furqoh adalah sikap keluar dari Sunnah dan jama’ah dalam
masalah ushuluddin, baik berkaitan dengan aqidah, atau syari’at amaliyah yang bersifat qath’i, atau
berkaitan dengan maslahat umat yang sangat mendasar.
Disebutkan dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ً‫بَة‬h ‫َص‬َ ‫ ُر ع‬h ‫ص‬ُ ‫بَ ٍة أَوْ يَ ْن‬h ‫َص‬
َ ‫صبَ ٍة أَوْ يَ ْدعُو إِلَى ع‬َ ‫ضبُ لِ َع‬ َ ‫ق ْال َج َما َعةَ فَ َماتَ َماتَ ِميتَةً َجا ِهلِيَّةً َو َم ْن قَاتَ َل تَحْ تَ َرايَ ٍة ِع ِّميَّ ٍة يَ ْغ‬
َ ‫َم ْن خ ََر َج ِم ْن الطَّا َع ِة َوفَا َر‬
ُ‫ْت ِم ْنه‬
ُ ‫ْس ِمنِّي َولَس‬َ ‫فَقُتِ َل فَقِ ْتلَةٌ َجا ِهلِيَّةٌ َو َم ْن خَ َر َج َعلَى أُ َّمتِي يَضْ ِربُ بَ َّرهَا َوفَا ِج َرهَا َواَل يَتَ َحا َشى ِم ْن ُم ْؤ ِمنِهَا َواَل يَفِي لِ ِذي َع ْه ٍد َع ْه َدهُ فَلَي‬
Barangsiapa keluar dari ketaatan dan menyelisihi jama’ah lalu mati, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah.
Dan barangsiapa yang berperang di bawah panji-panji kesukuan, marah untuk membela suku atau mengajak
kepada kesukuan atau membantu karena kesukuan lalu terbunuh, maka ia terbunuh dalam keadaan jahiliyah.
Barangsiapa yang keluar dari kelompok umatku, lalu membunuh (secara membabi buta) orang yang baik
dan yang buruk dan tidak menjaga diri dari orang beriman serta tidak menjaga perjanjian, maka ia bukan
tergolong dariku, dan aku (berlepas diri) darinya. [HR Muslim].
Jadi, menyelisihi Ahli Sunnah Wal Jama’ah dalam perkara ushuluddin yang berkaitan dengan aqidah, maka
demikian itu termasuk firqah. Begitu juga masuk ke dalam firqah, bila menyelisihi Ijma’ umat Islam. Juga
termasuk ke dalam firqah, jika menyelisihi jama’ah kaum muslimin dan imam mereka, yang termasuk
maslahat sangat mendasar ini. [11]
PERBEDAAN ANTARA FURQOH DENGAN IKHTILAF
Banyak orang yang belum mampu memilah antara perpecahan dengan perbedaan, padahal keduanya
terdapat perbedaan yang sangat fundamental. Antara lain:
• Perpecahan, merupakan bentuk perbedaan yang sangat berat dan meruncing; karena terkadang perbedaan
bisa mengarah kepada perpecahan, namun sebaliknya, tidak semua perbedaan secara otomatis dapat
menimbulkan perbecahan.
• Tidak semua perbedaan dianggap perpecahan, namun setiap perpecahan pasti bisa dianggap perbedaan.
• Setiap perpecahan terjadi akibat perbedaan dalam masalah ushuluddin atau aqidah, yang tidak mungkin
mengenal perbedaan seperti perkara agama yang bersifat qath’i atau ijma ulama. Sementara perbedaan
sebatas masalah furu’ yang sangat berpeluang terjadi perbedaan dalam masalah tersebut karena secara dalil
dan historis membuka peluang untuk berbeda.
• Perbedaan atau masalah khilafiyah, muncul akibat dari kemampuan seorang ulama dalam berijtihad yang
dibarengi dengan i’tikad dan niat yang baik. Jika benar dalam ijtihadnya, ia mendapat dua pahala. Dan bila
salah dalam ijtihadnya, maka Allah memberi satu pahala dan mengampuni kesalahan tersebut.
• Perpecahan biasanya seputar masalah agama yang sudah jelas sanksi dan ancamannya. Dan siapa saja yang
menyelisihinya, pasti dianggap aneh dan mengalami kehancuran. Adapun perbedaan tidaklah seperti itu.
karena, apapun yang terjadi dalam masalah khilafiyah, seorang muslim tidak boleh saling menyesatkan
apalagi mengkafirkan, namun semua harus mencari pendapat yang paling kuat dalilnya dan paling dekat
dengan kebenaran. Bahkan diharamkan talfiq (memilih-milih pendapat yang lemah) atau mencari-cari
pendapat yang ganjil, disebabkan karena kesalahan ulama dalam berijtihad.
KEPASTIAN ADANYA FIRQAH DALAM TUBUH UMAT
Dalam Al Qur’an maupun Asd Sunnah, banyak ditemukan dalil-dalil yang memberi penjelasan adanya
furqoh atau perpecahan dalam tubuh Umat Islam. Allah berfirman, [Hud: 118,119].
9

118. Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka
senantiasa berselisih pendapat.
119. Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka.
Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi Neraka Jahannam
dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.
Dari Abdullah Ibnu Mas’ud, ia berkata: Suatu hari Rasulullah membuat garis lalu bersabda,”Inilah jalan
Allah,” kemudian (Beliau) membuat garis-garis dari arah kanan dan kirinya, lalu bersabda,”Ini adalah jalan-
jalan, dan setiap jalan itu terdapat syetan yang mengajak kepadanya,” kemudian Beliau membaca firman
Allah: Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah
kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalanNya. Yang
demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa. [Al An’am:153].

153. dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah
kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang
demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.
Dari ‘Auf bin Malik, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Kaum Yahudi terpecah penjadi tujuh puluh
satu golongan, satu golongan di Surga dan tujuh puluh golongan di Neraka. Dan kaum Nashrani terpecah
menjadi tujuh puluh dua golongan, tujuh puluh satu golongan di Neraka dan satu golongan di Surga. Dan
demi jiwa Muhammad ada di tanganNya, ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, satu
golongan berada di Surga dan tujuh puluh dua golongan berada di Neraka.” Beliau ditanya: “Wahai,
Rasulullah. Siapakah mereka?” Beliau bersabda,”Al Jama’ah.” [HR Ibnu Majah].
Dari Abdullah bin Amr, bahwa Rasulullah bersabda:
‫ال َما أَنَا َعلَ ْي ِه َوأَصْ َحابِي‬
َ َ‫ار ِإاَّل ِملَّةً َوا ِح َدةً قَالُوا َو َم ْن ِه َي يَا َرسُو َل هَّللا ِ ق‬ ٍ ‫ق أُ َّمتِي َعلَى ثَاَل‬
ِ َّ‫ث َو َسب ِْعينَ ِملَّةً ُكلُّهُ ْم فِي الن‬ ُ ‫َوتَ ْفت َِر‬

Dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga agama, semua masuk Neraka kecuali satu agama”.
Beliau ditanya,”Wahai, Rasulullah. Siapakah mereka?” Beliau bersabda,”Golongan yang meniti jalan
hidupku dan jalan hidup sahabatku. [HR Tirmidzi].
Nash-nash di atas, secara gamblang menjelaskan bahwa Umat Islam akan berpecah belah, maka perpecahan
dalam tubuh umat pasti akan terjadi. Namun perpecahan tersebut, oleh Rasulullah dianggap sebagai suatu
adzab dan kehancuran. Oleh sebab itu, perpecahan tersebut tidak harus dibuat dan bukan suatu hal yang
dipuji, tetapi muncul sebagai bentuk ujian dan cobaan; sehingga banyak anjuran, baik dari Allah dan
RasulNya untuk bersatu berada di atas kebenaran dan menghindar dari segala sumber perpecahan. Sebab,
perpecahan itu tidak akan terjadi, bila umat berada di atas ilmu dan pemahaman yang benar, serta
mengetahui secara baik kebenaran dari Al Qur’an, Sunnah dan manhaj Salafush Shalih.
PEMICU TIMBULNYA PERPECAHAN UMAT
Perpecahan bukanlah semata-mata takdir dan sunnatullah, akan tetapi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
manusiawi. Adapun faktor-faktor yang dominan menjadi pemicu perpecahan di kalangan umat Islam, antara
10

lain ialah:
• Bercampurnya ajaran kesyirikan dan bid’ah dengan ajaran Islam, sehingga sebagian umat Islam tidak
mampu membedakan antara ajaran yang murni dengan ajaran yang bathil.
• Bodohnya sebagian umat Islam terhadap ajaran Islam yang murni, dan lemahnya semangat mereka untuk
mempelajari ajaran Islam secara benar.
• Fanatis dan taklid buta terhadap kelompoknya, tokoh dan figur dan lebih senang mengedepankan
keinginan hawa nafsu dengan mengorbankan nilai-nilai keimanan.
• Mendahulukan akal dan logika belaka daripada kepada nash-nash Al Qur’an dan As Sunnah.
KIAT DAN SOLUSI KELUAR DARI PERPECAHAN
• Pemurnian tauhid dan meluruskan aqidah, serta bersihkan kesyirikan, bid’ah, takhayul dan khurafat;
karena tidak mungkin kita menyatukan umat dalam satu barisan, sementara masih ada perbedaan yang
fundamental dalam masalah aqidah, sebagimana firman Allah yang artinya: Dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka, dan
mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada golongan
mereka. [Ar Rum:31, 32].

031. dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah,
032. yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-
tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.
• Persaudaran dan solidaritas yang selalu mengedepankan ilmu dan cinta ulama, sebab ilmu adalah kunci
perekat nilai persaudaraan. Semakin tinggi kesadaan ilmu agama seseorang, semakin tinggi ilmu ruhiyah
persaudaraan yang ia perjuangkan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan pada
dirinya, maka ia difahamkan dalam urusan agama. [Muttafaqun’alaih].
• Mampu menundukkan nafsu dan keinginannya berada dalam kendali sunnah Rasulullah. Beliau n
bersabda: “Tidaklah beriman diantara kalian, sehingga ia memperturutkan hawa nafsunya (sesuai) dengan
apa yang aku bawa dan tidak melenceng darinya”.
• Menanggalkan segala bentuk fanatisme terhadap figur, kelompok dan golongan tertentu, dan hanya fanatis
terhadap aqidah Islam, sebagaimana firman Allah, yang artinya : Hai, orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mendahului Allah dan RasulNya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.
• Memerangi segala bentuk taklid membabi buta yang mengalahkan obyektifitas dalam menerima dalil-dalil
kebenaran. Allah berfirman [Al Isra’:36].

036. Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
11

[1]. HR Imam Ath Thabrani dalam Mu’jamul Kabir, juz 11, hlm. 215 dan Al Baghawi dalam Syarah
Sunnah, juz 3, hlm. 429; Majmauz
awaid, juz 1, hlm. 90, serta Silsilah Hadits Shahihah, juz 2, hadits no. 998.
[2]. Shahih Sunan Abi Dawud, Al Albani, no. 3012.
[3]. Al Bukhari dalam Al Adab Al Mufrad, no. 544; Ash Shahihah, no. 451.
[4]. HR Muslim, no. 6.494.
[5]. HR Bukhari, no. 660; Malik dalam Muwatha’ dan Imam Tirmidzi dalam Sunan-nya, kitab Az uhud
[6]. HR Bukhari, no. 13; Muslim, no. 45; Ahmad dalam Musnad-nya, no. 176 dan Tirmidzi dalam Sunan-
nya, no. 5.215.
[7]. HR Muslim, no. 2.567.
[8]. HR Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrad, no. 594 dan Shahih Al Jami’ Ash Shaghir, no. 3.004.
[9]. Shahih Sunan Abi Dawud, Al Albani, no. 3.030.
[10]. HR Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrad, no. 542.
[11]. Qadhaya Aqidah Mu’ashirah, Syaikh Nashir bin Abdul Karim Al Aqal, hlm. 9-10.

TUGAS KELOMPOK
Setelah membaca Teks di atas maka simpulkan
1. Apa yang di maksud dengan ukhuwah?
2. Apa saja Keutamaan ukhuwah Islamyah?
3. Jelaskan Urgensi Persaudaraan?
4. Jelaskan Landasan persaudaraan dan solidaritas?
5. Jelaskan hak dan kewajiban hidup bersaudara?
6. Sarana apa saja yang dapat memperkokoh ukhuwah?
7. Faktor apa saja yang menyebabkan runtuhnya ukhuwah dan solidaritas?
8. Apa perbedaan antara furqoh dan ikhtilaf?
9. Faktor apa saja yang memicu Perpecahan Umat?
10. Kiat dan solusi apa saja yang dapat di laksanakan dalam menghidari perpecahan?
11. Berikan 4 contoh sikap solidaritas dalam kehidupan anda di BP2TD Mempawah?
12. Apa yang anda ketahui tentang sikap moderasi beragama?
13. Bagaimana cara menerapkan sikap moderat bagi anda yang hidup berbeda agama, ras, suku, dan
budaya di BP2TD Mempawah?

Anda mungkin juga menyukai