Anda di halaman 1dari 2

1.

Resume terkait Kewajiban MK dalam memutus mengenai dugaan pelanggaran


Presiden maupun Wakil Presiden

RESUME

Pemerintahan di Indonesia memiliki tiga posisi kekuasaan yaitu Eksekutif, Legislatif,


dan Yudikatif. Sistem ketatanegaraan dengan ketiga cabang tersebut diatur dalam sebuah
konstitusi di Indonesia. Kekuasaan Legislatif ini dipegang oleh Presiden, sebagaimana diatur
dalam Pasal 4 ayat (1) UUD Negara Kesatuan RI Tahun 1945 yaitu Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD. Artinya, kekuasaan ekseskutif
dipegang oleh seorang Presiden, Wakil Presiden, dan para menteri sehingga cabang-cabang
kekausaan tidak dibagi kepada cabang kekuasaan lain dan penanggung jawab sepenuhnya
atas kekuasaan eksekutif adalah Presiden.

Untuk kekuasaan legislatif sendiri diatur dalam Pasal 20 ayat (1) UUD Negara
Kesatuan RI Tahun 1945 mengatur bahwa Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan
membentuk Undang-Undang. Dalam pasal tersebut, lembaga yang ditunjuk khusus dalam
memegang kekausaan legislatif adalah DPR. Artinya, DPR sebagai cabang kekuasaan setelah
eksekutif untuk memposisikan diri secara institusional dan konstitusional dalam menjalankan
tugas-tugas yang berkaitan dengan fungsi legislatif.

Sedangkan dalam penyelanggara kekuasaan kehakiman dibidang yudikatif dipegang


oleh Mahkamah Agung berdasarkan pada Bab IX Pasal 24 UUD Negara Kesatuan RI Tahun
1945 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Peran Pemerintah adalah menjadi pengemban segala tugas dan tanggung jawab
kenegaraan, dimana tanggung jawab tersebut harus dilaksanakan untuk kebutuhan rakyat.
Dalam hal ini, Presiden sebagai kepala penyelenggara pemerintahan di negara memegang
penuh amanat rakyat. Dalm hak tersebut Presiden dan Wakil Presiden melaksanakan tugas
dan tanggungjawabnya dengan penghormatan yang tinggi kepada rakyat, tidak melakukan
perbuatan-perbuatan tercela, tindak pidana, pengkhianatan terhadap neagra, dan sikap serta
perbuatan yang melanggar aturan-aturan yang berlaku. Namun dari segi sifat kemanusiaan,
sikap dan perbuatan yang dilakukan oleh Presiden dan Wakil Presiden sehingga martabat
kepala negara dan kepala pemerintahan berjalan tidak baik.

Dalam amandemen UUD 1945, Mahkamah Konstitusi memliki kewenangan untuk


menyelesaikan persoalan tersebut. Dapat dilihat aturan dalam bab III Pasal 10 UU Nomor 24
Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitsui sebagai berikut:

a. Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir


yang putusannya bersifat final untuk:
- Menguji UU terhadap UUD 1945
- Memutus sengketa kewenangan Lembaga Negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD 1945
- Memutuskan pembubaran partai politik
- Memutus perselisihan tentang Pemilihan Umum
b. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR, bahwa
Presiden dan Wakil Presiden di duga telah melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhiatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau
perbuatan tercela yang tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan Wakil
Presiden sebagaimana dimaksud UUD 1945.

Adanya impeachment yang diartikan sebagai sebuah permintaan pertanggungjawban


kepada Presiden dan Wakil Presiden. Namun impeachment bukan hanya sekedar
pertanggungjawaban formalitas, namun prosesnya berdasarkan dengan adanya dugaan
pelanggaran hukum yang dilakukan Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan konstitusi.
Proses pelaksanaan impeachment diatur dalam UUD 1945, BAB III Pasal 7b adalah sebagai
berikut :

1) Usul pemberhentian Presiden atau Wakil Presiden diajukan oleh DPR kepada MPR
hanya dengan terlebih dahulu memeriksa, mengadili dan memutuskan pendapat DPR
bahwa Presiden telah melakukan pelanggaran hukum.
2) Pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil residen telah melakukan pelanggaran
hukum
3) Pengajuan permintaan DPR kepada MK hanya dapat dilakukan dukungan
sekurangnya 2/3 dari jumlahh anggota DPR yang hadir sidang paripurna,
4) Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili dan memutus dengans seadil-
adilnya terhadap pendapat DPR paling lama sembilan puluh hari setelah Permintaan
DPR diterima MK.
5) Mahkamah Konstitusi memutuskan Presiden dan/ Wakil Presiden terbukti melakukan
pelanggaran hukum.
6) MPR wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul DPR paling lambat 3
hari sejak MPR menerima usul tersebut.
7) Keputusan MPR atas usul pemberhentian Presiden dan/Wakil Presodem jarus diambil
dalam rapat Pariprna MPR yang dihadiri minimal ¼ dari jumlah anggota.

Terlibatnya lembaga DPR,MPR dan Mahkamah Konstitusi, sekaligus dalam proses


impeachment terlepas dari institusi Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagai pihak yang
disarankan dalam proses ini, sekaligus memberikan kandungan makna penyelenggaraan asas
check and balance dalam proses ini. Pihak legislatif (DPR) harus menerima terlebih dahulu
bukti hukum dari pihak yudikatif (Mahkamah Konstitusi) berupa bukti benar atau tidaknya
dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagai lemabaga eksekutif.
Sementara pihak lembaga MPR sebagai satu – satunya lembaga ciri khas Indonesia, diberikan
kewenangan untuk melaksanakan putusan Mahkamah Konstitusi.

Kewenangan Mahkamah Konstitusi tidak sampai memutuskan Preisden dan Wkil Presiden
layak diberhentikan.MK hanya memberikan pertimbangan-pertimbangan hukum dan
membuktikan sesuatu pelanggaran hukum yang dilakukan Presiden dan/ Wakil Presiden pada
institsi MPR. Dalam proses selanjutnya, MPR yang menentukan hasilnya.

Anda mungkin juga menyukai