Anda di halaman 1dari 6

NAMA: FRENSCHA HERCLAUDIA PATROUW

NIM: 462015080
TUGAS: EMERGENCY NURSING

A. PATOFISIOLOGI
Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor bahan kimia,
mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi vaskuler sistemik sehingga
terjadi penurunan fungsi organ-organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan
menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi
darah dan kerusakan hati ( sebagai akibat keracunan obat dan bahan kimia ).
Terjadi mual, muntah di karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL dalam lambung
meningkat. Makanan yang mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat menghambat
(inktivasi) enzim asrtikolinesterase tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja
untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh – KhE yang bersifat
inakttif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak terjadi.
Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat-tempat tertentu, sehingga timbul gejala-
gejala rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik,
dan ssp ( menimbulakan stimulasi kemudian depresi SSP ).
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat penurunan
tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin juga
terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah
perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak.Hipotensi yang terjadi
mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal,hipotermia
terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin
tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang
terjadi akan memperberat syok,asidemia,dan hipoksia
B. FARMAKOLOGI
Dalam terapi, obat biasanya memberikan berbagai efek, namun biasanya hanya 1 efek
terapi yang diharapkan sedangkan efek-efek lain tidak diharapkan dapat dianggap sebagai
efek samping. Efek-efek samping ini biasanya mengganggu namun tidak membahayakan.
Efek yang tidak diinginkan dan membahayakan dianggap sebagai efek toksik. 

Reaksi-reaksi yang Dipengaruhi Dosis


Efek toksik obat dapat dikelompokan sebagai efek farmakologis, patologis dan
genotoksik. Biasanya keparahan toksisitas secara proporsional terkait dengan konsentrasi
obat dalam tubuh dan durasi paparan. Overdosis obat adalah contoh toksisitas obat terkait
dosis.

Toksisitas Farmakologis

Depresi sistem saraf pusat terkait penggunaan barbiturat dipengaruhi oleh dosis. Efek
klinis berkembang mulai dari efek ansiolitik, sedasi hingga koma. Demikian pula tingkat
hipotensi yang dihasilkan oleh nifedipin sangat dipengaruhi oleh dosis yang
diberikan. Tardive dyskinesia adalah gangguan motorik ekstrapiramidal yang
berhubungan dengan penggunan obat antipsikotik, tampaknya tergantung pada durasi
paparan. Toksisitas farmakologi juga dapat terjadi ketika dosis yang diberikan tepat,
misalnya pada kasus pasien yang diobati dengan tetrasiklin, sulfonamida, klorpromazin
dan asam nalidiksat yang disebabkan adanya efek fototoksisitas oleh sinar matahari
terhadap pasien.

Toksisitas Patologis

Parasetamol dimetabolisme menjadi glukoronida nontoksik dan sulfat terkonjugasi, dan


metabolit yang sangat reaktif N-acetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI) melalui isoform
CYP. NAPQI disebut sebagai senyawa biologis reaktif menengah yang sering timbul dari
hasil metabolisme obat. Pada dosis terapi NAPQI mengikat glutation nukleofilik tapi
dalam kondisi overdosis penipisan glutation dapat menyebabkan nekrosis hati patologis.

Kondisi-kondisi yang memungkinkan terjadinya keracunan:


1. Toksisitas obat terapeutik
2. Paparan eksplorasi oleh anak-anak muda
3. Paparan lingkunan
4. Pajanan
5. Penyalahgunaan obat
6. Kesalahan dalam pengobatan 
7. Upaya bunuh diri
8. Upaya meracuni orang lain

Obat-obat yang sering berhubungan dengan resiko kematian diantaranya:


 Kokain
 Opioid
 Benzodiazepin
 Alkohol
 Antidepresan
Senyawa-senyawa yang paling sering berhubungan dengan risiko keracunan pada
manusia:
 Analgesik
 Produk perawatan diri
 Produk pembersih rumah tangga
 Sedatif/ antipsikotik dan hipnotik
 Benda asing
 Sediaan obat lokal
 Obat flu dan batuk
 Antidepresan

Pencegahan Keracunan

Mengurangi Risiko Kesalahan Pengobatan (Medication Errors)

Upaya mengurangi kesalahan pengobatan dan ROM terbukti akan mampu mengurangi
risiko keracunan terkait penggunaan obat. Kesalahan pengobatan atau medication
errors (ME) dapat terjadi pada proses peresepan atau pun pada proses penggunaan obat
tersebut, sedangkan ROM adalah cedera yang berhubungan dengan penggunaan obat.
Secara umum penggunaan obat yang tepat atau rasional harus memenuhi kriteria:
 Tepat obat
 Tepat pasien
 Tepat dosis
 Tepat rute pemberian, dan
 Tepat waktu pemberian
C. TERAPI DIET
1. Terapi Antidot. Terapi antidot melibatkan mekanisme antagonisme atau dengan
menginaktivasi racun secara kimiawi. Farmakodinamika racun dapat diubah dengan jalan
memberikan kompetitornya pada reseptor, seperti pada antagonisme nalokson dalam
mengobati overdosis heroin. Antidot fisiologis dapat ditempuh melalui mekanisme seluler
yang berbeda, seperti pada penggunaan glukagon untuk merangsang pemblokiran
alternatif terhadap reseptor adrenergik dan meningkatkan siklik AMP seluler pada terapi
overdosis propranolol. Antivenom dan agen pengkhelat mengikat dan secara langsung
menonaktifkan racun. Biotransformasi racun juga dapat diubah oleh antidot; seperti pada
kasus fomepizol yang akan menghambat dehidrogenasi alkohol dan menghentikan
pembentukan metabolit asam beracun dari etilen glikol dan metanol. Banyak jenis obat
yang dapat digunakan dalam perawatan pendukung pasien keracunan (misal;
antikonvulsan, vasokonstriktor0 yang dapat dianggap sebagai antidot fungsional yang tak
spesifik.

2.  Tindakan Emergenci
Airway: Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.
Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas spontan atau pernapasan
tidak adekuat.
Circulation : Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki perfusi jaringan.
3.     Identifikasi Penyebab Keracunan
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha mencari
penyebab keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha penyelamatan penderita yang
harus segera dilakukan.
4.  Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan
pemberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak berhasil.
Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus
halus dan besar. Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya
menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila kumbah lambung
dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan. Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh
dengan sabun. Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila
keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam . pada koma derajat sedang hingga berat tindakan
kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal
berbalon untuk mencegah aspirasi pnemonia.
5.    Anti dotum (Penawar Racun)
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada tempat
penumpukan.
a.    Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b.    Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk gejala-gejala
atropinisasi ( muka merah,mulut kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
c.    Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya setiap 2 – 4 –6 – 8
dan 12 jam.
d.   Pemberian SA dihentikan minimal setela 2 x 24 jam. Penghentian yang mendadak dapat
menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering
fatal.
DAFTAR PUSTAKA

Ganiswara, S.G.,dkk. 2012. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi FK UI


Hayes, E.R., et.al. 2011. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Hudak & Gallo. 2010. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Vol.2. Jakarta: EGC
Katzung, B.G. 2004. Farmakologi: Dasar dan Klinik. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika
Noer Syaifoellah.2009.Ilmu Penyakit Dalam. FKUI : Jakarta
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 Media Aesculapius.
Goodman and Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutic. 12th Edition. Ebook.

Anda mungkin juga menyukai