Anda di halaman 1dari 5

ALWAN DIMAS SAPUTRA

BRIGADIR DUA TARUNA

20.207

E / 04

1. Mengidentifikasi keragaman adat istiadat dan


problemnya dalam konteks hukum formal di
Indonesia ?

 Indonesia adalah negara yang menganut pluralitas


atau pluralism yaitu paham yang menghargai adanya
perbedaan dalam suatu masyarakat dan
memperbolehkan kelompok yang berbeda tersebut
untuk tetap menjaga keunikan budayanya masing-
masing.
Keragaman adat istiadat biasanya memiliki problem
dengan hukum formal di Indonesia . Untuk mengatasi
problem yang ada , maka digunakan lah hukum adat.
Hukum adat tersebut berkembang mengikuti
perkembangan masyarakat dan tradisi rakyat yang
ada. Hukum adat merupakan endapan kesusilaan
dalam masyarakat yang kebenarannya mendapatkan
pengakuan dalam masyarakat tersebut. Dalam
perkembangannya, praktek yang terjadi dalam
masyarakat hukum adat keberadaan hukum adat
sering menimbulkan pertanyaan-pertanyaan apakah
aturan hukum adat ini tetap dapat digunakan untuk
mengatur kegiatan sehari-hari masyarakat dan
menyelesaikan suatu permasalahan-permasalahan
yang timbul di masyarakat hukum adat. Sementara itu
negara kita juga mempunyai aturan hukum yang
dibuat oleh badan atau lembaga pembuat undang-
undang dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Antara hukum adat dengan hukum negara mempunyai
daya pengikat yang berbeda secara konstitusional
bersifat sama tetapi terdapat perbedaan pada bentuk
dan aspeknya.
Keberadaan hukum adat ini secara resmi telah diakui
oleh negara keberadaannya tetapi
penggunaannyapun terbatas. Merujuk pada pasal 18B
ayat (2) UUD 1945 dimana menyebutkan”Negara
mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur
dalam undang-undang” yang berarti bahwa negara
mengakui keberadaan hukum adat serta
konstitusional haknya dalam system hukum Indonesia.
Disamping itu juga diatur dalam Pasal 3 UUPA
“Pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu
dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang
menurut kenyataannya masih ada, harus sedemikian
rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasional
dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan
bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan
undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang
lebih tinggi”.
Jadi memang banyak sekali keragaman adat istiadat
yang ada Indonesia dan masih ada saja problemnya
dalam konteks hukum formal Indonesia . Namun,
segala permasalahan terkait keragaman adat istiadat
dapat diatasi dan diselesaikan dengan berlakunya
hukum adat .

2. Pendapat terkait kasus no 1 , 2 , 3 ?

 Kasus no 1 , 2 , dan 3 adalah termasuk budaya atau


keragaman adat istiadat yang dimiliki daerah
tersebut . kasus no 1 adalah budaya yang ada di jogja
, budaya itu dimaklumi oleh pihak penegakk hukum
dikarenakan adanya asas manfaat dan kearifan local
di daerah itu dan itu sudah diatur dalam hukum adat
yang ada di masyarakat jogja . kasus no 2 adalah
budaya sabung ayam yang ada di bali , adat sabung
ayam tidak diperbolehkan oleh hukum Indonesia jika
mengandung perjudian dan biasanya masyrakat
Indonesia melakukan sabung ayam dengan
perjudian . Namun , khusus di bali , adat sabung ayam
memiliki legalitas dengan syarat tidak ada keberadaan
uang taruhan. Sabung ayam di bali juga sudah diatur
dalam hukum adat yang ada. Kasus no 3 yaitu hukum
cambuk yang ada di aceh, aceh diberikan
kewenangan oleh negara untuk menjalankan hukum
sesuai dengan syariat yang ada. Maka dari itu ,
hukum cambuk diperbolehkan karena itu sudah di atur
oleh hukum adat yang ada di aceh.

3. Jelaskan Langkah apa saja yang harus dilakukan


sebagai pimpinan polri jika berdinas di 3 wilayah
tersebut ?

 Langkah yang saya lakukan sebagai polisi adalah


melakukan kompromisasi antara pihak polisi dengan
pihak Lembaga adat . kemudian bekerja sama untuk
mengadakan penyelidikan dengan melibatkan korban,
pelaku dan masyarakat. Setelah penyelidikan usai,
maka polisi dan lembaga adat menyiapkan mediasi
untuk menyelesaikan kasus tersebut. Berdasarkan
kesepakatan bersama, mereka pun menunjuk seorang
mediator untuk menjadi penengah dalam mediasi
tersebut. Mediator yang yang ditunjuk akan sangat
baik jika berasal dari pihak pengadilan (hakim), karena
jika mediasi tersebut gagal, maka hakim telah
mempelajari kasus tersebut dan bisa bersikap obyektif
dalam memutuskan perkara tersebut. Jika mediasi
berhasil, maka akan tercapai suatu kesepakatan yang
menguntungkan keduabelah pihak, korban
mendapatkan ganti rugi dan pelaku dapat kembali ke
masyarakat. Sedangkan jika mediasi gagal, maka
kasus tersebut harus melalui proses Sistem Peradilan
Pidana yang sesuai dengan hukum pidana nasional.
Yang perlu ditekankan adalah bahwa pendekatan
hukum adat harus dibatasi pada kasus-kasus tertentu
misalnya pencurian, atau kasus-kasus yang tidak
menimbulkan korban jiwa dan tidak terlalu
menimbulkan amarah masyarakat. Sedangkan untuk
kasus yang menimbulkan korban jiwa seperti
pembunuhan atau perkosaan, restorative justice juga
dapat diberlakukan. Namun demikian, perannya
hanya sebatas memulihkan hubungan antara pelaku,
korban dan masyarakat serta tidak menghapus sanksi
pidana yang akan dijatuhkan kepadanya. Artinya
penyelesaian dengan cara pendekatan adat untuk
kasus pembunuhan atau perkosaan dapat dilakukan,
namun pada dasarnya tidak memiliki tujuan untuk
mengambil alih fungsi hukum pidana. Pengadilan
tetap diperlukan sebagai pihak yang berwenang untuk
memberikan hukuman formal, namun perihal kerugian
yang ditimbulkan dari perbuatan pelaku dikuasakan
kepada korban. Sehingga baik korban atau pelaku
akan mendapatkan keadilan.

Anda mungkin juga menyukai