Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN DISKUSI MATERI 3

OLEH KELOMPOK 6 :
1. Agung Ariandi Nugraha
2. Agustia Putri
3. Albania Sofyan
4. Habil Putra Nelfira

A. Lembaga Keberatan
Lembaga Keberatan Pajak merupakan lembaga penyelesaian sengketa pajak
yang berada dalam organisasi Direktorat Jenderal Pajak dan merupakan perwujudan
dari Pasal 25 UU KUP, Pasal 15 UU PBB Pasal 16 UU BPHTB, Pasal 31 ayat (2) UU
PP dan Pasal 48 ayat (2) UU PTUN.
Lembaga keberatan pajak merupakan suatu sarana atau saluran hukum yang
memberi kesempatan kepada wajib pajak untuk mencari keadilan apabila wajib pajak
merasa, bahwa dirinya diperlakukan tidak sebagaimana mestinya, atau merasa
diperlakukan tidak adil oleh pihak administrasi pajak.
Kewenangan lembaga keberatan yaitu hanya memeriksa dan
memutus terhadap semua surat ketetapan pajak (SKP), mulai dari surat ketetapan
pajak sampai surat ketetapan pajak nihil.

B. Majelis Pertimbangan Pajak


Majelis Pertimbangan Pajak adalah Majelis yang mempertimbangkan untuk
memutuskan keberatan penetapan pajak terhutang, karena adanya perbedaan pendapat
perselisihan argumentasi antara Fiskus dan Wajib Pajak.
Kewenangan untuk memeriksa dan memutus permohonan banding atas
keberatan yang diajukan oleh wajib pajak melekat pada MPP. MPP tidak hanya
berwenang menyelesaikan sengketa pajak pusat, tetapi juga pajak daerah.

C. Badan Penyelesaian Sengketa Pajak


Badan Penyelesaian Sengketa Pajak ditetapkan sebagai badan peradilan pajak
dengan Undang-undang Nomor. 17 Tahun 1997 Tentang Badan Penyelesaian
Sengketa Pajak, badan ini merupakan pengganti badan-badan khusus yang dahulu
bernama Peradilan Doleantie, Majelis Pertimbangan Pajak, dan Komisi Duane.
Sebagai Badan Peradilan Pemerintah, Badan Penyelesaian Sengketa Pajak tersebut
tidak berpuncak pada Mahkamah Agung, tetapi berpuncak kepada Departemen
Keuangan.
Badan Penyelesaian Sengketa Pajak, diberi wewenang oleh undang-undang
untuk menangani upaya hukum berupa banding terhadap suatu keputusan pajak,
ataupun gugatan atas pelaksanaan penagihan pajak. Putusan pengajuan banding
terhadap suatu keputusan Pejabat Pajak, serta gugatan terhadap pelaksanaan
penagihan pajak tersebut, merupakan putusan akhir dan bersifat tetap.
Dasar hukum yang digunakan oleh Badan Penyelesaian Sengketa Pajak untuk
melakukan fungsi peradilan, adalah ketentuan Pasal 2 dan Pasal 28 Undang-undang
Nomor. 17 Tahun 1997 Tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak.
Dalam Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang
Badan Penyelesaian Sengketa Pajak, adalah merupakan Badan peradilan pajak yang
mempunyai tugas memeriksa dan memutus sengketa pajak berupa:
a. Banding terhadap keputusan pejabat yang berwenang;
b. Guguatan terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan perpajakan di
bidang penagihan .
Dari posisi tugas dan wewenang Badan Peneyelesaian Sengketa Pajak tersebut
di atas, dapat dipahami tentang bagaimana kedudukan hukum Badan Peneyelesaian
Sengketa Pajak, seandainya dikaitkan dengan sistem Kekuasaan Kehakiman yang
diatur di dalam ketentuan Pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945, juncto ketentuan
Pasal 10 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970, sebab sebagaimana yang
dinyatakan: Badan Penyelesaian Sengketa Pajak adalah Badan Penyelesaian Sengketa
Pajak sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor: 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994.

D. Pengadilan Pajak

Pengadilan pajak merupakan sebuah badan atau lembaga peradilan yang


menjalankan kekuasaan kehakiman bagi wajib pajak perorangan atau badan yang
ingin mengajukan banding atau gugatan dan menyelesaikan terhadap sengketa pajak
yang dialaminya.

Berdasarkan sejarahnya, pembentukan pengandilan pajak ini bermula dari


Majelis Pertimbangan Pajak (MPP) yang berubah menjadi Badan Penyelesaian
Sengketa Pajak (BPSP). Dengan banyaknya sengketa pajak yang muncul setiap
tahunnya, pemerintah menilai BPSP tidak bisa lagi menyelesaikan tanggung
jawabnya. Hal inilah yang membuat pemerintah akhirnya membentuk pengadilan
pajak yang secara resmi tertuang dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002
tentang Pengadilan Pajak.

Kewenangan dan kekuasaan lembaga peradilan pajak ini telah diatur dalam
Pasal 31, 32, dan 33 Undang-Undang No. 14 Tahun 2002, sebagai berikut:

 Tugas dan wewenang pengadilan pajak adalah memeriksa dan memutusa sengketa
pajak.
 Dalam hal banding, pengadilan pajak hanya berwenang untuk memeriksa dan
memutus sengketa atas keputusan keberatan, kecuali ditentukan lain oleh
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Dalam hal gugatan, pengadilan pajak berwenang untuk memeriksa dan memutus
sengketa atas pelaksanaan penagihan pajak atau keputusan pembetulan atau
keputusan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan yang telah beberapa kali diubah, di mana yang terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 dan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.
 Tugas dan kewenangan pengadilan pajak juga terkait dengan pengawasan
terhadap kuasa hukum yang memberikan bantuan hukum kepada pihak-pihak
yang bersengketa dalam sidang-sidang pengadilan pajak, yang mana
pengawasannya diatur lebih lanjut dengan keputusan Ketua Pengadilan Pajak.
 Sebagai pengadilan tingkat pertama dan terakhir, keputusan pengadilan pajak
bersifat final. Artinya, putusan pengadilan pajak atas sengketa pajak tidak dapat
diajukan gugatan ke peradilan umum.
 Pengadilan pajak memiliki kuasa untuk memanggil atau meminta data atau
keterangan yang berkaitan dengan sengketa pajak dari pihak ketiga guna
keperluan pemeriksaan sengketa pajak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai