Anda di halaman 1dari 7

Hubungan Antara Karakteristik Atlet Dengan Masa Pemulihan Setelah Cidera Olahraga

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK ATLET DENGAN MASA


PEMULIHAN SETELAH CIDERA OLAHRAGA

Syahmirza Indra Lesmana


Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul
Jalan Arjuna Utara No. 9, Kebun Jeruk, Jakarta 11510
syahmirza.lesmana@esaunggul.ac.id

Abstrak
Tujuan: Penelitian ini Untuk untuk mengetahui karateristik atlet dan lamanya masa
pemulihan pasca cidera. Metode: Penelitian ini bersifat crossectional pada rancangan studi
epidemiologi yang mempelajari hubungan antara karaterisktik atlet dengan waktu pemulihan
cidera olahraga. Berdasarkan uji statistik yang dipilih dengan menggunakan chi square
dengan α = 0,05. Jenis cidera dengan Waktu pemuliahan 0,148 Tidak ada hubungan, Usia
atlet dengan Waktu pemuliahan 0,013 Ada hubungan, Jenis kelamin dengan Waktu
pemuliahan 0,254 Tidak ada hubungan, Sifat atlet dengan Waktu pemuliahan 0,000 Ada
hubungan, Frekwensi latihan dengan Waktu Pemuliahan 0,348 Tidak ada hubungan, Lama
berkompetisi dengan Waktu Pemuliahan 0,077 Tidak ada hubungan , Tingkat pendidikan
dengan Waktu pemuliahan0,218 Tidak ada hubungan, Posisi pemain dengan Waktu
pemuliahan 0,297 Tidak ada hubungan, Tehnik bermain dengan Waktu pemuliahan 0,290
Tidak ada hubungan, Tingkat cidera dengan Waktu pemuliahan0,002 Ada hubungan,
Kesimpulan: Adanya hubungan adalah antara waktu pemulihan dengan usia, sifat atlet dan
tingkat cidera.Tidak adanya hubungan adalah antara waktu pemulihan dengan jenis cidera,
jenis kelamin, lamanya kompetisi, frekwensi latihan, posisi pemain, tingkat pendidikan dan
tehnik bermain

Kata kunci: usia atlet, tingkat cidera, masa pemulihan

Pendahuluan trauma menyebabkan kerusakan jaringan yang


Cidera, Kejadian ini adalah hal yang lebih besar dan lebih parah dari cidera karena
sangat disukai oleh seorang atlet. Latihan yang trauma berulang. Pada kejadian trauma
serius, menjaga kondisi umum, dan hidup yang langsung jaringan akan mengalami proses
teratur adalah upaya yang sering dilakukan perdarahan dan terkadang sampai mengalami
oleh atlet bukan hanya untuk mengejar prestasi robekan total. Jika terjadi robekan pada
tetapi juga untuk mencegah cidera. Namun jaringan maka proses pemulihan atlet akan
demikian kejadian cidera terkadang tidak dapat mengalami proses yang panjang. Pemberian
dihindari. Karena cidera itu sendiri ada yang RICE (istirahat, kompres es, kompresi dan
bersifat traumatic atau dalam bentuk elevasi) akan dapat meminimalisasikan
kecelakaan yang terkadang tidak dapat kerusakan jaringan, namu tetap saja jaringan
dihindari, memang latihan yang teratur dapat yang mengalami robekan akan tetap
mengurangi resiko cidera yang diakibatkan membutuhkan waktu yang lama dalam
karena trauma berulang (repetitive injury). pemulihannya.
Karena dengan gerak yang benar dan baik Masa pemulihan bagi sorang atlet
maka tidak akan menimbulkan beban yang adalah masa yang sangat berat untuk
berlebih sehinggan dapat terhindar dari cidera dijalankan. Pada masa ini atlet harus mampu
berulang. melawan rasa sakit dan tidak mampu bergerak
Akan tetapi tidak demikian terhadap di satu sisi, tapi juga harus punya kesabaran
cidera yang bersifat trauma langsung. yang tinggi dalam menjalani masa pemulihan
Terkadang kita sudah mempersiapkan kondisi tersebut. Jika masa pemulihan tidak dijalani
fisik dengan baik latihan dengan teratur namun dengan baik maka atlet tidak dapat berprestasi
ketika sedang meloncat kemudian terjatuh di seperti seblum mengalami cidera atau akan
atas kaki musuh atau temannya bisa dapat mengalami cidera yang berulang.
menyebabkan cidera karena trauma. Problem Fisioterapi adalah suatu pelayanan
terbesar yang dihadapi adalah cidera karena kesehatan yang ditujukan untuk individu dan

Jurnal Fisioterapi Volume 15 Nomor 1, April 2015  45


Hubungan Antara Karakteristik Atlet Dengan Masa Pemulihan Setelah Cidera Olahraga

kelompok dalam memelihara, mengembangkan, 1. Kerusakan pada otot sering disebut


dan memulihkan gerak dan fungsi sepanjang strain, yang dapat dibagi dalam:
daur kehidupan dengan menggunakan a. First Degree Strain atau mild strain
modalitas fisioterapi. Gerak dan fungsi yang yaitu adanya cidera akibat penggunaan
menjadi obyek formal fisioterapi menjadikan yang berlebihan pada penguluran unit
fisioterapi olahraga sebagai salah satu musculo-tendinous yang ringan.
fragmentasi pelayanan fisioterapi. Cidera 1. Gejala yang timbul adalah adanya
olahraga yang juga menimbulkan gerak dan nyeri lokal dan meningkat apabila
fungsi didalam penanganannya memerlukan bergerak atau bila ada beban pada
pendekatan fisioterapi. Pada salah satu otot.
lieteratur bahwa dalam penanganan cidera 2. Tanda-tandanya adalah adanya
olahraga fisioterapi adalah ujung tombak yang spasme otot ringan, bengkak,
memberikan pelayanan pertama pada kondisi empuk (tenderness) dan gangguan
cidera olahraga kekuatan otot dan fungsi yang
Pada prinsipnya cidera olahraga dapat sangat ringan.
dikategorikan menjadi dua kategori yaitu cidera 3. Komplikasi yang dapat timbul
olahraga yang disebabkan oleh (1) trauma adalah strain berulang, tendonitis,
(traumatic injuries) dan (2) tekanan/ periostitis.
kelelahan/ trauma kecil yang berulang-ulang 4. Perubahan pathologi adalah
(repetitive strain). Kerusakan dapat terajdi adanya inflamasi ringan dan
pada jaringan lunak (kulit, syaraf, ligamen, mengganggu jaringan otot dan
otot), sendi (kapsul, sinovial, meniscus) dan tendon naum tak ada perdarahan
tulang. yang besar.

Traumatic injuries b. Second Degree Strain atau


Mekanisme terjadinya traumatic injuries moderate strain yaitu adanya cidera
dapat dikaitkan dengan cidera penyebabnya pada unit musculotendinous akibat
dan kejadiannya dapat digambarkan dengan kontraksi atau penguluran yang
yang jelas misalnya jatuh, dapat berupa Sprain, berlebihan.
Subluksasi, Dislokasi. Cidera langsung yang 1. Gejala dan tanda-tanda yang
berat Cidera olah raga seperti cidera-cidera timbul adalah adanya nyeri lokal
trauma lainnya merupakan rudapaksa baik dan meningkat apabila bergerak
langsung maupun tidak langsung yang atau bila ada beban pada otot.
berlebihan dan melebihi batas sehingga akan Spasme otot sedang, bengkak,
terjadi kerusakan pada jaringan lunak (kulit, empuk (tenderness) dan gangguan
syaraf, ligamen, otot), sendi dan tulang. kekuatan otot dan fungsi sedang.
2. Komplikasi yang dapat timbul
a. Jaringan lunak adalah strain berulang, tendonitis,
Pada traumatik Injuries, kerusakan periostitis.
pada jaringan lunak menempati urutan 3. Perubahan pathologi adalah
pertama pada cidera olahraga, terutama adanya robekan serabut otot.
oleh adanya overstretch sehingga jaringan
lunak terulur melebihi batas elastisitasnya. c. Third Degree Strain atau severe
Terulurnya jaringan lunak tidak cukup elastis strain (strain berat) yaitu adanya
menerima tarikan uluran yang mendadak, tarikan/penguluran mendadak yang
misalnya kurangnya pemanasan sebelum cukup berat.
olahraga dimulai yaitu penguluran 1. Gejala dan tanda-tanda yang
(stretching). Cidera dapat terjadi pada timbul adalah adanya nyeri yang
ligamen, tendon, otot yang berupa strain, hebat dan adanya disabilitas,
sprain atau bahkan kerobekan total. spasme kuat, bengkak, haematoma,
2. empuk (tenderness) dan gangguan
fungsi otot.
3. Komplikasi yang dapat timbul
adalah disabilitas yang lama.

46 Jurnal Fisioterapi Volume 15 Nomor 1, April 2015 


Hubungan Antara Karakteristik Atlet Dengan Masa Pemulihan Setelah Cidera Olahraga

4. Perubahan pathologi adalah 3. Perubahan patologi yang ada


adanya robekan otot atau tendon adalah adanya robekan sebagian
dengan terpisahnya otot jaringan dari ligament.
otot dengan jaringan otot, jaringan
otot dengan tendon atau jaringan c. Third Degree Sprain ( Severe sprain)
tendon/aoat dengan tulang. 1. Second degree sprain ditandai
dengan tenderness, nampak jelas
2. Kerusakan jaringan tendon ada gerakan abnormal, ada
Tendon merupakan jaringan yang bengkak, perdarahan local dan
relative sangat sedikit peredaran kehilangan fungsi.
darahnya, sehingga bila terjadi kerusakan 2. Komplikasi yang timbul adalah
memakan waktu yang cukup lama untuk adanya tendensi pengulangan
dapat sembuh kembali. Pada prinsipnya cidera, menimbulkan instability dan
kerobekan tendon harus dijahit dengan dapat menyebabkan traumatic
baik sehingga tidak menimbulkan arthitis. Perubahan patologi yang
‘trigering’. Komplikasi yang timbul akibat ada adalah adanya robekan komplet
immobilisasi yang lama dapat berupa dari ligament
atrophy otot, kekakuan sendi akibat
perlengketan dan lain sebagainya. 4. Kerusakan Jaringan syaraf
Kerusakan jaringan syaraf dapat
3. Kerusakan pada Ligament berupa neuropraxia, axonotmesis dan
Kerusakan ligament sering disebut neurotmesis.
sprain dimana terjadi kelebihan gerakan
sendi secara fisiologis, sehingga b. Kerusakan Sendi
menyebabkan ligament yang berfungsi Kerusakan sendi dapat berupa
sebagai jaringan pengilat sendi terulur. subluksasi, dislokasi, kerobekan kapsul,
Sprain dibagi dalam dibagi: synovial dan bantalan sendi yang biasanya
a. First Degree Sprain (mild sprain) disertai dengan perdarahan yang terjadi di
1. First degree sprain ditandai dengan dalam rongga sendi (haemathrosis). Berbeda
tenderness, tak ada gerakan yang dengan sprain dimana sendi masih dalam
tidak normal, sedikit atau tak ada atau kembali dalam posisi yang baik,
bengkak, sedikit perdarahan, dan subluksasi terjadi perubahan posisi sendi
sedikit kehilangan fungsi. walaupun tidal komplete seperti pada
2. Komplikasi yang timbul adalah dislokasi.
adanya tendensi pengulangan Struktur yang dapat terkena pada sendi
cidera. adalah kapsul sendi, synovial membrane,
3. Perubahan patologi yang ada bantalan sendi misalnya meniscus, ligament
adalah adanya robekan sedikit dari dalam sendi misalnya ligament cruciatum.
ligament.
c. Kerusakan Jaringan tulang
b. Second Degree Sprain (moderate Kerusakan jaringan tulang adalah dapat
sprain) berbentuk fraktur biasa atau berbentuk
1. Second degree sprain ditandai spiral, oblique akibat trauma tidak langsung,
dengan tenderness, ada sedikit baik terbuka maupun tertutup. Pada orang
gerakan abnormal, ada bengkak, tua dimana terjadi osteoporosis sering
perdarahan, dan kehilangan fungsi dijumpai fraktur kompresi pada corpus
sedang. vertebrae atau fraktur colles pada waktu
2. Komplikasi yang timbul adalah jatuh menebak.
adanya tendensi pengulangan
cidera, menimbulkan instability dan Repetitive Strain / Sprain
dapat menyebabkan traumatic Mekanisme terjadinya repetitive strain/
arthitis. sprain adalah adanya tekanan/ kelelahan/
trauma kecil yang berulang ulang secara
perlahan dan makin lama semakin menjadi

Jurnal Fisioterapi Volume 15 Nomor 1, April 2015  47


Hubungan Antara Karakteristik Atlet Dengan Masa Pemulihan Setelah Cidera Olahraga

berat. Penyebab sering dipengaruhi beberapa fase ini mulai dilatih kembali kemampuan
faktor yang tidak jelas, sehingga sulit membuat melompat dan penguatan otot otot core
diagnosis yang tepat dan terapinya pun sulit. untuk stabilisasi. Juga mulai dilatih
Repetitive Strain/sprain ini dapat kemampuan kontraksi konsentrik dan
menimbulkan proses degenerasi dini pada eksentrik dari atlet untuk meningkatkan
jaringan yang terkena. Seberapa contoh akibat kontrol gerakan gerakan pada cabang
repetitiev strain / sprain misalnya olahraga masing masing. Pada fase ini
Myosinovitis, dimana terjadi rasa sakit yang fisioterapis mulai berkolaborasi dengan
timbul dari otot yang overuse dan ada krepitasi personal trainer, terutama dalam
bila bergerak. Demikian pula dengan tendinous menentukan beban latihan bagi latihan
lessions yang dapat berupa tenosynovitis yaitu beban di gym serta menentukan circuit
terjadinya pengkasaran pada permukaan luncur training yang akan dilakukan. Namun
tendon dengan selubungnya. Tendinitis yang demikian kontrol terhadap pola gerak normal
berupa tumbuhnya scartissue pada tendon, dan resiko munculnya cidera berulang
tenoperiosteal junction, tenovaginitis, dan lain tetapmenjadi perhatian yang lebih
sebagainya.
Repetitive strain/sprain ini dapat terjadi 3. Fase 3 (10 – 16 minggu)
dimana saja dalam kegiatan olahraga Pada fase ini diharapkan seorang atlet sudah
tergantung dari jenis olahraganya. Pemeriksaan memiliki kemampuan otot yang mumpuni
fisik yang mendasar mulai dari Inspeksi, test dimana besar otot kedua bagian baik yang
gerakan active & passive, test sendi, test cidera maupun tidak sudah baik, tingkat
jaringan lunak dan palpasi serta intepretasi stabilisasi sudah baik ditandai dengan
hasil pemeriksaan yang tepat merupakan kunci mampu berdiri satu kaki sambil lempar
keberhasilan terapi selanjutnya. tangkap bola pada permukaan yang tidak
rata. Atlet juga mampu brideging satu kaki
Terapi Latihan Pada Cidera Olahraga selama 45 detik dan mampu naik sepeda
Penanganan terhadap cidera tersebut statik selama 20 menit tanpa keluhan. Jika
terjadi dalam beberapa fase, dimana pada kemampuan itu sudah dipenuhi maka latihan
setiap fase , baik fisioterapi, pelatih fisik dan dapat ditingkatkan dari kemampuan
pelatih memiliki peran masing masing. melompat ke berlari. Kemampuan berlari
1. Fase 1 (0 – 2 minggu) memang lebih sulit dilakukan karena secara
Fase akut atau inflamasi pada fase ini terapi biomekanik terdapat gerakan gerakan yang
latihan ditujukan untuk mengurangi nyeri bersifat kontra lateral. Pada fase ini
dan begkak, menambah gerak sendi, fisioterapis sudah mengurangi perannya
meningkatkan kembali kemampuan otot dalam menyusun dosis latihannya. Dosis
untuk berkontraksi, memperbaiki rangsang latihan sudah ditentukan oleh seorang
sendi dan perawatan luka. Pada fase ini pelatih strenght dan conditioning. Peran
latihan yang diberikan betul betul terkontrol fisioterapi adalah tetap menjaga body
hanya untuk mendidik kembali otot untuk aligment dan postur yang baik.
berkontraksi. Pada fase ini peran fisioterapis
yang tahu tentang proses penyembuhan 4. Fase 4 (14 sd 24 minggu)
jaringan sangat vital dalam memberikan Fase persiapan kembali keolahraga. Untuk
program pelatihan pada fase satu ini. memasuki fase ini seorang atlet sudah tidak
memiliki rasa nyeri, mampu lompat dan
2. Fase 2 (2 minggu s/d 16 minggu) mendarat satu kaki, mampu jogging 20
Adaptasi anatomi dan penguatan. Jika atlet menit, pola gerak dan lari baik. Pada fase ini
sudah tidak lagi merasa nyeri operasi, gerak latihan yang diberikan adalah latihan dalam
sendi baik menekuk maupun lurus sudah bentuk peningkatan agility, aktivasi neural,
normal, disertai tidak ada lagi bengkak pada peningkatan kecepatan, dan juga daya
daerah cidera dan mampu berdiri satu kaki tahan. Selain itu hal terpenting yang tidak
lebih dari 30 detik, maka latihan ditingkatkan boleh dilupakan adalah latihan khusus untuk
pada fase kedua. Pada fase ini mulai cabang olahraga masing masing. Fisioterapis
diperkenalkan latihan beban di gym untuk dan Pelatih harus pandai pandai menentukan
memperkuat dan memperbesar otot. Pada latihan yang sesuai dengan aktifitas pada

48 Jurnal Fisioterapi Volume 15 Nomor 1, April 2015 


Hubungan Antara Karakteristik Atlet Dengan Masa Pemulihan Setelah Cidera Olahraga

cabang olahraga masing masing. Pelatih (10,6) sampel dengan jenis kelamin laki laki
pada fase ini memegang peranan penting berjumlah 46 orang (68,2%) dan berjenis
dalam menentukan desain katihannya. kelamin perempuan ada 20 orang (28,2 %)
karakter depresi ada 3 orang, isolated 9 orang,
Karateristik Atlet optimis 23 orang, denial 28 orang dan bargain
Karakteristik atlit adalah keadaan dari 3 orang sampel dengan lama kompetisi < 10
atlet tersebut yang terdiri dari;Umur semakin berjumlah 46 orang (69,7%) dan 11 - 20 ada
muda umumr maka akan semakin cepat proses 17 orang (4,5 %) serta > 21 ada 3 orang (4,5
pemulihannya. Karakteristik personal, setiap %) sampel dengan frekwensi latihan 6 kali
atlet memiliki sifat yang masing masing perminggu berjumlah 8 orang (12,1 %) , 4 kali
berbeda. Seorang atlet dengan sifat yang lebih ada 21 orang (31,8 %), 3 kali24 orang (38,4%)
berani dan memiliki daya juang yang tinggi serta 2 kali ada 17 orang (19,7 %) sampel
akan memiliki masa pemulihan yang lebih berdasarkan pendidikan SMA berjumlah 20
cepat. orang (30,3%) dan diploma / S 1 ada 46 orang
Pengalaman, seorang atlet yang pernah (69,7 %) sampel berdasarkan posisi pemain
mengalami cidera yang sama maka masa small berjumlah 15 orang (22,7 %) dan big
pemulihannya akan lebih cepat. Begitu pula man ada 51 orang (77,3 %) sampel dengan
pada atlet yang memiliki pengalaman tehnik bermain speed rotation berjumlah 44
bertanding lebih banyak akan memiliki orang (66,7 %) dan Speede jump ada 12 orang
kemampuan untuk berstrategi dalam proses (18,2 %) serta jump landing ada 10 orang
pemulihan cideranya. (15,2 %) sampel dengan tingkatan sprain
Tingkatan latihan, atlet dengan terdiri dari grade 1 berjumlah 34 orang (54,5
tingkatan latihan yang lebih tinggi pasti sudah %) dan grade 2 ada 24 orang (36,4 %) serta
memiliki kemampuan kekuatan dan kondisi grade 3 ada 6 orang (9,1) sampel dengan
sebagai dasar kekuatan gerak yang lebih baik. waktu pemulihan dimana dengan 4 – 30 hari
Keadaan ini akan membuat proses pemulihan berjumlah 16 orang (24,2 %) dan 2-6 bulan
lebih baik teknik. Pola gerak normal adalah ada 44 orang (66,7 %) serta > 6 bulan ada
dasar dari prestasi pada olahraga. Pola gerak orang (9,1 %)
yang tidak normal akan menghasilkan tehnik Berdasarkan Uji Chi Square Usia atlet
yang salah dan rawan cidera berulang dan dengan Waktu pemuliahan 0,013 Ada
menghambat proses pemulihan hubungan, Jenis kelamin dengan Waktu
Kompetisi yang intensif, Atlet dengan pemuliahan 0,254 Tidak ada hubungan, Sifat
kompetisi yang intensif sudah memiliki ptroses atlet dengan Waktu pemuliahan 0,000 Ada
latihan yang teratur dan berkesinambungan. hubungan, Frekwensi latihan dengan Waktu
Pada atlet dengan keadaan ini proses Pemuliahan 0,348 Tidak ada hubungan, Lama
pemulihan cidera akan lebih baik. Problem berkompetisi dengan Waktu Pemuliahan 0,077
kesehatan dan General measures; Ada Tidak ada hubungan, Tingkat pendidikan
beberapa atlet yang memiliki kemampuan dengan Waktu pemuliahan0,218 Tidak ada
pembekuan darah dan proses penyembuihan hubungan, Posisi pemain dengan Waktu
luka yang lebih lambat. Pada atlet dengan pemuliahan 0,297 Tidak ada hubungan, Tehnik
kondisi ini proses penyembuhan akan lebih bermain dengan Waktu pemuliahan 0,290 Tidak
lambat ada hubungan, Tingkat cidera dengan Waktu
pemuliahan 0,002 Ada hubungan. Dari hasil uji
Hasil dan Pembahasan statastitik yang dilakukan maka diperoleh hasil
Pada penelitian ini diambil 66 sampel bahwa tidak semua karateristik atlet memiliki
pasien yang berkunjung ke ARA klinik di hubungan dengan waktu pemulihan. Adapun
Universitas Pelita Harapan yang mengalami yang meiliki hubungan dengan waktu
cidera pada tungkai bawah dan dilakukan pemulihan adalah:
tindakan fisioterapi. Adapun data distributif 1. Hubungan antara usia dengan waktu
sampel adalah sebagai berikut sprain ankle pemulihan, Proses perubahan fisiologis
berjumlah 40 orang (60,6%) dan sprain lutut terjadi karena perubahan umur. Usia dimana
ada 26 orang (39,4%) sampel dengan usia < kondisi tubuh paling baik adalah pada usia
17 berjumlah 21 orang (31,8 %) dan 18-22 ada 22–24 tahun dan pada masa itu
38 orang (57,6 %) serta 23–27 ada 7 orang penyembuhan akan menjadi lebih cepat.

Jurnal Fisioterapi Volume 15 Nomor 1, April 2015  49


Hubungan Antara Karakteristik Atlet Dengan Masa Pemulihan Setelah Cidera Olahraga

Dengan demikian usia dengan perubahan Ganong. W. F, ”Fisiologi Kedokteran”, edisi 20,
fisiologisnya akan mempengaruhi proses EGC, Jakarta ,2003
penyembuhan jaringan
2. Hubungan antara sifat dengan waktu Grimshaw, P., ”Sport and Excercise
pemulihan, alah satu faktor yang mendorong Biomechanic. Taylor and Francis”, 2007
percepatan waktu pemulihan adalah adanya
motivasi dari atlet untuk segera kembali Hanafi Suriah, ”PENGARUH LATIHAN LARI
kelapangan. Motivasi atlet ini sangat MENDAKI BUKIT DAN LARI MENURUNI
dipengaruhi oleh sifat dan pembawaan dari BUKIT TERHADAP PENINGKATAN
atlet tersebut. Seorang atlet yang optimis KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN
akan berpengaruh kepada motivasi untuk KECEPATAN REAKSI KAKI : Competitor,
penyembuhan. Kondisi ini akan Nomor 1 Tahun 4”, Februari 2012.
memperpendek waktu pemulihan dari atlet Avaible at
tersebut http://digilib.unm.ac.id/files/disk1/10/un
3. Hubungan antara tingkat cidera dengan iversitas%20negeri%20makassar-digilib-
waktu pemulihan. Jaringan spesifik memiliki unm-editor-476-17-suriahh-i.pdf
proses penyembuhan luka mulai dari proses
haemorage sampai proses remodeling yang Kisner, Carolyn, and Lynn Allen Colby,
umumnya membutuhkan waktu 6 bulan. “Therapeutic Exercise 5th Edition”, F. A.
Jaringan spsifik sendiri akan semakin cepat DAVIS COMPANY, Philadelphia, 2007
memperbaiki diri jika kerusakan tidak terlalu
berat. Pada kondisi grade 3 dimana jaringan. Lederman Eyal, “The Myth of Core Stability.
CPDO Online Journal”, p1-17, 2007
Kesimpulan
Adanya hubungan adalah antara waktu Margina, “MBI Mucle Group”, 2012. Avaible at
pemulihan dengan usia, sifat atlet dan tingkat http://www.proprofs.com/flashcards/sto
cidera. Tidak adanya hubungan adalah antara ry.php?title=mbi-muscle-group-1
waktu pemulihan dengan jenis cidera, jenis
kelamin, lamanya kompetisi, frekwensi latihan, Mulyanto,Yudi Taufik, “Metode Latihan Lari
posisi pemain, tingkat pendidikan dan tehnik Cepat: JURNAL IPTEK OLAHRAGA”,
bermain. VOL.7, No.3, 143-159, 2005

Daftar Pustaka Muhamad, Memet, “HUBUNGAN ANTARA


Baechle et al., “Essentials of StrengthTraining KECEPATAN LARI 100 METER DENGAN
and Conditioning”, 2008 HASIL LOMPATAN PADA LOMPAT JAUH
GAYA JONGKOK SISWA SMP NEGERI 16
BSNP, “Standar Kompetesi dan Kompetensi KOTA BEKASI”, 2011. Avaible from :
Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan www.ejournalunisma.net/ojs/index.php/
Kesehatan Sekolah Dasar dan Madrasah motion/article/viewFile/.../30
Ibtidaiyah”, BSNP, Jakarta, 2006
Matakupan, “Fisiologi dan Fisiologi Olahraga”,
Ben Kibler.W., “The Role of Core Stability in FIK-UNJ, Jakarta, 2007.
Athletic Function”, Sports Med; 36 (3):
189-198, USA, 2006 Nala, N., “Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga”,
Komite Olahraga Nasional Indonesia
Chabut, Lareine, “Core Strength For Dummies”, Daerah Bali, Denpasar, 2002
Wiley Publishing, Inc., Indianapolis,
Indiana., Canada, 2009 Oliver et al., “Implementation of a Core Stability
Program for Elementary School
Dugan, A Sheila et al., “Biomechanics and Children”, 2010. avaible at
Analysis of Running Gait”, Elvesier http://hhpr.uark.edu/biomechanics/KINS
Saunders, Philadelpia, 2005 /youth_core_2010.pdf

50 Jurnal Fisioterapi Volume 15 Nomor 1, April 2015 


Hubungan Antara Karakteristik Atlet Dengan Masa Pemulihan Setelah Cidera Olahraga

Rubenstein, “Exercise Ideas for Core


Strengthening”, Tachoma, Washington,
2005

Sato Kimtako, Mokha Monique, “DOES CORE


STRENGTH TRAINING INFLUENCE
RUNNING KINETICS, LOWER-
EXTREMITY STABILITY, AND 5000-M
PERFORMANCE IN RUNNERS?: Journal
of Strength and Conditioning Research”,
Department of Sport and Exercise
Sciences, Barry University, Miami
Shores, Florida, 2009

Shumway-Cook A, Woollacott M., “Motor


Control: Translating Research into
Clinical Practice”, 3rd ed, Lippincott
Williams & Wilkins, Philadelphia, 2007

Sumarjo, “Pengaruh Interval Training dengan


Istirahan Aktif dan Pasif pada Lari Jarak
Pendek: Majalah Ilmiah UKHUWAH”,
Vol.4, No.3, 2009

Yudiana, dkk., ”Latihan Fisik”, FPOK-UPI,


Bandung, 2010

Jurnal Fisioterapi Volume 15 Nomor 1, April 2015  51

Anda mungkin juga menyukai