Anda di halaman 1dari 6

Nama : ST Raodah

Nim : I0120368
Kelas : Ilmu Hukum A

Resume Bab 3 dan 4 - Tugas pengganti MID HAN

BAB 3
SUSUNAN PEMERINTAHAN

A. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT-TINGKAT DALAM PEMERINTAHAN


a. Hubungan vertikal : pengawasan
- Koordinasi
- Pengawasan kebijaksanaan
- Pengawasan kualitas
- Alasan-alasan keuangan
- Perlindungan hak dan kepentingan warga
b. Hubungan horizontal : kerjasama
- Fungsi yang dipusatkan
- Badan/Lembaga untuk bersama
- Badan hukum untuk bersama

B. SUSUNAN PEMERINTAH NEGARA INDONESIA (UMUM)


Republik Indonesia (R.I) adalah Negara Kesatuan yang disertai sistem desentralisasi. Susunan
organisasi R.I terdiri dari dua susunan utama, yaitu: Susunan Organisasi Negara Tingkat Pusat dan
Tingkat Daerah.
Susunan organisasi negara tingkat pusat adalah badan-badan kenegaraan yang diatur dalam UUD
1945 yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Presiden, Dewan Pertimbangan Agung (DPA),
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Mahkamah Agung (MA).
MPR adalah Lembaga Tertinggi Negara. Lembaga-lembaga kenegaraan lainnya disebut Lembaga
Tinggi Negara.
Susunan Pemerintahan Tingkat Daerah (daerah otonom) diatur dalam Undang-undang dan terdiri
dari berbagai tingkat, seperti Daerah Tingkat I atau Daerah Tingkat II (tergantung pada Undang-
undang).

C. LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Sebagai badan yang melakukan kedaulatan rakyat, MPR memegang kekuasaan negara tertinggi
(Penjelasan Umum UUD 1945). Mengenai kekuasaan, UUD 1945 memuat 4 kekuasaan pokok
MPR yaitu menetapkan UUD, menetapkan GBHN, memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil
Presiden dan mengubah UUD.
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
DPR mempunyai hak inisiatif untuk mengajukan rancangan undang-undang. DPR juga
memberikan persetujuan dalam hal presiden membuat perjanjian dengan negara lain (dalam
bidang bidang tertentu).Tugas umum lain DPR adalah mengawasi jalannya pemerintahan.
3. Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
a. DPA adalah sebuah badan penasihat pemerintahan
b. DPA berkewajiban memberi jawab atas pertanyaan presiden
c. DPA berhak mengajukan usul dan wajib memberikan pertimbangan kepada pemerintah.
4. Mahkamah Agung (MA)
MA adalah lembaga negara yang menjalankan kekuasaan kehakiman tertinggi di negara RI.
Semua badan peradilan berpuncak pada mahkamah agung. Kekuasaan kehakiman diatur dalam
berbagai undang-undang sesuai dengan lingkungan peradilan masing-masing.
5. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
BPK adalah lembaga negara yang diadakan untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan
negara dan adalah badan yang merdeka lepas dari pengaruh, dan kekuasaan pemerintah.
- BPK bertugas untuk memeriksa tanggung jawab pemerintah tentang keuangan negara
- BPK bertugas untuk memeriksa semua pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara.

D. PENYELENGGARA PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT


1. Presiden
Presiden memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD (UUD Ps. 4 ayat 1). Dalam
menjalankan pemerintahan negara, kekuasaan dan tanggung jawab adalah ditangan presiden.
Presiden menjalankan kekuasaan dalam:
a. Bidang pemerintahan (eksekutif)
b. Bidang perundang-undangan
c. Bidang kehakiman
2. Wakil Presiden
Presiden dibantu oleh satu orang wakil presiden (UUD Ps.4 ayat 2). Presiden menetapkan tugas
wakil presiden sebagai yang mengkoordinasikan pengawasan, khususnya pengawasan
pembangunan.

E. PENYELENGGARA PEMERINTAHAN TINGKAT DAERAH


1. Daerah Otonom Tingkat I dan II
a. Desentralisasi dan Dekonsentrasi
- Desentralisasi
Desentralisasi mengandung makna bahwa wewenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan tidak semata mata dilakukan oleh pemerintah pusat, melainkan dilakukan juga
oleh satuan-satuan pemerintahan yang lebih rendah, baik dalam bentuk satuan teritorial maupun
fungsional.
Perwujudan desentralisasi dalam bidang otonomi adalah hak untuk mengatur dan mengurus
urusan rumah tangga daerah. Sedangkan tugas pembantuan adalah tugas untuk turut serta
dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah daerah atau
pemerintah daerah tingkat atasnya dengan kewajiban mempertanggungjawabkan kepada yang
menjalankannya (UU.No.5 tahun 1974,pasal 1.d).
- Dekonsentrasi
UU No. 5 tahun 1974 merumuskan dekosentrasi sebagai “pelimpahan wewenang dari pemeritah
atau kepala wilayah atau kepala instansi vertikal tingkat atasnya kepada pejabat-pejabatnya di
daerah”.
Persoalan dekonsentrasi tidak terletak pada diatur atau tidak diatur, melainkan sejauh mana
dekonsentrasi diperlukan atau harus ada disamping desentralisasi.
b. Pemerintah daerah
- Kepala daerah
Kepala daerah mempunyai dua fungsi. Pertama, sebagai kepala daerag otonom. Kedua, sebagai
pimpinan yang menyelenggarakan urusan pemerintahan umum yang menjadi tugas pemerintah
pusat di daerah. Sebagai kepala daerah otonom disebut kepala daerah, yaitu kepala daerah
tingkat I dan kepala daerah tingkat II. Sebagai pimpinan penyelenggaraan pemerintahan umum di
daerah disebut kepala wilayah dengar penamaan menurut jenjang wilayah masing-masing.
Kepala wilayah provinsi adalah gubernur, kepala kabupaten adalah bupati, kepala kotamadya
adalah walikotamadya, dan kepala kecamatan adalah camat.
- Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Seperti halnya kepala daerah, DPRD juga terdiri dari DPRd tingkat I untuk provinsi daerah tingkat I
dan DPRD tingkat II untuk kabupaten kotamadya daerah tingkat II. Berbeda dengan kepala
daerah, DPRD hanya menjalankan tugas, wewenang dan hak dalam bidang otonomi dan tugas
pembantuan. Dengan perkata lain, DPRD hanya mengatur dan mengurus urusan rumah tangga
daerah.
- Alat Perlengkapan Daerah lainnya
Pemerintah daerah dilengkapi pula dengan berbagai perangkat yaitu sekretaris DPRD, Sekretaris
Daerah, Dinas-dinas dan badan pertimbangan daerah. Sekretariat daerah dipimpin sekretaris
wilayah daerah. Sekretariat DPRD membantu menyelenggarakan tugas dan kewajiban pimpinan
DPRD. Sekretariat daerah membantu menyelenggarakan tugas dan kewajiban Kepala daerah baik
sebagai pimpinan daerah otonomi maupun sebagai kepala wilayah.
- Keuangan Daerah
Baik daerah tingakt I maupun daerah tingkat II mempunyai dua sumber utama keungan daerah,
yaitu pendapatan asli daerah (PAD) dan pendapatan yang berasal dari pemberian pemetintah
pusat atau pemerintah daerah yang lebih atas tingkatannya.
PAD terdiri dari pajak-pajak daerah, retribusi daerah, hasil-hasil dari perusahaan daerah, dan
pendapatan lain yang sah. Sedangkan pendapatan yang diperoleh dari pemberian adalah
sumbangan dari pemerintah pusat, atau dari pemerintah daerah yang lebih atas tingkatannya,
dan lain-lain pendapatan yang sah (UU No. 5 tahun 1974 pasal 55).
- Pengawasan
Mengapa pengawasan diperlukan? Desentralisasi bukan berarti kebebasan atau kemerdekaan
daerah melainkan kemandrian. Kemandrian dalam ikatan negara kesatuan.UU No.5 tahun 1974
mengatur tiga bentuk pengawasan yaitu pengawasan umum, pengawasan preventif dan
pengawasan represif.
- Kerjasama antar daerah
Dalam hal dan keadaan tertentu, pelaksanaan wewenang dan tugas suatu pemerintah daerah
terkait dengan daerah yang lain. Atau ada kepentingan yang sama antara dua atau lebih daerah.
Menurut UU No.5 tahun 1974, kerjasama antar daerag berbentuk peraturan daerah bersama.
2. Pemerintahan wilayah
Pemerintah wilayah adalah perwujudan asas dekonsentrasi yang merupakan salinan berjenjang
dari pusat sampai ke daerah. Pemerintah wilayah tidak mempunyai hak mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan sebagai urusan rumah tangga.
Ada dua macam pemerintahan wilayah. Pertama, yang menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan
umum. Kedua, yang menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan khusus.
3. Pemerintahan Desa
Menurut UU No.5 tahun 1978, desa diartikan “satu wilayah yang ditempati oleh sejumlah
penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan mesyarakat hukum yang
mempunyai organisasi pemerintahan terendah di bawah camat dan berhak menyelenggarakan
rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan republik indonesia (pasal 1.a).

BAB 4
KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA (BESCHIKKING)

A. CIRI-CIRI KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA/KEPUTUSAN ADMINISTRATIF


Keputusan administratif merupakan suatu pengertian yang sangat umun dan abstrak, yang dalam
praktik tampak dalam bentuk keputusan-keputusan yang sangat berbeda. Namun demikian
keputusan-keputusan administratif juga mengandung ciri-ciri yang sama, karena akhirnya dalam
teori hanya ada satu pengertian. Sifat norma hukum keputusan adalah individual-konkret.

B. KOMPETENSI: ATRIBUSI, DELEGASI, MANDAT


Kita berbicara tentang delegasi dalam hal ada pemindahan/pengalihab suatu kewenangan yg ada.
Apabila kewenangan itu kurang sempurna, berarti bahwa keputusan yang berdasarkan
kewenangan itu, tidak sah menurut hukum. Oleh sebab itu, pengertian-pengertian atribusi dan
delegasi adalah alat-alat membantu untuk memeriksa apakah suatu badan berwenang atau tidak.
Dalam hal mandat tidak ada sama sekali pengakuan kewenangan atau pengalihtanganan
kewenangan.

C. SUSUNAN INTERN
- Susunan dari organ yang berwenang
- Nama dari yang dialamatkan dan nama dari suatu objek tertentu, yang dilengkapi alamat atau
konkretisasi lainnya lebih lanjut
- kesempatan yang menimbulkan suatu keputusan
- suatu ikhtisar dari peraturan perundang-undangan yang cocok
- penetapan fakta-fakta yang relevan
- pertimbangan-pertimbangan hukum
- keputusan
- motivasi dalam arti sempit
- pemberitahuan-pemberitahuan lebih lanjut
- penandatanganan oleh orang yang berwenang

D. KEPUTUSAN MENURUT WET AROG (BELANDA)


Keputusan didefinisikan dalam pasal 2 UU AROB. Pasal 2 UU AROB berbunyi
Ayat 1 : Keputusan menurut undang-undang ini diartikan keputusan tertulis dari suatu organ
administratif yang ditunjukan pada suatu akibat hukum
Ayat 2 : Bukan termasuk keputusan dalam arti undang-undang ini adalah
a. Suatu keputusan yang mempunyai tujuan umum
b. Suatu tindakan hukum menurut hukum perdata
Juga pasal 3 UU AROB penting untuk pengertian keputusan yang berbunyi:
Suatu keputusan disamakan dengan suatu penolakan untuk memberikan suatu keputusan. Organ
administratif dianggap telah menolak pemberian keputusan, apabila jangka waktu yang
ditentukan menurut undang-undang untuk mengambil suatu keputusan telah berlalu, tanpa ada
pemberian suatu keputusan, atau kalau tidak ada jangka waktu semacam itu apabila dalam
waktu yang wajar tidak diberikan suatu keputusan.

E. KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA MENURUT UNDANG-UNDANG NO.5 TAHUN 1986


Berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 4 UU No.5 tahun 1986, bahwa sengketa tata usaha negara
adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara orang atau badan hukum
perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai
akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara (KTUN), termasuk sengketa kepegawaian
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan demikian, KTUN merupakan dasar lahirnya sengketa tata usaha negara. Pasal 1 angka 3
memutuskan KTUN adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat
tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual dan final, yang menimbulkan
akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata

F. MACAM-MACAM KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA (Beschikking)


Pengelompokan macam-macam keputusan menurut pendapat para ahli:
Van der Wel membedakan keputusan atas:
a. De rechtsvastellende beschikkingenb.
b. De constitutive beschikkiing yang terdiri atas;
1. belastende beschikkingen (keputusan yang memberi beban)
2 bengunstigende beschikkingen (keputusan yang menguntungkan); status verleningen
(penetapan status).
c. De afwijzende beschikkingen (keputusan penolakan)-(Lih. E. Utreecht, h. 131,negatif

E. Utrecht membedakan ketetapan atas:


a. Ketetapan pasif dan negatif. Ketetapan pasif menimbulkan hak dan kewajiban bagi yang dikenai
ketetapan. Ketetapan negatif tidak menimbulkan perubahan dalam keadaan hukum yang telah
ada.
b Ketetapan deklaratur dan konstitutif. Ketetapan deklaratur hanya menyatakan bahwa
hukumnya demikian (rechtsvastellende beschikking). Ketetapan konstitutif adalah membuat
hukum (rechtscheppend).
c Ketetapan kilat dan ketetapan yang tepat (blijvend)
1. Menurut Prins, ada empat macam ketetapan kilat: ketetapan yang bermaksud mengubah
redaksi (teks) ketetapan lama;
2. Suatu ketetapan negatif;
3. Penarikan atau pembatalan suatu ketetapan;
4. Suatu pertanyaan pelaksanaan (uitvoerbaarverklaring)
d. Dispensasi, izin (vergunning), Lisensi dan konsensi. (E. Utreecht h. 131.s.d. 137).
Prajudi Atmosudirjo membedakan dua macam penetapan yaitu sebagai berikut:
a. Penetapan positif (permintaan dikabulkan) terdiri atas 5 golongan yaitu:
1. Yang menciptakan keadaan hukum baru pada umumnya;
2. Yang menciptakan keadaan hukum baru hanya terhadap suatu objek saja;
3. Yang membentuk atau membubarkan suatu badan hukum;
4. Yang memberikan beban (kewajbeban;
5. Yang memberikan keuntungan. Penetapan yang memberikan keuntungan adalah:
a. Dispensasi
b. Izin atau vergunning
c. Lisensi
d. Konsensi
Dalam buku P. de Haan vs “Bestuursrecht in the sociale rechtsstaat" (h 30) terdapat
pengelompokan “beschikking” atas:
a. KTUN perorangan dan KTUN kebendaan
Ialah KTUN yang diterbitkan berdasarkan kualitas pribadi orang tertentu. Contoh: SK
pengangkatan seseorang dalam jabatan negara, surat izin mengemudi (SIM)
b. KTUN deklaratif dan KTUN konstitutif
Pada KTUN deklaratif hubungan hukum pada dasarnya sudah ada. Contoh: akta kelahiran, hak
milik atas tanah eksternal hueksternal
Pada KTUN konstitutif, adanya KTUN merupakan syarat mutlak lahirnya hubungan hukum.
Contoh: sertifikat HGB, SK pengangkatan sebagai pegawai negeri.
c. KTUN terikat dan KTUN bebas
KTUN terikat pada dasarnya hanya melaksanakan ketentuan yang sudah ada tanpa adanya suatu
ruang kebebasan bagi pejabat yang bersangkutan. Contoh: ketentuan UU Lalu lintas menyatakan
bahwa untuk memperoleh SIM A syarat usia minimum adalah 17 tahun.
KTUN bebas didasarkan pada suatu kebebasan bertindak yang lazimnya dikenal dengan atas
“freies ermessen" (discretionary power). Contoh: dalam hal pemegang izin tidak memenuhi
ketentuan tersebut dalam pasal ll izin dapat dicabut, gubernur berwenang melawan reklame
dalam bahasa asing demi ketertiban umum.
d. KTUN menguntungkan dan KTUN yang memberi beban
Relevansi pembedaan ini adalah kemungkinan terjadinya gugatan. Dalam hal Khal itu
menguntungkan, gugatan bakal muncul dari pihak ketiga sedangkan dalam hal KTUN memberi
beban (misalnya penetapan pajak), gugatan berisi dari pihak kedua.
e. KTUN kilat dan KTUN langgeng
Pembedaan ini didasarkan pada ketentuan berlakunya. KTUN yang berlakunya seketika (sekali
pakai) merupakan KTUN kilat. Contoh: izin mendirikan bangunan, Dekrit presiden 5 Juli 1959.
Dalam praktik dewasa ini terdapat juga KTUN yang masa berlakunya untuk jangka waktu tertentu,
misalnya SK Bupati/KDH tentang hak pakai atas tanah yang masa berlakunya 5 tahun yang
kemudian dapat diperpanjang lagi; demikian juga sertifikat HGB yang masa berlakunya 20 tahun.

Anda mungkin juga menyukai