Anda di halaman 1dari 6

Nilai Luhur Sebuah Kejujuran

Penokohan
1.Dosen : Rina
2.mahasiswa asisten dosen : Dwi
3.mahasiswa 1 : Asih
2. Mahasiswa 2: Nira
3.mahasiswa 3 : Coki
4.Mahasiswa 4: Putri

Prolog: Ada Empat orang mahasiswa, mereka terkenal sebagai mahasiswa yang pemalas.
Besok adalah hari dimana kampus mengadakan ujian akhir semester. Bukannya belajar tetapi
pada malam sebelum ujian mereka malah sibuk nongkrong tidak jelas hingga larut malam.
Benar saja keesokan harinya mereka pun bangun kesiangan dan terlambat untuk mengikuti
ujian akhir semester. Mereka lantas menyusun strategi untuk kompak menyampaikan alasan
yang sama agar dosen mereka berbaik hati memberikan ujian susulan. Bagaimanakah kisah
nya kita saksikan bersama sama
Dosen: “Selamat pagi anak-anak, sesuai jadwal hari ini kita akan mengadakan UAS, silahkan
siapkan alat tulis kalian. Dwi tolong bagikan soalnya.”
Dwi: “Baik buk” (mengambil soal dan membagikannya kepada teman-teman sekelas)
Dosen: “Waktu kalian untuk mengerjakan soal adalah 45 menit, silahkan dibaca soalnya
terlebih dahulu sebelum kerjakan.”
Narator: “Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 8 :40, waktu ujian hampir selesai, dosen
pun memutuskan untuk menyuruh Rina supaya mengumpulkan lembar jawaban ujian
tersebut. “
Dosen: Karena sebentar lagi jam kuliah saya habis, Dwi tolong kamu kumpulkan lembar
jawabann ujian dan letakan di meja saya, selesai tidak selesai harus di kumpul!”

Dwi: “Baik buk.” (sambil beranjak dari tempat duduk dan mengambil lembar jawaban di
meja teman teman).
(tiba tiba Coki dan kawan2 mengetuk pintu)

Coki: (tok tok tok, sambil mengetuk pintu)Permisi Buk.”


Dosen: “Masuk.”
Coki: “Mohon maaf buk kami datang terlambat”
Dosen: “Kenapa kalian bisa terlambat?” ( menjawab dengan nada marah)
Asih: “Begini Buk, kami berempat naik angkot yang sama ketika berangkat kuliah, tiba-tiba
ditengah perjalanan salah satu ban angkotnya pecah.”
Putri: “Iya Buk jadinya kami harus menunggu hingga ban angkotnya diganti dengan ban yang
baru.”
Nira: “Oleh karena itu buk, kami mohon kebaikan hati Ibuk untuk mengizinkan kami
mengikuti ujian susulan.”
Dosen: “Baiklah karena keterlambatan kalian disebabkan oleh kejadian yang tidak terduga,
kalian saya izinkan untuk ikut ujian susulan.”
Asih: “Terima kasih buk atas kebaikan dan toleransinya.”
Nira: “kira-kira kapan buk kami bisa mengikuti ujian itu?”
Dosen: “Besok saja, karena jam kuliah saya hari ini sudah habis.”
Coki: “Sekali lagi terima kasih buk atas kebaikannya.”
Dosen: “Sama-sama, baiklah, untuk kuliah hari ini cukup dulu. Saya akhiri sekian dan terima
kasih.” “Selamat Pagi.”

Narator: Keesokan harinya, mereka pun datang ke kampus lagi untuk mengikuti ujian
susulan. Dosen meminta agar mereka mengikuti ujian susulan secara terpisah agar mereka
berempat tidak bisa menyontek. Ternyata soal untuk ujian susulan mereka hanya dua soal.
Keempat mahasiswa mengerjakan dengan tersenyum senyum karena mengira soal yang
dosen berikan pastilah mudah.
Dosen :Selamat pagi anak-anak, apakah kalian sudah siap mengikuti ujian susulan?
Asih: selamat pagi juga buk. sudah buk
Nira: “Sudah buk.”
Putri: “Sudah Buk.”
Coki: “Sudah Buk.”
Dosen : “Baiklah untuk sistem ujian susulan hari ini yaitu, kalian mengikuti ujian di tempat
yang terpisah, sebagai petunjuk, soal untuk ujian Ini hanya ada 2 soal.
Asih: Wah pasti ujiannya mudah. Apalagi soalnya cuman 2 saja, tapi teman-teman, kok aneh
ya, kenapa juga kita harus secara terpisah?
Coki: “Mungkin supaya kita tidak menyontek.”
Nira: “Untung semalam aku sudah belajar.”
Putri: “Untung saja buk dosen kemarin percaya dengan alasan kita.” ( sambil berbicara pelan
kepada Asih)
Asih: Iya
Dosen: “Dwi silahkan masuk dan tolong siapkan tempat.”
Dwi: “Baik Buk, akan saya siapkan tempat nya”
Dosen: Tolong Dwi kamu bagikan soalnya”
Dwi : “Baik buk.”( sambil membagikan soal)
Dosen: Dwi tolong kamu awasi mereka dari belakang) biar saya yg mengawasi dari depan
Dosen: bagaimana soal ujiannya, tidak sulitkan? Karena Soal ujiannya hanya ada dua, waktu
kalian untuk menjawab soal 20 menit saja. ”
Nira: “Tidak buk.”
Coki: “Tidak buk”
Asih: “Tidak buk.”
Putri: “Tidak buk.”

Narator: akhirnya mereka pun mengikuti ujian di secara terpisah, mereka berempat merasa
senang karena soal ujiannya hanya ada 2 dan pasti mudah. Soal pertama dapat mereka
kerjakan dengan lancar. Namun ketika membaca soal yang ke dua, mereka berempat pun
menjadi panik dan berkeringat dingin.
Coki” waduh kok soal yang nomer 2 kayak gini, harus jawab yg mana ni??
Asih: “kok soal nya kayak gini sih, ban angkot manakah yang pecah??”
Nira: “ klo soal nya kayak gini, bingung harus jawab yang mana?”
Putri : “ soal apaan ini? Kok tentang ban angkot yang pecah?”
Dosen: “Baiklah waktu kalian sudah habis. Dwi tolong kamu kumpulkan lembar jawaban
mereka”
Dwi: ”Baik buk” Ayo teman-teman di kumpul lembar jawabannya( sambil mengambil lembat
jawaban dari meja Nira, Asih, Coki dan Putri)
Dosen: (membacakan jawaban mahasiswa tersebut) ”Di soal yang kedua Nira menjawab A,
Asih menjawab B, Coki menjawab C, dan Putri menjawab D.”
Dosen: “Kalian ini bagaimana katanya kemarin, kalian naik angkot bersama sama, dan salah
satu ban angkotnya meletus, tetapi kok bisa jawaban kalian berbeda?” Kalau kalian mau
mengakui kebohongan kalian saya akan maafkan dan saya beri kesempatan 1x lagi.“
Nira: “Mohon maaf buk kami telah membohongi ibu, hal yang sebenarnya terjadi adalah,
kami berempat bangun kesiangan karena, di malam sebelum ujian kami nonkrong hingga
larut malam.”
Coki: “Akhirnya kami bersepakat membuat alasan tersebut.”
Putri: “Kami minta maaf buk.”
Asih: “Iya buk, kami berjanji tidak akan mengulanginya lagi.”
Dosen: “Sudah saya duga jika kalian berempat membuat alasan palsu, tapi karena kalian
sudah jujur kalian akan saya berikan satu kesempatan lagi.”
Dosen: “Dwi tolong ambil kan pot-pot bunga itu!”
Dwi: ‘Ini potnya buk”( mengambil pot dan membagikannya kepada empat mahasiswa
tersebut)
Dosen: “Di dalam pot tersebut sudah ada biji bunga yang saya tanam, Silahkan kalian rawat.
Siapa yang berhasil merawat bibit tersebut hingga tumbuh segar maka boleh mengikuti ujian
susulan Minggu depan.”
Dosen: “ Baiklah untuk perkuliahan hari ini saya cukupkan, sampai berjumpa pada minggu
depan, saya akhir. Sekian dan terima kasih. Selamat pagi.”
Nira: “Terima kasih buk. Selamat pagi buk.”
Asih: “Terima kasih buk. Selamat pagi buk.”
Coki: “Terima kasih buk. Selamat pagi buk.”
Putri: “Terima kasih buk. Selamat pagi buk.”

Narator: Tidak terasa Satu Minggu pun berlalu, mereka berempat datang kembali ke kampus,
untuk menyerahkan hasil dari tugas yang diberikan dosen kepada mereka. Bagaimanakah
kelanjutan kisahnya kita saksikan bersama-sama.
Nira: “Asih punyamu bibit bunganya sudah tumbuh belum?”
Asih: “Sudah dong, soalnya bibit tersebut sudah kasih pupuk dan kurawat baik-baik.”
Coki: kok punyaku belum tumbuh ya, padahal tiap hari sudah kusiram terus.”
Putri: “kalau punyaku sudah tumbuh, bahkan sudah tumbuh dengan segar.”
Asih: “Wah sayang sekali sepertinya kalian gagal melaksanakan tugas yang di berikan ibu
dosen.”
Putri: “lebih baik kalian pulang saja dan tidak usah mengumpulkan pot kosong tersebut.”
Coki: “Gimana Nir, apa kita pulang saja?”
Nira: Jangan Ki toh kita udah terlanjur ada di kampus?”
Coki: “Tapi kita kan udah gagal, bibit bunga kita tidak Tumbuh.”
Nira: “Tidak apa apa Ki, kita bilang saja, kalau bibit bunga yang ada di dalam pot sudah kita
rawat, tetapi bibit nya memang tidak mau tumbuh.”
Putri: “Wah sayang sekali sepertinya kalian gagal dan tidak bisa ikut ujian susulan.”
Asih: “Bener sekali Put, pasti kalian tidak merawat bibit bunga tersebut dengan baik.”
Dosen: “Selamat pagi anak-anak.”( Sambil masuk ke dalam kelas)
Nira: “Selamat pagi Buk.”
Asih: “selamat pagu Buk.”
Coki: “Selamat pagu buk.”
Putri: “Selamat pagi buk.”
Dosen : “Bagaimana dengan tugas yang saya berikan apakah sudah dilaksanakan?.”
Asih: “Sudah buk, bahkan bunganya sudah tumbuh dengan segar.”
Putri: “Punya saya juga sudah tumbuh buk.”
Dosen: “Nira, Coki, dimana pot bunga kalian?”
Coki: “Ada buk, tapi mohon maaf sebelumnya punya bunganya tidak tumbuh.”
Nira: “Punya saya juga buk. Padahal bibit tersebut sudah saya pupuk dan saya siram setiap
hari.”
Coki: “Kami pasrah saja buk, sepertinya kami sudah gagal.”
Nira: “Iya, kalau begitu kami pamit pulang saja.”
Dosen: “Tunggu, jangan pulang dulu, sebaiknya kita dengarkan dulu cerita Putri dan Asih,
kira bagaimana cara mereka merawat bibit tersebut hingga bisa tumbuh.”
Dosen: “Baiklah, karena bibit bunga yang tumbuh hanya yang punyanya Asih dan Putri,
kepada saudari Asih dan Putri Saya persilahkan untuk menceritakan bagaimana cara kalian
merawat bibit bunga tersebut??”
Asih: “Baik buk, kalau saya merawat bibit tersebut dengan sepenuh hati, tiap hari bibit itu
saya siram bahkan saya berikan pupuk yang harganya mahal.”
Putri: “kalau saya pun kurang lebih begitu.”
Dosen: “Cukup!!!)” (sambil memukul meja) (sontak seisi ruangan pun menjadi kaget dan
terdiam)
Dosen: “Saya sudah muak dengan kesaksian palsu kalian berdua. Asal kalian Tahu bibit
bunga yang ada di pot tersebut adalah bibit bunga yang sudah mati dan tidak produktif lagi.
Mustahil bisa tumbuh. Sebenarnya saya hanya menguji lagi kejujuran kalian.”
Dosen: “Untuk saudara Asih dan Putri silahkan keluar dari kelas ini dan tidak usah lagi ikut
di mata kuliah saya. Saya tidak mau punya murid yang adalah pembohong. “
Asih: “ Tapi Buk” Ini semua salah kamu Put”
Putri: “ Kok aku, ini semua kan ide kamu”
Asih: “tapi kan harusnya kamu tahu kalau bibit di pot itu tidak bisa tumbuh.”
Putri: “ ya aku kan emang gak tau”
Asih: Huhhh sebell sebell
Dosen: “ Dwi tolong kamu hantar dan bukakan pintu keluar untuk mereka!”
Dwi: “Baik buk” Makanya jadi orang itu yang jujur (sambil berbicara kepada Asih dan Putri)
Dosen: “Untuk saudari Nira dan Saudara Coki, besok kalian boleh ikut ujian susulan.
Coki: “ Terima kasih Buk”
Nira: “Terima kasih Buk”( sambil tos tangan kepada Coki)

Narator: Akhirnya Nira dan Coki mengikuti ujian susulan dan bisa melanjutkan kuliah ke
jenjang berikut nya. Sementara Asih dan Putri memutuskan untuk berhenti kuliah karena
malu, mereka membohongi dosen sebanyak dua kali dan sebanyak dua kali kebohongan
mereka terbongkar secara memalukan oleh Dosen mereka sendiri.

Epilog

Kebohongan akan menyelamatkan seseorang, tetapi hanya di awal saja, untuk seterusnya
kebohongan tersebut akan membawa ke masalah baru dan berujung kepada kehancuran.
Berbeda dengan kejujuran yang di awal terasa berat dan menyakitkan tetapi akan membawa
kepada kemujuran. Jujur tidak akan membuat hancur.

Anda mungkin juga menyukai