a. Testis
Jumlah satu pasang (jamak = testes). Testis merupakan gonade jantan berbentuk oval
terletak dalam skrotum atau kantung pelir yang merupakan lipatan dinding tubuh.
Suhu dalam skrotum 2oC lebih rendah dari suhu dalam rongga perut. Testis
mengandung lipatan saluran-saluran tubulus seminiferus (saluran tempat
pembentukan sperma) dan sel-sel Leydig (sel penghasil hormone testosterone) yang
tersebar diantara tubulus seminiferus. Dinding tubulus seminiferus mengandung
jaringan ikat dan jaringan epithelium germinal atau jaringan epithelium benih yang
berfungsi dalam pembentukan sperma (spermatogenesis).
b. Epididimis
Jumlah satu pasang. Merupakan saluran yang keluar dari testis, berkelok-kelok diluar
permukaan testis sepanjang kurang lebih 6m. Berperan sebagai tempat pematangan
sperma. Selama perjalanan ini sperma menjadi motil dan mendapatkan kemampuan
untuk membuahi.
c. Vas deferens
Jumlah sepasang. Saluran lurus mengarah keatas merupakan kelanjutan epididimis
dan ujung salurannya berada dalam kelenjar prostat. Berperan sebagai saluran
jalannya sperma dari epididimis menuju vesikula seminalis (kantung semen/kantung
mani).
d. Vesikula seminalis
Jumlah sepasang. Kantung ini juga merupakan kelenjar yang berlekuk-lekuk.
Dindingnya mensekresikan cairan kental berwarna kekuning-kuningan dan bersifat
basa (alkalis). Menyumbangkan sekitar 60% total volume semen. Cairan tersebut
mengandung mukus (lendir), gula fruktosa (penyedia energi untuk pergerakan
sperma), enzim, vitamin dan hormon prostagladin.
e. Saluran ejakulasi
Jumlah sepasang. Berupa saluran pendek menghubungkan duktus vesikula seminalis
dan uretra.
f. Uretra
Jumlah satu buah. Merupakan saluran yang terdapat disepanjang penis, memiliki
lubang keluar di ujung penis. Berfungsi sebagai saluran keluar urine dan saluran
keluar air mani.
g. Kelenjar prostat.
Jumlah satu buah. Terdapat di bawah kandung kemih. Mensekresikan getahnya secara
langsung ke dalam uretra berupa cairan encer berwarna putih seperti susu
mengandung enzim antikoagulan dan asam sitrat (nutrisi bagi sperma).
h. Kelenjar Cowper atau kelenjar Bulbouretra.
Jumlah satu pasang. Terletak di bawah kelenjar Prostat. Melalui saluran
mensekresikan getahnya kedalam uretra berupa mukus (lendir) jernih bersifat basa
yang dapat menetralisir urin asam yang tertinggal di sepanjang uretra.
i. Penis
Jumlah satu buah. Penis tersusun tiga silinder jaringan erektil mirip spons berasal dari
vena dan kapiler yang mengalami modifikasi. Dua terletak di atas disebut korpus
kavernosa, satu buah terletak di bawah dan membungkus uretra disebut korpus
spongiosum. Batang utama penis dilapisi kulit yang relatif lebih tebal. Kepala penis
(glands penis) ditutup oleh lipatan kulit yang jauh lebih tipis dan disebut preputium
(prepuce), kulit inilah yang dihilangkan pada saat dikhitan. Bila terjadi suatu
rangsangan jaringan erektil tersebut akan terisi penuh oleh darah dan penis akan
mengembang dan tegang disebut ereksi. Penis dapat berfungsi sebagai alat kopulasi
bila dalam keadaan ereksi.
j. Skrotum (kantung pelir)
Jumlah sepasang. Merupakan kantung yang didalamnya berisi testis. Antara kantung
sebelah kanan dan kiri dibatasi oleh sekat yang tersusun jaringan ikat dan otot polos
(otot dartos). Otot dartos menyebabkan skrotum dapat mengendur dan berkerut.
k. Spermatogenesis
Spermatogenesis atau pembentukan sperma terjadi di dalam testis, tepatnya di dalam
tubulus seminiferus. Dua sampai tiga lapis dinding luar tubulus seminiferus
merupakan epithelium germinal, sel-selnya berdeferensiasi menjadi spermatogonia
yang merupakan prekusor sperma. Spermatogonia terus-menerus memperbanyak diri
dengan membelah secara mitosis. Spermatogonium (tunggal) mengandung kromosom
diploid (2n) atau mengandung 23 pasang kromosom. Setelah berulangkali membelah
akhirnya berubah menjadi spermatosit primer yang masih diploid. Setelah beberapa
minggu, spermatosit primer membelah secara meiosis (meiosis 1) menjadi 2 buah
spermatosit sekunder yang bersifat haploid (n) atau 23 buah kromosom. Spermatosit
sekunder membelah lagi secara meiosis (meiosis 2) menjadi 4 buah spermatid.
Spermatid merupakan calon sperma, belum mempunyai ekor dan mengandung
kromosom haploid. Ketika pertama kali terbentuk; spermatid memiliki bentuk seperti
sel epithelium. Namun setelah beberapa minggu mulai memanjang dan berubah
bentuk menjadi sperma yang memiliki kepala dan ekor. Perubahan spermatid menjadi
sperma disebut spermiasi Selama spermatogenesis, sperma yang sedang berkembang
secara perlahan-lahan didorong ke arah tengah tubula seminiferus dan terus ke
epididimis tempat sperma mendapatkan motilitasnya (kemampuan bergerak) Di
antara sel-sel yang sedang mengalami spermatogenesis dalam tubulus seminiferus
terdapat sel-sel sertoli yang berfungsi sebagai penyedia nutrien dan mengatur proses
spermatogenesis
2. Struktur dan Fungsi Organ Reproduksi Pada Wanita
Materi reproduksi pada manusia ini merupakan kelanjutan pelajaran sebelumnya.
Pada pelajaran sebelumya telah dibahas tentang pubertas dan sistem organ repoduksi pria.
Sedangkan pada pelajaran ini akan dibahas tentang sistem organ reproduksi wanita yang
meliputi struktur organ reproduksi wanita, oogenesis dan siklus menstruasi. Struktur
organ reproduksi wanita terdiri organ reproduksi eksternal dan organ reproduksi internal.
Organ reproduksi luar wanita disebut juga vulva meliputi mons veneris (mons pubis),
labium mayora, labium minora dan clitoris. Organ reproduksi dalam wanita meliputi
ovarium, tuba falopii, uterus dan vagina.
Oogenesis atau pembentukan ovum pada wanita telah dimulai sejak dalam
kandungan ibunya. Setelah bayi lahir, dalam tubuhnya telah ada sekitar satu juta oosit
primer. Sebagian oosit primer mengalami degenerasi sehingga ketika memasuki masa
puber jumlah tersebut menurun hingga tinggal sekitar 200 ribu pada tiap ovariumnya.
Oosit primer ini mengalami masa istirahat (dorman), kemudian proses oogenesis akan
dilanjutkan setelah wanita memasuki masa puber.
Sejak pertama mendapat menstruasi (menarche) yang terjadi antara usia 9-14
tahun organ reproduksi aktif bekerja hingga wanita tersebut berhenti menstruasi
(menophause) yang terjadi antara usia 46-54 tahun. Menstruasi merupakan pendarahan
yang keluar melalui vagina karena luruhnya dinding rahim (endometrium). Menstruasi
juga merupakan pertanda tidak terjadi kehamilan, tiga perempat bagian jaringan lembut
endometrium yang telah dipersiapkan untuk menerima konsepsi (penanaman embrio)
akan terlepas. Kemudian endometrium akan terbentuk kembali; dipersiapkan untuk
menerima kemungkinan konsepsi berikutnya, demikian seterusnya terulang kembali
secara periodik dan dikenal dengan siklus menstruasi. Remaja putri tidak perlu merasa
takut karena menstruasi merupakan peristiwa biologis yang normal dan biasa seperti
halnya bernafas dan darah yang mengalir dalam tubuh.
Seorang wanita harus mengenal anatomi dan fisiologi organ reproduksinya.
Dengan mengetahui anatomi dan memahami fisiologi reproduksinya maka seorang
wanita tak perlu merasa cemas dan gelisah terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada masa remaja dan itu adalah suatu hal yang normal. Struktur organ reproduksi wanita
meliputi organ reproduksi internal dan organ reproduksi eksternal. Keduanya saling
berhubungan dan tak terpisahkan. Organ reproduksi internal terdapat di dalam rongga
abdomen, meliputi sepasang ovarium dan saluran reproduksi yang terdiri saluran telur
(oviduct/tuba falopii), rahim (uterus) dan vagina. Organ reproduksi luar meliputi mons
veneris, klitoris, sepasang labium mayora dan sepasang labium minora.
1. Ovarium.
Jumlah sepasang, bentuk oval dengan panjang 3-4 cm, menggantung bertaut melalui
mesentrium ke uterus. Merupakan gonade perempuan yang berfungsi menghasilkan
ovum dan mensekresikan hormon kelamin perempuan yaitu estrogen dan progesteron.
Ovarium terbungkus oleh kapsul pelindung yang kuat dan banyak mengandung
folikel. Seorang perempuan kurang lebih memiliki 400.000 folikel dari kedua
ovariumnya sejak ia masih dalam kandungan ibunya. Namun hanya beberapa ratus
saja yang berkembang dan melepaskan ovum selama masa reproduksi seorang
perempuan, yaitu sejak menarche (pertama mendapat menstruasi) hingga menophause
(berhenti menstruasi). Pada umumnya hanya sebuah folikel yang matang dan
melepaskan ovum tiap satu siklus menstruasi (kurang lebih 28 hari) dari salah satu
ovarium secara bergantian. Selama mengalami pematangan, folikel mensekresikan
hormone estrogen. Setelah folikel pecah dan melepaskan ovum, folikel akan berubah
menjadi korpus luteum yang mensekresikan estrogen dan hormon progesteron.
Estrogen yang disekresikan korpus luteum tak sebanyak yang disekresikan oleh
folikel. Jika sel telur tidak dibuahi maka korpus luteum akan lisis dan sebuah folikel
baru akan mengalami pematangan pada siklus berikutnya
2. Tuba falopii/oviduct (saluran telur)
jumlah sepasang, ujungnya mirip corong berjumbai yang disebut infundibulum
berfungsi untuk menangkap ovum yang dilepas dari ovarium. Epithelium bagian
dalam saluran ini bersilia, gerakan silia akan mendorong ovum untuk bergerak
menuju uterus.
3. Uterus (rahim)
Jumlah satu buah, berotot polos tebal, berbentuk seperti buah pir, bagian bawah
mengecil disebut cervix. Uterus merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya
embrio, dindingnya dapat mengembang selama kehamilan dan kembali berkerut
setelah melahirkan. Dinding sebelah dalam disebut endometrium, banyak
mengasilkan lendir dan pembuluh darah. Endometrium akan menebal menjelang
ovulasi dan meluruh pada saat menstruasi.
4. Vagina
Merupakan akhir dari saluran reproduksi wanita. Suatu selaput berpembuluh darah
yang disebut hymen menutupi sebagian saluran vagina. Membran ini dapat robek
akibat aktivitas fisik yang berat atau saat terjadi hubungan badan. Vagina berfungsi
sebagai alat kopulasi wanita dan juga sebagai saluran kelahiran. Dindingnya berlipat-
lipat, dapat mengembang saat melahirkan bayi. Pada dinding sebelah dalam vagina
bermuara kelenjar bartholin yang mensekresikan lendir saat terjadi rangsangan
seksual.
5. Mons veneris
Merupakan bagian yang tebal dan banyak mengandung jaringan lemak terletak pada
bagian paling atas dari vulva
6. Labium mayora
Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tebal yang mengelilingi vagina dan
ditumbuhi rambut
7. Labium minora
Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tipis di sebelah dalam labium mayora,
banyak mengandung pembuluh darah dan saraf. Labium minora menyatu di bagian
atas membentuk clitoris. Labium minora mengelilingi vestibulum, suatu tempat
dimana terdapat lubang uretra di bagian atas dan lubang vagina di bagian bawah.
8. Clitoris
Berupa sebuah tonjolan kecil, merupakan bagian yang paling peka terhadap rangsang
karena banyak mengandung saraf.
1. Fase menstruasi
Terjadi bila ovum tidak dibuahi sperma, sehingga korpus luteum menghentikan produksi
hormon estrogen dan progesteron. Turunnya kadar estrogen dan progesteron
menyebabkan lepasnya ovum dari endometrium disertai robek dan luruhnya
endometrium, sehingga terjadi pendarahan. Fase menstruasi berlangsung kurang lebih 5
hari. Darah yang keluar selama menstruasi berkisar antara 50 - 150 mili liter
2. Fase pra-ovulasi atau fase poliferasi
Hormon pembebas gonadotropin yang disekresikan hipotalamus akan memacu hipofise
untuk mensekresikan FSH. FSH memacu pematangan folikel dan merangsang folikel
untuk mensekresikan hormon estrogen. Adanya estrogen menyebabkan pembentukan
kembali (poliferasi) dinding endometrium. Peningkatan kadar estrogen juga
menyebabkan seviks (leher rahim) untuk mensekresikan lendir yang bersifat basa. Lendir
ini berfungsi untuk menetralkan suasana asam pada vagina sehingga mendukung
kehidupan sperma.
3. Fase Ovulasi
Jika siklus menstruasi seorang perempuan 28 hari, maka ovulasi terjadi pada hari ke 14.
Peningkatan kadar estrogen menghambat sekresi FSH, kemudian hipofise mensekresikan
LH. Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel, peristiwa
ini disebut ovulasi.
4. Fase pasca ovulasi atau fase sekresi
Berlangsung selama 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Walaupun panjang siklus
menstruasi berbeda-beda, fase pasca-ovulasi ini selalu sama yaitu 14 hari sebelum
menstruasi berikutnya. Folikel de Graaf (folikel matang) yang telah melepaskan oosit
sekunder akan berkerut dan menjadi korpus luteum. Korpus luteum mensekresikan
hormon progesteron dan masih mensekresikan hormon estrogen namun tidak sebanyak
ketika berbentuk folikel. Progesteron mendukung kerja estrogen untuk mempertebal dan
menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium serta mempersiapkan
endometrium untuk menerima implantasi embrio jika terjadi pembuahan atau kehamilan.
Jika tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan
yang hanya sedikit mensekresikan hormon, sehingga kadar progesteron dan estrogen
menjadi rendah. Keadaan ini menyebabkan terjadinya menstruasi demikian seterusnya.
Hanya sebagian kecil wanita yang memiliki siklus menstruasi teratur. Pada umumnya
orang beranggapan bahwa siklus menstruasi seseorang adalah teratur. Tapi fakta
menunjukkan sebaliknya. Dari hasil penyelidikan terhadap 4 ribu wanita ternyata hanya
3% yang memiliki siklus menstruasi yang teratur, bahkan ini merupakan suatu
kekecualian yang jarang terjadi.
Pada umumnya wanita mengalami siklus menstrasi yang kurang teratur; dari siklus
yang satu dengan siklus berikutnya ada sedikit perubahan. Jangka waktu yang normal
berkisar antara 20 hari hingga 36 hari, atau rata-rata 28 hari. Namun hanya sekitar 30%
wanita yang mempunyai siklus dengan kisaran satu atau dua hari dari statistik rata-rata 28
hari. Siklus menstruasi yang tidak teratur pada remaja putri adalah suatu hal yang normal.
Karena sedang berkembang menuju arah kedewasaan. Secara berangsur-angsur siklus
akan menjadi teratur menjelang usia 20 tahun. Sedangkan pada wanita menjelang
menophause, menstruasi berubah menjadi lebih tidak teratur untuk kemudian berhenti
sama sekali. Bagi remaja putri sebaiknya membiasakan diri membuat catatan tanggal
berapa hari pertama menstruasi bulan ini, tanggal berapa hari pertama menstruasi bulan
berikutnya, demikian seterusnya. Kemudian hitung berapa hari siklus menstruasi tiap
bulannya. Catat pula jenis cairan vagina yang keluar dan perubahan tubuh yang terjadi di
sepanjang siklus tersebut. Catatan tersebut dapat membantu mempelajari kebiasaan yang
terjadi dalam tubuh kita sendiri. Dan data siklus menstruasi tersebut suatu saat akan
mempunyai nilai yang sangat berarti.
- Cairan yang keluar dari vagina
Semua wanita mengalami pengeluaran cairan dari vagina selain darah haid.
Cairan tersebut membantu membasahi, membersihkan dan melindungi vagina dari
bacteri-bacteri tertentu. Pengeluaran cairan ini bersifat normal; jumlahnya relatif
sedikit tetapi dapat membuat noda pada celana dalam. Jenis cairan yang keluar ada
yang jernih, ada yang keruh kental berwarna kekuning-kuningan. Cairan yang jernih,
mulur seperti putih telur disekresikan oleh kelenjar yang terdapat pada cervix selama
3-5 hari menjelang ovulasi karena pengaruh hormon estrogen. Di saat lain vagina
juga mengeluarkan cairan pekat, keruh berwarna kekuningan serta mempunyai bau
yang khas.
Dinding vagina mempunyai sifat yang sama seperti kulit lainnya yaitu sel-selnya
selalu membelah, sel-sel yang telah tua dan mati akan terlepas. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan keruh kental/pekat berwarna kekuning-
kuningan karena mengandung sel-sel mati, bacteri dan lendir. Di dalam vagina
terdapat beberapa jenis bacteri, pada pada orang sehat; 95% diantaranya merupakan
bacteri menguntungkan dan 5% diantaranya merupakan bacteri patogen. Bacteri
menguntungkan tersebut terutama dari genus Lactobacillus yaitu Lactobacillus
doderlein dan Lactobacillus acidophylus yang menghasilkan asam laktat dan
membantu mempertahankan lingkungan asam dalam vagina, beberapa jenis lainnya
menghasilkan hidrogenperoksida dan antibiotik.
Suasana asam dalam vagina ini merupakan pertahanan alami terhadap
kemungkinan infeksi. campuran zat yang dihasilkan bacteri dan sekresi dinding
vagina mengasilkan aroma khas vagina. Bila cairan yang keluar dari vagina
mempunyai sifat; berwarna lain (putih seperti susu, kuning kehijauan, merah coklat),
berbau busuk, jumlahnya relatif banyak, disertai keluhan gatal, panas, nyeri dsb. Hal
ini merupakan tanda; mungkin ada suatu gangguan pada organ reproduksi. Untuk itu
sebaiknya segera periksakan ke dokter.
- Sindrom pramenstruasi
Jika suatu saat tiba-tiba seorang wanita merasakan cincin yang biasa dipakai
menjadi lebih sesak, merasa sedih yang tak beralasan, mudah tersinggung dan
gampang marah, nafsu makan berlebihan, mengidam jenis makanan tertentu,
mungkin wanita tersebut sedang mengalami sindrom pramenstruasi. Sindrom
pramenstruasi adalah perubahan-perubahan fisik dan psikis yang terjadi di antara hari
ke empat belas hingga hari kedua sebelum mestruasi, dan akan hilang segera setelah
datang menstruasi. Perubahan fisik tersebut antara lain: kenaikan berat badan, terjadi
pembesaran bagian tubuh terutama daerah tertentu (perut, jari tangan, kaki) karena
tubuh menahan cairan, pegal dan nyeri otot terutama daerah pinggang, payudara
membesar dan nyeri tekan, timbul jerawat, air seni berkurang, pusing, mual, nafsu
makan meningkat. Perubahan psikis meliputi: kontrol emosi rendah, cepat marah,
reaksi emosi yang tidak logis, daya ingat dan konsentrasi rendah, lesu, depresi, rasa
kurang percaya diri dan perasaan tidak berharga.
Derajad keseriusan gejala sindrom pramenstruasi yang dialami wanita satu
dengan yang lain tidak sama. Pada umumnya wanita; perubahan fisik sindrom
pramenstruasi tidak menjadi masalah yang berarti dan dapat menjalani aktifitas
hidupnya dengan normal. Namun pada beberapa wanita; perubahan psikis sindrom
pramenstruasi dapat menjadi masalah yang serius. Dengan mengidentifikasi
perubahan fisik yang terjadi pada dirinya sebagai sindrom pramenstruasi, wanita
dapat mengantisipasi dengan lebih berusaha mengontrol dan mengendalikan
emosinya sehingga hubungan harmonis dalam keluarga dan lingkungan sosialnya
tetap terjaga.
5. Siklus estrus
Jika pada manusia dan beberapa primata lainnya mempunyai siklus menstruasi, pada
mamalia lain dikenal adanya siklus estrus (estrous cycle). Pada siklus estrus lapisan
endometrium yang telah dipersiapkan untuk menerima konsepsi, akan diserap kembali
oleh uterus bila tak terjadi pembuahan, sehingga tidak banyak terjadi pendarahan. Pada
hewan betina periode seputar ovulasi; vagina mengalami perubahan yang memungkinkan
terjadinya perkawinan, periode ini disebut estrus. Dalam bahasa latin; oestrus berarti
gairah atau kegilaan, kopulasi hanya terjadi pada periode estrus. Pada peternak sapi,
insemenasi buatan dilakukan pada saat sapi betina mengalami estrus yang ditandai:
vagina mengalami 3A dalam bahasa Jawa (Abuh = ukuran lebih besar, Abang = warna
merah, Anget = hangat). Jangka waktu siklus estrus berbeda-beda; pada tikus hanya 5
hari, anjing dan beruang hanya mengalami satu siklus pertahun, tetapi pada gajah
mengalami beberapa kali siklus estrus pertahun.
Ada beberapa hormon yang berperan pada proses kelahiran bayi. Hormon tersebut
meliputi hormon relaksin, estrogen, prostaglandin, dan oksitosin. Hormon relaksin
diproduksi oleh korpus luteum dan plasenta. Fungsi hormon ini adalah melunakkan
serviks dan melonggarkan tulang panggul saat terjadi kelahiran. Hormon estrogen
dihasilkan oleh plasenta dengan fungsi menurunkan jumlah hormon progesteron
sehingga kontraksi dinding rahim bisa berlangsung. Hormon prostaglandin dihasilkan
oleh membran ekstraembrionik dengan fungsi meningkatkan kontraksi dinding rahim.
Sedangkan hormon oksitosin dihasilkan oleh kelenjar hipofi sis ibu dan janin. Fungsinya
juga meningkatkan kontraksi dinding rahim.
E. Air Susu Ibu (ASI)
ASI adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama
kehidupan. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang
dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi, karena ASI adalah makanan bayi yang
paling sempurna baik secara kualitas maupun kuantitas. ASI sebagai makanan tunggal akan
cukup memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia 4-6 bulan
(Khairuniyah, 2004). Menurut Azrul Anwar (2004), ASI eksklusif sangat penting untuk
peningkatan SDM kita di masa yang akan datang, terutarna dari segi kecukupan gizi sejak
dini. Asi ekslusif adalah pemberian ASI selama enam bulan pertama (A. August Burns).
Memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya
pengembangan potensial kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai
nutrien yang ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi,
ASI juga mengandung nutrisi khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal (Utami
Roesli, 2004).