Anda di halaman 1dari 9

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA

VOLUME 03 No. 01 Maret  2014 Halaman 10 - 18


Andi, dkk.: Pelaksanaan Pengawasan Intern Oleh Dewan Pengawas
Artikel Penelitian

PELAKSANAAN PENGAWASAN INTERN OLEH DEWAN PENGAWAS


DALAM RANGKA MENUJU OPTIMALISASI KINERJA STUDI KASUS
RSUD BLUD DR. H.M. RABAIN KABUPATEN MUARA ENIM

THE IMPLEMENTATION OF INTERNAL SUPERVISION BY THE SUPERVISORY BOARD IN


REALIZING PERFORMANCE OPTIMIZATION
-A CASE STUDY AT DR. H.M. RABAIN HOSPITAL – MUARA ENIM

Andi1, Laksono Trisnantoro2


1
Dinas Kesehatan Kabupaten Muara Enim
2
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan


Background: Surveillance is a systematic effort to establish perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua
performance standards in planning to design a system of sumber daya perusahaan atau pemerintahan telah digunakan
feedback information, to compare actual performance against seefektif dan seef isien mungkin guna mencapai tujuan
the standards that have been determined, to establish whether perusahaan atau pemerintahan. Rumah sakit merupakan salah
there has been diversion, as well as to take the necessary satu bagian integral yang penting sebagai tempat pelayanan
corrective actions to ensure that all corporate or Government kesehatan bagi masyarakat, sehingga perlu pengawasan
resources have been used as effective and efficient as secara khusus upaya dalam meningkatkan kinerja rumah sakit
possible in order to achieve the objectives of the company or tersebut. Dalam rangka itu, pemerintah menetapkan bahwa
the Government. Hospital is one of the integral parts that play rumahsakit BLUD perlu memiliki dewan pengawas.
an important role in providing health care services to the Tujuan: Untuk mengetahui efektifitas pengawasan yang
community, therefore internal supervision efforts to improve dilakukan oleh dewan pengawas terhadap kinerja rumah sakit
performance of the hospital is crucial. In order to do that, the BLUD.
Government requires Local Public Service Agency (BLUD) to Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif
have a functioning supervisory board. dengan rancangan studi kasus. Sedangkan teknik yang
Objectiv es: To assess effectiveness of internal audit digunakan dalam penelitian ini adalah quota sampling, dengan
conducted by the supervisory board on the hospital jumlah sampel 11 orang.
performance as a Local Public Service Agency (BLUD). Hasil penelitian: Pelaksanaan pengawasan intern di rumah
Methods: This research is a descriptive qualitative research sakit oleh dewan pengawas secara keseluruhan belum
design case studies. Data are obtained through in-depth memenuhi standar yang sudah ditetapkan pemerintah yaitu
interviews and observations. standar audit APIP (Aparat Pengawasan Intern Pemerintah).
Results: There are a number of irregularities in the process Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini: (a) dewan pengawas di
of monitoring performance of hospitals in particular tasks, RSUD BLUD dr.H.M. Rabain belum sepenuhnya melakukan
functions and duties of the supervisory board. The Board has pengawasan sesuai dengan standar dan (b) dewan pengawas
yet to run its full duties, functions and obligations according to yang ada belum dapat memberikan sumbangan positif dalam
government’s guideline on intern supervision (APIP). mewujudkan good governance dan clean governance. Tindak
Conclusion: (a) The supervisory board in BLUD hospitals lanjut hasil pengawasan dewan pengawas di RSUD BLUD
dr.HM Rabain does not fully functioned in accordance to the dr.H.M Rabain belum sesuai dengan standar yang berlaku.
standards of supervision and (b) the board has not been able Dari hasil pengawasan belum terlihat dampak peningkatan
to contribute positively in achieving good governance and clean kinerja rumah sakit secara signifikan yang menunjukkan bahwa
governance. Internal auditing results have not been followed rumah sakit dalam kondisi sehat atau tidak sehat.
up in accordance to the standards. Results of monitoring have
not shown any significant impact of improved performance to Kata Kunci : Pengawasan intern, dewan pengawas, RSUD
indicate whether the hospital is well-functioning or not. dr.H.M. Rabain, Kabupaten Muara Enim

Keywords: internal auditing process, supervisory board, PENGANTAR


dr.H.M. Muara Enim Regency, Rabain
Rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit
ABSTRAK mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta
Latar belakang: Pengawasan adalah suatu upaya yang tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa
sistematik untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan kedokteran, perawat dan tenaga profesional lainnya
untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk diselenggarakan1. Undang-Undang No. 44/2009 me-
membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah
ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu nyatakan rumah sakit sebagai salah satu fasilitas

10  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 03, No. 1 Maret 2014


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber pat serta saran kepada kepala daerah mengenai se-
daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam men- tiap masalah yang dianggap penting bagi pengelola-
dukung penyelenggaraan upaya kesehatan, sehing- an BLUD, 3) melaporkan kepada kepala daerah ten-
ga dituntut dapat memberikan pelayanan berkualitas tang kinerja BLUD, 4) memberikan nasehat kepada
dalam menjalankan fungsinya sebagai tempat pejabat pengelola dalam melaksanakan pengelolaan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. BLUD, 5) melakukan evaluasi dan penilaian kinerja
Untuk itu rumah sakit memerlukan biaya operasional baik keuangan maupun non keuangan, serta membe-
dan investasi yang besar dalam pelaksanaan kegiat- rikan saran dan catatan-catatan penting untuk ditin-
annya, perlu didukung ketersediaan pendanaan yang daklanjuti oleh pejabat pengelola BLUD, dan 6) me-
cukup dan berkesinambungan. monitor tindak lanjut hasil evaluasi dan penilaian
Ada dua jenis rumah sakit pemerintah, yaitu kinerja.
rumah sakit milik pemerintah pusat (Rumah Sakit
Umum Pusat atau RSUP) dan rumah sakit milik BAHAN DAN CARA PENELITIAN
pemerintah propinsi dan kabupaten atau kota (Rumah Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
Sakit Umum Daerah atau RSUD). Rumah sakit kualitatis dengan rancangan pendekatan studi ka-
pemerintah pusat mengacu pada Departemen Kese- sus. Lokasi penelitian ini adalah RSUD dr.H.M.
hatan (Depkes), sementara rumah sakit pemerintah Rabain Kabupaten Muara Enim. Cara pengambilan
propinsi dan kabupaten atau kota mengacu pada data melalui wawancara mendalam, observasi dan
stakeholder utamanya yaitu pimpinan daerah dan dokumentasi, hasil wawancara ditranskip kemudian
lembaga perwakilan masyarakat daerah2. dikoding dan dilakukan kategori setelah itu ditarik
Rumah sakit dalam meningkatkan mutu pela- suatu kesimpulan.
yanan harus memiliki otonomi rumah sakit merupa-
kan salah satu bentuk reformasi bagi pelayanan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
publik agar pelayanan publik dapat meningkat. Begitu 1. Gambaran Umum Pengawasan oleh Dewan
juga dengan masyarakat akan lebih percaya kepada Pengawas
rumah sakit sebagai lembaga pemerintah dalam Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pendidikan
pemberian pelayanan. Oleh karena itu dalam upaya terendah dari dewan pengawas adalah Strata Satu
meningkatkan kinerja rumah sakit perlu adanya (S1) dan tertinggi Strata Dua (S2) dengan rata-rata
pembinaan dan pengawasan dari pemerintah daerah pendidikan dewan pengawas adalah Strata Satu
maupun pusat, salah satunya adanya dewan peng- (S1). Masa kerja dari dewan pengawas terendah
awas di RSUD BLUD2. adalah 18 tahun dan tertinggi 29 tahun dengan rata-
Dewan pengawas dibentuk atas usulan pemim- rata masa kerja dewan pengawas adalah 23 tahun.
pin BLUD kepada kepala daerah sesuai dengan pasal
44 permendagri No. 61/2007 tentang tugas dan ke- 2. Pelaksanaan Pengawasan oleh Dewan
wajiban dewan pengawas serta pasal 45 tentang ke- Pengawas
anggotaan dewan pengawas. Tugas dan kewajiban Hasil penelitian ini berdasarkan temuan kegiatan
dewan pengawas sesuai dengan pasal 44 permen- pengawasan yang dilakukan oleh dewan pengawas
dagri No. 61/2007 adalah: 1) memberikan pendapat di rumah sakit dapat dilihat pada Tabel 2.
dan saran kepada kepala daerah mengenai RBA yang Tabel 5 menunjukkan secara umum standar
diusulkan oleh pejabat pengelola, 2) mengikuti per- pelaksanaan pengawasan oleh dewan pengawas di
kembangan kegiatan BLUD dan memberikan penda- rumah sakit belum sepenuhnya berjalan, ini dapat

Tabel 1. Karakteristik Dewan Pengawas


No Nama Umur Jabatan Pendidikan Masa Kerja
1 Responden 1 54 Thn Kepala daerah S1 6 Thn
2 Responden 2 54 Thn Ketua dewan pengawas S1 27 Thn
3 Responden 3 53 Thn Anggota dewan pengawas S2 27 Thn
4 Responden 4 50 Thn Anggota dewan pengawas S1 23 Thn
5 Responden 5 60 Thn Anggota dewan pengawas S1 29 Thn
6 Responden 6 52 Thn Anggota dewan pengawas S2 24 Thn
7 Responden 7 44 Thn Sekretaris dewan pengawas S2 18 Thn
8 Responden 8 43 Thn Pengelola S2 19 Thn
9 Responden 9 50 Thn Pengelola S1 24 Thn
10 Responden 10 46 Thn Pengelola S1 25 Thn
11 Responden 11 50 Thn Pengelola SMA 28 Thn

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 03, No. 1 Maret 2014  11


Andi, dkk.: Pelaksanaan Pengawasan Intern Oleh Dewan Pengawas

Tabel 2. Standar Pelaksanaan Pengawasan oleh Dewan Pengawas


Indikator Sub Indikator Fakta/Temuan
Standar Umum 1. Keahlian dan Penelitian Tidak Memenuhi
2. Kecermatan Profesi Tidak Memenuhi
3. Indepedensi Memenuhi
4. Kerahasiaan Memenuhi
Standar Koordinasi dan Kendali Mutu 1. Program Kerja Pengawasan Memenuhi
2. Koordinasi Pengawasan Tidak Memenuhi
3. Kendali Mutu Tidak Memenuhi
Standar Pelaksanaan 1. Perencanaan dan Supervisi Tidak Memenuhi
2. Pengendalian Intern Tidak Memenuhi
3. Ketaatan Terhadap Peraturan Perundang-undangan Memenuhi
4. Bukti Audit Tidak Memenuhi
5. Kertas Kerja Audit Memenuhi
Standar Pelaporan 1. Kesesuaian dengan prinsip akutansi yang berlaku umum Tidak Memenuhi
2. Konsisten Memenuhi
3. Pengungkapan yang memadai Memenuhi
4. Pernyataan Pendapat Tidak Memenuhi
5. Laporan Audit Operasional Memenuhi
6. Kesesuaian dengan standar audit APIP Tidak Memenuhi
7. Tertulis dan Segera Memenuhi
8. Distribusi Laporan Tidak Memenuhi
Standar Tindak Lanjut 1. Komunikasi dengan auditan Tidak Memenuhi
2. Pemantauan tindak lanjut Tidak Memenuhi
3. Status temuan Tidak Memenuhi
4. Penyelesaian hukum Tidak Memenuhi

dilihat dari lima indikator standar pelaksanaan nasi pengawasan, dan kendali mutu, hanya indikator
pengwasan yang dilakukan oleh dewan pengawas, program kerja pengawasan yang memenuhi standart
dan diperkuat dengan kutipan hasil wawancara sedangkan indikator koordinasi pengawasan dan
sebagai berikut: kendali mutu tidak memenuhi syarat, ini dikarena-
“pengawasan terhadap BLUD di rumah sakit kan kurang maksimalnya koordinasi yang dilakukan
dr.H.M. Rabain belum sepenuhnya dilakukan oleh dewan pengawas (dewan pengawas meminta
tapi dalam satu tahum itu ada walaupun cuma
beberapa kali.”(Responden 7) pihak ketiga dalam mengawasi kegiatan RSUD), hal
ini diperkuat dengan hasil kutipan wawancara sebagai
“dewan pengawas tidak pernah memberikan berikut:
laporan kinerja rumah sakit, hanya melapor “....pengawasan kita limpahkan kepada
bae dan tidak pernah memberikan laporan seseorang untuk dipercaya dalam
setiap menemukan masalah........” mengawasi kegiatan-kegiatan di rumah sakit
(Responden 1) kemudian dilaporkan bae...”(Responden 6).

Standar umum yang terdiri dari sub indikator Standar Pelaksanaan yang terdiri dari sub
keahlian, kecermatan profesi, indepedensi dan kera- indikator perencanaan dan supervisi, pengendalian
hasiaan, hanya indepedensi dan kerahasiaan yang intern, bukti audit, ketaatan terhadap peraturan
memenuhi standar sedangkan keahlian dan kecer- perundang-undangan dan kertas kerja audit. Tiga dari
matan profesi tidak memenuhi standar. Hal ini dika- sub indikator tersebut memenuhi standar yaitu
renakan kemampuan dewan pengawas dalam me- ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan,
nyusun RBA rumah sakit kurang atau dengan kata bukti audit, dan kertas kerja audit, sedangkan untuk
lain dewan pengawas belum menguasai pengeta- dua sub indikator tidak memenuhi standar yaitu
huan tentang penyusunan RBA, dan ini diperkuat perencanaan dan supervisi serta pengendalian in-
dengan hasil wawancara dibawah ini: tern, ini dikarenakan penugasan tidak berdasarkan
“jadi kalau secara intensif memang dewan pengetahuan mengenai kegiatan dan seluk beluk
pengawas untuk membahas RBA itu rumah
sakit belum begitu intensif dan pemahaman auditan, sehingga dalam proses audit tidak ada per-
mengenai keuangan mungkin sesuatu yang baikan. Pengendalian intern tidak pernah dilakukan
baru bagi dewan pengawas....... oleh dewan pengawas dikarenakan pengawasan
......“(Responden 6). dilakukan oleh pihak ketiga. Hal ini diperkuat dengan
hasil wawancara sebagai berikut:
Standar koordinasi dan kendali mutu yang terdiri “....pengawasan kita limpahkan kepada
dari sub indikator program kerja pengawasan, koordi- seseorang untuk dipercaya dalam

12  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 03, No. 1 Maret 2014


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

mengawasi kegiatan-kegiatan di rumah sakit penyimpangan kepada pengelola BLUD....”


kemudian dilaporkan bae...”(Responden 6). (Responden 8).

Standar pelaporan yang terdiri dari sub indikator “dewan pengawas tidak pernah memberikan
laporan setiap menemukan masalah...”.
kesesuaian dengan prinsip akutansi yang berlaku (Responden 1)
umum, konsisten, pengungkapan yang memadai,
pernyataan pendapat, laporan audit operasional, “teguran/sanksi untuk penyimpangan/
kesesuaian dengan standar APIP, tertulis dan sege- pelanggaran itu belum ada, insyaallah akan
dilakukan tahun depan” (Responden 11)
ra, dan distribusi laporan. Dari sub indikator diatas
kesesuaian dengan prinsip akutansi yang berlaku 3. Kinerja Rumah Sakit
umum, pernyataan pendapat, kesesuaian dengan Kinerja rumah sakit merupakan faktor penting
standar APIP, dan distribusi laporan yang tidak yang harus diperhatikan untuk menghadapi tuntutan
memenuhi standar dikarenakan belum diterapkannya lingkungan tersebut. Kinerja dalam suatu periode ter-
sistem atau metode akutansi yang sudah ditetapkan tentu dapat dijadikan acuan untuk mengukur tingkat
selain itu juga kurangnya masukkan dari dewan keberhasilan organisasi. Oleh karena itu, sistem ki-
pengawas dalam laporan keuangan, tidak sesuai nerja yang sesuai dan cocok untuk organisasi sangat
dengan standar APIP dan belum secara penuh diperlukan agar suatu organisasi mampu bersaing
pendistribusian laporan, hal ini diperjelas dengan dan berkembang. Kinerja rumah sakit dapat dinilai
hasil wawancara sebagai berikut: melalui beberapa indikator meliputi sebagai berikut:
“dewan pengawas tidak pernah memberikan
laporan setiap menemukan masalah...”
(Responden 1) a. Kinerja Keuangan
“ya sampai saat ini mana dewan pengawas Pola tata kelola keuangan RSUD dr.H.M. Rabain
dalam pengawasannya tidak dengan melalui sudah baik dan harus lebih ditingkatkan, pernyataan
secara tertulis tapi dengan secara lisan baik
itu menunggu rapat-rapat yang dijelaskan ini sesuai dengan hasil wawancara sebagai berikut:
oleh dewan pengawas tentang “tata kelola keuangan BLU rumah sakit jauh
penyimpangan kepada pengelola BLUD....” lebih baik dibandingkan dengan rumah sakit
(Responden 8). yang gaya lama ataupun rumah sakit yang
masih dikelola dengan aturan-aturan
“jadi sebenarnya mereka tidak melakukan pemerintah daerah dan ini ditunjukkan
teguran tetapi melakukan pengawasan dengan berkembang pesatny a sisi
dengan menggunakan forum rapat pendapatan yang membuat revenue begitu
koordinasi tetapi tidak melalui surat teguran cepat meningkat.....”. (Responden 6)
sama sekali......” (Responden 8).
Selain itu juga tata kelola keuangan membuat
“BLUD memang sudah disusun SAK karena manajemen ketepatan pelayanan dan ketepatan
pada prinsipnya BLUD itu adalah berprinsip
bisnis menjadi SAP jadi perlu dibuat untuk operasional menjadi lebih baik semenjak ditetapkan
keperluan konsolidasi dengan pemerintah RSUD dr.H.M Rabain sebagai PPK-BLUD, pernyata-
daerah, seharusnya BLUD hanya membuat an ini sesuai dengan hasil wawancara dibawah ini:
SAK saja, namun karena masih terbatasnya “menurut saya ada perubahan yang sangat
pengetahuan ....”(Responden 10). signifikan dari semenjak rumah sakit
ditetapkan sebagai PPK-BLUD, sehingga
Standar tindak lanjut yang terdiri dari sub indi- manajemen ketepatan pelayanan dan
kator komunikasi dengan auditan, pemantaun tindak ketepatan operasional menjadi lebih baik dan
ini dapat dilihat dari tingkat pendapatan
lanjut, status temuan dan penyelesaian hukum ke- meningkat.....”. (Responden 8)
semua sub indikator diatas tidak memenuhi standar,
hal ini dikarenakan dewan pengawas belum sepenuh- Perubahan-perubahan tata kelola keuangan ma-
nya melakukan komunikasi tindak lanjut, peman- sih dalam peraturan yang ditetapkan oleh Permen-
tauan tindak lanjut tidak pernah dilakukan oleh dagri No. 61/2007, seperti kutipan dibawah ini:
dewan pengawas, status temuan tindak lanjut hanya “dengan berjalannya BLUD ini kita banyak
disampaikan secara lisan, dan tidak adanya penye- perubahan-perubahan, salah satunya
lesaian hukum bagi yang menyimpang, hasil ini pengelolaan keuangan sendiri tapi masih
dalam peraturan yang sudah ditetapkan oleh
diperkuat dengan wawancara sebagai berikut: pemerintah.....”. (Responden 11)
“ya sampai saat ini mana dewan pengawas
dalam pengawasannya tidak dengan melalui
secara tertulis tapi dengan secara lisan baik Sedangkan dalam Rumah Sakit ini masih meng-
itu menunggu rapat-rapat yang dijelaskan gunakan SAP padahal sesuai dengan Permendagri
oleh dewan pengawas tentang No. 61/2007, seharusnya BLUD hanya membuat

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 03, No. 1 Maret 2014  13


Andi, dkk.: Pelaksanaan Pengawasan Intern Oleh Dewan Pengawas

SAK, ini jelas-jelas bertentangan dengan aturan yang Selain itu untuk Standar Pelayanan Minimal
ada, seperti kutipan wawancara sebagai berikut: (SPM) baru tahun 2013 dibuat, jadi semenjak terben-
tuknya BLUD yaitu pada tahun 2009 sampai 2012
b. Kinerja Non Keuangan rumah sakit tidak menggunakan SPM, hal ini seperti
Kinerja non keuangan rumah sakit dapat dinilai dilansir dalam kutipan wawancara sebagai berikut:
dari Bed Occupancy Ratio (BOR), Average Length “tahun ini kita sudah punya SPM dan nanti
of Stay (ALOS), Bed Turn Over (BTO), Turn Over kapan kita akan evaluasi bersama-sama
.....”(Responden 8).
Internal (TOI), Sales Growth (SALG), Program Diklat,
Penghargaan dan Sanksi, Pengembangan Produk c. Kinerja Mutu Pelayanan dan Manfaat bagi
Baru Pelayanan, Pengembangan Sistem Manaje- Masyarakat
men, Peningkatan Penguasaan Teknologi, Rancang- Pengukuran kinerja mutu pelayanan dan manfaat
an RBA (ketepatan), Laporan Triwulan (ketepatan), bagi masyarakat dapat dinilai meliputi: emergency
dan Laporan Tahunan (ketepatan) dan lain-lain. respons time rate, angka kematian di gawat darurat,
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa untuk angka kematian > 48 jam, angka pasien rawat inap
Rancangan RBA (ketepatan) selalu tepat waktu atau yang dirujuk, post operative death rate, angka infeksi
sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan seperti nosokomial, kecepatan pelayanan resep obat dan
kutipan hasil wawacara dibawah ini: lain-lain.
“kalau penyerahan RBA tepat waktu sesuai
jadwal, jika kalau tidak tepat wakti kita akan Hasil penelitian didapatkan bahwa untuk
ketinggalan jadi rumah sakit tepat waktu kepuasan pelanggan dari tahun 2011 ke tahun 2012
sesuai dengan jadwal itu....” (Responden 8). terjadi kenaikan sekitar 3,6%, seperti kutipan hasil
wawancara sebagai berikut:
Akan tetapi untuk rapat internal tentang pemba- “.....kami laporke tingkat kepuasan masyarkat
hasan RBA rumah sakit belum begitu intensif, seperti dari 69,4 % menjadi 73,6 % pada tahun 2011–
kutipan hasil wawancara sebagai berikut: 2012 kalau ndak salah..... (Responden 9).
“mengenai rapat internal untuk pembahasan
RBA rumah sakit belum begitu intensif Akan tetapi untuk peningkatan pelayanan di
dilakukan.....” (Responden 6). rumah sakit masih terdapat banyak kekurangan yang
terjadi, salah satunya masih ada kekurangan tenaga
Selain itu juga penyusunan RBA rumah sakit SDM yang berkualitas, seperti hasil kutipan wawan-
yang seharusnya dilakukan oleh dewan pengawas cara sebagai berikut:
dan orang rumah sakit yang terkait belum didampingi “kemarin terjadi kekosongan pada seksi pe-
secara penuh oleh dewan pengawas, seperti kutipan ngembangan SDM, oleh karena itu dirangkap
hasil wawancara sebagai berikut: oleh kasie bagian mutu.....” (Responden 9).
“kalau dewan pengawas mendampingi
secara penuh belum dalam penyusunan RBA, Selain itu juga pengetahuan/atau keahlian dari
tapi sebagian ya.....”(Responden 7). masing-masing SDM di rumah sakit dalam meng-
gunakan alat-alat kedokteran yang ada masih minim,
Hasil penelitian juga didapatkan untuk laporan misalnya alat ventilator ICU dan hermodinamik moni-
triwulan hanya dilaksanakan 2 triwulan, seperti kutip- tor, seperti hasil kutipan wawancara sebagai berikut:
an hasil wawancara sebagai berikut: “lho kok alat ventilator ICU dan hermodinamik
“melaporkan kinerja non keuangan ada tri- kenapa tidak bisa digunakan? Ternyata SDM
wulan 1 dan 2 tiap tahun untuk laporan.....” rumah sakit belum mengerti cara kerja dari
(Responden 11). alat ini, alat ini harus dimengerti oleh SDM
rumah sakit, maka dari itu kita kirim pelatihan
Sedangkan untuk penghargaan dan sanksi sam- ke jakarta, ....” (Responden 9).
pai saat ini belum ada jika ada pelanggaran, seperti
kutipan hasil wawancara sebagai berikut: Secara keseluruhan skor nilai kinerja rumah sa-
“teguran/sanksi untuk penyimpangan/pe- kit dapat diperoleh melalui perhitungan skor sebagai
langgaran itu belum ada, insyaallah akan berikut:
dilakukan tahun depan” (Responden 11)

Tabel 3. Analisis Kinerja Rumah sakit berdasarkan penghitungan indikator penilaian


Sesudah BLUD
No Indikator Penilaian Sebelum BLUD
2010 2011 2012
1 Kinerja Keuangan Belum dihitung Belum dihitung Belum dihitung
2 Kinerja Non Keuangan Belum dihitung Belum dihitung Belum dihitung
3 Kinerja Mutu dan Manfaat bagi Masyarakat Belum ada Belum dihitung Belum dihitung Belum dihitung

14  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 03, No. 1 Maret 2014


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

Tabel 3 terlihat bahwa setelah menjadi BLUD pada personil yang sulit membatasi masalah terlebih
belum ada perubahan yang berarti dalam pening- apabila banyaknya permasalahan yang ditemukan
katan kinerja rumah sakit, karena belum adanya dalam pemeriksaan, 2) Hambatan emosi, antara lain
perhitungan yang tepat mengenai kinerja rumah sakit takut berbuat salah dan tegang/tidak dapat rileks.
walaupun sudah ada peraturan dan surat keputusan Hal ini bisa dialami dewan pengawas pemula/yunior
Bupati tentang tata cara perhitungan kinerja rumah dalam pemeriksaan, dimana masih kurang berpe-
sakit. Ini semua terjadi karena kurangnya SDM yang ngalaman atau jam terbang, 3) Hambatan dalam ung-
berkompeten dalam melaksanakan tata kelola kapan, terkadang beberapa dewan pengawas hanya
keuangan ini, sedangkan Implementasi PPK-BLUD mampu mengungkapkan gagasan secara lisan,
pada Rumah sakit ini hampir berjalan empat tahun, namun kurang mampu/lamban dalam menuangkan
menjadi BLUD berdasarkan peraturan Bupati Muara ide/gagasan tersebut dalam tulisan sehingga gagas-
Enim No. 16/2009. an yang ditulis tidak menggambarkan gagasan yang
Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa masih dimaksud, dan 4) Hambatan mental, hambatan men-
kurangnya kegiatan-kegiatan yang menunjang guna tal ini dapat dirinci lagi sebagai berikut: a) Hambatan
meningkatkan kinerja rumah sakit, seperti kutipan yang diciptakan sendiri. Kemungkinan penyebabnya
hasil wawancara sebagai berikut: adalah pendidikan, profesi, kebiasaan umum yang
“untuk melakukan peningkatan SDM itu ya berlaku yang mengkondisikan kita sehingga tanpa
tadi dianalisa dulu, baru kebutuhan- disadari diterima sebagai suatu kebenaran yang pada
kebutuhunya itu disusun untuk tahun depan,
makanya mereka sekarang saya ajak berlari, akhirnya menghambat daya kreativitas seseorang,
diajak cepat ....” (Responden 8). b) Kesesuaian dan tidak menantang hal-hal nyata.
Manusia mempunyai kecenderungan untuk berperi-
Selain itu juga kegiatan-kegiatan atau program- laku yang sesuai dengan tuntutan lingkungan yang
program yang disusun terlebih dahulu mana yang disebabkan adanya keengganan untuk merusak hu-
harus diprioritaskan untuk dilakukan, meski kegiatan bungan baik, c) Kebiasaan menilai terlalu cepat.
kecil yang juga berpengaruh pada peningkatan pela- Terkadang beberapa pemeriksa sudah terbiasa untuk
yanan prima di masyarakat kalau tidak diprioritaskan membandingkan suatu permasalahan dengan penge-
maka ditunda untuk tahun kedepannya, sepeti tahuan/pengalamannya tanpa melihat adanya per-
kutipan hasil wawancara sebagai berikut: ubahan atau bertambahnya pengetahuan yang ada,
“kegiatan-kegiatan ini sudah disusun mana dan d) Takut terlihat bodoh. Sikap kehati-hatian yang
yang harus diprioritaskan untuk tahun ini, berlebihan dari seseorang terkadang secara tidak
untuk kegiatan-kegiatan y ang kecil kita
abaikan dulu....” (Responden 8). sadar dapat menyebabkan timbulnya hambatan ini
yang tentunya akan menghambat seseorang untuk
PEMBAHASAN mengeluarkan daya kreatifitasnya. Hambatan ini je-
Mengapa Tidak Sesuai dengan Standar? las akan sangat tidak menguntungkan bagi tim dewan
Tidak mudah untuk membentuk tim dewan pengawas apabila ada personil yang menghadapi
pengawas berkinerja optimal sesuai harapan yang hambatan ini, karena permasalahan-permasahan
telah direncanakan. Berikut ini disampaikan perma- yang dihadapi dalam pemeriksaan cenderung ber-
salahan/hambatan yang timbul atau dihadapi dalam ubah dan bervariasi.
proses pembentuknya atau membentuk sebuah tim Kedua, kesenjangan dan keterbatasan, kesen-
dewan pengawas dikatakan berkinerja optimal. jangan yang tercipta secara tanpa adanya anggapan
Pertama, adanya hambatan kreativitas pada senior lebih tahu dan lebih memahami permasalahan
personil dalam sebuah tim dewan pengawas terdapat yang ada membuat junior enggan untuk mengung-
beberapa hambatan dalam melakukan kreativitas, kapkan pendapatnya. Keterbatasan alokasi waktu
yaitu3: 1) Hambatan persepsi, lebih cenderung terjadi pelaksanaan pemeriksaan yang dapat mengakibat-

Tabel 4. Kegiatan Rumah Sakit dalam Rangka Meningkatkan Kinerja BLUD


Kegiatan Fakta Temuan
Melakukan pembangunan fisik (penambahan gedung Sedang berjalan Sudah berjalan
3 lantai untuk kelas 3)
Membangun gedung diklat Sudah ada Sudah ada
Mendapat penghargaan piala citra Ya ada Ya ada
Mengadakan pelatihan bagi SDM Sudah dilakukan Dilakukan tetapi belum ada analisa kebutuhan
Penambahan SDM Sudah berjalan Sudah berjalan
Membeli alat-alat kesehatan Sudah dibeli Ada alat, namun ada yang belum berfungsi
karena belum ada SDMnya

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 03, No. 1 Maret 2014  15


Andi, dkk.: Pelaksanaan Pengawasan Intern Oleh Dewan Pengawas

kan belum sepenuhnya tercapai maksud dan tujuan hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
dari adanya pelaksanaan pemeriksaan. Selain itu melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diwenang-
hambatannya muncul sebagai akibat belum optimal- kan kepadanya selama periode tertentu. jika kinerja
nya pemberdayaan sebuah tim dalam pelaksanaan setiap pegawai yang ada di dalam suatu kantor baik,
tugas. maka kinerja organisasi juga akan baik dan begitu
pula apabila kinerja orang yang berada di dalam jelek,
Bagaimana Dampak Terhadap Kinerja? juga akan berdampak pada kinerja organisasi yang
Pada dasarnya pengawasan berarti pengamatan rendah pula, sehingga kinerja pegawai sangat
dan pengukuran sesuatu kegiatan operasional dan menentukan kinerja organisasi tersebut.
hasil yang dicapai dibandingkan dengan sasaran dan Pimpinan mempunyai pengaruh yang sangat
standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Peng- besar dalam menegakkan kedisiplinan, sebab pim-
awasan dilakukan dalam usaha menjamin kegiatan pinan merupakan panutan dan sorotan dari bawah-
terlaksana sesuai dengan kebijakan, strategi, kepu- annya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik,
tusan, rencana dan program kerja yang telah diana- berdisiplin baik, jujur, serta sesuai kata dengan per-
lisa, dirumuskan dan ditetapkan sebelumnya dalam buatan. Apabila teladan pimpinan baik, kedisiplinan
wadah yang disusun4. Pengawasan kerja sangatlah bawahan pun akan ikut baik. Jadi pimpinan ikut ber-
penting dalam setiap pekerjaan baik itu organisasi peran serta dalam menciptakan kedisiplinan pega-
kecil maupun organisasi besar. Pengawasan dapat wai, pimpinan harus mampu menggerakkan dan
dipantau berbagai hal yang dapat merugikan organi- mengarahkan pegawai karena pimpinan bertanggung
sasi, antara lain: kesalahan-kesalahan dalam pelak- jawab terhadap keberhasilan dan kegagalan pega-
sanaan pekerjaan, kekurangan-kekurangan dalam wai. Apabila instansi melaksanakan pengawasan
pelaksanaan pekerjaan, kelemahan pelaksanaan secara baik sesuai dengan aturan yang telah dite-
dan cara kerjanya, rintangan-rintangan yang dialami tapkan dan dilaksanakan sesuai dengan tugas dan
maupun hal-hal lain yang mungkin akan dialami, wewenang yang telah ditentukan, maka dengan
kegagalan-kegagalan ataupun sukses-sukses yang sendirinya disiplin kerja pegawai akan baik6.
dicapai dalam pelaksanaan pekerjaan5.
Suatu pengawasan yang baik harus bersifat Upaya Perbaikan Fungsi Pengawasan oleh
mendidik dalam arti mendidik kearah kerja yang baik Dewan Pengawas
dan menjauhkan kemungkinan-kemungkinan penye- Salah satu aturan perilaku APIP adalah ”Perilaku
lewengan6. Apabila setiap pegawai memiliki komit- Pemeriksa dalam Interaksi dengan Sesama Peme-
men yang kuat untuk memberikan prestasi terbaiknya riksa” disebutkan bahwa salah satu unsur penunjang-
bagi negara dan pelayanan terbaik bagi masyarakat, nya adalah Pemeriksa berkewajiban untuk mengga-
maka tentunya kinerja di kantor akan meningkat7. lang kerjasama yang sehat dengan sesama peme-
Pegawai yang mempunyai komitmen kepada riksa. Unsur perilaku yang menunjang aturan perilaku
kantor biasanya mereka menunjukan sikap kerja ini antara lain; sanggup bekerjasama untuk mencapai
yang penuh perhatian terhadap tugasnya, mereka tujuan pemeriksa; menghargai setiap pendapat dari
sangat memiliki tanggung jawab untuk melaksana- rekannya; mengendalikan diri/emosi; mengerti
kan tugas-tugas. Dalam komitmen terkandung ke- perasaan sesama pemeriksa dan menghormati9.
yakinan, pengikat, yang akan menimbulkan energi Sebuah tim dewan pengawas dikatakan berki-
untuk melakukan yang terbaik. Secara nyata, komit- nerja optimal dimana secara konsisten menghasil-
men berdampak kepada performansi kerja sumber kan kinerja yang sinergis, haruslah ditunjang dengan
daya manusia, dan pada akhirnya juga sangat karakteristik sebagai berikut10: 1) Sadar tujuan. Se-
berpengaruh terhadap kinerja pada kantor. mua komponen sebuah tim memahami secara pasti
Disiplin yang baik tercermin dari besarnya rasa tujuan tim maupun setiap tugas. Sadar akan tujuan
tanggung jawab seseorang terhadap tugas yang di- akan membuat komponen dalam tim memiliki pe-
berikan kepadanya. Maka peraturan sangat diperlu- gangan arah dan tidak mudah kehilangan orientasi
kan untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan apabila berhadapan dengan persoalan-persoalan
bagi pegawai dalam menciptakan tata tertib yang yang dilematis, 2) Komunikasi terbuka. Anggota tim
baik di dalam organisasi, sebab kedisiplinan suatu dapat melepaskan jarak dan keraguan mereka se-
organisasi dikatakan baik jika sebagian pegawai me- telah orang dihormati/disegani membuka diri, ramah,
naati peraturan-peraturan yang ada8. Keberhasilan bersahabat dan tidak memandang rendah kepada
organisasi sangat ditentukan oleh kualitas dan kiner- mereka. Dampaknya anggota tim tidak merasa ter-
ja orang yang bekerja didalamnya. Kinerja adalah ikat dengan hambatan-hambatan psikologis berupa

16  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 03, No. 1 Maret 2014


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

keragu-raguan, takut salah dan merasa bodoh, 3) seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksana-
Rasa hormat dan percaya. Harus senantiasa disadari an, dan pengawasan berjalan secara optimal. Salah
bahwa setiap tim selalu terdiri dari sejumlah anggota satu permasalahan penting yang dihadapi manaje-
dengan kemampuan yang beragam. Kesadaran ter- men adalah bagaimana meningkatkan produktifitas
hadap pentingnya peran setiap anggota akan me- kinerja sumber daya manusia, yang dapat mendu-
numbuhkan rasa menghargai serta saling membu- kung keberhasilan visi dan misi.
tuhkan, 4) Kepemimpinan bersama. Merupakan kon- Pimpinan yang baik adalah yang mampu men-
sekuensi logis dari iklim keterbukaan serta rasa sa- ciptakan suatu kondisi sehingga orang secara indi-
ling menghargai dan percaya satu sama lain yang vidu/kelompok dapat bekerja dan mencapai produk-
dicirikan dalam bentuk pengambilan keputusan ber- tivitas yang tinggi. Dengan demikian permasalahan
dasarkan kemufakatan bersama. Keterlibatan anggo- produktivitas kinerja sangat erat kaitannya dengan
ta tim dalam pengambilan keputusan akan mening- permasalahan bagaimana memotivasi kinerja sum-
katkan motivasi dan kepercayaan diri anggota tim ber daya manusia11.
sehingga berdampak adanya keinginan untuk me- Berdasarkan rumusan dan teori tersebut dapat
ningkatkan kinerja dalam aktivitas tim, 5) Prosedur disimpulkan bahwa penilaian kinerja secara umum
kerja efektif. Prosedur kerja yang efektif menuntut mempunyai tujuan: 1) Mengelola operasi organisasi
pula adanya pembagian tugas dan peran diantara secara efektif dan efisien dengan memotivasi sumber-
anggota secara optimal dengan mengingat inti dari daya manusia secara optimal, 2) Membantu peng-
kerjasama adalah keterlibatan semua pihak dalam ambilan keputusan tentang pengembangan karir
tim. Namun tidak berarti anggota lain tidak boleh pegawai, 3) Merencanakan jenis-jenis pelatihan yang
membantu anggota lainnya sama sekali, dan 6) Flek- dibutuhkan sesuai dengan operasional kinerjanya,
sibel dan adaptabel. Tim kerja optimal juga harus 4) Memberikan umpan balik bagi bawahan, mengenai
memiliki kareteristik luwes/fleksibel terhadap berba- bagaimana atasan menilai mereka, dan 5) Merupa-
gai situasi, serta mampu beradaptasi dalam mengha- kan suatu penghargaan atas pencapaian kinerjanya.
dapi perubahan-perubahan yang terjadi. Sebuah tim Penilaian kinerja dapat memberikan motivasi
yang menyadari bahwa solusi mereka bisa saja tidak terhadap kinerja auditor, karena merupakan salah
bisa berjalan dengan baik karena situasinya berubah satu penghargaan yang dapat merangsang auditor
atau memang solusinya tidak cukup baik sehingga tersebut untuk berkerja lebih baik. Dewan pengawas
perlu diperbaiki. hendaknya segera menerapkan sistem penilaian
Berikut ini terdapat beberapa alternatif atau tek- kinerja yang baik, karena selama ini sistem penlaian
nik berfikir kreatif, antara lain: Merangsang ide, Teknik kinerja terhadap auditor di RSUD belum dilaksana-
ini menggunakan bantuan suatu daftar pertanyaan kan sama sekali, serta belum memberikan efek
yang dapat memacu terciptanya ide baru dengan motivasi terhadap auditor yang dinilai.
memilih topik yang akan dibahas dan mencatat hasil
baru yang diperoleh; Mendaftar Sifat. Teknik ini KESIMPULAN DAN SARAN
menggunakan elemen-elemen sifat terdiri dari hal Kesimpulan
yang bersifat nyata dengan mendaftarkan semua Dewan pengawas sebagai pengawas intern di
sifat/karakteristik satu persatu sebagai dasar pema- RSUD BLUD, keberadaannya mempunyai andil
cu munculnya gagasan baru. Manfaatnya adalah besar dalam terselenggaranya kepemerintahan yang
mendapat gagasan baru. Manfaatnya adalah men- baik dan bebas dari praktek Korupsi, Kolusi dan
dapat gagasan perubahan atas dasar elemen-elemen Nepotisme (Good Governance and Clean Gover-
sifat suatu benda atau situasi nyata; Hubungan yang nance). Dari hasil penelitian ini: 1) Dewan pengawas
dipaksakan, suatu teknik berfikir kreatif yang me- di RSUD BLUD dr.H.M. Rabain belum sepenuhnya
rangsang kreativitas atas dasar asosiasi bebas yang melakukan pengawasan sesuai dengan standar dan
dipaksakan yang dilakukan dengan cara antara lain: 2) Dewan pengawas yang ada belum dapat mem-
mengisolasi elemen-elemen problem yang akan diba- berikan sumbangan positif dalam mewujudkan good
has; menemukan pola hubungan keterkaitan antar governance dan clean governance.
elemen tersebut; menganalisa dan mencatat hu- Tindak lanjut hasil pengawasan dewan peng-
bungan antar elemen tersebut; serta mulai mengem- awas di RSUD BLUD dr.H.M Rabain belum sesuai
bangkan gagasan baru berasal dari hubungan dengan standar yang berlaku. Dari hasil pengawasan
keterkaitan tersebut3. belum terlihat dampak peningkatan kinerja rumah
Suatu organisasi dapat berjalan secara efektif, sakit secara signifikan yang menunjukkan bahwa
efisien, dan ekonomis jika fungsi-fungsi manajemen rumah sakit dalam kondisi sehat atau tidak sehat.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 03, No. 1 Maret 2014  17


Andi, dkk.: Pelaksanaan Pengawasan Intern Oleh Dewan Pengawas

Saran Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,


Pelaksanaan pengawasan intern di RSUD BLUD 2004.
harus profesional dalam melakukan pengawasan 2. Trisnantoro L, Aspek Strategis Manajemen
dengan hati-hati dan menggunakan kemahirannya Rumah Sakit, ANDI, Yogyakarta, 2005.
secara cermat, cerdas, dan akuntabel. Dengan de- 3. Veithzal, Rivai, Manajemen Sumber Daya
mikian auditor harus berani menyampaikan laporan Manusia Untuk Perusahaan, Cetakan Pertama,
hasil audit pemeriksaan sesuai dengan kenyataan PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2004.
apa adanya tanpa ada rasa takut dan sungkan. 4. Siagian PS, Manajemen Sumber Daya Manusia,
Pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan Bumi Aksara, Jakarta, 2003.
bisa membawa dampak terhadap perbaikan manaje- 5. Saydam, Teknik Pengontrolan Pegawai Kantor,
men pemerintah antara lain pada aspek ketatalak- Tarsito, Bandung, 1993.
sanaan dan sumber daya manusianya untuk itu perlu 6. Nitisemito A, Manajemen Personalia,
adanya kematangan dalam penyampaian hasil peng- Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi ke
awasan yang memenuhi syarat relevan, kompeten, tiga, Ghalia Indonesia, 1996.
materiil dan bukti yang cukup. 7. Mahmud, Manajemen Kinerja Sektor Publik,
Pengawasan berpengaruh pada optimalisasi Upp STIM YKPN, Yokyakarta, 2007.
kerja auditor, antara lain segala tindakan dan perilaku 8. Hasibuan, Malayu., Manajemen Sumber Daya
selama dalam pelaksanaan pemeriksaan tetap Manusia:Pengertian Dasar, Pengertian, dan
berpedoman pada kode etik dan standar audit. Peri- Masalah, PT. Toko Gunung Agung, Jakarta,
laku pemeriksa dalam interaksi sesama pemeriksa 2001.
berkewajiban untuk menggalang kerjasama yang 9. Jaafar, H.T. Redwan dan Sumiyati, Kode Etik
sehat, untuk itu pemeriksa harus sadar akan tujuan dan Standar Audit, Diklat Pembentukan Auditor
membuat komponen dalam tim yang memiliki Terampil, Pusat Pendidikan dan Pelatihan
pegangan arah dan tidak mudah kehilangan orientasi. Pengawasan BPKP, Jakarta, 2005.
10. Hillon IG, Semua Orang Bisa Hebat, Gasindo,
REFERENSI Jakarta, 2007.
1. Trisnantoro L, Memahami Penggunaan Ilmu 11 Schermerhorn, Management 8thed, John Wiley
Ekonomi dalam Manajemen Rumah Sakit, & Sons, Inc, USA, 2005.

18  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 03, No. 1 Maret 2014

Anda mungkin juga menyukai