Anda di halaman 1dari 2

Wewenang DJP dalam E-Faktur

DJP merupakan lembaga yang berwenang dalam mengeluarkan nomor seri faktur pajak.
Kewenangan DJP ini didasarkan pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak PER-24/PJ/2012
tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan dalam
Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian dan Tata Cara Pembatalan
Faktur Pajak.

Pengaturan mengenai nomor seri faktur pajak yang tertuang dalam PER-24/PJ/2012 ini
kemudian dipertegas dengan terbitnya Pengumuman Nomor: PENG-04/PJ.09/2013 tentang
Aturan Baru Tata Cara Penomoran Faktur Pajak.

Bentuk Aplikasi E-Faktur

Bentuk aplikasi e-faktur ada 3 yaitu :

1. Aplikasi e-Faktur ‘Client Desktop’

Aplikasi ini merupakan kanal e-Faktur yang pertama kali diperkenalkan dan yang paling
banyak digunakan.

Aplikasi e-Faktur Client Desktop ditujukan untuk penerbitan e-Faktur dalam jumlah sedikit.

Melalui aplikasi ini, PKP dapat menerbitkan e-Faktur dengan aplikasi berbasis desktop.
Namun harus melakukan update dan install manual jika ada pembaruan sistem.

Aplikasi ini dapat dioperasikan secara offline, namun tetap memerlukan sambungan internet
saat mengesahkan Faktur Pajak.

Agar dapat menggunakan aplikasi e-Faktur client desktop, aplikasi e-Faktur ini harus diunduh
pada laptop atau komputer.

Aplikasi e-Faktur client desktop telah mengalami perkembangan, di mana yang terbaru
adalah versi 3.0 yang diimplementasikan secara nasional mulai 1 Oktober 2020.

Aplikasi e-Faktur terbaru ini dapat diunduh pada laman efaktur.pajak.go.id/login.

Dalam aplikasi terbaru ini, ada beberapa fitur tambahan seperti prepopulated pajak masukan,
prepopulated Pemberitahuan Impor Barang (PIB), prepopulated SPT PPN, dan sinkronisasi
kode cap fasilitas.

2. Aplikasi e-Faktur ‘Web Based’

Aplikasi ini berbasis web yang harus dioperasikan dengan sambungan internet dan dapat
diakses di web-efaktur.pajak.go.id.

Laman tersebut juga digunakan untuk melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak
Pertambahan Nilai (PPN).
Untuk mengakses aplikasi ini, PKP harus menggunakan browser yang sudah terinstal dengan
Sertifikat Elektronik seperti mengakses efaktur.pajak.go.id saat melakukan permohonan
Nomor Seri Faktur Pajak (NSFP).

Aplikasi e-Faktur Web Based juga menjadi bagian dari pembaruan e-Faktur 3.0. Aplikasi ini
menjadi kanal untuk melaporkan SPT PPN, yang sebelumnya disampaikan melalui skema
upload CSV di DJP Online.

Setelah e-Faktur 3.0 diterapkan, seluruh proses terkait dengan pelaporan SPT Masa PPN
dilakukan lewat aplikasi e-Faktur, tidak lagi menggunakan e-Filing.

Akan tetapi, PKP yang ingin melaporkan atau memperbaiki SPT Masa PPN untuk masa pajak
sebelum September 2020, dapat mengunggah SPT pada e-Faktur 3.0 lalu melaporkan CSV
melalui DJP Online.

3. Aplikasi e-Faktur ‘Host-to-Host’ (H2H)

Aplikasi ini diperuntukkan bagi perusahaan skala besar dengan penerbitan Faktur Pajak
dalam jumlah banyak.

Aplikasi e-Faktur H2H ini biasanya diarahkan pada perusahaan yang punya dukungan
teknologi informasi mumpuni.

Aplikasi e-Faktur H2H dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu dijalankan oleh PKP itu sendiri
atau melalui Penyedia Jasa Aplikasi Perpajakan (PJAP) mitra DJP.

Hal ini diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak, yang diterbitkan
berdasarkan permohonan tertulis dan setelah dilakukan pengujian sistem (User Acceptance
Test/UAT) oleh Ditjen Pajak.

Sekarang ini, aplikasi H2H telah berperan sebagai sistem antar server. Dengan begitu,
komunikasi terjadi antar komputer atau server dalam sebuah jaringan secara langsung.

Selain itu, aplikasi H2H juga memungkinkan PKP melakukan integrasi ke API miliknya
lewat software yang sudah digunakan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai