Anda di halaman 1dari 44

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

PADA IBU RUMAH TANGGA DI DESA NGRIMBI, KECAMATAN


BARENG, JOMBANG
METODE PENELITIAN KEPERAWATAN

Oleh :
Kelompok 29 / Kelas 6C
Nadia Dwi Saputri 1130018117

Dosen Pembimbing:
Yanis Kartini, S.KM.,M.Kep.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS
NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
limpahan rahmatnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas proposal ini
dengan judul “HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN
HIPERTENSI PADA IBU RUMAH TANGGA DI DESA NGRIMBI,
KECAMATAN BARENG, JOMBANG” disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Metode Penelitian.
Dalam penulisan proposal ini tentunya penulis berterima kasih kepada
dosen pembimbing mata kuliah yang telah membimbing, memotivasi dan
mendampingi kami dalam pembelajaran. Penulis menyadari bahwa sepenuhnya
penulisan dalam proposal ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran semua pihak untuk menyempurnakan
proposal ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga proposal ini


dapat bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, 10 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Cover ...................................................................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................................................
B. Batasan Masalah............................................................................................................................
C. Rumusan Masalah.........................................................................................................................
D. Tujuan Penelitian...........................................................................................................................
E. Manfaat Penelitian.........................................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Stres..................................................................................................................................
B. Konsep Hipertensi.........................................................................................................................
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konsep..........................................................................................................................
B. Hipotesis Penelitian.......................................................................................................................
BAB 4 METODE PENELITIAN
A. Jenis Dan Rancangan Bangun Penelitian......................................................................................
B. Populasi Penelitian........................................................................................................................
C. Sampel, Besar Sampel, Dan Cara Pengambilan Sampel...............................................................
D. Lokasi Dan Waktu Penelitian........................................................................................................
E. Kerangka Operasional Penelitian..................................................................................................
F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...............................................................................
G. Instrument Penelitian Dan Cara Pengumpulan Data.....................................................................
H. Pengolahan Dan Analisis Data......................................................................................................
I. Etika Penelitian..............................................................................................................................
Daftar Pustaka............................................................................................................
Lampiran....................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wanita yang sudah menikah memiliki peran yang beragam sebagai
seorang istri, ibu ruma tangga, pengasuh anak, menjalankan tugas reproduksi,
anggota masyarakat dan saat ini banyak juga wanita yang ikut mencari nafkah.
Dalam konsep-konsep mengenai peran wanita yang perlu diketahui bahwa
konsep tersebut dibagi menjadi dua, yaitu konsep-konsep tradisional dan
konsep-konsep menurut perkembangan. Ibu rumah tangga menurut konsep
tradisional adalah wanita yang mempersembahkan waktunya untuk
memelihara dan melatih anak-anak, mengasuh anak menurut pola-pola yang
dibenarkan oleh masyarakat sekitarnya (Mappiare, 1983). Sebagian waktunya
berada didalam rumah yang memiliki tanggungjawab yang timbul secara
spontan dan tidak dapat diramalkan (Kartono, 2007 dalam Amitya dan Iriani,
2014)
Menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah keputusan bukan pilihan. Banyak
kaum perempuan sedari dini mengidam-idamkan memiliki seorang anak.
Menjadi ibu rumah tangga adalah tugas yang sangat berat. Dengan menjalani
aktivitas yang variatif itu-itu saja, tentu sangat menjemukan. Tetapi jika
memutuskan menjadi ibu rumah tangga ialah keputusan yang mulia. Karena
keputusan tersebut berada dalam posisi yang tepat dan akan menjalani peran
mulia pemberian dari Tuhan yang Maha Esa yang harus dijalani dengan
kesungguhan dan harapan. Karena jika setengah hati menjalankan peran
sebahai ibu rumah tangga, dampaknya bukan saja kegagalan menjalani peran
tapi juga tumbangnya sebuah keluarga dan berakhirnya masa depan anak-anak
tercinta (Abu Abdad R, 2013).
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh thebump.com dan Forbes Woman
terhadap 1.200 perempuan. Didapatkan sekitar 92 persen ibu yang bekerja
mengatakan bahwa pekerjaannya belum berakhir meski ia sudah
meninggalkan kantor. Hal ini karena ia tetap memiliki tanggung jawab dengan
pekerjaannya di rumah. Sementara itu sebesar 89 persen perempuan yang
berada di rumah atau ibu rumah tangga merasa kewalahan dengan tanggung
jawab yang dimilikinya, dan pasangan juga kerap hanya sedikit menawarkan
bantuan. Hasil lain yang didapatkan adalah hampir 85 persen partisipan
mengaku tidak mendapatkan istirahat meski pasangannya sudah pulang dari
tempat bekerja dan 50 persennya tidak pernah mendapatkan istirahat dari
mengasuh anaknya. Kondisi ini menimbulkan beban tanggung jawab yang
tidak seimbang pada diri perempuan, sehingga baik perempuan yang bekerja
kantoran atau ibu rumah tangga tetap memiliki tingkat stres yang sama, seperti
dikutip dari Indiavision (Health.detik, 2011 dalam Amitya dan Iriani, 2014).
Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh portal berita di
Amerika,Gallup, ibu rumah tangga tidak sebahagia ibu bekerja. Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa ibu rumah tangga mengalami emosi negatif
lebih banyak seperti khawatir, sedih, marah, stres, dan depresi, dibandingkan
mereka yang bekerja kantoran. Dengan mengamati 60.799 wanita secara acak,
penelitian ini menunjukkan kalau 41 persen dari ibu rumah tangga mengalami
kecemasan, sementara hanya 34 persen dari ibu bekerja yang mengalami
perasaan serupa. Penelitian yang dilakukan Januari hingga April 2012 ini juga
mengatakan bahwa ibu rumah tangga memungkinkan mengalami depresi
dibanding ibu bekerja (Amitya dan Iriani, 2014).
Stres juga terjadi pada 50 persen ibu rumah tangga, dan 48 persen ibu
bekerja. Kemarahan ditemukan pada 19 persen ibu rumah tangga dan 14
persen ibu bekerja. Walaupun ini adalah perbandingan yang tipis. Menurut
jajak pendapat mengungkapkan, bahwa ibu rumah tangga harus berusaha lebih
keras mengatasi kesedihan, depresi, dan kemarahan daripada ibu bekerja
(Liputan6,2012). Tingkat stress yang tinggi pada ibu rumah tangga, banyak
dipicu oleh beberapa hal seperti masalah hubungan suami dan istri, hubungan
ibu dan anak yang kurang harmonis, masalah finansial (keuangan), hubungan
ibu dengan tetangga atau lingkungan, merasa tertekan hidup bersama mertua,
hidup diikuti oleh saudara, tidak memiliki keturunan serta kejenuhan akan
aktivitas yang dilakukannya sehari-hari dan terkadang berulangulang hingga
akhirnya terkadang menimbulkan titik jenuh bagi ibu rumah tangga, menjadi
ibu yang selalu berada dirumah tidak jarang melahirkan perasaan kurang puas
terutama jika ibu mengalami keadaan jenuh dan ditinggalkan oleh anggota
keluarga lainnya untuk beraktivitas diluar rumah yang akhirnya kesepian dan
juga siklus kehidupan reproduksi perempuan juga acapkali menimbulkan
gangguan stres. Misalnya saat menstruasi, hamil, menopause (Sundari, 2007
dalam Amitya dan Iriani 2014).
Jika terjadi stres maka katekolim dalam tubuh akan meningkat yang
mempengaruhi mekanisme aktivitas saraf simpatis sehingga mengalami
peningkatan. Hal itulah yang memicu terjadinya peningkatan kontraktilitas
otot jantung sehingga curah jantung mengalami peningkatan, keadaan inilah
yang cenderung menjadi faktor pencetus terjadinya hipertensi (Dekker, 1990
dalam Khotimah, 2013).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus-menerus pada beberapa
kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor
risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan
tekanan darah secara normal (Majid, 2019). Hipertensi terjadi karena jantung
bekerja lebih keras untuk memompa darah demi terpenuhinya kebutuhan
oksigen dan nutrisi tubuh yang jika dibiarkan maka akan menganggu fungsi
organ lain seperti jantung dan ginjal. Hipertensi berkaitan dengan kenaikan
tekanan sistolik atau tekanan diastolik atau tekanan keduanya. Hipertensi
dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg
(Majid, 2019).
Hipertensi 90% tidak diketahui secara pasti faktor penyebabnya. Namun
dari beberapa penelitian ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya hipertensi yaitu merokok, minum-minuman beralkohol, berat badan
yang berlebih serta stres (Pradono, 2010 dalam Ramdhoni, 2017). Faktor
resiko yang tidak dapat dikendalikan pada hipertensi seperti jenis kelamin,
keturunan, ras dan usia. Sedangkan faktor resiko yang dapat dikendalikan
seperti kurang olahraga atau aktivitas, obesitas, minum kopi, merokok,
sensitivitas natrium, alkoholisme, kadar kalium rendah, pola makan,
pekerjaan, pendidikan dan stres (Andria, 2013 dalam Ramdhoni, 2017). Stres
diduga berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah serta merupakan
faktor terjadinya hipertensi. Apabila stres menjadi berkepanjangan dapat
berakibat tekanan darah menetap tinggi (Idrus, 2015 dalam Ramdhoni, 2017).
Prevelensi hipertensi menurut WHO (World Health Organization) pada
tahun 2018 prevelensi hipertensi di dunia sebesar 40% dan rata-rata dimulai
pada usia 25 tahun. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) 2018,
sebanyak 34,1% masyarakat Indonesia dewasa umur 18 tahun keatas terkena
hipertensi. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 7,6% dibandingkan
dengan hasil Riskesdes 2013 yaitu 26,5%. Prevelensi penderita hipertensi di
Jawa Timur tahun 2018 pada umur ≥ 18 tahun sebanyak 36,32% (Dinas
kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2019).
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh ibu rumah tangga dalam rangka
untuk menghilangkan stress. Beberapa diantaranya mengatakan bahwa cara
untuk menghilangkan stress adalah dengan tidak menjadikan masalah berlarut-
larut, berpikir positif, mencari hal-hal baik, namun beberapa diantaranya
dengan cara berkomunikasi terbuka dengan suami dan anak, jalan-jalan
bersama anak dan suami serta mengadakan acara-acara keluarga besar.
Kemampuan untuk mengatasi stress yang dialami oleh ibu rumah tangga pasti
berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, sehingga cara yang dilakukan
untuk mengatasi stressnya (coping stress) pun berbeda-beda pula. Ada ibu
rumah tangga yang memilih menggunakan coping yang terpusat pada emosi
(emotion focused coping) atau ada ibu rumah tangga yang memilih
menggunakan coping yang terpusat pada masalah (problem focused coping)
(Amitya dan Iriani, 2014)
B. Batasan Masalah
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan hipertensi pada ibu rumah
tangga ialah masalah hubungan suami dan istri, hubungan ibu dan anak yang
kurang harmonis, masalah finansial (keuangan), hubungan ibu dengan
tetangga atau lingkungan, merasa tertekan hidup bersama mertua, hidup
diikuti oleh saudara, tidak memiliki keturunan serta kejenuhan akan aktivitas
(Sundari, 2007 dalam Amitya dan Iriani 2014). Sehingga peneliti hanya
membatasi masalah yaitu Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Ibu Rumah Tangga Di Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng,
Jombang.

C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada Hubungan
Tingkat Stres Dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu Rumah Tangga di desa
Ngrimbi, kecamatan Bareng, Jombang?”.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Hipertensi pada
Ibu Rumah Tangga di desa Ngrimbi, kecamatan Bareng, Jombang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat stres pada Ibu Rumah Tangga di desa
Ngrimbi, kecamatan Bareng, Jombang.
b. Mengidentifikasi Hipertensi pada Ibu Rumah Tangga di desa Ngrimbi,
kecamatan Bareng, Jombang.
c. Menganalisis Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Hipertensi
pada Ibu Rumah Tangga di desa Ngrimbi, kecamatan Bareng,
Jombang.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjelaskan hubungan tingkat stres dengan
kejadian hipertensi pada ibu rumah tangga di desa Ngrimbi, kecamatan
Bareng, Jombang. Sehingga dapat digunakan sebagai kerangka dalam
pengembangan ilmu dan menjadi informasi tambahan dan data dasar
untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan tentang faktor
stres yang dapat mempengaruhi hipertensi, sehingga ibu rumah tangga
yang mendapati masalah dapat mengatasi terjadinya stres dan dapat
menurunkan hipertensi yang dialami.
b. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan terkait dengan hubungan
tingkat stres kerja dengan kejadian hipertensi pada ibu rumah tangga.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Stres
1. Pengertian Stres
Stres adalah reaksi dari tubuh (respons) terhadap lingkungan yang dapat
memproteksi diri kita yang juga merupakan bagian dari sistem pertahanan
yang membuat kita tetap hidup. Stres adalah kondisi yang tidak
menyenangkan dimana manusia melihat adanya tuntutan dalam suatu situasi
sebagai beban atau diluar batasan kemampuan mereka untuk memenuhi
tuntutan tersebut (Abdul, Nasil, Abdul Muhith 2011).
Stres menurut (Iqbal Mubarok Wahit, indrawati Lilis, dan Susanto Joko,
2015) adalah suatu ketidakseimbangan diri atau jiwa dan realitas kehidupan
setiap hari yang tidak dapat dihindari atau perubahan yang memerluhkan
penyesuaian. Stres adalah respon fisik normal terhadap peristiwa yang
membuat seseorang merasa terancam atau menganggu keseimbangannya
dalam beberapa cara. Ketika seseorang merasakan bahaya, tubuh akan
melakukan pertahanan secara otomatis, yang dikenal dengan fight or flight
reaction atau reaksi stres. Respon fisiologi ini mendorong seseorang untuk
menyerang atau melarikan diri.
Seseorang yang mengalami stres bisa menjadi nervous dan merasakan
kekhawatiran kronis. Mereka sering menjadi mudah marah, tidak dapat relaks,
atau menunjukkan sikap yang tidak kooperatif, sehingga dapat menganggu
pelaksanaan kerja mereka.
2. Etiologi Stres
Penyebab stres adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan
menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah semua respons fisiologis non
spesifik yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis. Stres reaction
acute (reaksi stres akut) adalah gangguan sementara yang muncul pada
seorang individu berupa adanya gangguan mental lain yang jelas, terjadi
akibat stres fisik dan atau mental yang sangat berat, biasanya mereda dalam
beberapa jam atau hari. Kerentanan dan kemampuan koping (coping capacity)
seseorang memainkan peranan dalam terjadinya reaksi stres akut dan
keparahannya (Sunaryo, 2013). Bayi, anak-anak dan dewasa semua dapat
mengalami stres.
Stres akan muncul jika ada yang memicunya untuk muncul. Segala
tuntutan dan tekanan yang dapat menyebabkan stres disebut stresor. Stresor
dapat menganggu kondisi fisik, emosional, intelektual, sosial, ekonomi,
ataupun spiritual dalam diri seseorang. Stresor pun dapat berupa hal yang
nyata dan imajinasi, tetapi respon manusia terhadap penyebab stres apapun
selalu nyata. Stresor merupakan semua faktor yang mempengaruhi timbulnya
stres menganggu keseimbangan dalam tubuh (Bart Smet, 1994) dalam
(Indriana Y, Kristina IF, Andrewinata A dan Intanirian A, 2010).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres
Menurut (Amitya dan Iriani, 2014) Tingkat stress yang tinggi pada ibu
rumah tangga, banyak dipicu oleh beberapa hal seperti :
a. masalah hubungan suami dan istri,
b. hubungan ibu dan anak yang kurang harmonis,
c. masalah finansial (keuangan),
d. hubungan ibu dengan tetangga atau lingkungan,
e. merasa tertekan hidup bersama mertua,
f. hidup diikuti oleh saudara,
g. tidak memiliki keturunan,
h. kejenuhan akan aktivitas yang dilakukannya sehari-hari dan terkadang
berulangulang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stres secara umum menurut (Wahjono,
2010) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan stres
antara lain :
a. Faktor Lingkungan Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi perancangan
struktur organisasi, ketidakpastian juga mempengaruhi tingkat stres di
kalangan para karyawan dalam sebuah organisasi. Bentuk-bentuk
ketidakpastian lingkungan ini antara lain ketidakpastian ekonomi
berpengaruh terhadap seberapa besar pendapatan yang diterima oleh
karyawan maupun reward yang diterima karyawan, ketidakpastian politik
berpengaruh terhadap keadaan dan kelancaran organisasi yang dijalankan,
ketidakpastian teknologi berpengaruh terhadap kemajuan suatu organisasi
dalam penggunaan teknologinya, dan ketidakpastian keamanan berpengaruh
terhadap posisi dan peran organisasinya.
b. Faktor Organisasi Beberapa faktor organisasi yang menjadi potensi sumber
stres antara lain:
1) Tuntutan tugas dalam hal desain pekerjaan individu, kondisi kerja, dan
tata letak kerja fisik.
2) Tuntutan peran yang berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada
seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam
sebuah organisasi termasuk beban kerja yang diterima seorang individu.
3) Tuntutan antar-pribadi, yang merupakan tekanan yang diciptakan oleh
karyawan lain seperti kurangnya dukungan sosial dan buruknya hubungan
antar pribadi para karyawan.
4) Struktur organisasi yang menentukan tingkat diferensiase dalam
organisasi, tingkat aturan dan peraturan, dan di mana keputusan di ambil.
Aturan yang berlebihan dan kurangnya partisipasi individu dalam
pengambilan keputusan merupakan potensi sumber stres.
5) Kepemimpinan organisasi yang terkait dengan gaya kepemimpinan atau
manajerial dan eksekutif senior organisasi. Gaya kepemimpinan tertentu
dapat menciptakan budaya yang menjadi potensi sumber stres.
c. Faktor Individu
Faktor individu menyangkut dengan faktor-faktor dalam kehidupan pribadi
individu. Faktor tersebut antara lain persoalan keluarga, masalah ekonomi
pribadi, dan karakteristik kepribadian bawaan.
4. Gejala-gejala Stres
Gejala stres yang timbul dapat dibagi menjadi tiga yaitu secara fisik,
emosional, dan perilaku (National Centre for Farmer Health, 2016).
1). Gejala stres secara fisik yaitu:
a. Sakit kepala
b. Masalah perut (sembelit atau diare)
c. Perubahan tekanan darah
d. Mengalami kelelahan

2) Gejala stres secara emosional yaitu:


a. Kemarahan
b. Frustasi
c. Tidak sabar
d. Kesulitan dalam mengendalikan emosi
e. Tingkat percaya diri yang rendah
f. Depresi
3) Gejala stres secara perilaku yaitu:
a. Makan berlebihan
b. Meningkatnya kebiasaan merokok
c. Minum beralkohol
d. Perubahan kebiasaan tidur
e. Gelisa
f. Mengalami kesulitan beradaptasi terhadap perubahan
5. Jenis-jenis Stres
Menurut Jenita DT Donsu (2017) secara umum stres dibagi menjadi dua
yaitu :
a. Stres akut
Stres yang dikenal juga dengan flight or flight response. Stres akut adalah
respon tubuh terhadap ancaman tertentu, tantangan atau ketakutan.
Respons stres akut yang segera dan intensif di beberapa keadaan dapat
menimbulkan gemetaran.
b. Stres kronis
Stres kronis adalah stres yang lebih sulit dipisahkan atau diatasi, dan
efeknya lebih panjang dan lebih.
Menurut Priyoto (2014) menurut gejalanya stres dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Stres Ringan
Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur,
seperti banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan. Situasi
stres ringan berlangsung beberapa menit atau jam saja.
Ciri-ciri stres ringan yaitu semangat meningkat, penglihatan tajam, energy
meningkat namun cadangan energinya menurun, kemampuan
menyelesaikan pelajaran meningkat, sering merasa letih tanpa sebab,
kadangkadang terdapat gangguan sistem seperti pencernaan, otak,
perasaan tidak santai. Stres ringan berguna karena dapat memacu
seseorang untuk berpikir dan berusaha lbih tangguh menghadapi tantangan
hidup.
b. Stres Sedang
Stres sedang berlangsung lebih lama daripada stress ringan. Penyebab stres
sedang yaitu situasi yang tidak terselesaikan dengan rekan, anak yang
sakit, atau ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga.
Ciri-ciri stres sedang yaitu sakit perut, mules, otot-otot terasa tengang,
perasaan tegang, gangguan tidur, badan terasa ringan.
c. Stres Berat
Stres berat adalah situasi yang lama dirasakan oleh seseorang dapat
berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan, seperti perselisihan
perkawinan secara terus menerus, kesulitan financial yang berlangsung
lama karena tidak ada perbaikan, berpisah dengan keluarga, berpindah
tempat tinggal mempunyai penyakit kronis dan termasuk perubahan fisik,
psikologis sosial pada usia lanjut.
Ciri-ciri stres berat yaitu sulit beraktivitas, gangguan hubungan sosial, sulit
tidur, negatifistic, penurunan konsentrasi, takut tidak jelas, keletihan
meningkat, tidak mampu melakukan pekerjaan sederhana, gangguan
sistem meningkatm perasaan takut meningkat.
6. Dampak Stres
Stres pada dosis yang kecil dapat berdampak positif bagi individu. Hal ini
dapat memotivasi dan memberikan semangat untuk menghadapi tantangan.
Sedangkan stres pada level yang tinggi dapat menyebabkan depresi, penyakit
kardiovaskuler, penurunan respon imun, dan kanker (Jenita DT Donsu, 2017).
Menurut Priyono (2014) dampak stres dibedakan dalam tiga kategori :
a. Dampak fisiologik
1) Gangguan pada organ tubuh hiperaktif dalam salah satu system
tertentu
a) Muscle myopathy : otot tertentu mengencang/melemah.
b) Tekanan darah naik : kerusakan jantung dan arteri.
c) Sistem pencernaan : mag, diare.

2) Gangguan system reproduksi


a) Amenorrhea : tertahannya menstruasi.
b) Kegagalan ovulasi ada wanita, impoten pada pria, kurang produksi
semen pada pria.
c) Kehilangan gairah sex.
3) Gangguan lainnya, seperti pening (migrane), tegang otot, rasa bosan,
dll.
b. Dampak psikologik
1) Keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merpakan tanda pertama dan
punya peran sentral bagi terjadinya burn-out.
2) Kewalahan/keletihan emosi. Pencapaian pribadi menurun, sehingga
berakibat menurunnya rasa kompeten dan rasa sukses.
c. Dampak perilaku
1) Manakala stres menjadi distres, prestasi belajar menurun dan sering
terjadi tingkah laku yang tidak diterima oleh masyarakat.
2) Level stres yang cukup tinggi berdampak negatif pada kemampuan
mengingat informasi, mengambil keputusan, mengambil klangkah
tepat.
3) Stres yang berat seringkali banyak membolos atau tidak aktif
mengikuti kegiatan pembelajaran.
7. Usaha-usaha Mengatasi Stres
Menurut (Musradinur, 2016) usaha-usaha mengatasi stres adalah :
a. Prinsip Homeostatis.
Stres merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan
cenderung bersifat merugikan. Oleh karena itu setiap individu yang
mengalaminya pasti berusaha mengatasi masalah ini. Hal demikian sesuai
dengan prinsip yang berlaku pada organisme, khususnya manusia, yaitu
prinsip homeostatis. Menurut prinsip ini organisme selalu berusaha
mempertahankan keadaan seimbang pada dirinya. Sehingga bila suatu saat
terjadi keadaan tidak seimbang maka akan ada usaha mengembalikannya
pada keadaan seimbang.
Prinsip homeostatis berlaku selama individu hidup. Sebab keberadaan
prinsip pada dasarnya untuk mempertahankan hidup organisme. Lapar,
haus, lelah, dll. merupakan contoh keadaan tidak seimbang. Keadaan ini
kemudian menyebabkan timbulnya dorongan untuk mendapatkan
makanan, minuman, dan untuk beristirahat. Begitu juga halnya dengan
terjadinya ketegangan, kecemasan, rasa sakit, dst. mendorong individu
yang bersangkutan untuk berusaha mengatasi ketidak seimbangan ini.
b. Proses Coping terhadap Stres
Upaya mengatasi atau mengelola stress dewasa ini dikenal dengan
proses coping terhadap stress. Menurut Bart Smet, coping mempunyai
dua macam fungsi, yaitu :
1) Emotional-focused coping
2) Problem-focused coping.
Emotionalfocused coping dipergunakan untuk mengatur respon
emosional terhadap stress. Pengaturan ini dilakukan melalui perilaku
individu seperti penggunaan minuman keras, bagaimana meniadakan
fakta-fakta yang tidak menyenangkan, dst. Sedangkan problem-focused
coping dilakukan dengan mempelajari keterampilan-keterampilan atau
cara-cara baru mengatsi stres.
Menurut Bart Smet, individu akan cenderung menggunakan cara ini
bila dirinya yakin dapat merubah situasi, dan metoda ini sering
dipergunakan oleh orang dewasa. Berbicara mengenai uapaya mengatasi
Stres, Maramis berpendapat bahwa ada bermacam-macam tindakan
yangdapat dilakukan untuk itu, yang secara garis besar dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1) cara yang berorientasi pada tugas atau task oriented
2) cara yang berorientasi pada pembelaan ego atau ego defence
mechanism.
Mengatasi stres dengan cara berorientasi pada tugas berarti upaya
mengatasi masalah tersebut secara sadar, realistis, dan rasional. Menurut
Maramis cara ini dapat dilakukan dengan “serangan”, penarikan diri, dan
kompromi. Sedangkan cara yang berorientasi pada pembelaan ego
dilakuakn secara tidak sadar (bahwa itu keliru), tidak realistis, dan tidak
rasional. Cara kedua ini dapat dilakukan dengan : fantasi, rasionalisasi,
identifikasi, represi, regresi, proyeksi, penyusunan reaksi (reaction
formation), sublimasi, kompensasi, salah pindah (displacement).
8. Instrumen Pengukuran Stres
Tabel 2.1 Instrumen pengukuran menggunakan Depression Anxiety Stres
Scale (DASS) menurut (Nursalam, 2016)
Instrumen Depression Anxiety Stres Scale (DASS 42), Keterangan :
0 : Tidak atau tidak pernah
1 : Sesuai dengan yang dialami tingkat tertentu, atau kadang-kadang
2 : Sering
3 : Sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat
No. AspekPenilaian 0 1 2 3
1. Menjadi marah karena hal-hal kecil/sepele
2. Mulut terasa kering
3. Tidak dapat melihat hal yang positif dari suatu kejadian
4. Merasakan gangguan dalam bernafas (nafas cepat, sulit bernafas)
5. Merasa sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan
6. Cenderung bereaksi berlebihan pada situasi
7. Kelemahan pada anggota tubuh
8. Kesulitan untuk relaksasi/ bersantai
9. Cemas yang berlebihan dalam suatu situasi namun bisa lega jika
hal/situasi itu berakhir
10. Pesimis
11. Mudah merasa kesal
12. Merasa banyak menghabiskan energi karena cemas
13. Merasa sedih dan depresi
14. Tidak sabaran
15. Kelelahan
16. Kehilangan minat pada banyak hal (misal : makan, ambulasi,
sosialisasi)
17. Merasa diri tidak layak
18. Mudah tersinggung
19. Berkeringat (misal: tangan berkeringat) tanpa stimulasi oleh cuaca
maupun latihan fisik
20. Ketakutantanpaalasan yang jelas
21. Merasa hidup tidak bahagia
22. Sulit untuk beristirahat
23. Kesulitan dalam menelan
24. Tidak dapat menikmati hal-hal yang saya lakukan
25. Perubahan kegiatan jantung dan denyut nadi tanpa stimulasi oleh
latihan fisik
26. Merasa hilang harapan dan putus asa
27. Mudah marah
28. Mudah panik
29. Kesulitan untuk tenang setelah sesuatu menganggu
30. Takut diri terhambat oleh tugas-tugas yang tidak bisa dilakukan
31. Sulit untuk antusias pada banyak hal
32. Sulit mentoleransi gangguan-gangguan terhadap hal yang sedang
Dilakukan
33. Berada pada keadaan tegang
34. Merasa tidak bahagia
35. Tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi Anda
untuk menyelesaikan hal yang sedang Anda lakukan
36. Ketakutan
37. Tidak ada harapan untuk masa depan
38. Merasa hidup tidak berarti
39. Mudah gelisah
40. Khawatir dengan situasi saat diri Anda mungkin menjadi panik
dan mempermalukan diri sendiri
41. Gemetar
42. Sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan sesuatu

1. Skala depresi : 3, 5, 10, 13, 16, 17, 21, 24, 26, 31, 34, 37, 38, 42.
2. Skala kecemasan : 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30, 36, 40, 41.
3. Skala stres : 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39.

Indikator Penilaian:
Normal Ringan Sedang Berat Sangat Berat
Depresi 0-9 10-13 14-20 21-27 28+
Kecemasan 0-7 8-9 10-14 15-19 20+
Stres 0-14 15-18 19-25 26-33 ≥ 34

B. Konsep Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi terjadi jika tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
secara abnormal dan terus-menerus pada beberapa kali pemeriksaan
tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak
berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah
secara normal (Majid, 2019).
Hiperensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau tekanan
diastolik atau tekanan keduanya. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140
mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg.
2. Etiologi Hipertensi
Hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekucup,
dan total periferal resistance (TPR). Peningkatan kecepatan denyut jantung
dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus SA.
Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering
menyertai keadaan hipertiroidisme. Akan tetapi, peningkatan denyut jantung
biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekucup, sehingga tidak
menimbulkan hipertensi (Majid, 2019).
Peningkatan volume sekucup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila
terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan akibat gangguan
penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan.
Peningkatan pelepasan renin atau oldesteron maupun penurunan aliran darah
ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan
volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir,
sehingga terjadi peningkatan volume sekucup dan tekanan darah. Peningkatan
preload biasanya berkaitan dengan peningkatan sistolik (Majid, 2019).
Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan
rangsangan saraf atau hormon pada arteriol atau responsivitas yang berlebihan
dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan
menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan TPR, jantung
harus memompa secara lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan
yang lebih besar untuk mendorong darah melintasi pembuluh darah yang
menyempit. Hal ini disebabkan peningkatan dalam afterload jantung dan
biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik (Majid, 2019).
Jika peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin
mulai mengalami hipertrofi (membesar). Dengan hipertrofi, kebutuhan
ventrikel akan oksigen semakin meningkat, sehingga ventrikel harus mampu
memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Pada hipertrofi, saraf-saraf otot juga mulai tegang melebihi panjang
normalnya yang pada akhirnya akan menyebabkan penurunan kontraktilitas
dan volume sekucup (Majid, 2019).
3. Patofisiologi Hipertensi
Patofisiologi hipertensi belum diketahui. Sejumlah kecil klien antara 2-5%
memiliki penyakit dasar ginjal atau adrenal yang menyebabkan peningkatan
tekanan darah. Namun, masih belum ada penyebab tunggal yang dapat
diidentifikasi. Kondisi inilah yang disebut sebagai “hipertensi esensial”.
Sejumlah mekanisme fisiologis terlihat dalam pengaturan tekanan darah
normal, yang kemudian dapat turut berperan dalam terjadinya hipertensi
esensial (Majid, 2019).
Penyebab hipertensi primer tidak diketahui, meskipun telah banyak
penyebab yang dapat diidentifikasi. Penyebab ini memungkinkan banyak
faktor, termasuk :
a. Arterosklerosis
b. Meningkatnya pemasukan sodium
c. Baroreseptor
d. Renin secretion
e. Renal exoretion dari sodium dan air
f. Faktor genetik dan lingkungan
Peningkatan cairan dan peningkatan resistensi periferal merupakan dua
dasar mekanisme penyebab hipertensi. Banyak yang menduga bahwa
hipertensi memberatkan pembentukan plaque. Pihak lain menemukan bahwa
plaque berisi arteri yang menyebabkan tekanan darah meningkat. Peranan ahli
gizi dalam pemasukan sodium dan hipertensi juga kontroversial. Studi empiris
menyatakan terdapat hubungan antara tingginya sodium pada individu yang
berdampak pada tingginya tekanan darah. Sebaliknya, turunnya tekanan darah
diikuti dengan pengurangan sodium dalam diet (Majid, 2019).
Beroreseptor (proses reseptor) mengontrol peregangan dinding arteri
dengan menghalangi pusat vasokonstriksi medula. Ketidakcocokan sekresi
renin juga meningkatkan perlawanan periferal. Iskemia arteri ginjal
menyebabkan pembebasan dari renin, precusor dari angiostensen II. Precusor
ini menyebabkan kontriksi arteri dan meningkatnya tekanan darah, kelanjutan
dari kontriksi pembuluh-pembuluh darah yang menyongkong terjadinya
vascular sclerosis dan merugikan pembuluh darah. Di sini, terdapat penebalan
intra-arteriolar dan penempatan kembali dari kelembutan otot dan garis
jaringan elastik dengan jaringan fibriotik. Peredaran dan nekrosis (kematian
jaringan), selanjutnya merusak pembuluh darah dan menggagalkan
meningkatnya perlawanan vaskular (Majid, 2019).
4. Klasifikasi Hipertensi
a. Klasifikasi berdasarkan etiologi menurut (Majid, 2019) :
1) Hipertensi esensial (primer)
Sembilan puluh persen penderita hipertensi mengalami hipertensi
esensial (primer). Penyebabnya secara pasti belum diketahui. Beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi ensensial, yaitu faktor
genetik, stres dan psikologis, faktor lingkungan, dan diet (peningkatan
pengunaan garam dan berkurangnya asupan kalium atau kalsium).
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder lebih mudah dikendalikan dengan penggunaan
obat- obatan. Penyebab hipertensi sekunder diantaranya adalah berupa
kelainan ginjal, seperti: obesitas, retensi insulin, hipertiroidisme, dan
pemakaian obat-obatan, seperti konstrasepsi oral dan kortikosteroid.
b. Klasifikasi hipertensi menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., &
Kusuma H. 2016), klasifikasi hipertensi klinis berdasarkan tekanan darah
sistolik dan diastolik yaitu :
Tabel 2.2 Klasifikasi derajat hipertensi secara klinis
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
.
1. Opsional <120 <80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. Hight normal 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi
5. Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
6. Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
7. Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119
8. Grade 4 (sangat berat) ≥ 210 ≤ 210
Sumber : Tambayong dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016).
Menurut World Health Organization (dalam Noorhidayah, S.A. 2016) klasifikasi
hipertensi adalah :
a) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
b) Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg
dan diastolik 91-94 mmHg.
c) Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.
5. Manifestasi Klinis Hipertensi
Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016), tanda dan
gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.
2) Gejala yang lazim
Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis. Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a) Mengeluh sakit kepala, pusing
b) Lemas, kelelahan
c) Sesak nafas
d) Gelisah
e) Mual
f) Muntah
g) Epistaksis
h) Kesadaran menurun
6. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi
Menurut Aulia, R. (2018), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu :
1) Faktor yang tidak dapat diubah
Faktor yang tidak dapat berubaha adalah :
a) Riwayat Keluarga
Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah, ibu, kakak
kandung/saudara kandung, kakek dan nenek dengan hipertensi lebih
berisiko untuk terkena hipertensi.
b) Usia
Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada
laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada
wanita meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.
c) Jenis Kelamin
Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria daripada wanita.
d) Ras/etnik
Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar negeri
hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika Amerika daripada
Kaukasia atau Amerika Hispanik.
2) Faktor yang dapat diubah
Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi antara
lain yaitu :
a) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi karena
dalam rokok terdapat kandungan nikotin. Nikotin terserap oleh
pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan ke otak. Di
dalam otak, nikotin memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyemptkan pembuluh
darah dan memaksa jantung bekerja lebih berat karena tekanan darah
yang lebih tinggi (Murni dalam Andrea, G.Y., 2013).
b) Kurang aktifitas fisik
Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot
rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya aktifitas fisik
merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan secara
keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan kematian secara global
(Iswahyuni, S., 2017).
c) Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon monoksida,
yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kental
dan jantung dipaksa memompa darah lebih kuat lagi agar darah sampai
ke jaringan mencukupi (Komaling, J.K., Suba, B., Wongkar, D., 2013).
Maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi alkohol dapat meningkatkan
tekanan darah.
d) Kebiasaan minum kopi
Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung koroner, termasuk
peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol darah karena kopi
mempunyai kandungan polifenol, kalium, dan kafein. Salah satu zat
yang dikatakan meningkatkan tekanan darah adalah kafein. Kafein
didalam tubuh manusia bekerja dengan cara memicu produksi hormon
adrenalin yang berasal dari reseptor adinosa didalam sel saraf yang
mengakibatkan peningkatan tekanan darah, pengaruh dari konsumsi
kafein dapat dirasakan dalam 5-30 menit dan bertahan hingga 12 jam
(Indriyani dalam Bistara D.N., & Kartini Y., 2018).
e) Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung garam
Garam merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan untuk
memasak. Konsumsi garam secara berlebih dapat meningkatkan
tekanan darah. Menurut Sarlina, dalam (Palimbong, S., Kurniasari,
M.D., Kiha, R.R., 2018), natrium merupakan kation utama dalam
cairan ekstraseluler tubuh yang berfungsi menjaga keseimbangan
cairan. Natrium yang berlebih dapat mengganggu keseimbangan cairan
tubuh sehingga menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi.
f) Kebiasaan konsumsi makanan lemak
Menurut Jauhari (dalam Manawan A.A., Rattu A.J.M., Punuh M.I,
2016), lemak didalam makanan atau hidangan memberikan
kecenderungan meningkatkan kholesterol darah, terutama lemak
hewani yang mengandung lemak jenuh. Kolesterol yang tinggi
bertalian dengan peningkatan prevalensi penyakit hipertensi.
7. Komplikasi Hipertensi
Menurut Ardiansyah, M. (2012) komplikasi dari hipertensi adalah :
1) Stoke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi pada
hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan penebalan pembuluh darah sehingga aliran darah pada area
tersebut berkurang. Arteri yang mengalami aterosklerosis dapat melemah
dan meningkatkan terbentuknya aneurisma.
2) Infark Miokardium
Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami arterosklerotik
tidak pada menyuplai cukup oksigen ke miokardium apabila terbentuk
thrombus yang dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.
Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan
okigen miokardioum tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia
jantung yang menyebabkan infark.
3) Gagal Ginjal
Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada kapiler-
kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah mengalir ke unti
fungsionla ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut menjadi hipoksik dan
kematian. Rusaknya glomerulus menyebabkan protein keluar melalui urine
dan terjadilah tekanan osmotic koloid plasma berkurang sehingga terjadi
edema pada penderita hipertensi kronik.
4) Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi
yang mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi
disebabkan oleh kelainan yang membuat peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf
pusat. Akibatnya neuro-neuro disekitarnya terjadi koma dan kematian.
8. Pencegahan Hipertensi
Menurut Tilong (2014) ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh
seseorang agar terhindar dari penyakit hipertensi antara lain:
a. Menerapkan pola hidup sehat
Merupakan pola hidup sehat dalam kesehatan kita sangatlah penting, dan
salah satu upaya pencegahan hipertensi. Untuk itu lakukan aktivitas fisik
secara teratur dan hindari kafein, rokok, dan berbagai kebiasaan lainnya
yang tidak sehat. Jangan lupa untuk mencukupi kebutuhan tidur anda di
malam hari (tidur yang baik dalam sehari adalah 7-8 jam).
b. Menerapkan pola makan sehat
Menjaga pola makan sangatlah dibutuhkan, agar anda tetap sehat.
Mengenai hal ini, penelitian telah menunjukkan bahwa mengikuti rencana
makan sehat dapat mengurangi risiko terjadinya tekanan darah tinggi dan
menurunkan tekanan darah yang sudah tinggi.
c. Minum air putih cukup
Air putih tidak hanya baik bagi penderita ginjal, namun baik juga untuk
semua kesehatan, termasuk untuk tekanan darah, air putih disini berfungsi
untuk mengatasi dehidrasi yang disebabkan karena kurangnya volume
darah. Untuk ini memenuhi kebutuhan air dalam tubuh sangat dianjurkan
setidaknya 7-8 gelas setiap hari.
9. Teknik Mengukur Tekanan Darah
Menurut Kurniadi dan Nurrahmani (2015) setelah memahami tentang
penyakit hipertensi, maka upaya pemantauan tekanan darah menjadi hal yang
tidak penting. Tekanan darah setiap saat bisa naik turun. Oleh karena itu, perlu
dijaga agar tetap dalam kondisi optimal sehingga tekanan dalam pembuluh
darah jantung dan arteri pun terkendali dengan baik. Berikut langkah-langkah
untuk mengukur tekanan darah:
a. Yang diperiksa duduk santai dengan lengan rileks diatas meja. Telapak
tangan menghadap keatas, dan otot lengan tidak boleh menegang.
b. Letakkan perangkat tensimeter di dekat lengan yang diperiksa, dengan
skala menghadap ke pemeriksa. Pemeriksaan bisa duduk atau berdiri di
hadapan yang diperiksa.
c. Pasangan kain pembulu (cuff) tensimeter di lengan atas, dengan bagian
bawah pembalutnya berada sekitar 3 cm diatas lipat siku. Ketetapan posisi
pemasangan ini akan mempengaruhi hasil. Bebatan hendaknya tidak
terlampaui ketat dan tidak juga terlalu longgar.
d. Letakkan ujung stetoskop pada lipat siku tempat denyut nadi paling keras
teraba dengan tangan kiri. Pasanngkan stetoskop ujung satunya dikeu liang
telinga.
e. Pegang bola karet tensimeter dengan tangan kanan. Putar katup di pangkal
bola pemompa dengan jempol dan telunjuk jarum jam untuk menutup
selang. Sambil stetoskop di tangan kiri tetap menekan, lalu pompakan bola
karetnya sehingga tampak air raksa berangsur-angsur sehingga bunyi detak
jantung masih terdengar di telinga. Stop memompa setelah bunyi detak
jantung menghilang. Naikkan pemompaan 30 milimeter air raksa diatas
sejak bunyi detak jantung menghilang.
f. Putar balik pemutar katup kembalikan arah jarum jam secara perlahan
dengan jempol dan telunjuk tangan setelah selesai memompa. Atur
pengenduran katup pemutar agar laju turunnya air raksa sekitar 3
milimeter per detik. Perhatikan turunnya air raksa pada skala saat pertama
kali bunyi detak jantung mulai terdengar. Saat itulah yang ditetapkan
sebagai nilai tekanan atas sistolik.
Sementara itu air raksa terus menurun. Perhatikan juga skala air raksa saat
bunyi detak jantung sudah menghilang. Saat itulah ditetapkan sebagai nilai
tekanan bawah atau diastolik. Lalu, kendurkan terus katup sampai air raksa
turun tuntus dibawah skala nol. Catat berupa hasil sistolik dan
diastoliknya, dan itulah nilai tensi darah yang dihasilkan.
g. Apabila gagal mendengar bunyi degup pertama, ulangi sekali lagi. Akan
tetapi pastikan dulu skala air raksa sudah menunjukkan ketinggian
dibawah angka nol sebelum kembali mulai memompa ulang.

BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konseptual

Ibu Rumah Tangga


1) masalah hubungan suami dan istri,
2) hubungan ibu dan anak yang kurang harmonis,
3) masalah finansial (keuangan),
4) Hormon
hubungan ibu dengan Ketakolamin
tetangga atau lingkungan,
5) merasa tertekan hidup bersama mertua,
6) hidup diikuti oleh saudara,
7) tidak memiliki keturunan
8) kejenuhan akan aktivitas yang dilakukannya sehari-hari

Stres

Sistem Saraf Simpatis


Kontraksi Otot Jantung
Hipertensi

Sumber: (Amitya dan Iriani, 2014) dan (Khotimah, 2013)


Keterangan :
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
= Mempengaruhi

Gambar 3.1 Kerangka konsep Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian


Hipertensi pada Ibu Rumah Tangga di Desa Ngrimbi,
Kecamatan Bareng, Jombang.

Dari gambar 3.1 Tingkat stress yang tinggi pada ibu rumah tangga, banyak
dipicu oleh beberapa hal seperti masalah hubungan suami dan istri, hubungan
ibu dan anak yang kurang harmonis, masalah finansial (keuangan), hubungan
ibu dengan tetangga atau lingkungan, merasa tertekan hidup bersama mertua,
hidup diikuti oleh saudara, tidak memiliki keturunan serta kejenuhan akan
aktivitas yang dilakukannya sehari-hari dan terkadang berulangulang hingga
akhirnya terkadang menimbulkan titik jenuh bagi ibu rumah tangga, menjadi
ibu yang selalu berada dirumah tidak jarang melahirkan perasaan kurang puas
terutama jika ibu mengalami keadaan jenuh dan ditinggalkan oleh anggota
keluarga lainnya untuk beraktivitas diluar rumah yang akhirnya kesepian dan
juga siklus kehidupan reproduksi perempuan juga acapkali menimbulkan
gangguan stres. Misalnya saat menstruasi, hamil, menopause (Sundari, 2007
dalam Amitya dan Iriani 2014).

B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ada Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu Rumah
Tangga di Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Jombang.

BAB 4
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Bangun Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan analitik korelasi dengan metode
cross sectional. Jenis yang digunakan bertujuan untuk mengungkapkan
hubungan korelatif antar variabel. Penelitian ini menekankan waktu
pengukuran/ observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali
pada saat itu. Jenis ini variabel independen dan dependen dinilai secara acak
simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindakan lanjut. Tentunya dalam
penelitian tidak semua subjek harus diobservasi pada waktu yang sama, akan
tetapi baik variabel independen maupun variabel dependen dinilai hanya satu
kali saja (Nursalam, 2016). Dalam hal ini peneliti ingin mencari hubungan
tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada ibu rumah tangga di desa
Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Jombang.
B. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga di desa Ngrimbi,
Kecamatan Bareng, Jombang yang berjumlah 100 ibu rumah tangga.
C. Sampel, Besar Sampel, dan Cara Pengambilan Sampel
1. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah 50 ibu rumah tangga di desa Ngrimbi,
kecamatan Bareng, Jombang.
a. Kriteria Inklusi:
1. Ibu rumah tangga yang bersedia menjadi responden
2. Ibu rumah tangga yang tidak bekerja
b. Kriteria Eksklusi
1. Ibu rumah tangga yang tidak bersedia menjadi responden
2. Ibu rumah tangga yang aktif bekerja diluar rumah
3. Ibu rumah tangga yang tidak tinggal di Desa Ngrimbi, Kecamatan
Bareng, Jombang
2. Besar Sampel
Adapun sampel dalam penelitian ini adalah 50 ibu rumah tangga di desa
Ngrimbi, kecamatan Bareng, Jombang.
3. Cara Pengambilan Sampel
Peneliti menggunakan teknik Probability Sampling dengan metode Simple
Random Sampling. Dimana peneliti mengambil sampel secara acak
dengan menggunanakan undian (Makmus, 2012).
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Jombang
dengan alasan :
1) Peneliti menemukan banyak ibu rumah tangga yang mengalami stres
akibat keluarga yang kurang harmonis
2) Peneliti menemukan banyak ibu rumah tangga yang mengalami
hipertensi
3) Peneliti mudah menjangkau lokasi yang akan dilakukan penelitian
4) Peneliti sudah mengenal beberapa dari ibu rumah tangga yang ada di
Desa Ngrimbi
5) Peneliti belum pernah meneliti hubungan tingkat stres dengan kejadian
hipertensi pada ibu rumah tangga di Desa Ngrimbi
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksakan pada bulan Maret 2021 di Desa Ngrimbi,
Kecamatan Bareng, Jombang.
E. Kerangka Operasional Penelitian
Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep
yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan
dilakukan. Dari uraian diatas, maka terdapat hubungan tingkat stress dengan
kejadian hipertensi di Desa Ngrimbi, kecamatan Bareng, Jombang.
Variabel Independen Variabel Dependen

Kejadian Hipertensi
Tingkat Stress
Pada Ibu Rumah Tangga

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


a. Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 variable yaitu variabel
(bebas) independendan variabel (terikat) dependen .
i. Variabel independen (bebas)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat stres.
ii. Variabel dependen (terikat)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah hipertensi.
b. Definisi Operasional
Tabel 4.1 Definisi operasional variabel Hubungan Tingkat Stres dengan
Kejadian Hipertensi pada Ibu Rumah Tangga di Desa Ngrimbi,
Kecamatan Bareng, Jombang.
Variable Definisi operasional Kategori dan criteria Skala

Independen Stres merupakan gangguan Tingkat stress diukur dengan Ordinal


Tingkat stress mental yang dialami ibu rumah menggunakan instrumen
tangga karena keluarga yang Depression Anxiety Stres
kurang harmonis. Scale (DASS) dengan kategori
Menggunakan alat ukur berupa sebagai berikut:
kuisioner tingkat stress. 1. Normal (skor 0-14)
2. Ringan (skor 15-18)
3. Sedang (skor 19-25)
4. Berat (skor 26-33)
5. Sangat berat (skor ≥34)
Dependen Hipertensi yang terjadi pada Menurut Abdul (2019) Interval
Hipertensi petani merupakan suatu pengelompokkan tekanan
keadaan dimana terjadi darah tinggi sebagai berikut:
peningkatan tekanan darah 1. Normal = <120 mmHg/
secara abnormal. <80 mmHg
Menggunakan alat ukur 2. Pre-Hipertensi = 120-
tekanan darah yaitu 139 mmHg/ 80-89
sphygmomanometer dan mmHg
stethoscope. 3. Hipertensi grade 1 = 140-
159 mmHg/ 90-99 mmHg
4. Hipertensi grade 2 =
≥160 mmHg/ ≥100
mmHg

G. Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data


1. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen Depression Anxiety
Stres Scale (DASS) 42 untuk mengukur tingkat stres. Alat ukur tersebut
berupa kuisioner yang terdiri dari 42 pertanyaan yang mencakup item
diantaranya depresi, kecemasan dan stres. Dari 42 pertanyaan DASS,
nantinya peneliti hanya mengukur tingkat stresnya yaitu ada 14 pertanyaan
saja dan peneliti memodifikasi dari setiap soal untuk mengurangi tingkat
plagiat.
2. Cara Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini, prosedur yang ditetapkan adalah sebagai
berikut:
1) Mengurus surat ijin penelitian dengan membawa surat pengantar dari
kampus UNUSA untuk diberikan kepada Kepala Desa Ngrimbi
2) Setelah memperoleh izin dari Kepala Desa Ngrimbi, peneliti meminta
data ibu rumah tangga di Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Jombang.
3) Peneliti menjelaskan dan memberikan informasi tentang tujuan dan
sifat keikutsertaan subyek peneliti untuk menjadi responden penelitian.
4) Peneliti berkordinasi dengan Kepala Desa terkait pengambilan sampel
penelitian.
5) Setelah mendapatkan data para ibu rumah tangga kemudian peneliti
melakukan penelitian kepada ibu rumah tangga
6) Peneliti mendatangi rumah responden untuk dijadikan penelitian
7) Peneliti meminta kesediaan waktu ibu rumah tangga untuk dijadikan
responden
8) Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti memberikan lembar
pernyataan ketersediaan menjadi responden
9) Para ibu rumah tangga yang menjadi responden kemudian diukur
tekanan darahnya dan diberikan kuisioner tingkat stres kerja (DASS)
sejumlah 14 pertanyaan.
10) Setelah pengambilan data sudah dilakukan baru peneliti mengunakan
undian acak untuk menentukan besarnya sampel yang dijadikan
responden dalam penelitian.
11) Peneliti mulai menskoring dari kuisioner tersebut, setelah itu
mengkoding dan proses analisa data.
H. Pengolahan dan Analisa Data
1. Teknik Pengolahan Data
Pada kasus tertentu seperti penelitian kualitatif data yang terkumpul dapat
diolah dengan cara manual dengan langkah-langkah berikut :

a. Proses Collecting
Mengumpulkan data yang berasal dari kuisioner, angket maupun
observasi.
b. Proses Editing
Dilakukan dengan memberikan kelengkapan jawaban kuisioner dengan
agar data diolah secara benar
c. Proses Scoring
Setelah kegiatan pengumpulan data dan lembar kuisoner telah diberikan,
maka selanjutnya diberi skor agar data dapat dianalisis
d. Proses Coding
Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel-
variabel yang diteliti, misalnya nomor responden dirubah menjadi
nomor 1,2,3, ..., 42.
e. Proses Processing
Setelah semua hasil data kuisoner terisi penuh dan sudah melewati
system Scoring maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar
dapat dianalisis. Data diproses dengan mengguakan cara meng-entry
data ke komputer.
f. Proses Cleaning
Cleaning (pembersih data) dalam penelitian ini adalah melakukan kegiatan
pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada data yang salah
atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat meng-entry
data ke komputer.
g. Proses Tabulating
Untuk mempermudah pengolahan dan analisis data serta mengambil
kesimpulan kemudian memasukkan kedalam bentuk distribusi
frekuensi.
2. Analisa Data
Setelah data diperoleh dari lembar kuisioner dan observasi maka langkah
selanjutnya peneliti melakukan analisis menggunakan uji Mann-Whitney.
Uji Mann-Whitney digunakan untuk menguji hubungan antara variable
independen dan dependen berskala ordinal. Hipotesis penelitian diterima
bila ρ < α(0,05) yang berarti ada hubungan antara stres dengan kejadian
hipertensi.
I. Etika Penelitian
Penelitian ini mengajukan izin kepada Kepala Desa Ngrimbi, Kecamatan
Bareng, Jombang untuk mendapat persetujuan. Melakukan pendekatan pada
responden, dan untuk mendapatkan persetujuan dari responden. Kemudian
kuesioner diberikan kepada responden dengan menekankan pada masalah etik
meliputi :
1. Informend concent (lembar persetujuan peneliti)
Lembar persetujuan penelitian ini di berikan kepada ibu rumah tangga.
Tujuannya adalah agar petani mengetahui maksud dan tujuan dari diadakan
penelitian serta dampak selama pengumpulan data. Apabila ibu rumah
tangga bersedia maka harus menandatangani lembar persetujuan, dan bila
petani menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati
haknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas nama ibu rumah tangga saat
penelitian, maka peneliti tidak mencantumkan nama ibu rumah tangga pada
lembar observasi, tetapi bisa hanya menggunakan nomer , inisial dan tanda
tangan dari ibu rumah tangga.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan tentang informasi identitas nama ibu rumah tangga dijamin
oleh peneliti, dan tidak akan disebarluaskan dikalangan umum, hanya
kelompok data yang diperlukan saja yang akan dilaporkan sebagai hasil
penelitian.
4. Beneficiency (Berbuat baik)
Peneliti melakukan penelitian terhadap ibu rumah tangga dengan baik.
Penelitian ini bertujuan memberikan manfaat yang baik kepada ibu rumah
tangga diantaranya yaitu memberikan informasi tentang faktor penyebab
stres yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan darah dan
dilakukan pengecekan tekanan darah agar petani mengetahui tekanan
darahnya, bukan untuk membahayakan ibu rumah tangga.
5. Non maleficience (Tidak merugikan)
Penelitian ini bersifat baik dan tidak merugikan ibu rumah tangga. Peneliti
melakukan sesuatu yang tidak membahayakan bagi ibu rumah tangga. Jadi
apabila ada tekanan darah petani yang mengalami peningkatan (hipertensi)
maka peneliti dapat memberikan Health Education seperti
menginstruksikan untuk istirahat yang teratur, tidak melakukan pekerjaan
yang berat, mengkonsumsi makanan yang dapat menurunkan tekanan
darahnya.
6. Justice (Keadilan)
Peneliti dalam melakukan penelitian bersifat adil, jadi tidak membeda-bedakan
antar petani. Ibu rumah tangga dengan jumlah 100 di Desa Ngrimbi, Kecamatan
Bareng, Jombang dijadikan penelitian yaitu dengan cara semua responden dicek
tekanan darahnya dan diberikan kuisioner tingkat stres.

DAFTAR PUSTAKA
Abu Abdad R. 2013. Female NetPreneurs. Jakarta: Elex Media Komputindo
Amitya Betty R & Iriani Indri H. Gambaran Coping Stres Pada Ibu Rumah
Tangga Yang Tidak Bekerja. Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi,
Vol.3, No.1, April 2014.
Andrea, G.Y.,(2013). Kolerasi Hipertensi Dengan Penyakit Ginjal Kronik Di
RSUP DR. Kariadi Semarang. Diunduh tanggal 1 April 2021 dari
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/artecle/.
Ardiansyah, M., (2012). Medikel Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: DIVA
Press.
Aulia, R., (2018). Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kepatuhan Pasien
Hipertensi Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr.Moewardi Surakarta
Periode FebruariApril 2018. Journal of Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Diunduh tanggal 29 Mret 2021 dari
http://www.enprints.ums.ac.id.
Bistara, D.N., & Kartini, Y., (2018). Hubungan Kebiasaan Mengkonsumsi Kopi
dengan Tekanan Darah Pada Dewasa Muda, vol 3 (1). Journal of
Repository University Of Nahdlatul Ulama Surabaya. Diunduh tanggal 29
Maret 2021 dari http://www.repository.unsula.ac.id/2756/.
Dinas Kesehatan Provensi Jawa Timur. 2019. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Timur.
Donsu, Jenita DT. 2017. Psikologi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Iswahyuni, S., (2017). Hubungan Antara Aktifitas Fisik Dan Hipertensi Pada
Lansia, vol 14(2). Journal of Researchgate AKPER Mamba’ul ‘Ulum
Surakarta. Diunduh tanggal 27 Maret 2021 dari
http://www.researchgate.net/publication/319171385_Hubungan_Antara_Ak
tifitas_Fisik_Dan_Hipertensi_Pada_Lansia
Iqbal Mubarok Wahid, indrawati Lilis, Susanto Joko. 2015. Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba Medika.
Khotimah. 2013. Stres Sebagai Faktor Terjadinya Peningkatan Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Eduhealth. Vol 3 (2): 79-83
Komaling, J.K., Suba, B., Wongkar, D., (2013). Hubungan Mengonsumsi Alkohol
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki Di Desa Tompasobaru II
Kecamatan Tompasobaru Kabupaten Minahasa Selatan, vol 1 (1). Journal
of Jurnal Keperawatan Universitas Sam Ratulangi. Diunduh tanggal 1 April
2021dari http://www.ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/2194.
Kurniadi dan Nurrahmani. 2014. Stop Diabetes, Hipertensi, Kolestrol Tinggi,
Jantung Koroner. Yogyakarta: Istana Media
Manawan, A.A., Rattu, A.J.M., Punuh, M.I., (2016). Hubungan Antara Konsumsi
Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Di Desa Tandengan Satu
Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa, vol 5 (1). Journal of PARMACON
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Diunduh
tanggal 30 Maret 2021 dari
http://www.ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/view/11345.
Majid, Abdul. 2019. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.
Nasirdan Abdul Muhith. 2011. Dasar-dasar Keperawatan. Buku 1. Jakarta:
Salemba Medika
Noorhidayah, S.A., (2016). Hubungan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi
Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi Di Desa Salamrejo. Journal
of Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Diunduh tanggal 30
Maret 2021 dari http://www.repository.umy.ac.id/7325.
Nurafif, A.H,. & Kusuma, H. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Yogyakarta:
Mediaction.
Palimbong, S., Kurniasari, M.D., Kiha, R.R., (2018). Keefektifan Diet Rendah
Garam I Pada Makanan Biasa Dan Lunak Terhadap Lama Kesembuhan
Pasien Hipertensi, vol 3 (1). Journal of Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah Universitas Kristen Satya Wacana. Diunduh tanggal 30
Maret 2021 dari
http://www.researchgate.net/publication/326516860_Keefektifan_Diet_Re
ndah_Garam_I_Pada_Makanan_Biasa_Dan_Lunak_Terhadap_Lama_Kes
embuhan_Pasien_Hipertensi.
Priyono. 2014. Konsep Management Stres. Yogyakarta: Nuha Medika
Ramdhoni, Hasbi dkk. 2017. Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi. Bandung: Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan ‘Aisyiyah.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI tahun 2018.
Studi : Ibu Rumah Tangga Cenderung Mudah Depresi (23 Mei 2012)
(www.health.liputan6.com/read/464406/studi-ibu-rumah-tangga-
cenderung-mudahdepresi) di akses pada 30 Maret 2021.
Sunaryo. 2013. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Tilong, Adi D. 2014. Ajaibnya Air Putih Terapi Beragam Masalah Kesehatan.
Yogjakarta: Flash Book.
World Health Organization A global brief on hypertension: silent killer global
public health crisis. 2018.

LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Responden

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth. Ibu Rumah Tangga


Di Desa Ngrimbi, Kec. Bareng, Jombang

Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan Hormat,

Dalam rangka memenuhi tugas akhir program studi S1 Keperawatan, saya


peneliti selaku mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, mengajukan
permohonan kepada Ibu Rumah Tangga di Desa Ngrimbi untuk bersedia menjadi
responden dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Tingkat Stres Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Ibu Rumah Tangga di Desa Ngrimbi, Kecamatan
Bareng, Jombang.”

Penelitian ini tidak akan memberikan akibat yang merugikan bagi Ibu Rumah
Tangga di Desa Ngrimbi sebagai responden. Semua informasi akan dijaga
kerahasiaanya dan hanya digunakan untuk penelitian. Informasi ini diberikan
hanya ditujukan untuk mengembangan ilmu kesehatan khusunya dalam bidang
keperawatan dan tidak dipergunakan untuk maksud lain.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Surabaya, ………………… 2021


Peneliti,

(Nadia Dwi Saputri)


Lampiran 2. Lembar Informasi Untuk Responden
LEMBAR INFORMASI UNTUK RESPONDEN

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia- Nya, sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rosulullah SAW
semoga Bapak/Ibu selalu dalam keadaan sehat wal’afiat. Amin.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Nadia Dwi Saputri
NIM : 1130018117
Prodi : S1 Keperawatan
Terimakasih kepada responden yang telah membaca Lembar Informasi
Penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya Hubungan
Tingkat Stres Dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu Rumah Tangga di Desa
Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Jombang. Jenis penelitian yang digunakan yaitu
Penelitian ini menggunakan pendekatan analitik korelasi dengan metode cross
sectional. Jenis yang digunakan bertujuan untuk mengungkapkan hubungan
korelatif antar variabel. Penelitian ini menekankan waktu pengukuran/ observasi
data variabel independen (Tingkat Stres) dan dependen (Hipertensi) hanya satu
kali pada saat itu dengan menggunakan instrumen kuisioner tingkat stres dan
lembar observasi pengukuran tekanan darah. Besar sampel dalam penelitian ini
sebesar 50 Ibu Rumah Tangga di Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Jombang.
Cara pengambilan sampel menggunakan teknik Probability Sampling dengan
metode Simple Random Sampling. Penelitian ini diharapkan menambah wawasan
dan pengetahuan terkait dengan hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi
pada ibu rumah tangga. Demikian hal ini saya sampaikan, lembar informasi ini
dibuat untuk memahami sepenuhnya terhadap informasi yang telah diberikan
kepada saya dan mengajak Bapak/Ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini.
A. Manfaat terhadap subyek penelitian
Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang Hubungan Tingkat Stres
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu Rumah Tangga di Desa Ngrimbi,
Kecamatan Bareng, Jombang.
B. Kesukarelaan Untuk Ikut Penelitian
Calon responden bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada
paksaan. Bila sudah memutuskan untuk ikut berpartisipasi, responden juga
bebas untuk mengundurkan diri/ berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai
denda atau sanksi apapun.
C. Unsur Paksaan
Dalam penelitian ini tidak ada unsur paksaan dan responden berhak untuk
menolak sebagai subjek penelitian jika merasa dirugikan selama proses
penelitian.
D. Prosedure Penelitian
Apabila anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, andadiminta
menandatangani lembar persetujuan rangkap dua, satu untuk anda simpan dan
satu untuk peneliti. Prosedur penelitian selanjutnya adalah:
1. Anda akan dimintai keterangan mengenai data diri seperti nama, usia, jenis
kelamin, alamat lengkap, dan nomer telepon yang bisa dihubungi.
2. Anda akan dijelaskan tentang prosedur tujuan dan manfaat penelitian oleh
peneliti.
3. Peneliti memberikan surat permohonan untuk menjadi responden.
4. Bila peneliti memerluhkan data tambahan tentang diri anda untuk
keperluan penelitian maka peneliti dapat langsung mendatangi rumah
anda.
5. Peneliti akan memberikan kuisioner
E. Kerahasiaan
Sesuai dari informasi data anda yang diperoleh selama dilakukan penelitian
ini akan dicatat dan digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan. Informasi
tersebut hanya akan dengan tidak mengungkapkan identitas responden. Semua
informasi yang dikumpulkan tetap menjadi rahasia dan tidak akan disebutkan
dalam publikasi hasil penelitian, laporan atau publikasi kepada siapapun diluar
studi ini.
F. Kompensasi
Peneliti akan memberikan konsumsi sebagai tanda terima kasih kepada
responden.
G. Asuransi
Apabila ada kejadian yang tidak diharapkan terjadi terkait penelitian ini maka
peneliti akan bertanggung jawab.
H. Kontak Penelitian
Segala pertanyaan dan klarifikasi terkait penelitian dapat melalui
085791945856-Nadia Dwi Saputri / Kontak KEPK emailkepk@unusa.ac.id.
Demikian atas perhatian dan kesediaannya, saya sampaikan terimakasih.

Surabaya, ……………………. 2021

Peneliti Responden

(Nadia Dwi Saputri) (………………….......)


Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Nama : …………………………………………………………..
Umur/Jenis Kelamin :……………………………………………………………
Alamat :……………………………………………………………
Nomer Telepon/HP :……………………………………………………………

Menyatakan setelah memperoleh informasi lengkap dan diberikan


kesempatan untuk menanyakan segala sesuatu yang ingin saya ketahui, saya
bersedia menjadi responden penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Stres
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu Rumah Tangga di Desa Ngrimbi,
Kecamatan Bareng, Jombang”.

Saya juga dapat menolak/menjawab pertanyaan yang diberikan ataupun


menarik diri dari persetujuan ini suatu saat, tanpa sanksi apapun.

Demikian persetujuan ini dibuat memahami sepenuhnya terhadap informasi yang


telah diberikan kepada saya serta tanpa adanya paksaan.

A. Kesekarelaan untuk Ikut Penelitian


Calon responden bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini karena
penelitian ini bersifat sukarela dan tidak ada unsur paksaan. Bila sudah
memutuskan untuk ikut berpartisipasi, responden juga bebas untuk
mengundurkan diri/ berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda atau
sanksi apapun.
B. Hak Mengundurkan Diri
Apabila dikemudian hari calon responden penelitian memilih untuk
mengundurkan diri karena sesuatu hal maka calon responden berhak untuk
mengundurkan diri dan tidak mendapatkan sanksi/denda.
C. Perlindungan terhadap Responden
Penelitian ini bersifat baik untuk calon responden. Peneliti sudah memahami
potensi komplikasi yang akan ditimbulkan jika ada intervensi dari peneliti
serta peneliti sudah menyiapkan tindakan pencegahan.
D. Kerahasiaan Data
Penelitian ini bersifat rahasia, kerahasiaan mengenai inforamasi identitas nama
calon responden dijamin oleh peneliti, dan tidak akan disebarluaskan
dikalangan umum, hanya kelompok data yang diperlukan saja yang akan
dilaporkan sebagai hasil penelitian.
E. Kontak Peneliti
Segala pertanyaan dan klarifikasi terkait penelitian dapat melalui
085791945856-Nadia Dwi Saputri / Kontak KEPK emailkepk@unusa.ac.id.
Demikian atas perhatian dan kesediaannya, saya sampaikan terimakasih.

Surabaya, ……………… 2021

Peneliti Yang Membuat Pernyataan

(Nadia Dwi Saputri) (…………………….)

Anda mungkin juga menyukai