Anda di halaman 1dari 8

Nama : Novita Sari

NIM : 203010601040
Kelas : A
Mata Kuliah : Hukum Acara Perdata
Dosen Pengampu : Ekkitia Eramaya, S.H., M.H

HUKUM ACARA PERDATA


 Pengertian Hukum Acara Perdata
Hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya
menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim. Dengan
perkataan lain, hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang menentukan
bagaimana caranya menjamin pelaksanaan hukum perdata materiil :
a. Menurut Prof. Dr. R. Wirjono, SH, hukum acara perdata adalah rangkaian
peraturan-peraturan yang memuat Cara bagaimana orang harus bertindak
terhadap dan di muka Pengadilan dan bagaimana cara Pengadilan itu harus
bertindak, satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturan-peraturan
hukum perdata.
b. Menurut Prof. Dr. R. Supomo, SH, dalam peradilan perdata tugas hakim ialah
mempertahankan tata hukum perdata (Burgerlijke Rechts Orde), menetapkan
apa yang ditetapkan oleh hukum dalam suatu perkara.
c. Menurut Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, SH, hukum acara perdata adalah
peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya
hukum perdata material dengan perantaraan hakim. Menurut Simposium
Pembaharuan Hukum Perdata Nasional pada tahun 1981 di Yogyakarta,
Hukum acara perdata adalah hukum yang mengatur bagaimana caranya
menjamin ditegakkannya atau dipertahankannya hukum perdata material.
Menurut Para Ahli : Hukum perdata material yang hendak ditegakkan atau
dipertahankan dengan hukum perdata ialah peraturan-peraturan hukum yang tertulis
dalam bentuk peraturan perundang-undangan, seperti BW, WvK, Undang-undang
Perkawinan dan sebagainya dan peraturan hukum yang tidak tertulis yaitu hukum adat
atau kebiasaan yang hidup dalam masyarakat.
Norma/kaedah hukum perdata tersebut harus ditegakkan. Apabila ada pihak
yang dirugikan, misalnya penjual tidak menyerahkan barangnya kepada pembeli
padahal ia telah menerima uang pembayarannya, maka hukum perdata material itu
harus ditegakkan dengan mempergunakan hukum acara perdata. Tidak boleh
pemulihan hak perdata diselesaikan dengan menghakimi sendiri (eigenrichting).
Dengan demikian diharapkan ketertiban dan kepastian hukum perdata akan tercipta
dalam masyarakat.Perkataan ”acara” di sini berarti proses penyelesaian perkara lewat
hakim (pengadilan).
Proses penyelesaian perkara lewat hakim itu bertujuan untuk memulihkan hak
seseorang yang merasa dirugikan atau terganggu, mengembalikan suasana seperti
dalam keadaan semula bahwa setiap orang harus mematuhi peraturan hukum perdata
supaya peraturan hukum perdata berjalan sebagaimana mestinya. Secara teologis,
dapat dirumuskan bahwa hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang
berfungsi untuk mempertahankan berlakunya hukum perdata karena tujuannya
memintakan keadilan lewat hakim.
Hukum acara perdata dirumuskan sebagai peraturan hukum yang mengatur
proses penyelesaian perkara perdata lewat hakim (pengadilan) sejak dimajukannya
gugatan sampai dengan pelaksanaan putusan hakim.Dalam peraturan hukum acara
perdata itu, diatur bagaimana cara orang mengajukan perkaranya kepada hakim
(pengadilan), bagaimana caranya pihak yang terserang itu mempertahankan diri,
bagaimana hakim bertindak terhadap pihak-pihak yang berperkara, bagaimana hakim
memeriksa dan memutus perkara sehingga perkara dapat diselesaikan secara adil,
bagaimana cara melaksanakan putusan hakim dan sebagainya.Sehingga hak dan
kewajiban orang sebagaimana telah diatur dalam hukum perdata itu dapat berjalan
sebagaimana mestinya.
Wirjono Prodjodikoro merumuskan, hukum acara perdata itu sebagai
rangkaian peraturan-peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak
terhadap dan di muka pengadilan. Serta cara bagaimana pengadilan itu harus
bertindak satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturan-peraturan hukum
perdata.

 Fungsi dan Tujuan Hukum Acara Perdata


Fungsi : Mempertahankan dan melaksanakan hukum perdata materiil, artinya hukum
perdata materiil itu dipertahankan oleh alat-alat penegak hukum berdasarkan hukum
acara perdata.

Tujuan : Untuk merealisir pelaksanaan dari hukum perdata materiil.

 Sumber-Sumber Hukum Acara Perdata


1.RV (reglement op de Burgerlijk Rechtsvordering)untuk golongan Eropa
2. HIR (Herzeine Indlandsch Reglement) unutk golongan Bumiputera daerah Jawa
dan Madura
3. RBg (Reglement voor de Buitengewesten) untukgolongan Bumiputera luar Jawa
dan Madura.
UU No 1 Tahun 1974 tentang Pokok Perkawinan
2. UU No 4 Tahun 2004 tentang Pokok Kehakiman
3. UU No 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung
4. Kitab Undang-undang Hukum Perdata Buku ke-IV tentang Pembuktian dan
Daluarsa
5. Yurisprudensi.
6. SEMA
7. Hukum Adat
8. Doktrin
 Asas-Asas Hukum Acara Perdata
1. Hakim Bersifat Pasip Azas Ini Meliputi Beberapa Hal.
Hakim bersifat menunggu (NEMO JUDEX SINE ACTORE) Initiatif untuk
mengajukan perkara ada pada pihak-pihak yang berkepentingan, bukan pada hakim.
Selanjutnya kemungkinan mengakhiri proses perkara yang sudah berjalan, adalah hak
bebas dari para pihak. Hakim tidak berwenang menghalangi kendati pun sudah mulai
diperiksa.
Hakim mengadili seluruh gugatan Hakim dilarang menjatuhkan keputusan terhadap
sesuatu yang tidak dituntut atau mengabulkan lebih dari yang dituntut. Hakim wajib
memutus semua tuntutan.
Hakim mengejar kebenaran formil Hakim cukup hanya mengejar kebenaran formil,
yaitu kebenaran yang hanya didasarkan atas bukti-bukti yang diajukan dimuka sidang
pengadilan. Apakah bukti itu benar atau tidak, hakim harus menerima sebagai suatu
hal yang benar, jika satu pihak mengakui kebenaran bukti yang diajukan oleh pinak
lain, kendati pun tidak meyakininya.
Para pihak bebas untuk mengajukan atau tidak mengajukan upaya hukum verzet,
banding dan kasasi terhadap putusan pengadilan
2. Sidang Pengadilan Terbuka Untuk Umum Pada Dasarnya.
Sidang pengadilan adalah terbuka untuk umum. Tujuannya ialah agar terjamin
pelaksanaan peradilan yang tidak memihak, sehingga peradilan berada dibawah
pengawasan umum Kemungkinan pengecualian memang ada, misalnya pemeriksaan
perkara perceraian karena perzinahan. Namun putusannya harus diucapkan secara
terbuka untuk umum.
3. Mendengar Kedua Belah Pihak Para Pihak Yang Berperkara.
Harus diperlakukan sama mereka harus diberikan kesempatan yang sama karena
mereka mempunyai kedudukan yang sama (audi et alteram partem).
Hakim harus mendengar keterangan kedua belah pihak. Alat-alat bukti harus diajukan
dimuka sidang pengadilan yang dihadiri oleh kedua belah pihak yang perkara Putusan
verstek (diluar hadirnya tergugat) bukanlah pelanggaran atas azas ini.
Karena putusan dijatuhkan adalah sesudah yang bersangkutan telah dipanggil secara
patut, tetapi tidak menghadiri sidang dan tidak mengirim kuasanya. Lagipula, gugatan
tentu karena beralasan dan cukup bukti-bukti.
4. Tidak Ada Keharusan Untuk Mewakilkan Para Pihak Yang Berperkara
Boleh mewakilkan kepada kuasa, tetapi boleh juga tanpa mewakilkan. Berbeda
dengan sistem beracara dimuka Raad van Justitie (R.v.J) yang mewajibkan para pihak
untuk diwakili oleh ahli hukum.
5. Putusan Harus Disertai Alasan-Alasan
Agar jangan sampai terjadi perbuatan sewenang-wenang dari hakim maka putusan
hakim diwajibkan untuk memuat alasan-alasan yang dijadikan dasar untuk mengadili.
Putusan yang kurang atau tidak lengkap memuat alasan-alasan atau pertimbangan
(onvoldoende gemotiveerd) merupakan alasan untuk memohon banding atau kasasi
terhadap putusan itu, supaya dibatalkan.

6. Baracara Perdata Dengan Biaya Pada Azasnya


Beracara perdata dikenakan biaya, yaitu panitera, pemanggilan-pemanggilan,
pemberitahuan-pemberitahuan dan bermaterai. Mereka yang tidak mampu (miskin)
dapat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk beracara
dengan cumacuma.

 Perbedaan Hukum Acara Perdata dengan Hukum Acara Pidana :


1.Dasar timbulnya gugatan
Perdata :timbulnya perkara krn terjadi pelanggaran hak yang diatur dalam hukum
perdata.
Pidana : timbulnya perkara krn terjadi pelanggaran terhadap perintah atau larangan
yang diatur dlm hkm pidana
2. Inisiatif berperkara
Perdata : datang dari salah satu pihak yang merasa dirugikan
Pidana : datang penguasa negara/pemerintah melalui aparat penegak hukum seperti
polisi dan jaksa
3.Istilah yang digunakan
Perdata : yang mengajukan gugatan=== penggugat pihak lawannya/digugat =====
tergugat
Pidana : yang mengajukan perkara ke pengadilan ==== jaksa/penuntut umum
pihak yang disangka === tersangka=== terdakwa===terpidana
4. Tugas hakim dalam beracara
Perdata : mencari kebenaran formil ==== mencari kebenaran sesungguhnya yang
didasarkan apa yang dikemukakan oleh para pihak dan tidak boleh melebihi dari itu.
Pidana :mencari kebenaran materil ==== tidak terbatas apa saja yang telah dilakukan
terdakwa melainkan lebih dari itu. Harus diselidiki sampai latar belakang perbuatan
terdakwa. Hakim mencari kebenaran materil secara mutlak dan tuntas
5. Perdamaian
Perdata : dikenal adanya perdamaian
Pidana : tidak dikenal perdamaian
6. Sumpah decissoire
Perdata : ada sumpah decissoire yaitu sumpah yang dimintakan oleh satu pihak
kepada pihak lawannya tentang kebenaran suatu peristiwa.
Pidana : tidak dikenal sumpah decissoire.
7. Hukuman
Perdata : kewajiban untuk memenuhi prestasi (melakukan memberikan dan tidak
melakukan sesuatu
Pidana : hukuman badan ( kurungan, penjara dan mati), denda dan hak..

 Syarat dan isi gugatan dalam Perkara perdata


a. Syarat gugatan :
1. Gugatan dalam bentuk tertulis.
2. Diajukan oleh orang yang berkepentingan.
3. diajukan ke pengadilan yang berwenang
b. Isi gugatan :
Menurut Pasal 8 BRv gugatan memuat :
1. Identitas para pihak
2. Dasar atau dalil gugatan/ posita /fundamentum petendi berisi tentang peristiwa dan
hubungan hukum
3. Tuntutan/petitum terdiri dari tuntutan primer dan tuntutan subsider/tambahan.

 Pemeriksaan Perkara :
a. Pengajuan gugatan
b. Penetapan hari sidang dan pemanggilan
c. Persidangan pertama : a. gugatan gugur b. verstek c. perdamaian
d. Pembacaan gugatan
e. Jawaban tergugat : a. mengakui b. membantah c. referte d. eksepsi :- materil
– formil
f. Rekonvensi
g. Repliek dan dupliek
h. Intervensi
i. Pembuktian
j. Kesimpulan
k. Putusan Hakim

 Teori Pembuktian :
Ada 3 teori pembuktian yaitu :
1. Pembuktian bebas : di mana tidak menghendaki adanya ketentuanketentuan yang
mengikat hakim, sehingga penilaian pembuktian seberapa dapat diserahkan kepada
hakim.
2. Pembuktian negatif : harus ada ketentuan-ketentuan yang mengikat
hakim bersifat negatif, hakim terbatas sepanjang yang dibolehkan undang-undang.
3. Pembuktian positif: hakim diwajibkan melakukan segala tindakan dalam
pembuktian kecuali yang dilarang dalam undang-undang.

 Pengajuan Gugatan :
1. Diajukan kepada ketua pengadilan negeri yang berwenang.
2. Diajukan secara tertulis atau lisan
3. Bayar preskot biaya perkara
4. Panitera mendaftarkan dalam buku register perkara dan memberi nomor perkara
5. Gugatan akan disampaikan kepada ketua pengadilan negeri.
6. Ketua pengadilan menetapkan majelis hakim

 Verstek
• Pengertian : putusan yang dijatuhkan di luar hadirnya tergugat
• Syarat acara verstek :
a. Tergugat telah dipanggil dengan sah dan patut
- yang melaksanakan pemangilan juru sita
- surat panggilan
- jarak waktu pemanggilan dengan hari sidang yaitu 8 hari apabila jaraknya tidak jauh,
14 hari apabila jaraknya agak jauh dan 20 hari apabila jaraknya jauh (Pasal 122
HIR/10Rv)
b. Tergugat tidak hadir tanpa alasan yang sah
c. Tergugat tidak mengajukan eksepsi kompetensi

 Bentuk Putusan Verstek


1. Menggabulkan gugatan penggugat, terdiri dari :
a. mengabulkan seluruh gugatan
b. mengabulkan sebagian gugatan
• Hal ini terjadi jika gugatn beralasan dan tidak melawan hukum.
2. Gugatan tidak dapat diterima, apabila : gugatan melawan hokum atau ketertiban
dan kesusilaan (unlawful)
• Gugatan ini dapat diajukan kembali tidak berlaku asas nebis in idem
3. Gugatan ditolak apabila gugatan tidak beralasan
• Gugatan ini tidak dapat diajukan kembali
Upaya hukum dari verstek adalah verzet/perlawanan

 Macam-Macam Alat Bukti


• Pasal 164 HIR/284 RBG, ada 5 alat bukti yaitu :
1. Bukti tulisan/surat
2. Saksi
3. Persangkaan
4. Pengakuan
5. Sumpah
• Di luar Pasal 164 HIR/284 RBg :
1. Keterangan ahli
2. Pemeriksaan di tempat

 Alat Bukti Tertulis/ Surat :


• Dasar hukumnya Pasal 165, 167 HIR/285-305 RBg, stb No 29 Tahun 1867.
• Pengertian : surat adalah alat bukti tertulis yang memuat tanda-tanda baca di mana
menyatakan pikiran seseorang.
• Bentuk surat ada 2 yaitu :
1. Akta : surat yang diberi tanggal dan ditanda tangani.akta ini terbagi 2 yaitu :
a. Akta otentik : akta yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang berwenang.
Akta ini dapat dibagi 2 :
- Akta ambtelijk : pejabat yang berwenang menerangkan apa yang dilihat dan
dilakukannya.
Contoh : akta kelahiran.
- akta partai : selain pejabat menerangkan apa yang dilihat dan dilakukannya, pihak
yang berkepentingan juga mengakuinya dengan membubuhkan tanda tangan
mereka.
Contoh : akta jual beli.

 Bentuk-Bentuk Upaya Hukum :


1. Upaya hukum biasa :a. Verzet b. Banding c. Kasasi
2. Upaya hukum luar biasa : a. Peninjauan kembali b. derdenverzet
 Bentuk-Bentuk Eksekusi :
Eksekusi dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Membayar sejumlah uang (Pasal 197 HIR/208 RBg
Dilaksanakan melalui penjualan lelang terhadap barang-barang milik yang kalah
perkara.
2. Melakukan suatu perbuatan tertentu (Pasal 225 HIR/259 RBg).
Eksekusi ini dapat dinilai dengan sejumlah uang dengan mengajukan permohonan
kepada ketua pengadilan yang memutus perkara.
3. Eksekusi Riil/ mengosongkan benda tetap (Pasal 1033 BRv).

 Proses Pelaksanaan Eksekusi :


• Diajukan oleh pihak yang menang.
• Diberitahukan kepada pihak yang kalah.
• Jika pihak yang kalah lalai atau tidak mau melaksanakan di panggil ke pengadilan.
• Selambat-lambatnya 8 hari putusan hakim harus dilaksanakan.
• Jika tidak dilaksanakan maka dilakukan sita eksekutorial.
• Jika putusan membayar sejumlah uang barang sita akan dilelang .
• Pelelangan dapat dilakukan oleh pengadilan atau kantor lelang negara.

Anda mungkin juga menyukai