1958 4637 1 SM
1958 4637 1 SM
ISSN 2302-6219
Volume IV Nomor 1 (Mei 2015)
Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh
Abstract
Under the provisions of law number 22 of 2009 on traffic and road transport in article 193 states
the responsibility of transport companies losses. Article 193 mentions the liability rules on
compensation of corporate transportation. In the implementation of the transport was not
immune from problems, such as broken, lost and late to the purpose it is due to the negligence of
the transport or due to circumstances unforeseen for goods shipped to the detriment of the shipper,
or may be carrying less attention to security and safety in the transport goods. In the case of dispute
resolution to be taken as a result of damage and loss of goods to get right back to efforts to produce
a consensus agreement between the parties. The completion of the deliberation will usually
produce an agreement with the results of each of the parties mutually beneficial in order to
maintain the good name of company transport services and service users are not unduly
disadvantaged.
Keywords:
Legal Protection, User Transportation Services, Loss and Damage Goods
Abstrak
Berdasarkan ketentuan undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Rambu-Rambu Lalu
Lintas dan Angkutan Darat, Pasal 193 menyebutkan tentang aturan pertanggungjawaban
tentang ganti rugi dari perusahan transportasi. Dalam pelaksanaan pengangkutan juga tidak
luput dari berbagai persoalan, misalnya rusak, hilang dan terlambat sampai tujuan hal ini
disebabkan karena kelalaian pengangkutan maupun akibat terjadinya keadaan tidak terduga
terhadap barang yang dikirim sehingga merugikan pihak pengirim, atau bisa saja pengangkut
kurang memperhatikan keamanan dan keselamatan dalam pengangkutan barang tersebut.
Dalam hal penyelesaian sengketa yang ditempuh akibat kerusakan dan kehilangan barang
untuk mendapat haknya kembali bisa dilakukan upaya musyawarah sehingga menghasilkan
kesepakatan antara para pihak. Penyelesaian dengan cara musyawarah biasanya akan
menghasilkan kesepakatan dengan hasil masing-masing pihak saling menguntungkan demi
menjaga nama baik dari perusahaan jasa angkutan dan pengguna jasa tidak terlalu dirugikan.
Kata Kunci:
Perlindungan Hukum, Pengguna Jasa Transportasi, Kehilangan dan Kerusakan Barang
Ilmu Hukum, edisi I cetakan 14, Rajawali timbal balik antara pengangkut dengan
Pers, Jakarta, 2010, hlm. 10 pengirim, dimana pengangkut
mengikatkan diri untuk menye-
lenggarakan pengangkutan barang
dan/atau orang dari suatu tempat ke Udara, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti,
tempat tujuan tertentu dengan selamat, Bandung, 1991, hlm 19.
sedangkan pengirim mengikatkan diri 5 Ibid. hlm. 20-21. Perjanjian
untuk membayar uang angkutan.
pengangkutan adalah persetujuan dengan
Purwosutjipto, Pengertian pokok Hukum
mana pengangkut mengikatkan diri untuk
Dagang Indonesia 3, HukumPengangkutan,
menyelenggarakan pengangkutan barang
Djambatan, Jakarta, 1991, hlm. 2.
dan atau penumpang dari suatu tempat ke
Sedangkan Menurut Abdul Kadir
tempat tujuan tertentu dengan selamat,
Muhammad, pengangkutan artinya
dan pengirim atau penumpang
pengangkatan dan pembawaan barang
mengikatkan diri untuk membayar biaya
atau orang, pemuatan dan pengiriman
pengangkutan.
barang atau orang, barang atau orang yang
diangkut. Jadi, dalam pengertian 6 H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian
pengangkutan itu tersimpul suatu proses Pokok Hukum Dagang, Jilid I, Djambatan,
kegiatan atau gerakan dari satu tempat ke Jakarta, 1999.
tempat lain. Abdul Kadir Muhammad,
Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan
diangkutnya agar tidak rusak atau pun juga memerlukan pendekatan dan
tidak menimbulkan kerugian bagi si pemikiran-pemikiran yang menuju
pemilik barang. kepada suatu konstruksi hukum yang
adaptif yang dapat menyeimbangkan
Hukum pengangkutan apabila
berbagai kepentingan yang ada secara
dikaitkan dengan konsepsi “The
mantap dan responsif.
Economic Theory of Regulation” yang
dikemukakan oleh Richard A. Posner, Hukum berfungsi sebagai
maka hukum pengangkutan perlindungan kepentingan manusia.
merupakan sarana keteraturan atau Agar kepentingan manusia ter-
ketertiban yang dibutuhkan dalam lindungi, hukum harus dilaksanakan.
menyalurkan kegiatan perdagangan Pelaksanaan hukum dapat ber-
antar pulau ke arah yang dikehendaki langsung secara normal, damai, tetapi
oleh suatu pembangunan. Sehingga hal dapat terjadi juga karena pelanggaran
tersebut telah sesuai dengan fungsi hukum. Dalam hal ini hukum yang
dasar hukum yakni menjamin adanya telah dilanggar itu harus ditegakan.
kepastian dan ketertiban serta Melalui penegakan hukum inilah
memberikan manfaat bagi per- hukum itu menjadi kenyataan. “Dalam
kembangan industri pengangkutan menegakan hukum ada tiga unsur
tersebut. yang selalu harus diperhatikan, yaitu
kepastian hukum (Rechtssicherheit),
Indonesia sebagai negara yang
kemanfaatan (Zweckmassigkeit) dan
berkembang dan sedang membangun
keadilan (Gerechtigkeit).”
memerlukan peran dan fungsi hukum
sebagai sarana menjamin kepastian Menurut Sudikno Merto-
dan ketertiban serta memberikan kusumo, masyarakat mengharapkan
perlindungan bagi setiap warga manfaat dalam pelaksanaan atau
negara Indonesia. Peran dan fungsi penegakan hukum dalam hal terjadi
hukum di negara berkembang tidaklah peristiwa yang konkrit, Bagaimana
lebih mudah daripada di negara maju, hukumnya itulah yang harus berlaku.
karena terdapatnya berbagai ke- Masyarakat mengharapkan adanya
terbatasan yang bukan saja kepastian hukum, karena dengan
mengurangi kelancaran lajunya proses adanya kepastian hukum masyarakat
hukum secara tertib dan pasti tetapi akan lebih tertib. Hukum bertugas
keselamatan barang yang diangkutnya selain itu juga asas-asas dan proses
sejak saat ia menerimanya dari terbentuknya kaedah norma tersebut ,
pengirim hingga ia menyerahkan pada data sekunder dikumpulkan melalui
penerima barang, pengangkut wajib studi dokumen, bahan kepustakaan
mengganti kerugian yang ditimbulkan dan dokumen-dokumen hasil putusan
kepada pihak yang dirugikan, apabila yang merupakan yurisprudensi.
kerugian tersebut disebabkan
D. PEMBAHASAN
kelalaian atau kesalahan dari pihak
Berdasarkan hasil penelitian
pengangkut.
bahwa di dalam perjanjian
B. RUMUSAN MASALAH
pengangkutan barang melalui
Berdasarkan latar belakang perusahaan angkutan khususnya di
permasalahan yang telah darat, sebagaimana di dalam
dikemukakan di atas, maka dapat perjanjian pada umumnya para pihak
dirumuskan beberapa masalah,antara mempunyai hak dan kewajiban.
lain faktor apa yang menyebabkan Perusahaan pengangkutan yang
rusaknya barang serta bagaimana bertindak sebagai pengangkut harus
penyelesaian apabila terjadi kerugian melakukan kewajiban dengan apa
yang dialami oleh konsumen pengguna yang diperjanjikan, dalam
jasa angkutan. melaksanakan kewajiban harus
diiringi dengan tanggung jawab, dan
C. METODE PENELITIAN
tanpa tanggung jawab prestasi tidak
Penelitian ini menggunakan
akan terjadi.
metode penelitan Yuridis Normatif.
Para pengguna jasa angkutan
Penggunaan pendekatan Yuridis
dalam hal ini pengirim barang juga
sosiolgis.9 Ditujukan terhadap
harus memenuhi syarat yang
sistematika dan konsistensi kaedah
ditentukan mengenai misalnya biaya.
(norma-norma) hukum mulai dari
Atau tarif angkutan barang dapat
Undang-Undang Dasar 1945, Undang-
dilihat dari tarif yang ditetapkan oleh
Undang, Peraturan Pemerintah, dan
perusahaan angkutan pada
Peraturan petunjuk pelaksana lainnya,
tetapi kalau kesalahan dari pengirim tuntutan ganti rugi dari pihak
maka pengangkutan tidak pengirim akibat tidak utuh atau
bertanggung jawa. Tanggung jawa rusaknya barang yang di angkut.
Perusahaan pengangkutan seperti isi Dalam prakteknya biasanya Pihak
Pasal 193 (1) UULLAJ adalah angkutan membayar sebesar 10 kali
perusahaan angkutan umum ongkos kirim karena pihak
bertanggung jawab atas kerugian yang perusahaan menilai barang
diderita oleh pengirim barang karena berdasarkan prosentase ongkos kirim,
barang musnah, hilang, atau rusaknya dalam hal ini pihak pengirim selalu
barang disebabkan oleh suatu kejadian mengalami kerugian.
yang tidak dapat dicegah atau
Berdasarkan hasil penelitian
dihindari atau kesalahan pengirim.
penyelesaian sengketa perjanjian
3. Penyelesaian Ganti Rugi Dalam pengangkutan yang menyebabkan
Pengiriman Barang
kerugian diderita pengirimyang
Bersarkan pada pasal 193
dilakukan pengangkut kebiasaan
UULAJ dan perjanjian sebelumnya
diselesaikan melalui musyawarah,
yang telah disepakati, pihak
pembayaran ganti rugi secara tunai
pengangkut terikat dengan tanggung
biasanya dilakukan kesepakatan
jawab untuk menganti segala kerugian
mengenai jenis atau bentuk ganti rugi
yang timbul didalam pelaksanaan
oleh perusahaan setelah adanya
pengangkutan, apabila kerugian
kesepakatan pada waktu pembayaran
tersebut timbul karena kesalahan atau
ganti rugi. Sedangkan pembayaran
kelalaian pihak pengangkut. Dalam
ganti rugi secara cicilan akan dibayar
perjajian para pihak selalu menutut
oleh pihak perusahaan secara
prestasi sesuai dengan perjanjian yang
bertahap pengirim sesuai dengan
disepakati bersama, akan tetapi tidak
kesepakatan. Dengan demikian
semua dan selamanya perjanjian
jelaslah bahwa didalam pelaksanaan
berjalam sebagaimana apa yang btelah
perjanjian kenyataanya sering
disepakati, sehingga timbulnya
menyebabkan salah stu pihak
peselisihan yang berujung timbul
menderita kerugian, meskipun hal ini
sengketa. Penyelesaian secara
tidak dikehendaki oleh para pihak
musyawarah sudah sering terjadi di
yang terikat perjanjian tersebut.
dunia pengangkutan apabila ada