Anda di halaman 1dari 18

BAB IX

STRUKTUR DAN FUNGSI SEL PADA SISTEM REPRODUKSI

A. Struktur dan Fungsi Alat-alat Reproduksi pada Manusia


1. Struktur dan Fungsi Organ Reproduksi Pada Pria
Organ reproduksi pria meliputi organ reproduksi internal dan organ reproduksi
eksternal. Organ reproduksi internal meliputi testis, saluran pengeluaran (epididimis, vas
deferens, saluran ejakulasi, uretra) dan kelenjar Asesoris (vesikula seminalis, kelenjar
prostat, kelenjar Cowper) yang mensekresikan getah esensial bagi kelangsungan hidup
dan pergerakan sperma. Sedangkan organ reproduksi eksternal meliputi penis dan
skortum.

a. Testis
Jumlah satu pasang (jamak = testes). Testis merupakan gonade jantan berbentuk oval
terletak dalam skrotum atau kantung pelir yang merupakan lipatan dinding tubuh.
Suhu dalam skrotum 2oC lebih rendah dari suhu dalam rongga perut. Testis
mengandung lipatan saluran-saluran tubulus seminiferus (saluran tempat
pembentukan sperma) dan sel-sel Leydig (sel penghasil hormone testosterone) yang
tersebar diantara tubulus seminiferus. Dinding tubulus seminiferus mengandung
jaringan ikat dan jaringan epithelium germinal atau jaringan epithelium benih yang
berfungsi dalam pembentukan sperma (spermatogenesis).
b. Epididimis
Jumlah satu pasang. Merupakan saluran yang keluar dari testis, berkelok-kelok diluar
permukaan testis sepanjang kurang lebih 6m. Berperan sebagai tempat pematangan
sperma. Selama perjalanan ini sperma menjadi motil dan mendapatkan kemampuan
untuk membuahi.
c. Vas deferens
Jumlah sepasang. Saluran lurus mengarah keatas merupakan kelanjutan epididimis
dan ujung salurannya berada dalam kelenjar prostat. Berperan sebagai saluran
jalannya sperma dari epididimis menuju vesikula seminalis (kantung semen/kantung
mani).
d. Vesikula seminalis
Jumlah sepasang. Kantung ini juga merupakan kelenjar yang berlekuk-lekuk.
Dindingnya mensekresikan cairan kental berwarna kekuning-kuningan dan bersifat
basa (alkalis). Menyumbangkan sekitar 60% total volume semen. Cairan tersebut
mengandung mukus (lendir), gula fruktosa (penyedia energi untuk pergerakan
sperma), enzim, vitamin dan hormon prostagladin.
e. Saluran ejakulasi
Jumlah sepasang. Berupa saluran pendek menghubungkan duktus vesikula seminalis
dan uretra.
f. Uretra
Jumlah satu buah. Merupakan saluran yang terdapat disepanjang penis, memiliki
lubang keluar di ujung penis. Berfungsi sebagai saluran keluar urine dan saluran
keluar air mani.
g. Kelenjar prostat.
Jumlah satu buah. Terdapat di bawah kandung kemih. Mensekresikan getahnya secara
langsung ke dalam uretra berupa cairan encer berwarna putih seperti susu
mengandung enzim antikoagulan dan asam sitrat (nutrisi bagi sperma).
h. Kelenjar Cowper atau kelenjar Bulbouretra.
Jumlah satu pasang. Terletak di bawah kelenjar Prostat. Melalui saluran
mensekresikan getahnya kedalam uretra berupa mukus (lendir) jernih bersifat basa
yang dapat menetralisir urin asam yang tertinggal di sepanjang uretra.
i. Penis
Jumlah satu buah. Penis tersusun tiga silinder jaringan erektil mirip spons berasal dari
vena dan kapiler yang mengalami modifikasi. Dua terletak di atas disebut korpus
kavernosa, satu buah terletak di bawah  dan membungkus uretra disebut korpus
spongiosum. Batang utama penis dilapisi kulit yang relatif lebih tebal. Kepala penis
(glands penis) ditutup oleh lipatan kulit yang jauh lebih tipis dan disebut preputium
(prepuce), kulit inilah yang dihilangkan pada saat dikhitan. Bila terjadi suatu
rangsangan jaringan erektil tersebut akan terisi penuh oleh darah dan penis akan
mengembang dan tegang disebut ereksi. Penis dapat berfungsi sebagai alat kopulasi
bila dalam keadaan ereksi.
j. Skrotum (kantung pelir)
Jumlah sepasang. Merupakan kantung yang didalamnya berisi testis. Antara kantung
sebelah kanan dan kiri dibatasi oleh sekat yang tersusun jaringan ikat dan otot polos
(otot dartos). Otot dartos menyebabkan skrotum dapat mengendur dan berkerut.
k. Spermatogenesis
Spermatogenesis atau pembentukan sperma terjadi di dalam testis, tepatnya di dalam
tubulus seminiferus. Dua sampai tiga lapis dinding luar tubulus seminiferus
merupakan epithelium germinal, sel-selnya berdeferensiasi menjadi spermatogonia
yang merupakan prekusor sperma. Spermatogonia terus-menerus memperbanyak diri
dengan membelah secara mitosis. Spermatogonium (tunggal) mengandung kromosom
diploid (2n) atau mengandung 23 pasang kromosom. Setelah berulangkali membelah
akhirnya berubah menjadi spermatosit primer yang masih diploid. Setelah beberapa
minggu, spermatosit primer membelah secara meiosis (meiosis 1) menjadi 2 buah
spermatosit sekunder yang bersifat haploid (n) atau 23 buah kromosom. Spermatosit
sekunder membelah lagi secara meiosis (meiosis 2) menjadi 4 buah spermatid.
Spermatid merupakan calon sperma, belum mempunyai ekor dan mengandung
kromosom haploid. Ketika pertama kali terbentuk; spermatid memiliki bentuk seperti
sel epithelium. Namun setelah beberapa minggu mulai memanjang dan berubah
bentuk menjadi sperma yang memiliki kepala dan ekor. Perubahan spermatid menjadi
sperma disebut spermiasi Selama spermatogenesis, sperma yang sedang berkembang
secara perlahan-lahan didorong ke arah tengah tubula seminiferus dan terus ke
epididimis tempat sperma mendapatkan motilitasnya (kemampuan bergerak) Di
antara sel-sel yang sedang mengalami spermatogenesis dalam tubulus seminiferus
terdapat sel-sel sertoli yang berfungsi sebagai penyedia nutrien dan mengatur proses
spermatogenesis
2. Struktur dan Fungsi Organ Reproduksi Pada Wanita
Materi reproduksi pada manusia ini merupakan kelanjutan pelajaran sebelumnya.
Pada pelajaran sebelumya telah dibahas tentang pubertas dan sistem organ repoduksi pria.
Sedangkan pada pelajaran ini akan dibahas tentang sistem organ reproduksi wanita yang
meliputi struktur organ reproduksi wanita, oogenesis dan siklus menstruasi. Struktur
organ reproduksi wanita terdiri organ reproduksi eksternal dan organ reproduksi internal.
Organ reproduksi luar wanita disebut juga vulva meliputi mons veneris (mons pubis),
labium mayora, labium minora dan clitoris. Organ reproduksi dalam wanita meliputi
ovarium, tuba falopii, uterus dan vagina.
Oogenesis atau pembentukan ovum pada wanita telah dimulai sejak dalam
kandungan ibunya. Setelah bayi lahir, dalam tubuhnya telah ada sekitar satu juta oosit
primer. Sebagian oosit primer mengalami degenerasi sehingga ketika memasuki masa
puber jumlah tersebut menurun hingga tinggal sekitar 200 ribu pada tiap ovariumnya.
Oosit primer ini mengalami masa istirahat (dorman), kemudian proses oogenesis akan
dilanjutkan setelah wanita memasuki masa puber.
Sejak pertama mendapat menstruasi (menarche) yang terjadi antara usia 9-14
tahun organ reproduksi aktif bekerja hingga wanita tersebut berhenti menstruasi
(menophause) yang terjadi antara usia 46-54 tahun. Menstruasi merupakan pendarahan
yang keluar melalui vagina karena luruhnya dinding rahim (endometrium). Menstruasi
juga merupakan pertanda tidak terjadi kehamilan, tiga perempat bagian jaringan lembut
endometrium yang telah dipersiapkan untuk menerima konsepsi (penanaman embrio)
akan terlepas. Kemudian endometrium akan terbentuk kembali; dipersiapkan untuk
menerima kemungkinan konsepsi berikutnya, demikian seterusnya terulang kembali
secara periodik dan dikenal dengan siklus menstruasi. Remaja putri tidak perlu merasa
takut karena menstruasi merupakan peristiwa biologis yang normal dan biasa seperti
halnya bernafas dan darah yang mengalir dalam tubuh.
Seorang wanita harus mengenal anatomi dan fisiologi organ reproduksinya.
Dengan mengetahui anatomi dan memahami fisiologi reproduksinya maka seorang
wanita tak perlu merasa cemas dan gelisah terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada masa remaja dan itu adalah suatu hal yang normal. Struktur organ reproduksi wanita
meliputi organ reproduksi internal dan organ reproduksi eksternal. Keduanya saling
berhubungan dan tak terpisahkan. Organ reproduksi internal terdapat di dalam rongga
abdomen, meliputi sepasang ovarium dan saluran reproduksi yang terdiri saluran telur
(oviduct/tuba falopii), rahim (uterus) dan vagina. Organ reproduksi luar meliputi mons
veneris, klitoris, sepasang labium mayora dan sepasang labium minora.
1. Ovarium.
Jumlah sepasang, bentuk oval dengan panjang 3-4 cm, menggantung bertaut melalui
mesentrium ke uterus. Merupakan gonade perempuan yang berfungsi menghasilkan
ovum dan mensekresikan hormon kelamin perempuan yaitu estrogen dan progesteron.
Ovarium terbungkus oleh kapsul pelindung yang kuat dan banyak mengandung
folikel. Seorang perempuan kurang lebih memiliki 400.000 folikel dari kedua
ovariumnya sejak ia masih dalam kandungan ibunya. Namun hanya beberapa ratus
saja yang berkembang dan melepaskan ovum selama masa reproduksi seorang
perempuan, yaitu sejak menarche (pertama mendapat menstruasi) hingga menophause
(berhenti menstruasi). Pada umumnya hanya sebuah folikel yang matang dan
melepaskan ovum tiap satu siklus menstruasi (kurang lebih 28 hari) dari salah satu
ovarium secara bergantian. Selama mengalami pematangan, folikel mensekresikan
hormone estrogen. Setelah folikel pecah dan melepaskan ovum, folikel akan berubah
menjadi korpus luteum yang mensekresikan estrogen dan hormon progesteron.
Estrogen yang disekresikan korpus luteum tak sebanyak yang disekresikan oleh
folikel. Jika sel telur tidak dibuahi maka korpus luteum akan lisis dan sebuah folikel
baru akan mengalami pematangan pada siklus berikutnya
2. Tuba falopii/oviduct (saluran telur)
jumlah sepasang, ujungnya mirip corong berjumbai yang disebut infundibulum
berfungsi untuk menangkap ovum yang dilepas dari ovarium. Epithelium bagian
dalam saluran ini bersilia, gerakan silia akan mendorong ovum untuk bergerak
menuju uterus.
3. Uterus (rahim)
Jumlah satu buah, berotot polos tebal, berbentuk seperti buah pir, bagian bawah
mengecil disebut cervix. Uterus merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya
embrio, dindingnya dapat mengembang selama kehamilan dan kembali berkerut
setelah melahirkan. Dinding sebelah dalam disebut endometrium, banyak
mengasilkan lendir dan pembuluh darah. Endometrium akan menebal menjelang
ovulasi dan meluruh pada saat menstruasi.
4. Vagina
Merupakan akhir dari saluran reproduksi wanita. Suatu selaput berpembuluh darah
yang disebut hymen menutupi sebagian saluran vagina. Membran ini dapat robek
akibat aktivitas fisik yang berat atau saat terjadi hubungan badan. Vagina berfungsi
sebagai alat kopulasi wanita dan juga sebagai saluran kelahiran. Dindingnya berlipat-
lipat, dapat mengembang saat melahirkan bayi. Pada dinding sebelah dalam vagina
bermuara kelenjar bartholin yang mensekresikan lendir saat terjadi rangsangan
seksual.
5. Mons veneris
Merupakan bagian yang tebal dan banyak mengandung jaringan lemak terletak pada
bagian paling atas dari vulva
6. Labium mayora
Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tebal yang mengelilingi vagina dan
ditumbuhi rambut
7. Labium minora
Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tipis di sebelah dalam labium mayora,
banyak mengandung pembuluh darah dan saraf. Labium minora menyatu di bagian
atas membentuk clitoris. Labium minora mengelilingi vestibulum, suatu tempat
dimana terdapat lubang uretra di bagian atas dan lubang vagina di bagian bawah.
8. Clitoris
Berupa sebuah tonjolan kecil, merupakan bagian yang paling peka terhadap rangsang
karena banyak mengandung saraf.

B. Proses Pembentukan Sel Kelamin (Gametogenesis)


 GAMETOGENESIS Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel kelamin. Sel
gamet terdiri dari gamet jantan (spermatozoa) yang dihasilkan di testis dan gamet betina
(ovum) yang dihasilkan di ovarium. Terdapat dua jenis proses pembelahan sel yaitu : a.
Mitosis yaitu pembelahan sel dari induk menjadi 2 anakan, tetapi tidak terjadi reduksi
kromosom, contohnya apabila ada sel tubuh kita yang rusak maka akan terjadi proses
penggantian dengan sel baru melalui proses pembelahan mitosis. Pada pembelahan mitosis
menghasilkan sel baru yang jumlah kromosomnya sama persis dengan sel induk yang bersifat
diploid (2n) yaitu 23 pasang / 46 kromosom b. Meiosis yaitu pembelahan sel dari induk
menjadi 2 anakan dengan adanya reduksi kromosom, contohnya pembelahan sel kelamin atau
gamet sebagai agen utama dalam proses reproduksi manusia. Pada meiosis jumlah kromosom
pada sel baru hanya bersifat haploid (n) yaitu 23 kromosom. Gametogenesis terdiri 4 tahap :
perbanyakan, pertumbuhan, pematangan dan perubahan bentuk. Gametogenesis ada dua yaitu
Spermatogenesis dan Oogenesis.
 Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa (tunggal : spermatozoon) yang
terjadi di organ kelamin (gonad) jantan yaitu testis tepatnya di tubulus seminiferus. Tahapan
Spermatogenesis : Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Pada dinding tubulus
seminiferus telah ada calon sperma (spermatogonia) yang berjumlah ribuan. Setiap
spermatogonia melakukan pembelahan mitosis membentuk spermatosit primer. Spermatosit
primer melakukan pembelahan meiosis pertama membentuk 2 spermatosit sekunder. Tiap
spermatosit sekunder melakukan pembelahan meiosis kedua, menghasilkan 2 spermatid yang
bersifat haploid. Keempat spermatid ini berkembang menjadi sperma matang yang bersifat
haploid. Sperma yang matang akan menuju epididimis. Setiap proses spermatogenesis
memerlukan waktu 65-75 hari.
 Struktur sperma matang terdiri dari kepala, leher, bagian tengah, dan ekor. Kepala sperma
tebal mengandung inti haploid yang ditutupi badan khusus yang disebut akrosom. Akrosom
mengandung enzim yang membantu sperma menembus sel telur. Bagian tengah sperma
mengandung mitokondria spiral yang berfungsi menyediakan energi untuk gerak ekor
sperma. Setiap melakukan ejakulasi, seorang lakilaki mengeluarkan kurang lebih 400 juta sel
sperma.
 Hormon yang mempengaruhi Spermatogenesis : • Hormon FSH yang berfungsi untuk
merangsang pembentukan sperma secara langsung. Serta merangsang sel sertoli untuk
meghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) untuk memacu spermatogonium untuk
melakukan spermatogenesis. • Hormon LH yang berfungsi merangsang sel Leydig untuk
memperoleh sekresi testosterone (yaitu suatu hormone sex yang penting untuk perkembangan
sperma).
 OOGENESIS Oogenesis merupakan proses pembentukan dan perkembangan sel ovum.
Berbeda dengan laki-laki, wanita hanya mengeluarkan satu sel telur saja selama waktu
tertentu(siklus). Ovulasi pada wanita berhubungan dengan siklus yang dikontrol oleh
hormon. Pada manusia dan primate siklus reproduksinya disebut siklus menstruasi.
Sedangkan pada mamalia lain disebut estrus. Mesntruasi dapat diartikan sebagai luruhnya
ovum yang tidak dapat dibuahi beserta lapisan dinding uterus yang terjadi secara periodik.
Darah menstruasi sering disertai jaringanjaringan kecil yang bukan darah. Selama 28 hari
sekali sel ovum dikeluarkan oleh ovarium. Sel telur ini telah matang (mengalami peristiwa
ovulasi). Selama hidupnya seorang wanita hanya dapat menghasilkan 400 buah sel ovum
setelah masa menopause yaitu berhentinya seorang wanita untuk menghasilkan sel ovum
yang matang Karena sudah tidak dihasilkannya hormone, sehingga berhentinya siklus
menstruasi sekitra usia 45-50 tahun.
 Oogeneis terjadi di ovarium. Di ovarium ini telah tersedia calon-calon sel telur (oosit primer)
yang terbentuk sejak bayi lahir. Oosit primer ini terbentuk dari oogonium yang terjadi
melalui proses mitosis. - Ketika masa puber, oosit primer melakukan pembelahan meiosis I
menghasilkan oosit sekunder dan badan polar pertama (polosit primer). Proses ini
dipengaruhi oleh FSH (Folicel Stimulating Hormon). - Selanjutnya oosit sekunder
mengalami tahap meiosis II yang akan menghasilkan ootid. Namun, tahap pembentukan
ootid ini tidak diselesaikan sampai akhirnya terjadi ovulasi. Jika ada sperma yang masuk dan
mengenai oosit sekunder (yang telah diovulasikan) dan meiosis II dilanjutkan, jika tidak
maka oosit sekunder akan luruh bersama dinding endometrium dan dinamakan menstruasi.
Setelah meiosis II selesai, maka terbentuklah ootid dan polosit sekunder. Polosit primer juga
membelah menjadi dua polosit sekunder.
 Hormon yang mempengaruhi Oogenesis : • Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan sel-sel folikel sekitar sel ovum. • Hormon Estrogen yang berfungsi merangsang
sekresi hormone LH. • Hormon LH yang berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu
proses pematangan sel ovum). • Hormon progesteron yang berfungsi untuk menghambat
sekresi FSH dan LH
C. Ovulasi dan Menstruasi
Menstruasi atau haid merupakan pendarahan yang terjadi akibat luruhnya dinding sebelah
dalam rahim (endometrium) yang banyak mengandung pembuluh darah. Lapisan
endometrium dipersiapkan untuk menerima implantasi embrio. Jika tidak terjadi implantasi
embrio lapisan ini akan luruh, darah keluar melalui cervix dan vagina. Pendarahan ini terjadi
secara periodik, jarak waktu antara menstruasi yang satu dengan menstruasi berikutnya
dikenal dengan satu siklus menstruasi. Siklus menstruasi wanita berbeda-beda, namun rata-
rata berkisar 28 hari. Hari pertama menstruasi dinyatakan sebagai hari pertama siklus
menstruasi. Siklus ini terdiri atas 4 fase: fase menstruasi, fase pra-ovulasi, fase ovulasi, fase
pasca-ovulasi

1. Fase menstruasi
Terjadi bila ovum tidak dibuahi sperma, sehingga korpus luteum menghentikan produksi
hormon estrogen dan progesteron. Turunnya kadar estrogen dan progesteron
menyebabkan lepasnya ovum dari endometrium disertai robek dan luruhnya
endometrium, sehingga terjadi pendarahan. Fase menstruasi berlangsung kurang lebih 5
hari. Darah yang keluar selama menstruasi berkisar antara 50 - 150 mili liter
2. Fase pra-ovulasi atau fase poliferasi
Hormon pembebas gonadotropin yang disekresikan hipotalamus akan memacu hipofise
untuk mensekresikan FSH. FSH memacu pematangan folikel dan merangsang folikel
untuk mensekresikan hormon estrogen. Adanya estrogen menyebabkan pembentukan
kembali (poliferasi) dinding endometrium. Peningkatan kadar estrogen juga
menyebabkan seviks (leher rahim) untuk mensekresikan lendir yang bersifat basa. Lendir
ini berfungsi untuk menetralkan suasana asam pada vagina sehingga mendukung
kehidupan sperma.
3. Fase Ovulasi
Jika siklus menstruasi seorang perempuan 28 hari, maka ovulasi terjadi pada hari ke 14.
Peningkatan kadar estrogen menghambat sekresi FSH, kemudian hipofise mensekresikan
LH. Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel, peristiwa
ini disebut ovulasi.
4. Fase pasca ovulasi atau fase sekresi
Berlangsung selama 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Walaupun panjang siklus
menstruasi berbeda-beda, fase pasca-ovulasi ini selalu sama yaitu 14 hari sebelum
menstruasi berikutnya. Folikel de Graaf (folikel matang) yang telah melepaskan oosit
sekunder akan berkerut dan menjadi korpus luteum. Korpus luteum mensekresikan
hormon progesteron dan masih mensekresikan hormon estrogen namun tidak sebanyak
ketika berbentuk folikel. Progesteron mendukung kerja estrogen untuk mempertebal dan
menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium serta mempersiapkan
endometrium untuk menerima implantasi embrio jika terjadi pembuahan atau kehamilan.
Jika tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan
yang hanya sedikit mensekresikan hormon, sehingga kadar progesteron dan estrogen
menjadi rendah. Keadaan ini menyebabkan terjadinya menstruasi demikian seterusnya.
Hanya sebagian kecil wanita yang memiliki siklus menstruasi teratur. Pada umumnya
orang beranggapan bahwa siklus menstruasi seseorang adalah teratur. Tapi fakta
menunjukkan sebaliknya. Dari hasil penyelidikan terhadap 4 ribu wanita ternyata hanya
3% yang memiliki siklus menstruasi yang teratur, bahkan ini merupakan suatu
kekecualian yang jarang terjadi.
Pada umumnya wanita mengalami siklus menstrasi yang kurang teratur; dari siklus
yang satu dengan siklus berikutnya ada sedikit perubahan. Jangka waktu yang normal
berkisar antara 20 hari hingga 36 hari, atau rata-rata 28 hari. Namun hanya sekitar 30%
wanita yang mempunyai siklus dengan kisaran satu atau dua hari dari statistik rata-rata 28
hari. Siklus menstruasi yang tidak teratur pada remaja putri adalah suatu hal yang normal.
Karena sedang berkembang menuju arah kedewasaan. Secara berangsur-angsur siklus
akan menjadi teratur menjelang usia 20 tahun. Sedangkan pada wanita menjelang
menophause, menstruasi berubah menjadi lebih tidak teratur untuk kemudian berhenti
sama sekali. Bagi remaja putri sebaiknya membiasakan diri membuat catatan tanggal
berapa hari pertama menstruasi bulan ini, tanggal berapa hari pertama menstruasi bulan
berikutnya, demikian seterusnya. Kemudian hitung berapa hari siklus menstruasi tiap
bulannya. Catat pula jenis cairan vagina yang keluar dan perubahan tubuh yang terjadi di
sepanjang siklus tersebut. Catatan tersebut dapat membantu mempelajari kebiasaan yang
terjadi dalam tubuh kita sendiri. Dan data siklus menstruasi tersebut suatu saat akan
mempunyai nilai yang sangat berarti.
- Cairan yang keluar dari vagina
Semua wanita mengalami pengeluaran cairan dari vagina selain darah haid.
Cairan tersebut membantu membasahi, membersihkan dan melindungi vagina dari
bacteri-bacteri tertentu. Pengeluaran cairan ini bersifat normal; jumlahnya relatif
sedikit tetapi dapat membuat noda pada celana dalam. Jenis cairan yang keluar ada
yang jernih, ada yang  keruh kental berwarna kekuning-kuningan. Cairan yang jernih,
mulur seperti putih telur disekresikan oleh kelenjar yang terdapat pada cervix selama
3-5 hari menjelang ovulasi karena pengaruh hormon estrogen. Di saat lain vagina
juga mengeluarkan cairan pekat, keruh berwarna kekuningan serta mempunyai bau
yang khas.
Dinding vagina mempunyai sifat yang sama seperti kulit lainnya yaitu sel-selnya
selalu membelah, sel-sel yang telah tua dan mati akan terlepas. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan keruh kental/pekat berwarna kekuning-
kuningan karena mengandung sel-sel mati, bacteri dan lendir. Di dalam vagina
terdapat beberapa jenis bacteri, pada pada orang sehat; 95% diantaranya merupakan
bacteri menguntungkan dan 5% diantaranya merupakan bacteri patogen. Bacteri
menguntungkan tersebut terutama dari genus Lactobacillus yaitu Lactobacillus
doderlein dan Lactobacillus acidophylus yang menghasilkan asam laktat dan
membantu mempertahankan lingkungan asam dalam vagina, beberapa jenis lainnya
menghasilkan hidrogenperoksida dan antibiotik.
Suasana asam dalam vagina ini merupakan pertahanan alami terhadap
kemungkinan infeksi. campuran zat yang dihasilkan bacteri dan sekresi dinding
vagina mengasilkan aroma khas vagina. Bila cairan yang keluar dari vagina
mempunyai sifat; berwarna lain (putih seperti susu, kuning kehijauan, merah coklat),
berbau busuk, jumlahnya relatif banyak, disertai keluhan gatal, panas, nyeri dsb. Hal
ini merupakan tanda; mungkin ada suatu gangguan pada organ reproduksi. Untuk itu
sebaiknya segera periksakan ke dokter.
- Sindrom pramenstruasi
Jika suatu saat tiba-tiba seorang wanita merasakan cincin yang biasa dipakai
menjadi lebih sesak, merasa sedih yang tak beralasan, mudah tersinggung dan
gampang marah, nafsu makan berlebihan, mengidam jenis makanan tertentu,
mungkin wanita tersebut sedang mengalami sindrom pramenstruasi. Sindrom
pramenstruasi adalah perubahan-perubahan fisik dan psikis yang terjadi di antara hari
ke empat belas hingga hari kedua sebelum mestruasi, dan akan hilang segera setelah
datang menstruasi. Perubahan fisik tersebut antara lain: kenaikan berat badan, terjadi
pembesaran bagian tubuh terutama daerah tertentu (perut, jari tangan, kaki) karena
tubuh menahan cairan, pegal dan nyeri otot terutama daerah pinggang, payudara
membesar dan nyeri tekan, timbul jerawat, air seni berkurang, pusing, mual, nafsu
makan meningkat. Perubahan psikis meliputi: kontrol emosi rendah, cepat marah,
reaksi emosi yang tidak logis, daya ingat dan konsentrasi rendah, lesu, depresi, rasa
kurang percaya diri dan perasaan tidak berharga.
Derajad keseriusan gejala sindrom pramenstruasi yang dialami wanita satu
dengan yang lain tidak sama. Pada umumnya wanita; perubahan fisik sindrom
pramenstruasi tidak menjadi masalah yang berarti dan dapat menjalani aktifitas
hidupnya dengan normal. Namun pada beberapa wanita; perubahan psikis sindrom
pramenstruasi dapat menjadi masalah yang serius. Dengan mengidentifikasi
perubahan fisik yang terjadi pada dirinya sebagai sindrom pramenstruasi, wanita
dapat mengantisipasi dengan lebih berusaha mengontrol dan mengendalikan
emosinya sehingga hubungan harmonis dalam keluarga dan lingkungan sosialnya
tetap terjaga.
5. Siklus estrus
Jika pada manusia dan beberapa primata lainnya mempunyai siklus menstruasi, pada
mamalia lain dikenal adanya siklus estrus (estrous cycle). Pada siklus estrus lapisan
endometrium yang telah dipersiapkan untuk menerima konsepsi, akan diserap kembali
oleh uterus bila tak terjadi pembuahan, sehingga tidak banyak terjadi pendarahan. Pada
hewan betina periode seputar ovulasi; vagina mengalami perubahan yang memungkinkan
terjadinya perkawinan, periode ini disebut estrus. Dalam bahasa latin; oestrus berarti
gairah atau kegilaan, kopulasi hanya terjadi pada periode estrus. Pada peternak sapi,
insemenasi buatan dilakukan pada saat sapi betina mengalami estrus yang ditandai:
vagina mengalami 3A dalam bahasa Jawa (Abuh = ukuran lebih besar, Abang = warna
merah, Anget = hangat). Jangka waktu siklus estrus berbeda-beda; pada tikus hanya 5
hari, anjing dan beruang hanya mengalami satu siklus pertahun, tetapi pada gajah
mengalami beberapa kali siklus estrus pertahun.

D. Fertilisasi, Gestasi, dan Persalinan


a. Fertilisasi
Fertilisasi adalah proses terjadinya pembuahan sel telur oleh sel sprma dan
ditandai dengan bergabungnya inti kedua sel kelamin tersebut. Proses fertilisasi
berlangsung di dalam oviduk. Sebelum terjadi fertilisasi, pada permulaannya terlebih
dahulu terjadi proses yang dinamakan kopulasi atau persetuuhan. Adanya
kopulasi menjadikan sprma yang bercampur dengan air mani (semen) masuk ke dalam
saluran reproduksi wanita (v*gina). Oleh enzim proteolitik, sprma yang berada dalam
v*gina terlihat sangat motil. Kemudian, sprma tersebut bergerak menuju uterus hingga
oviduk (tuba allopi) melalui pergerakan ekornya. Di bagian atas oviduklah fertilisasi
terjadi.
 Agar sel telur dapat dibuahi oleh sprma, sprma mengeluarkan enzim
hialuronidase dan enzim proteinase. Oleh kedua enzim tersebut, sel telur dapat
ditembus oleh sprma. Proses penembusan sel telur memerlukan waktu tertentu.
Sebabnya, sel sprma harus menembus tiga lapisan sel telur yang berturut-turut adalah
korona radiata, zona pelusida, dan membran plasma. Setelah sel telur dibuahi oleh satu
sel sprma, segera sel telur mengeluarkan senyawa tertentu menuju zona pelusida.
Senyawa tersebut berfungsi untuk melidungi sel telur supaya tidak tertembus kembali
oleh sprma lainnya.
Sprma bersifat haploid (n = 23 kromosom) dan sel telur juga bersifat haploid (n =
23 kromosom). Akibatnya, pembuahan sprma pada sel telur akan menghasilkan sebuah
zigot yang bersifat diploid (2n = 23 pasang kromosom). Berikutnya, zigot bergerak
menuju uterus melalui oviduk dan sembari membelah secara mitosis. Pada saat ini juga
zigot sudah mulai berkembang menjadi embrio. Pembelahan zigot menghasilkan sel-sel
yang bentuknya sama dan fasenya dinamakan morula. Pembelahan morula menghasilkan
blastosit dan fasenya dinamakan blastula. Kurang lebih lima hari setelah fertilisasi,
blastosit menempel pada endometrium dan prosesnya dinamakan implantasi.
b. Gestasi atau Kehamilan
Kehamilan terjadi apabila implantasi blastosit dapat dilakukan dengan sukses.
Proses kehamilan pada manusia berlangsung kira-kira 266 hari atau 38 bulan.
Awalnya, blastosit terbagi menjadi tiga bagian, antara lain tropoblas (sel-sel terluar),
embrioblas (sel-sel bagian dalam), dan blastocoel (rongga yang berisi cairan).
Tropoblas merupakan sel-sel terluar dari blastosit yang mengeluarkan enzim proteolitik
sehingga mampu terjadi implantasi pada endometrium. Sementara, embrioblas
merupakan sel-sel bagian dalam blastosit yang terdapat bintik benih sebagai hasil
pembelahan selnya. Antara tropoblas dan bintik benih dipisahkan oleh bagian berisi
cairan yang disebut selom.
Fase blastula akan segera berlanjut menuju fase gasterula. Pada fase ini, bintik
benih tumbuh dan membelah menjadi lapisan yang berbeda. Lapisan tersebut yakni
lapisan luar (ektoderma), lapisan tengah (mesoderma), dan lapisan dalam (endoderma).
Kemudian, masing-masing lapisan tersebut akan berkembang menjadi organ-organ
yang dimiliki embrio atau mengalami organogenesis. 
Ektoderma mengalami perkembangan menjadi kulit, hidung, mata, dan sistem
saraf. Mesoderma membentuk tulang, peritoneum otot, pembuluh darah, jantung, ginjal,
limpa, kelenjar kelamin dan jaringan ikat. Sedang kan endoderma menjadi organ-
organ yang terkait sistem pencernaan dan sistem pernapasan. Setelah minggu kedelapan,
embrio membentuk berbagai organ tersebut dengan pesat. Embrionya dinamakan sebagai
janin atau fetus. Selain itu, pada sisi luar tropoblas terdapat bagian yang membentuk
membran ekstraembrionik.
Membran ekstraembrionik berfungsi sebagai pelindung embrio dari berbagai
tekanan yang berasal dari luar. Selain itu, membran ini juga berfungsi memberi makanan
bagi embrio. Dengan kata lain, semua fungsi yang menyokong kelangsungan
hidup embrio dilakukan semua oleh membran ini. Membran ekstraembrionik yang
dimaksud adalah kantung kuning telur, amnion, korion, dan alantois.
1) Kantung Kuning Telur
Kantung kuning telur atau sakus vitelinus merupakan sebuah membran yang
terbentuk dari perluasan lapisan endoderma. Di dalamnya pembuluh darah dan sel
darah merah terbentuk pertama kali. Oleh karena itu, pada tahapan selanjutnya
kantung ini berhubungan dengan tali pusar.
2) Amnion
Amnion merupakan membran yang berfungsi sebagai pelindung embrio baik dari
gesekan ataupun tekanan. Selain itu, amnion juga berperan dalam proses pengaturan
suhu tubuh embrio. Di dalam amnion terdapat ruangan yang berisi cairan amnion.
Kita biasa menyebut cairan amnion sebagai ketuban.
3) Korion
Karion merupakan membran yang berasal dari perluasan ektoderma dan
mesoderma tropoblas. Korion memiliki bagian yang berbentuk jonjot–jonjot atau vili
korion. Di dalam vili korion terdapat pembuluh darah embrio yang berhubungan
secara langsung dengan pembuluh darah ibu dalam endometrium. Fungsi vili
korion adalah sebagai tempat masuk dan keluarnya makanan dan oksigen dari ibu ke
embrio. Korion adalah cikal bakal plasenta. Nantinya, plasenta berfungsi sebagai
pemberi nutrisi makanan bersama darah bagi perkembangan dan pertumbuhan
embrio.
4) Alantois
Alantois merupakan membran yang mem bentuk tali pusar atau ari-ari. Adanya tali
pusar menjadikan plasenta pada lapisan endometrium terhubung dengan embrio. Bagi
embrio, alantois dapat menyalurkan berbagai nutrisi dan oksigen dari ibu lewat
pembuluh darah. Sebaliknya, alantois juga berguna sebagai saluran pengeluaran sisa
metabolisme embrio. Sementara itu, perkembangan embrio dari awal kehamilan
hingga siap keluar dari rahim ibu dapat kalian lihat pada Gambar 6. berikut.

Gambar 6. Proses perkembangan bayi dari masa 2 bulan hingga 9 bulan


c. Persalinan
Setelah embrio tumbuh dan berkembang menjadi bayi yang sempurna, proses dilanjutkan
dengan persalinan. Persalinan atau kelahiran terjadi akibat serangkaian kontraksi uterus
yang kuat dan berirama. Prosesnya terjadi dalam tiga tahap. Pertama, dimulai
dengan pembukaan dan pemipihan serviks (leher rahim), kemudian dilanjutkan dengan
dilatasi sempurna. Tahap kedua, yakni ekspulsi atau pengeluaran bayi. Adanya kontraksi
yang kuat dan terusmenerus mengakibatkan bayi mulai turun dari uterus menuju v*gina.
Tahapan terakhir adalah keluarnya bayi yang berplasenta. Plasenta bayi ini akan dipotong
dan dijepit sehingga menjadi pusar. Lihat Gambar 7.

Ada beberapa hormon yang berperan pada proses kelahiran bayi. Hormon tersebut
meliputi hormon relaksin, estrogen, prostaglandin, dan oksitosin. Hormon relaksin
diproduksi oleh korpus luteum dan plasenta. Fungsi hormon ini adalah melunakkan
serviks dan melonggarkan tulang panggul saat terjadi kelahiran. Hormon estrogen
dihasilkan oleh plasenta dengan fungsi menurunkan jumlah hormon progesteron
sehingga kontraksi dinding rahim bisa berlangsung. Hormon prostaglandin dihasilkan
oleh membran ekstraembrionik dengan fungsi meningkatkan kontraksi dinding rahim.
Sedangkan hormon oksitosin dihasilkan oleh kelenjar hipofi sis ibu dan janin. Fungsinya
juga meningkatkan kontraksi dinding rahim.
E. Air Susu Ibu (ASI)
ASI adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama
kehidupan. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang
dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi, karena ASI adalah makanan bayi yang
paling sempurna baik secara kualitas maupun kuantitas. ASI sebagai makanan tunggal akan
cukup memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia 4-6 bulan
(Khairuniyah, 2004). Menurut Azrul Anwar (2004), ASI eksklusif sangat penting untuk
peningkatan SDM kita di masa yang akan datang, terutarna dari segi kecukupan gizi sejak
dini. Asi ekslusif adalah pemberian ASI selama enam bulan pertama (A. August Burns).
Memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya
pengembangan potensial kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai
nutrien yang ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi,
ASI juga mengandung nutrisi khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal (Utami
Roesli, 2004).

F. Keluarga Berencana (KB)


Keluarga Berencana merupakan suatu tindakan yang membantu seseorang maupun
pasangan suami isteri untuk mengindari kelahiran yang tidak harapkan, mendapatkan
kelahiran yang diinginkan pasutri, mengatur interval atau jarak diantara kelahiran,
mengontrol waktu pada saat kelahiran yang berhubungan dengan umur suami dan istri,
menetukan jumlah anak. Sumber ; WHO (World Health Organisation) Selain itu, Keluarga
Berencana merupakan metode untuk menurunkan angka pertambahan penduduk Indonesia.
Menurut Manuba (1998) Peserta KB aktif terbagi menjadi dua yakni Peserta KB dengan
Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET) dengan jenis Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR), MOP/MPW, implant dan yang kedua yakni peserta KB Non Metode Kontrasepsi
Efektif Terpilih yang jenisnya suntik, pil, obat vagina, kondom, dan yang lainnya.

- Hakikat Keluarga Berencana (KB)


Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 1997 keluarga
Berencana merupakan salah satu upaya untuk  mencapai kesejahteraan dengan cara
memberikan nasehat perkawinan pengobatan kemandulan, dan penjarangan waktu
kehamilan. Menurut UU RI No 52 tahun 2009, KB merupakan bentuk usaha dalam
mengatur jarak maupun angka kelahiran anak, dan usia yang ideal ketika melahirkan,
mengatur waktu kehamilan melalui promosi, perlindungan serta bantuan yang sesuai hak
reproduksi untuk mewujudkan keluaga yang berkualitas.
- Tujuan KB

Menurut UU RI. No 52 tahun 2009 mengenai perkembangan kependudukan dan


pembangunan keluarga, kebijakan keluarga berencana bertujuan untuk:
1. Mengatur waktu kehamilan yang sesuai dengan keiinginan.
2. Menjaga kesehatan dan mengurangi angka kematian ibu dan bayi.
3. Mengembangkan kualitas informasi, dan konseling pelayanan keluarga berencana dan
kesehatan reproduksi.
4. Mengembangkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek keluarga berancana.
5. Mempromosikan penyusuan bayi sebagai usaha untuk menjarangkan jarak kehamilan.

G. Teknologi Sistem Reproduksi


Teknologi reproduksi adalah ilmu reproduksi atau ilmu tentang perkembangbiakan yang
menggunakan peralatan serta prosedur tertentu untuk menghasilkan suatu produk
(keturunan). Teknologi reproduksi yang telah banyak dikembangkan meliputi inseminasi
buatan, perlakuan hormonal, donor sel telur dan sel sperma, kultur telur dan embrio,
pembekuan sperma dan embrio, GIFT (gamet intrafallopian transfer), ZIFT (zygote
intrafallopian transfer), IVF (in vitro fertilization), partenogenesis dan kloning. Dalam
tulisan ini teknologi reproduksi yang akan dikaji adalah teknik in vitro fertilisasi dan kloning.
Bayi tabung merupakan salah satu produk teknologi reproduksi yang dihasilkan baik
melalui teknik fertilisasi in vitro maupun kloning. Fertilisasi in vitro adalah proses
pembuahan yang dilakukan diluar tubuh manusia (di dalam cawan petri), sedangkan teknik
kloning adalah produksi sejumlah individu yang secara genetik identik melalui proses
seksual apabila melalui fertilisasi dan aseksual apabila menggunakan sel somatis. Baik pada
fertilisasi in vitro maupun kloning, embrio yang dihasilkan “dititipkan“ kembali kembali ke
dalam rahim seorang wanita, baik yang ada hubungan darah maupun yang tidak. Melalui
teknologi in vitro, analisis kromosom dari embrio yang memiliki resiko kelainan genetik
dapat dilakukan sebelum dikembalikan kedalam rahim. Louis Brown adalah bayi tabung
pertama yang dilahirkan pada tahun 1978, merupakan kreasi dari Edward and Steptoe
(Dawson, 1993; Gordon, 1994).
Pada Kongres Fertilisasi In Vitro dan Genetika Reproduksi Manusia se Dunia Ke 11 di
Sydney, tanggal 9–14 Mei 1999, Kwa Yung Cha dkk, mengungkapkan keberhasilan teknik
maturasi in vitro pada 33 wanita fertil yang mengalami kelainan PCO (polycystic ovarian
syndrome), 20 diantaranya berhasil melahirkan bayi (Kompas, 6 Juni 1999). Di Indonesia,
meskipun program bayi tabung dimulai sejak tahun 1988 di RS Harapan Kita, Jakarta, namun
baru pada tahun 1997 RSUP Dr Sardjito Yogyakarta berhasil mengembangkan program ini
hingga melahirkan tiga bayi kembar (Kompas, 3 Maret 2001). Di Amerika Serikat, Adam
adalah bayi tabung yang khusus diprogram untuk menyelamatkan kakaknya dan berhasil.  
 
H. Kelainan dan Penyakit pada Sistem Reproduksi Manusia
Kelainan dan penyakit pada sistem reproduksi adalah gangguan Kelainan pada Alat
Reproduksi Pria Wanita dapat mengalami gangguan, baik disebabkan oleh kelainan maupun
penyakit. Penyakit pada sistem reproduksi manusia dapat disebabkan juga oleh virus ataupun
bakteri. Penyakit yang menyerang sistem reproduksi manusia dinamakan juga penyakit
kelamin. Pada umumnya, penyakit kelamin ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit
tersebut dapat menyerang pria maupun wanita.
1. Hipogonadisme Hipogonadisme adalah penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh
gangguan interaksi hormon, seperti hormon androgen dan testoteron. Gangguan ini
menyebabkan infertilitas, impotensi dan tidak adanya tanda-tanda kepriaan. Penanganan
dapat dilakukan dengan terapi hormon.
2. Kriptorkidisme Kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun
dari rongga abdomen ke dalam skrotum pada waktu bayi. Hal tersebut dapat ditangani
dengan pemberian hormon human chorionic gonadotropin untuk merangsang terstoteron.
Jika belum turun juga, dilakukan pembedahan.
3. Uretritis (infeksi saluran kencing) Uretritis adalah peradangan uretra dengan gejala rasa
gatal pada penis dan sering buang air kecil. Organisme yang paling sering menyebabkan
uretritis adalah Chlamydia trachomatis, Ureplasma urealyticum atau virus herpes.
4. Prostatitis Prostatitis adalah peradangan prostat yang sering disertai dengan peradangan
pada uretra. Gejalanya berupa pembengkakan yang dapat menghambat uretra sehingga
timbul rasa nyeri bila buang air kecil. Penyebabnya dapat berupa bakteri, seperti
Escherichia coli maupun bukan bakteri.
5. Epididimitis Epididimitis adalah infeksi yang sering terjadi pada saluran reproduksi pria.
Organisme penyebab epididimitis adalah E. coli dan Chlamydia.
6. Orkitis Orkitis adalah peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus parotitis. Jika
terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan infertilitas.
7. Anorkidisme Anorkidisme adalah penyakit dimana testis hanya bejumlah satu atau tidak
ada sama sekali.
8. Hyperthropic Prostat Hyperthropic prostat adalah pembesaran kelenjar prostat yang
biasanya terjadi pada usia- usia lebih dari 50 tahun. Penyebabnya belum jelas diketahui.
9. Hernia Inguinalis Hernia merupakan protusi/penonjolan isi rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan.
10. Kanker Prostat Gejala kanker prostat mirip dengan hyperthropic prostat. Menimbulkan
banyak kematian pada pria usia lanjut.
I. Hormon-hormon yang Mempengaruhi Sistem Reproduksi
Luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) merupakan dua hormon
reproduksi yang umum dikenal memiliki peran terhadap perubahan fisik yang terjadi saat
memasuki masa pubertas. Namun sebenarnya masih ada banyak hormon lain yang turut andil
terhadap perkembangan dan kesehatan organ reproduksi. Berikut ini beberapa hormon
reproduksi tersebut:

 Follicle Stimulating Hormone (FSH)


Hormon reproduksi FSH diproduksi di kelenjar pituitari, yaitu kelenjar di otak yang
berukuran sebesar kacang polong. Hormon ini memiliki peranan penting terhadap
perkembangan seksual seseorang. Selain memengaruhi perubahan fisik saat memasuki
masa pubertas, hormon FSH pada wanita juga memiliki peran terhadap proses
pembentukan sel telur di ovarium serta turut mengendalikan siklus menstruasi.
Sedangkan pada pria, hormon ini berfungsi untuk mengendalikan produksi sperma dan
perkembangan organ kelamin.
 Luteinizing Hormone (LH)
Hormon ini juga diproduksi di kelenjar pituitari dan memiliki korelasi dengan hormon
FSH serta saling melengkapi. Pada wanita, hormon reproduksi ini memengaruhi
fisiologis ovarium, produksi sel telur (ovulasi), siklus menstruasi, dan kesuburan.
Sementara pada pria, LH merangsang produksi testosteron, yang memengaruhi tingkat
produksi sperma pria.
 Hormon testosterone
Kadar hormon testosteron pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita. Selama masa
pubertas, terjadi peningkatan kadar hormon testosteron. Kemudian akan menurun setelah
memasuki usia 30 tahun. Fungsi hormon ini pada pria, termasuk mengendalikan gairah
seksual, produksi sperma, kepadatan tulang, dan juga massa otot, sehingga mampu
memengaruhi perubahan fisik dan emosional pria secara signifikan. Sementara kehadiran
hormon testosteron pada wanita berfungsi untuk mengontrol suasana hati dan gairah
seksual, menjaga tulang tetap kuat, meringankan nyeri, dan menjaga kesehatan kognitif.
 Hormon estrogen
Kadar hormon estrogen, berbanding terbalik dengan hormon testosteron pada pria dan
wanita. Hormon estrogen lebih tinggi pada wanita, dibandingkan pria.  Hormon estrogen
pada wanita berperan dalam perkembangan seksual saat masa pubertas. Juga berperan
mengendalikan pertumbuhan dinding rahim selama siklus menstruasi dan masa
kehamilan, serta turut andil terhadap kenaikan atau penurunan berat badan. Untuk pria,
salah satu fungsi estrogen adalah mengontrol kesehatan sperma. Namun, jika kadar
estrogen pada pria terlalu tinggi, dapat terjadi penurunan kualitas sperma dan dapat
menyebabkan disfungsi ereksi. Kesehatan hormon reproduksi dapat dijaga dengan
menerapkan gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan sehat dan kaya nutrisi.
Bagi Anda yang mengalami berat badan berlebih maupun berat badan kurang, sebaiknya
berkonsultasilah ke dokter untuk memperbaiki kondisi tersebut, karena dapat
memengaruhi hormon reproduksi dan juga kesuburan. Selain itu, apabila Anda masih
memiliki kebiasaan merokok, mengonsumsi alkohol atau malas berolahraga, disarankan
untuk mulai meninggalkannya. Sebab, kebiasaan-kebiasaan tersebut juga memengaruhi
kesehatan hormon reproduksi dan kesuburan Anda.

Anda mungkin juga menyukai