OLEH KELOMPOK 6 : 1. Agung Ariandi Nugraha 2. Agustia Putri 3. Albania Sofyan 4. Habil Putra Nelfira
A. Pengertian Sengketa Pajak
Pasal 1 angka 5 UU Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, mencantumkan pengertian sengketa pajak sebagai berikut : “Sengketa Pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara Wajib Pajak atau penanggung Pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan Banding atau Gugatan kepada Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk Gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.” Berdasarkan Pasal 1 angka 5 tersebut, dapat diketahui bahwa sengketa pajak yang terjadi antara pemerintah/fiskus dengan rakyat (wajib pajak) dikarenakan akibat keputusan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.
B. Objek Sengketa Pajak
Adapun objek sengketa (ditinjau dari administrasi perpajakan), objek itu timbul ketika administrasi perpajakan tidak terlaksana sebagaimana mestinya a. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
C. Timbulnya Sengketa Pajak
Sengketa pajak bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti: a. Adanya kebijakan perpajakan yang dikeluarkan Ditjen Pajak berdasarkan kewenangan yang diberikan undang-undang. Namun, wajib pajak merasa tidak puas dengan kebijakan tersebut sehingga mengajukan upaya hukum yang memang diperbolehkan oleh UU No 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak. b. Adanya perbedaan interpretasi antara WP dan Ditjen Pajak mengenai aturan perundang-undangan c. Perbedaan metode perhitungan jumlah pajak mengenai jumlah yang harus disetor pada negara. d. Keberatan atas penetapan sanksi denda pajak.
D. Sengketa Pajak Bukan sengketa Tata Usaha Negara
Pada dasarnya Pengadilan Pajak memang mempunyai karakteristik yang hampir menyerupai Peradilan Tata Usaha Negara dilihat dari jenis sengketa (obyek sengketa) yang dapat diperiksa dan diputus. Pada subyek sengketa terdapat sedikit perbedaan dikarenakan Peradilan Tata Usaha Negara hanya mengakui orang dan badan hukum perdata saja yang dapat mengajukan perkaranya untuk diperiksa. Sedangkan Pengadilan Pajak juga mengakui Bentuk Usaha Tetap sebagai salah satu subyek yang dapat mengajukan perkara untuk diperiksa di Pengadilan Pajak. Hal ini bagi sebagian akademisi tidak sesuai sehingga tidak sepantasnyalah apabila Pengadilan Pajak berada di bawah Peradilan Tata Usaha Negara. Sebagian kalangan kemudian mengartikan Pengadilan Pajak sebagai pengadilan tersendiri yang terpisah dari 4 lingkup Peradilan di Indonesia. Namun hal ini tidaklah terlalu tepat dikarenakan tidak ada satupun pasal di Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 yang menyiratkan bahwa Pengadilan Pajak adalah Pengadilan tersendiri. Keempat lingkup peradilan yang kita anut bukan bentuk baku namun hal ini memang akan merombak peraturan perundang-undangan yang menjadi payung pada sistem kekuasaan kehakiman di Indonesia. Kesiapan infrastruktur, sosiologis, dan sumber daya manusia harus diperhitungkan dalam hal ini.
E. Berakhirnya Sengketa Pajak
Berakhirnya sengketa pajak,pada dasarnya ada dua hal yaitu: a. Sengketa itu ditarik kembali oleh pihak yg merasa keberatan,dlm arti kata ada perdamaian. b. Pengugat menarik gugatannya.