Anda di halaman 1dari 10

Jurnal LINEARS, Maret, 2019 Vol.2, Nomor. 01, hal.

8-17
Jurnal LINEARS, Maret, 2019, Vol.2 (No.1), hal. 08-17
DOI: https://doi.org/10.26618/j-linears.v2i1.3023
ISSN: 2614-3976 (Online), Indonesia

Struktur Sebaran Ruang Terbuka Hijau di Kota Makassar


* Aris Sakar Dollah 1, Rasmawarni 1
1
Prodi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Makassar, Indonesia
Alamat Email: arisdol@unismuh.ac.id
*Alamat korespondensi, Masuk: 20 Feb. 2019, Direvisi: 07 Mar. 2019, Diterima: 09 Mar. 2019

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ruang terbuka hijau di Kota Makassar dari aspek
luasan dan struktur penyebarannya. Alat ukur yang dipergunakan untuk melihat ketersediaan dan
penyebaran adalah Permen PU Nomor 5 Tahun 2008. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei
dengan analisis deskriptif. Teknik analisis mempergunakan tabel persentase dan tabel skalogram. Data
dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara terstruktur dan penyebaran kuesioner serta
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ruang terbuka hijau di Kota Makassar luas dan
sebarannya tidak terstruktur mengikuti perkembangan planologis kota. Tiga Kecamatan yang menjadi
sampel hanya Kecamatan Ujung Pandang yang mempunyai struktur ruang terbuka hijau yang terpola
mengikuti perkembangan pola planologis kota. Sedangkan dua kecamatan lainnya yakni Kecamatan
Makassar dan Kecamatan Bontoala tidak mempunyai pola struktur RTH. Kompleks RTH Lapangan
Karebosi sebagai RTH tingkat kota luasannya tidak sesuai berdasarkan jumlah penduduk, tingkat
pemenuhannya sebesar 18 persen. RTH tingkat kelurahan, dari 12 kelurahan yang menjadi hanya 6
kelurahan yang mempunyai RTH. Fasilitas RTH Tingkat RW dan RT selain RW dan RT yang ditempati
RTH tingkat kota, kecamatan dan kelurahan, pada tempat lain tidak ditemukan. Berdasarkan analisis
skalogram persentase penyebaran RTH (COR) adalah 24 persen.

Kata kunci: Ruang terbuka hijau, Skalogram, Pola Planologis Kota.

ABSTRACT: This study aims to analyse the green open space in Makassar City from the aspect of the
extent and structure of its distribution. The measuring instrument used to see availability and distribution
is Permen PU Number 5 the Year 2008. This research was conducted by survey method with descriptive
analysis. The analysis technique uses a percentage of tables and scalogram tables. Data collected by
observation techniques, structured interviews and questionnaires and documentation. The results showed
that the condition of green open space in Makassar City was broad and its distribution was not structured
following the urban pathological development, a pathological pattern of the city. While the other two
districts, namely Makassar and Bontoala districts, do not have a green open structure pattern. Karebosi
Field Green Space Complex as City Level Green Space is not suitable according to population, and the
fulfilment rate is 18 per cent. RTH Kelurahan Level, out of 12 villages, only six communities have RTH.
Facilities for RW and RT-level green space other than RW and RT occupied by City, Sub-district and
Kelurahan Levels, are not found elsewhere. Based on a scalogram analysis, the percentage of green open
space is 24 per cent.

Keywords: Green open space, skalogram city planological pattern.

PENDAHULUAN
Jumlah penduduk perkotaan di Indonesia pada kota dan menuju kehidupan artifisial yang
tahun 2015 sudah melebihi penduduk yang tinggal sesungguhnya.
di pedesaan [1], kondisi ini akan memberikan Pembangunan kota dan aktivitas yang
implikasi pada tingginya tekanan terhadap berlangsung didalamnya merupakan penyumbang
pemanfaatan ruang kota [2], akibatnya setiap terbesar dari masalah lingkungan yang hangat
jengkal lahan perkotaan, bahkan permukaan air diperbincangkan oleh para ahli lingkungan saat ini,
seperti sungai, rawa dan pantai dipergunakan untuk yaitu pemanasan global (global warming) yang
membangun sarana dan prasarana kota, sehingga disebabkan oleh efek rumah kaca (green house).
menimbulkan kecenderungan bahwa setiap ada Diperkirakan dalam seratus tahun terakhir ini, suhu
pembangunan dan pemekaran kota akan mengarah udara rata-rata dunia naik sekitar 0.74 ± 0.18 °C dan
menuju maksimalisasi ruang kota, sehingga pada akhir tahun 2100 diperkirakan akan terjadi
akibatnya terjadi minimalisasi ruang terbuka hijau kenaikan suhu udara bumi sekitar 1,5 – 4 °C, jika

8
Jurnal LINEARS, Maret, 2019, Vol.2 (No.1), hal. 08-17

tidak dilakukan usaha-usaha nyata dalam rangka sebagai alat ukur. Hasil dari penelitian ini
menanggulanginya [3]. diharapkan menjadi bahan acuan bagi yang
Meningkatnya proses penangkapan CO2 secara berwenang dalam pengembangan RTH di kota
alamiah sangat penting dalam upaya mereduksi gas Makassar. dan menjadikannya sebagai kota yang
rumah kaca dan polutan udara lainnya. berkelanjutan.
Diperkirakan dalam 30 tahun terakhir Ruang
Terbuka Hijau (RTH) pada kota-kota besar di KAJIAN PUSTAKA
Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Urbanisasi merupakan pemicu adanya
Medan, dan Makassar mengalami penurunan yang peningkatan jumlah penduduk, kurangnya
cukup signifikan, dari 35 persen pada awal 1970-an ketersediaan RTH dan meningkatkan konsumsi
menjadi tinggal 10 persen pada saat ini [4,5,6]. energi listrik dimana pada akhirnya akan
Menurunnya kuantitas dan kualitas ruang terbuka meningkatkan polusi udara dan efek rumah kaca [9].
hijau yang ada di perkotaan, baik berupa ruang Seandainya gas-gas pembentuk atmosfer bumi yang
terbuka hijau (RTH) dan ruang terbuka non hijau berperan sebagai selimut ini tidak ada, maka seluruh
telah mengakibatkan menurunnya kualitas panas bumi dari matahari akan dilepas kembali ke
lingkungan perkotaan seperti seringnya terjadi angkasa luar mengakibatkan bumi menjadi beku.
bencana banjir, tingginya polusi udara, dan Contoh klasik peran CO2 dalam pengaturan suhu
meningkatnya kerawanan sosial, menurunnya atmosfer planet adalah yang terjadi pada planet
produktivitas masyarakat karena stres akibat Venus. Konsentrasi CO2 pada atmosfer Venus
terbatasnya ruang terbuka publik [7]. Lebih lanjut sangat tinggi mengakibatkan suhu planet ini
dijelaskan pula bahwa kecenderungan terjadinya demikian tingginya sehingga tidak memungkinkan
penurunan ini karena sebagian besar telah suatu kehidupan berlangsung didalamnya [5,10].
dikonversi menjadi infrastruktur perkotaan seperti Berkurangnya jumlah vegetasi persatuan luas
jaringan jalan, gedung-gedung perkantoran, pusat tertentu di permukaan bumi akibat pembangunan
perbelanjaan, dan kawasan permukiman baru. kota, perumahan, dan pembukaan lahan pertanian,
Ruang Terbuka Hijau (RTH) mempunyai sangat mengurangi jumlah CO2 yang diserap
kegunaan sebagai penyeimbang ekosistem kota, tumbuhan, hal ini memunculkan fenomena alam
baik itu sistem hidrologi, klimatologi, yang disebut pemanasan bumi (global warming).
keanekaragaman hayati, maupun sistem ekologi Kemampuan vegetasi menyerap CO2 di udara
lainnya, bertujuan meningkatkan kualitas dibuktikan oleh penelitian sebelumnya [3,11].
lingkungan hidup, estetika kota, kesehatan, dan Penelitian di lakukan pada wilayah yang beriklim
kesejahteraan masyarakat (quality of life, human empat musim dan ditemukan, konsentrasi CO 2
well being). Ruang terbuka hijau yang ideal adalah mencapai titik maksimun pada akhir musim dingin
30 persen dari luas wilayah kota. Mengacu pada ketika pohon kehilangan seluruh daunnya, serta
KTT Bumi di Rio de Janeiro, Brazil tahun 1992, dan mencapai titik minimum saat akhir musim panas
dipertegas pada KTT Johannesburg, Afrika Selatan ketika pohon memiliki kelebatan daun yang tinggi.
2002 [7]. Menurut Haq [12], kemampuan tanaman
Pemerintah telah mengeluarkan peraturan dalam menyerap karbon dioksida telah diketahui
perundang-undangan untuk menjadikan lingkungan melalui penelitian oleh para ahli diantaranya
perkotaan menjadi lingkungan yang nyaman untuk penelitian tentang fungsi tanaman dalam
didiami, antara lain yang spesifik mengatur RTH, mereduksi polutan disebutkan bahwa Angsana
adalah peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor dan Flamboyan dapat mereduksi CO sampai (70%)
5 Tahun 2008 [8], yang mengatur tentang dan SO2 sebesar (50%), Asam Kranji dapat
kebutuhan luasan RTH perkotaan mulai dari tingkat mereduksi CO sampai (80%) dan SO2 sampai (90
satuan pelayanan RT sampai dengan satuan %), Kiara Payung mereduksi CO (70 %) dan SO2
pelayanan kota, demikian juga pengaturan tentang sebesar (60%), Bougenvile dapat menahan debu
peletakannya dan komponen-komponen yang ada sampai 70%. Pohon lain dengan kemampuan
dalam RTH tersebut. penyerapan CO2 yang sangat besar adalah
Mengingat peran RTH yang demikian penting Trembesi, pohon ini mampu menyerap 28.488,39
pada lingkungan perkotaan, dan pesatnya kg CO2/pohon setiap tahunnya.
perkembangan pembangunan di Kota Makassar, Hasil penelitian lain dengan temuan yang
mendorong peneliti untuk melakukan kajian tentang kurang lebih sama Kusminingrum [13], dengan
struktur penyebaran RTH di Kota Makassar, dengan meneliti potensi tanaman dalam menyerap CO 2 dan
menggunakan Permen PU Nomor 5 Tahun 2008 CO untuk mengurangi dampak pemanasan global.

9
Jurnal LINEARS, Maret, 2019, Vol.2 (No.1), hal. 08-17

RTH merupakan produsen oksigen yang belum Pengaturan kebutuhan RTH dan struktur RTH
tergantikan fungsinya, menurut Prihandono [14]. di perkotaan berdasarkan hierarki wilayah diatur
Sebagai patokan, pada lahan seluas 1.600 m2, yang dalam Permen PU Nomor 5 Tahun 2008 [8], seperti
terdapat 16 pohon berdiameter tajuk 10 m mampu terlihat pada tabel 1. Tipe RTH diklasifikasikan
menyuplai Oksigen (O2) sebesar 14.000-liter per berdasarkan jumlah penduduk yang akan dilayani,
hari. Setiap jam, satu hektar daun-daun hijau dapat penentuan lokasi yang tepat dan standar luasan
menyerap 8 Kg CO2 yang setara dengan CO2 yang minimal. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa
dihembuskan oleh nafas manusia sekitar 200 orang jumlah penduduk sangat berperan penting dalam
dalam waktu yang sama. menentukan standar pelayanan RTH.
Kemampuan pohon dalam memproduksi Penelitian difokuskan pada wilayah pusat kota
oksigen dikemukakan juga oleh Kusminingrum [13] dengan pertimbangan bahwa wilayah pusat kota
bahwa satu batang pohon dapat menyediakan mengalami pengembangan pembangunan yang
oksigen bagi keperluan bernafas untuk 2 orang. pesat, eksploitasi lahannya sangat tinggi, sehingga
Pada penelitian lain dikatakan 1 (satu) hektar RTH diperlukan kajian untuk melihat kondisi penyebaran
dapat menghasilkan 0.6 ton oksigen untuk konsumsi RTH yang ada didalamnya. Mayoritas RTH di Kota
1500 orang per hari [15]. Makassar diambil masuk dalam kategori jenis
Menurut Rawung [16], RTH sebagai lapangan yang terkonsentrasi di pusat kota [18].
komponen penting dari perkotaan diarahkan
dikembangkan dalam bentuk jalur hijau, dimana Tabel 1. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah
salah satu tanaman yang dapat mereduksi sisa emisi Penduduk
CO2 aktual adalah pohon tanjung dengan
kemampuan daya serap 5,04 ton/pohon/tahun.
Lebih lanjut dikatakan bawah dalam pemilihan jenis
vegetasi mempertimbangkan karakteristik kawasan
dan tidak menimbulkan gangguan terhadap aktivitas
perkotaan.
RTH diperkotaan digunakan juga sebagai
tempat untuk evakuasi jika terjadi bencana alam.
Bahkan pada daerah-daerah dengan intensitas
bencana alam yang tinggi, RTH dirancang untuk
dijadikan sebagai tempat penampungan sementara
bagi warga kota yang mengalami bencana, misalnya
gempa bumi dan kebakaran. Pada saat bencana
terjadi, RTH dapat menjadi tempat yang aman
untuk berbagai macam layanan darurat seperti
penyediaan persediaan bantuan serta untuk
mendirikan pusat komando pelayanan dan bantuan
medis [17].
Beberapa kota diluar negeri dalam
perencanaan RTH kota mencantumkan jarak
tempuh berdasarkan tingkatan RTH, seperti Kota
Rotterdam mensyaratkan jarak tempuh maksimal (Sumber: Permen PU Nomor 5 Tahun, 2008.)
250 meter untuk RTH pada lokasi perumahan
(House Block Greenspace), jarak tempuh maksimal Berdasar pada pertimbangan tersebut sengaja
400 meter untuk RTH bagian kota (Quarter dipilih Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan
Greenspace) dan jarak tempuh 800 meter untuk Makassar dan Kecamatan Bontoala yang dianggap
RTH wilayah kota (District Greenspace). Pada sebagai representasi wilayah pusat kota.
uraian yang lain dikatakan taman kecil yang luasnya Selanjutnya masing-masing kecamatan sengaja
kurang dari 2 (dua) hektar yang dapat ditempuh dipilih empat kelurahan, yakni Kelurahan Baru,
dengan berjalan kaki dari lingkungan rumah. Taman Kelurahan Bulogading, Kelurahan Sawerigading
menengah luasnya 20 ha dengan jarak tempuh 1,5 dan Kelurahan Maloku sebagai sampel bagi
Km dari perumahan dan taman besar yang luasnya Kecamatan Ujung Pandang. Kelurahan Maricaya,
minimal 60 ha dengan jarak tempuh 8 Km dari Kelurahan Sawerigading dan Kelurahan Maloku
perumahan [15]. sebagai sampel bagi Kecamatan Ujung Pandang.

10
Jurnal LINEARS, Maret, 2019, Vol.2 (No.1), hal. 08-17

penduduk berdasarkan hierarki wilayah. Teknik


analisis selanjutnya yang dipergunakan adalah
teknik analisis tabel skalogram untuk melihat
hierarki ketersediaan RTH untuk masing-masing
unit wilayah sekaligus menggambarkan struktur
penyebarannya.
Teknik skalogram merupakan salah satu alat
analisis yang dipakai untuk menilai tingkat hierarki
kelengkapan dan keterlaksanaan fungsi fasilitas
suatu unit lingkungan. Teknik analisis skalogram ini
banyak dipakai oleh para geograf, demograf dan
perencana untuk menganalisis tingkat hierarki
ketersediaan fasilitas di perkotaan, Rondinelli [19].
(Sumber: Diolah dan Dimodifikasi berdasarkan Permen Berdasarkan gambaran tabel skalogram dapat
PU Nomor 5 Tahun, 2008.) dihitung COR (Coeffisient of Refroducibility) yaitu
angka persentase dari hasil bagi antara jumlah sel
Gambar 1. Model Struktur Penyebaran RTH tabel yang terisi dengan jumlah sel tabel
Perkotaan keseluruhan. Dalam bentuk persamaan dapat
digambarkan:
METODE COR = (A/Q) x 100, dengan keterangan simbol
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret A = Jumlah sel tabel yang terisi
2016 sampai dengan Mei 2016. Sampel ditentukan Q = Jumlah sel tabel secara keseluruhan
dengan mempergunakan metode penentuan sampel
bertujuan (Purposive Sampling) dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
memperhatikan adanya RTH yang dapat diamati. Sebaran RTH di Kecamatan Ujung Pandang
Penelitian difokuskan pada wilayah pusat kota Berdasarkan hasil survei sebaran RTH di
dengan pertimbangan bahwa wilayah pusat kota Kecamatan Ujung Pandang berdasarkan sampel
mengalami pengembangan pembangunan yang Kelurahan seperti terlihat pada tabel 2.
pesat, eksploitasi lahannya sangat tinggi, sehingga Terlihat pada tabel 2, Kelurahan Baru memiliki
diperlukan kajian untuk melihat kondisi penyebaran RTH Kompleks Lapangan Karebosi, dilihat dari
RTH yang ada didalamnya. perletakannya dalam hirarki wilayah Kota, RTH ini
Berdasar pada pertimbangan tersebut sengaja disamping sebagai RTH Kelurahan untuk
dipilih Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan Kelurahan Baru, juga berfungsi sebagai RTH
Makassar dan Kecamatan Bontoala yang dianggap Tingkat Kecamatan untuk Kecamatan Ujung
sebagai representasi wilayah pusat kota. Pandang dan RTH Kota untuk Kota Makassar.
Selanjutnya masing-masing Kecamatan sengaja Berdasarkan luasan yang ada, maka RTH untuk
dipilih empat kelurahan, yakni Kelurahan Baru, Tingkat Kelurahan dan Tingkat Kecamatan sangat
Kelurahan Bulogading, Kelurahan Sawerigading memenuhi bahkan melebihi luasan yang diatur
dan Kelurahan Maloku sebagai sampel bagi dalam Permen PU Nomor 5 Tahun 2008 [8].
Kecamatan Ujung Pandang. Kelurahan Maricaya, Dilihat dari aspek jumlah penduduk,
Kelurahan Sawerigading dan Kelurahan Maloku Kecamatan Ujung Pandang dengan jumlah
sebagai sampel bagi Kecamatan Ujung Pandang. penduduk 27.160 jiwa, dengan standar RTH
Kelurahan Maricaya, Kelurahan Maradekaya, Kecamatan 0,2 m2 per penduduk maka RTH
Kelurahan Bara-Baraya Utara dan Kelurahan Tingkat Kecamatan yang harus ada seluas 5.432 m2,
Lariang Bangi sebagai sampel bagi Kecamatan sedangkan untuk Kelurahan Baru dengan jumlah
Makassar. Kelurahan Gaddong, Kelurahan Wajo penduduk 1.558 jiwa, dengan standar RTH 0,3 m 2
Baru, Kelurahan Baraya dan Kelurahan Bontoala per penduduk, maka RTH Tingkat Kelurahan yang
sebagai sampel bagi Kecamatan Bontoala, harus ada seluas 467 m2.
kemudian masing-masing kelurahan sengaja Jika dilihat berdasarkan luas wilayah, luas
dipilih satu RW dan satu RT. Kelurahan Baru sebesar 21 Ha atau 210.000 m2, jika
Teknik analisis mempergunakan teknik 30 persen dari luas tersebut adalah RTH, maka
analisis persentase yang menggambarkan RTH Kelurahan Baru seharusnya mempunyai RTH
lapangan dan RTH berdasarkan Permen PU Nomor seluas 63.000 m2. Jika 20% dari RTH tersebut
5 Tahun 2008 [8], serta RTH berdasarkan jumlah adalah RTH yang harus disediakan oleh pemerintah,

11
Jurnal LINEARS, Maret, 2019, Vol.2 (No.1), hal. 08-17

maka luasnya adalah 42.000 m2. Sepuluh persen RTH Tingkat Kelurahan untuk Kelurahan
sisa RTH adalah bagian dari partisipasi masyarakat Bulogading.
dalam bentuk RTH halaman rumah dan halaman Jika dilihat dari aspek jumlah penduduk
perkantoran dan dikategorikan sebagai RTH Kelurahan Bulogading, dengan jumlah penduduk
pribadi. Berdasarkan uraian dari aspek jumlah sebanyak 2.703 jiwa, seharusnya mempunyai RTH
penduduk dan luas wilayah dan peraturan tingkat Kelurahan seluas 811 m2. Dari aspek jumlah
pemerintah, terlihat bahwa RTH Tingkat penduduk dikaitkan dengan luas RTH yang dimiliki
Kecamatan dan RTH tingkat kelurahan untuk oleh Kelurahan Bulogading maka luas RTH Tingkat
Kelurahan Baru dibanding luas RTH Kompleks Kelurahannya sangat memenuhi. Sedangkan jika
Lapangan Karebosi sangat memenuhi. dilihat dari luas wilayah dengan kewajiban
Berdasarkan uraian dari aspek jumlah pemerintah menyiapkan 20 persen atau seluas
penduduk terlihat bahwa RTH Tingkat Kecamatan 46.000 m2, dari aspek ini RTH di Kelurahan
dan RTH Tingkat Kelurahan untuk Kelurahan Baru Bulogading tidak memenuhi
dibanding luas RTH Kompleks Lapangan Karebosi Di Kelurahan Maloku terdapat RTH Taman
sangat memenuhi. Dari analisis RTH berdasarkan Hasanuddin. Berdasarkan luasan yang ada RTH ini
jumlah penduduk terlihat adanya perbedaan luas tidak memenuhi luasan RTH tingkat kelurahan
yang cukup besar dengan RTH seperti yang diatur seperti yang diatur dalam Permen PU Nomor 5
dengan Permen PU Nomor 5 Tahun 2008 [8]. Tahun 2008 [8]. Jika dilihat dari aspek jumlah
Perbedaan ini disebabkan oleh adanya perbedaan penduduk Kelurahan Maloku, dengan jumlah
yang cukup besar antara jumlah penduduk menurut penduduk sebanyak 2.531 jiwa, seharusnya
hierarki kota yang diatur oleh Permen PU Nomor 5 mempunyai RTH tingkat Kelurahan seluas 759 M2.
Tahun 2008 [8] dengan jumlah penduduk yang ada Dari aspek jumlah penduduk dikaitkan dengan luas
di lapangan. RTH yang dimiliki oleh Kelurahan Maloku maka
Di Kelurahan Sawerigading terdapat RTH luas RTH Tingkat Kelurahannya sangat memenuhi.
Lapangan Hasanuddin, dilihat dari sisi luasan, RTH Berdasarkan analisis ini terlihat bahwa Di
ini memenuhi persyaratan sebagai RTH Tingkat Kelurahan Maloku, RTH Tingkat Kelurahan
Kelurahan untuk Kelurahan Sawerigading seperti luasnya tidak mencukupi berdasarkan Permen PU
yang diatur dalam Permen PU Nomor 5 Tahun Nomor 5 Tahun 2008 [8], sedangkan jika dilihat
2008. Jika dilihat dari aspek jumlah penduduk dari sisi jumlah penduduk sangat memenuhi.
dengan jumlah penduduk sebanyak 1.585 jiwa, Jika dilihat berdasarkan luas wilayah di
maka RTH Tingkat Kelurahan yang harus ada Kelurahan Maloku, seharusnya mempunyai RTH
seluas 476 m2. Jika luas ini dibandingkan dengan seluas 60.000 m2 dengan acuan 30 persen dari luas
luasan RTH Lapangan Hasanuddin, maka untuk wilayah adalah RTH. Kalau 20 persen dari RTH
Kelurahan Sawerigading RTH Tingkat tersebut adalah kewajiban pemerintah, maka
Kelurahannya sangat memenuhi. pemerintah harus menyiapkan RTH seluas 40,000
Jika dilihat berdasarkan luas wilayah m2. RTH Taman Hasanuddin seluas 7.050 m2, maka
Kelurahan Sawerigading yang luasnya 41 Ha atau persaratan RTH di kelurahan ini tidak memenuhi.
410.000 m2, jika 30 persen dari luas tersebut adalah Dilihat dari aspek penyediaan RTH untuk
RTH, maka RTH yang dibutuhkan adalah 123.000 tingkat RW dan tingkat RT berdasarkan hasil survei
m2. Kalau 20 persen dari luas ini merupakan didapatkan, selain RW dan RT yang ditempati RTH
kewajiban pemerintah, maka RTH yang harus tingkat kelurahan di Kelurahan Baru, Kelurahan
disediakan adalah 82.000 m2. Jika luas ini Sawerigading, Kelurahan Bulogading dan
dibandingkan dengan luas RTH Lapangan Kelurahan Maloku, tidak ditemukan adanya
Hasanuddin yang luasnya 19.000 m2 tidak fasilitas RTH pada RW dan RT di lokasi lain.
memenuhi. Dilihat dari aspek penyebaran RTH di
Di Kelurahan Bulogading terdapat 5 lokasi Kecamatan Ujung Pandang, berdasarkan survei
RTH, 3 lokasi yaitu RTH Taman Macan, Taman terlihat dari empat Kelurahan yang menjadi sampel,
Pattimura dan Taman Benteng merupakan RTH masing-masing Kelurahan mempunyai RTH
aktif dengan pengertian RTH ini dapat akses oleh Tingkat Kelurahan. Penyebarannya terlihat
warga Kelurahan Bulogading untuk beraktivitas mengikuti pola perkembangan planologi dan
didalamnya, sedangkan RTH Taman Slamet Riadi terstruktur menurut hierarki wilayah RTH Tingkat
sebagai RTH pasif atau RTH bukan untuk Kecamatan dan RTH Tingkat Kelurahan.
beraktivitas diatasnya. Berdasarkan luasan yang ada Terciptanya pola planologis RTH di Kecamatan
RTH Taman Macan memenuhi persyaratan sebagai Ujung Pandang merupakan bagian dari fasilitas

12
Jurnal LINEARS, Maret, 2019, Vol.2 (No.1), hal. 08-17

lingkungan yang sengaja diadakan oleh Pemerintah adalah RTH jalur jalan yang terdapat di Jalan Urip
Kolonial Belanda yang pada saat itu menguasai Sumoharjo, RTH Jalur Jalan Latimojong, RTH jalur
Makassar. Jalan Sungai Saddang, RTH jalur Jalan Monginsidi,
RTH jalur Jalan Kerung-Kerung dan RTH jalur
Sebaran RTH di Kecamatan Makassar
Jalan Veteran.
Berdasarkan hasil survei sebaran RTH di
Berdasarkan deskripsi RTH di Kecamatan
Kecamatan Makassar berdasarkan sampel
Makassar, terlihat bahwa untuk RTH tingkat
Kelurahan seperti terlihat pada tabel 3. Terlihat pada
kecamatan tidak di temukan, sedangkan untuk
tabel 3 di Kelurahan Maradekaya terdapat RTH
tingkat kelurahan dari empat kelurahan yang
Taman P2KH Kerung-Kerung seluas 5.000 m2.
menjadi sampel, hanya satu Kelurahan yang
Berdasarkan luasan RTH menurut Permen PU
mempunyai RTH tingkat kelurahan. Tidak
Nomor 5 Tahun 2008 [8] tidak mencukupi sebagai
ditemukan adanya penyebaran RTH baik untuk
RTH Tingkat Kelurahan. Namun jika dilihat dari
RTH Tingkat Kelurahan maupun untuk RTH
aspek jumlah penduduk Kelurahan Maradekaya
Tingkat RW dan RT. Dilihat dari posisi peletakan
yang jumlahnya 5.909 jiwa seharusnya mempunyai
dan pengelompokan dengan fasilitas kota lainnya,
RTH Tingkat Kelurahan seluas 1.77,7 m2, maka
terlihat RTH ini berada pada kelompok fasilitas kota
RTH Taman P2KH Kerung-Kerung memenuhi
yang tidak mendukung, yaitu berada pada kawasan
sebagai RTH Tingkat Kelurahan. Sedangkan jika
UPTD penyedotan tinja.
dilihat berdasarkan luas wilayah seharusnya
mempunyai RTH seluas 39.000 m2 dengan acuan 30 Sebaran RTH di Kecamatan Bontoala
persen dari luas wilayah adalah RTH. Berdasarkan Berdasarkan hasil survei sebaran RTH di
angka tersebut sangat tidak memenuhi. Kecamatan Bontoala berdasarkan sampel
RTH ini merupakan bantuan Pemerintah Pusat, Kelurahan seperti terlihat pada tabel 4. Terlihat pada
merupakan bagian dari Program Pengembangan tabel 4, di Kelurahan Wajo Baru terdapat RTH
Kota Hijau. Didalamnya dibangun unsur-unsur Taman Maccini dengan luas 3.400 m2. Berdasarkan
yang merepresentasikan hal-hal yang menjadi luasnya tidak sesuai dengan luas RTH Tingkat
perhatian dari Program Kota Hijau, seperti Hijau Kelurahan yang diatur dalam Permen PU [8].
Energi, Hijau Transportasi, Hijau Pedestrian, dan Dilihat dari aspek jumlah penduduk, Kelurahan
Hijau Air. Hijau energi diimplementasikan dengan Wajo Baru berpenduduk 4.646 jiwa, membutuhkan
pemakaian energi matahari untuk menghasilkan RTH Tingkat Kelurahan seluas 1.394 m2. Jadi jika
energi listrik sedangkan hijau air dengan membuat dilihat dari aspek jumlah penduduk RTH Maccini
sumur resapan sebagai wadah penampung dan bisa dikategorikan sebagai RTH Tingkat Kelurahan
peresapan air yang bisa membantu dalam di Kelurahan Wajo Baru. Namun jika dilihat dari
penyediaan air di musim kemarau. fasilitas yang ada didalamnya RTH ini tidak
Pengembangan RTH ini menjadi RTH tingkat diperuntukkan sebagai RTH unit lingkungan yang
kecamatan sangat memungkinkan dilakukan bisa dipergunakan oleh warga sekitar untuk
mengingat masih adanya lahan kosong disekitarnya bersantai. Jika dilihat berdasarkan luas wilayah,
milik Pemerintah Kota Makassar. Dilihat dari luas RTH yang harus disediakan oleh pemerintah
posisinya dari Jalan Kerung-Kerung RTH ini tidak berdasarkan amanat undang-undang sebesar 20
terlihat, karena letaknya yang cukup jauh kedalam persen atau seluas 26.000 m2. Jika luas ini dibanding
dan tertutup oleh bangunan Kantor UPTD dengan luas RTH Maccini sangat tidak mencukupi.
penyedotan tinja. Kondisi ini juga yang RTH Maccini termasuk RTH pasif, karena
menyebabkan tidak maksimalnya warga Kelurahan tidak ada fasilitas RTH didalamnya yang
Maradekaya mempergunakan RTH ini. memungkinkan orang untuk beraktivitas. RTH ini
Tiga kelurahan lainnya yang menjadi sampel menempati posisi yang sangat strategis, pada ujung
yaitu Kelurahan Maricaya, Kelurahan Lariang sumbu axis kota dari arah timur dan bisa
Bangi dan Kelurahan Bara-Baraya Utara tidak dikembangkan menjadi RTH penyambut dalam
ditemukan adanya RTH Tingkat Kelurahan. memasuki kawasan inti kota. Tiga kelurahan
Demikian juga untuk RTH Tingkat RW dan RT lainnya yang menjadi sampel yaitu Kelurahan
selain RW dan RT yang ditempati RTH P2KH Gaddong, Kelurahan Bontoala dan Kelurahan
Kerung-kerung, tidak ditemukan adanya RTH Baraya tidak ditemukan adanya Fasilitas RTH
Tingkat RW dan RT di tempat lain. Tingkat Kelurahan.
RTH jenis lain yang terdapat di Kecamatan Di Kelurahan Baraya terdapat halaman Masjid
Makassar dengan pepohonan yang cukup baik Al Markas yang bisa di kembangkan menjadi

13
Jurnal LINEARS, Maret, 2019, Vol.2 (No.1), hal. 08-17

fasilitas RTH. Berdekatan dengan Masjid Al 16.496 m2, sedangkan Kecamatan Bontoala
Markas juga terdapat lahan kosong eks Aula membutuhkan 10.943 m2.
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang Jika dilihat penyediaan RTH Tingkat Kota,
juga bisa dikembangkan menjadi RTH. Lahan ini terlihat adanya kekurangan yang cukup besar.
sangat potensial dikembangkan menjadi RTH Kompleks Lapangan Karebosi yang dikategorikan
tingkat kecamatan, dan berada pada kawasan sebagai RTH tingkat kota luasnya hanya 73.000 m2,
bangunan yang saling menunjang jika sedangkan berdasarkan jumlah penduduk RTH
dikembangkan sebagai RTH. Selain RTH yang tingkat kota yang dibutuhkan seluas 405.641 m 2,
telah disebutkan di Kecamatan Bontoala juga tingkat pemenuhannya hanya 18 persen.
terdapat RTH jenis jalur hijau jalan. RTH jenis ini Berdasar pada uraian kebutuhan RTH tingkat
terdapat di Jalan Andalas, Jalan Bandang, Jalan kecamatan dan RTH tingkat kota, maka Pemerintah
Mesjid Raya, Jalan Gunung Latimojong dan Jalan Kota Makassar sesuai amanat undang-undang
Veteran Utara dengan kondisi pertumbuhan pohon berkewajiban mengadakan RTH yang belum ada.
yang cukup lebat. Pemenuhan RTH ini juga demi terciptanya
Berdasarkan gambaran deskripsi RTH di lingkungan Kota Makassar menjadi nyaman
Kecamatan Bontoala, terlihat bahwa Kecamatan ditempati, yang pada gilirannya menciptakan
Bontoala tidak mempunyai struktur RTH yang kondisi kehidupan warga kota yang dinamis dan
tersusun dan tersebar menurut jenjang hierarki produktif.
wilayah seperti yang diatur dalam Permen PU Berdasarkan kondisi RTH per kecamatan
Nomor 5 Tahun 2008 [8]. Jika sebaran RTH dilihat seperti telah diuraikan sebelumnya, maka secara
berdasarkan RTH tingkat kecamatan dan kota, maka tabel skalogram dapat digambarkan tingkat
hasil analisisnya seperti terlihat pada tabel 5. ketersediaan RTH berdasarkan kecamatan dan
Terlihat pada tabel 5, RTH tingkat kecamatan hanya berdasarkan tingkat unit RTH seperti pada tabel 6.
terdapat di Kecamatan Ujung Pandang, sedangkan Terlihat pada tabel 6, Kecamatan Ujung Pandang
untuk Kecamatan Makassar dan Kecamatan menempati urutan teratas dalam sebaran RTH
Bontoala tidak memiliki RTH tingkat kecamatan. menurut unit lingkungan, sedangkan jika dilihat
Berdasarkan Permen PU Nomor 5 Tahun 2008 berdasarkan jenis RTH yang ada dalam masing-
[8], Kecamatan Makassar dan Kecamatan Bontoala masing unit wilayah, terlihat RTH Tingkat
membutuhkan RTH tingkat Kecamatan seluas Kelurahan merupakan jenis RTH yang terbanyak,
24.000 m2, sedangkan berdasarkan jumlah disusul RTH jenis Jalur Jalan. Persentase sebaran
penduduk Kecamatan Makassar membutuhkan berdasarkan sampel yang diamati sebesar 24 persen.

Tabel 2. Sebaran RTH Menurut Kelurahan di Kecamatan Ujung Pandang

14
Jurnal LINEARS, Maret, 2019, Vol.2 (No.1), hal. 08-17

Tabel 3. Sebaran RTH Berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Makassar

Tabel 4. Sebaran RTH Berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Bontoala

Tabel 5. Sebaran RTH Kecamatan dan Kota

15
Jurnal LINEARS, Maret, 2019, Vol.2 (No.1), hal. 08-17

Tabel 6. Skalogram Sebaran RTH

KESIMPULAN DAN SARAN teridentifikasi pada semua sampel. Kompleks


RTH di Kota Makassar tidak tersebar Lapangan Karebosi yang dikategorikan sebagai
mengikuti pola perkembangan struktur planologis RTH tingkat kota dari sisi luasan belum mencukupi
kota seperti yang diatur dalam Permen PU Nomor 5 berdasarkan Permen PU Nomor 5 Tahun 2008. Kota
Tahun 2008. Dari tiga kecamatan yang menjadi Makassar seharusnya mempunyai RTH tingkat kota
sampel hanya Kecamatan Ujung Pandang yang berdasarkan jumlah penduduk seluas 405.641 m 2,
mempunyai struktur RTH yang tersusun menurut sedangkan yang tersedia hanya 73.000 m 2, jadi
jenjang hierarki wilayah sampai jenjang tingkat persentase pemenuhannya 18 persen. Disarankan
kelurahan. RTH tingkat RW dan RT tidak melakukan penelitian sejenis pada kota-kata lain.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Dimyati M (2010) Mengatasi Backlog Perumahan Bagi Masyarakat Perkotaan. Peminat Masalah Tata Ruang dan
Perkotaan, bekerja di Kemenpera Vol. 3.
[2] Alabi MO, Planning R (2009) Revitalizing urban public open spaces, through vegetative enclaves in Lokoja,
Nigeria. Journal of Geography Vol. 2, Issue 3: pp. 051-054.
[3] Karyono TH (2010) Green Architecture: Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau di Indonesia. Jakarta: Rajawali
Pers.
[4] Joga N (2013) RTH 30 Persen Resolusi Kota Hijau: Gramedia Pustaka Utama.
[5] Hastuti E, Utami T (2008) Potensi Ruang Terbuka Hijau dalam Penyerapan Co2 Di Permukiman Studi Kasus:
Perumnas Sarijadi Bandung dan Cirebon. Jurnal Permukiman Vol. 3, Issue 2: pp. 106-114.
[6] Hastuti E (2011) Kajian perencanaan ruang terbuka hijau (RTH) perumahan sebagai bahan revisi SNI 03-1733-
2004. Jurnal Standardisasi Vol. 13, Issue 1: pp. 36-44.

16
Jurnal LINEARS, Maret, 2019, Vol.2 (No.1), hal. 08-17

[7] Dwiyanto A (2009) Kuantitas dan Kualitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) di permukiman Kota. Jurnal Nasional
Arsitektur.
[8] Umum MP (2008) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
[9] Kurniati AC, Nitiivattananon V, Sulistyarso H (2017) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Urban Heat Island Di
Surabaya, Indonesia; 2017. pp. 1036-1045.
[10] Roaf S, Roaf S, Crichton D, et al. (2009) Adapting buildings and cities for climate change: a 21st century survival
guide: Routledge.
[11] Keeling CD, Whorf TP, Wahlen M, et al. (1995) Interannual extremes in the rate of rise of atmospheric carbon
dioxide since 1980. Nature Vol. 375, Issue 6533: pp. 666.
[12] Haq SMA (2011) Urban green spaces and an integrative approach to sustainable environment. Journal of
environmental protection Vol. 2, Issue 05: pp. 601.
[13] Kusminingrum N (2008) Potensi tanaman dalam menyerap CO2 dan CO untuk mengurangi dampak pemanasan
global. Jurnal Permukiman Vol. 3, Issue 2: pp. 96-105.
[14] Prihandono A (2010) Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Menurut UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang
dan Fenomena Kebijakan Penyediaan RTH Di Daerah. Jurnal Permukiman Vol. 5, Issue 1: pp. 13-23.
[15] Hakim R, Utomo H (2012) Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap: prinsip-unsur dan aplikasi desain: PT
Bumi Aksara.
[16] Rawung FC (2015) Efektivitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) Dalam Mereduksi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di
Kawasan Perkotaan Boroko. Media Matrasain Vol. 12, Issue 2: pp. 17-32.
[17] Fan L, Xue S, Liu G (2012) Patterns and its disaster shelter of urban green space: Empirical evidence from Jiaozuo
city, China. African Journal of Agricultural Research Vol. 7, Issue 7: pp. 1184-1191.
[18] Dollah AS, Rasmawarni R (2018) Analisis Ruang Terbuka Hijau (RTH) Dari Aspek Keterlaksanaan Fungsi Sosial
Di Kota Makassar. Jurnal LINEARS Vol. 1, Issue 2: pp. 62-71.
[19] Rondinelli DA (2019) Applied methods of regional analysis: the spatial dimensions of development policy:
Routledge.

© 2019 the Author(s), licensee Jurnal LINEARS. This is an open access article distributed under
the terms of the Creative Commons Attribution License
(http://creativecommons.org/licenses/by/4.0)

17

Anda mungkin juga menyukai