Lemak
kompleks yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Lemak
merupakan nama umum yang meliputi unsur sterol, lilin, ester, fosfolipid dan
lemak jenuh dan asam lamak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh ditandai dengan
adanya ikatan rangkap PUFA, sedangkan asam lemak jenuh ditandai dengan tidak
Lemak adalah salah satu komponen makanan multifungsi yang sangat penting
penambahan lemak dalam pakan memberikan efek rasa lezat dan tekstur makanan
menjadi lembut sertagurih. Di dalam tubuh, lemak menghasilkan energi dua kali
lemak yang dikonsumsi. Komponen dasar lemak adalah asam lemak dan
lainnya. Asam lemak pembentuk lemak dapat dibedakan berdasarkan jumlah atom
C (karbon), ada atau tidaknya ikatan rangkap, jumlah ikatanrangkap serta letak
asam lemakjenuh (saturated fatty acid/SFA) yaitu asam lemak yangtidak memiliki
Unsaturated Fatty Acid (MUFA) memiliki 1 (satu) ikatan rangkap, dan Poly
Unsaturated FattyAcid (PUFA) dengan 1 atau lebih ikatan rangkap ( Sartika, 2008).
Lemak merupakan senyawa yang tersususn atas trigliserida atau
triasilgliserol. Perbedaan antara lemak dan minyak adalah lemak berbentuk padat
dan minyak berbentuk cair pada suhu kamar. Lemak dan minyak adalah bahan-
bahan yang tidak larut dalam air. Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok
yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organik larut dalam pelarut
benzena dan hidrokarbon lainnya. Asam lemak merupakan asam organik berantai
panjang yang mempunyai atom karbon dari 4 sampai 24. Asam lemak memiliki
gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon nonpolar yang panjang. Hampir
semua asam lemak di alam memiliki jumlah atom karbon yang genap dan asam-
asam lemak dengan 16 dan 18 karbon adalah yang paling dominan Asam lemak
omega-3 termasuk dalam kelompok asam lemak esensial. Asam lemak ini disebut
esensial karena tidak dapat dihasilkan oleh tubuh dan hanya bisa didapatkan dari
adalah asam lemak yang memiliki posisi ikatan rangkap pertama pada atom
karbon nomor 3 dari ujung gugus metilnya. Asam-asam lemak alami yang
termasuk dalam kelompok asam lemak omega-3 adalah asam linolenat, asam
(EPA) merupakan asam lemak tak jenuh yang dapat disintesis dari sumber
tanaman atau PUFA atau dapat pula diperoleh langsung melalui minyak ikan.
darah, dan berperan penting dalam mencegah obesitas abdominal (Aziza et al.,
2015).
b. Fungsi lemak untuk ikan
Fungsi kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi mudah untuk dicerna.
Kandungan asam lemak tak jenuh nabati mengakibatkan pakan tidak mudah dicerna
oleh ikan. Zat makanan yang mengandung sumber–sumber lemak dalam jumlah
energi berkaitan dengan kecernaan tubuh, pada kondisi normal daya cerna lemak
lemak essensial dalam pakan ikan budidaya terutama untuk ikan karnivora di
sebagai energi rendah, maka beberapa bagian protein digunakan sebagai sumber
energi. Lemak memiliki kandungan energi yang paling besar bila dibandingkan
membran. Kebutuhan asam lemak berbeda untuk setiap jenis ikan. Ikan air tawar
biasanya lebih banyak membutuhkan asam lemak n-6 daripada asam lemak n-3
atau campuran asam lemak n-6 dan n-3. Beberapa ikan, pemberian HUFA melalui
telur (Furuichi, 1988 dalam Izqueirdo et.al, 2001 dalam Utomo et.al, 2006)
dan menjaga keseimbangan daya apung ikan dalam air, memelihara bentuk dan
diklasifikasikan sebagai asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak tak jenuh
ditandai dengan ikatan rangkap, sedangkan asam lemak jenuh ditandai dengan tidak
adanya ikatan rangkap. Asam lemak tak jenuh biasanya lebih mudah diserap
daripada asam lemak jenuh. Kebutuhan lemak bagi ikan berbeda-beda dan sangat
mempunyai titik didih yang tinggi (±200oC). Oleh karena itu minyak dapat
kehilangan kadar air dan menjadi kering. Selain itu pula minyak dapa juga
memberikan rasa yang gurih dan aroma yang spesifik (Suastuti, 2009).
pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup larva kepiting bakau. Kadar asam
bakau. Asam lemak yang essensial bagi krustacea yaitu18:2n-6 (linoleat), 18:3n-3
Kebutuhan lemak pada pakan larva kepiting bakau berkisar 15-20% . Kadar asam
bakau (Khasanah et al., 2012)., Kebutuhan nutrisi lemak ikan lele untuk tumbuh
Kebutuhan lemak bagi ikan berbeda-beda dan tergantung dari stadia ikan,
jenis ikan dan lingkungan. Fase pendederan, ikan membutuhkan lemak berkisar 8-
berkisar 9-10%, ikan Labeo rahita ukuran 7,5 g membutuhkan lemak sebanyak
6%. Nilai koefisien kecernaan lemak tergantung pada sumber lemak, dan nilainya
akan menurun bila titik cair lemak meningkat (Marzuqi dan Anjusary, 2013)
yang mengandung lemak 15% dan karbohidrat 20% pada ikan kakap putih (Lates
Sumber lemak untuk pakan dibagi menjadi dua yaitu sumber lemak hewani
dan sumber lemak nabati. Jenis sumber lemak hewani contohnya minyak ikan
salmon yang mengandung DHA dan EPA dan contoh sumber lemak nabati adalah
minyak kedelai yang mengandung linoleat dan linolenat . Asam lemak essensial
Lemak yang dapat dimakan (edible fat), dihasilkan oleh alam, yang
bersumber dari bahan nabati atau hewani. Perbedaan umum antara lemak nabati dan
mengandung fitosterol, 2. kadar lemak tidak jenuh dalam hewani lebih kecil dari
lemak nabati, dan 3. lemak hewani mempunyai bilangan Reichert Meissl lebih
besar serra bilangan polonske lebih kecil daripada minyak nabati Fujaya (2004).
mineral dan vitamin. Lemak didalam pakan diperkukan untuk memenuhi kebutuhan
-3, -6 dan -9. Sumber lemak hewani contohnya adalah minyak ikan. Minyak
ikan yang terdapat di daerah lokal antara lain adalah minyak ikan bandeng. Lemak
pada ikan bandeng termasuk sedang dan mengandung asam lemak tak jenuh
berupa -3, -6 dan -9. Hal ini diukung oleh Aziza et al, (2015), yang
menyatakan bahwa ikan bandeng mengandung 20,53% protein dan 6,73% lemak,
sehingga digolongkan sebagai ikan berprotein tinggi dan berlemak sedang. Lemak
pada ikan bandeng merupakan sumber asam lemak tak jenuh berupa omega-3
sebesar 19,56%, omega-6 sebesar 7,47% dan omega-9 sebesar 19,24%. Turunan
asam lemak omega-3 yaitu eicosa pentanoat (EPA) dan asam dekosa heksanoat
(DHA) dapat ditemukan dalam produk-produk ikan dan minyak ikan. Faktor yang
mempengaruhi fenomena ini adalah kandungan air yang cukup tinggi pada ikan
bandeng segar sangat mempengaruhi rendemen minyak yang di peroleh pada saat
ekstraksi. Sedangkan untuk minyak ikan bandeng kering, proses pengeringan ini
justru membantu perolehan rendemen minyak lebih banyak pada saat ekstraksi.
Karena pelarut n-heksan akan lebih maksimal untuk menarik senyawa non polar
yang terkandung di dalam ikan bandeng kering termasuk EPA dan DHA karena
kadar airnya sudah hilang. Oleh sebab itu persentase kandungan senyawa hasil KG-
SM pun akan lebih tinggi daripada minyak ikan bandeng segar. Kandungan air
dalam minyak ikan cenderung akan menurunkan kualitas minyak yang dihasilkan,
termasuk kandungan yang terdapat di dalam minyak ikan tersebut. Kadar air juga
bantuan enzim. Pernyataan inipun mendukung hasil dari perolehan kandungan EPA
dan DHA pada minyak ikan bandeng segar yang cenderung lebih sedikit
Minyak ikan yang datat digunakan selain minyak ikan bandeng adalah
minyak ikan Sardin (Sardinella sp.) dan ikan Cucut Lanyam (Centrophorus sp.).
Ikan sardine dan ikan cucut lanyam merupakan hasil tangkapan di daerah
minyak. Hal ini didukung oleh Suseno et al, (2016) yang menyatakan bahwa
kandungan asam lemak omega 3 dari minyak ikan hasil samping pengolahan ikan
sardin masih tinggi yaitu 29,09%, 28,28% dan 23,34%. Ikan cucut lanyam
(Carcharinus sp.) merupakan jenis ikan yang berpotensi untuk dijadikan komoditas
unggulan karena hampir semua bagian tubuhnya dapat dimanfaatkan, dari mulai
kulit hingga hati yang dapat menghasilkan minyak dengan kandungan gizi yang
tinggi. Ikan cucut mengandung asam lemak tak jenuh omega-3 yaitu eicosa
pentaenoic acid (EPA) dan docosa hexaenoic acid (DHA) dan memiliki kandungan
kebutuhan -3, -6 dan -9. Kandungan -9 terdapat di dalam sumber nabati
seperti minyak kelapa. Minyak kelapa merupakan salah satu sumber lemak nabati.
Minyak kelapa mengandung asam lemak laurat, yaitu suatu asam lemak penting.
Minyak kelapa juga mengandung asam lemak esensial sehingga mudah untuk
mengandung asam lemak tak jenuh dan beberapa asam lemak esensial seperti
asam olet, linolet dan linolenat .Hal ini didukung oleh Ngatemin et al, (2013),
yang menyatakan bahwa virgin coconut oil atau minyak kelapa murni
mengandung asam lemak rantai sedang yang mudah dicerna dan dioksidasi oleh
kandungan antioksidan di dalam VCO pun sangat tinggi seperti tokoferol dan
betakaroten.
Minyak yang biasa digunakan untuk pakan buatan pada ikan selain minyak
kelapa adalah minyak jagung, minyak zaitun, minyak biji lobak, dan minyak biji
Menurut Syaiful et al. (2009), yang menyatakan bahwa minyak jagung atau corn
oil merupakan salah satu sumber minyak nabati yang sangat potensial khususnya
sebagai bahan oleopangan dan oleokimia. minyak nabati diperoleh dengan cara
hidrolisa minyak nabati dengan menggunakan air pada suhu sekitar 240 o C – 260 o
C dan tekanan 45 –50 bar. Minyak jagung (Corn oil) mengandung asam lemak tak
jenuh yang tinggi. Hal ini didukung oleh Dwiputra et al. (2015), yang
minyak bunga matahari, safflower, kenari dan gandum. Minyak jagung juga
memiliki kandungan omega 6 dan omega 3 yang tinggi akan tetapi apabila
disilangkan dapat menentang fungsi fiologis, akan tetapi ada kandungan positif
Kebutuhan lemak dalam pakan disesuaikan atau bergantung pada jenis, ukuran
dan lingkungan ikan. Kebutuhan lemak yang dibutuhkan berkisar antara 3-10% .
berlebihan atau kurang dapat mengakibatkan penurunan konsumsi pakan. Hal ini
didukung oleh Usman et al, (2010) yang menyatakan bahwa penggunaan lemak
dalam pakan secara maksimal yang dapat meningkatkan pertumbuhan ikan dan
terjadinya protein sparing effect, akan menurunkan biaya produksi dan buangan
perkembangan. DHA merupakan asam lemak tak jenuh yang didapatkan dari
minyak ikan. DHA merupakan komponen struktural otak. Hal ini didukung oleh
Aziza et al, (2015), yang menyatakan bahwa Dokosa heksani atacid (DHA)
adalah asam lemak tak jenuh tinggi yang disintesis dari Eicosa pentanoic acid
(EPA) yang diperoleh langsung dari minyak ikan. DHA merupakan komponen
struktural otak yang mempengaruhi kinerja otak dan sistem syaraf. Kekurangan
ikan. Kadar yang dibutuhkan disesuaikan dengan kebutuhan, stadia dan lingkungan.
Kelebihan nutrisi ini dapat menganggu dan merusak sel pada tubuh ikan. Hal ini
didukung oleh Dwiputra et al. (2015), yang menyatakan bahwa apabila ikan
mengkonsumsi minyak jagung yang terlalu banyak dapat merusak sel karena
kandungannya akan omega 3 dan omega 6 mengganggu dan tidak baik bagi EFA.
DAFTAR PUSTAKA
Aziza, I.N., I.T Maulana, E.R. Sadiyah. 2015. Perbandingan Kandungan Omega
3 dalam Minyak Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal) yang Segar
dengan Ikan Bandeng yang Dikeringkan di Pasar. Jurnal Farmasi 2(1): 539-
544. ISSN 2460-6472
Dwiputra ,D., A.N. Jagat, F.K. Wulandari, A.S. Prakarsa, D.A. Puspaningrum,
dan F. Islamiyah. 2015. Minyak Jagung Alternatif Pengganti Minyak yang
Sehat. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 4 (2): 5-6.
Ngatemin, Nurrahmana, dan J.T Isworob. 2013. Pengaruh Lama Fermentasi pada
Produksi Minyak Kelapa Murni (Virgin coconut oil) terhadap Sifat Fisik,
Kimia, dan Organoleptik. Jurnal Pangan dan Gizi, 4(8): 9-18.
Marzuqi, M. dan D.N Anjusary. 2013. Kecernaan Nutrien Pakan dengan Kadar
Protein dan Lemak Berbeda pada Juvenil Ikan Kerapu Pasir (Epinephelus
corallicola). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 5(2):311-323.
Sartika, R.A.D. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh dan Asam
Lemak Trans terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional,
2(4): 154-160.
Suastuti N. G. A. M. D.A. 2009. Kadar Air dan Bilangan Asam dari Minyak
Kelapa yang Dibuat dengan Cara Tradisional dan Fermentasi. Jurnal Kimia,
3 (2) : 69-74, ISSN: 1907-9850.