Anda di halaman 1dari 11

BAB II

LANDASAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Implementasi

Menurut Purwanto dan Sulistyastuti, Implementasi intinya adalah

kegiatan untuk mendistribusikan keluaran kebijakan (to deliver policy

output) yang dilakukan oleh para implementor kepada kelompok sasaran

(target group) sebagai upaya untuk mewujudkan kebijakan. Implementasi

biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap fix. Implementasi

juga bisa berarti pelaksanaan yang berasal dari kata bahasa Inggris

implement yang berarti melaksanakan.

Adapun menurut Usman (2002), penerapan (implementasi) adalah

bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu

sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang

terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

implementasi merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara

individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang

telah dirumuskan. Adapun unsur-unsur penerapan meliputi :

a. Adanya program yang dilaksanakan,


b. Adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang menjadi sasaran dan

diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut,

c. Adanya dan pelaksana, baik organisasi atau perorangan yang

bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun

pengawasan dari proses penerapan tersebut (Wahab, 1990:45).

2. Pengertian Tutor

Pengertian tutor atau arti tutor dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah orang yang memberi pelajaran (membimbing) kepada

seseorang atau sejumlah kecil peserta didik (di rumah, bukan di sekolah).

Nasution (1992:4) (dalam Abi Masiku (2003:9)) mengemukakan bahwa

tutor adalah orang yang membantu murid secara individual. Menurut

Hamalik (1991:73) (dalam Abi Masiku (2003:10)) mengemukakan bahwa

tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian

bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar peserta didik

dapat efisien dan efektif dalam belajar. Subyek atau tenaga yang

memberikan bimbingan dalam kegiatan tutorial dikenal sebagai tutor.

Tutor dapat berasal dari guru atau pengajar, pelatih, pejabat struktural, atau

bahkan peserta didik yang dipilih dan ditugaskan guru untuk membantu

teman-temannya dalam belajar di kelas.

Pencapaian keberhasilan dalam pendidikan tidak terlepas dari

peran seorang pendidik yang menjadi sumber belajar peserta didik dalam

upaya pembelajaan. Sesuai dengan PPRI NO. 17 Tahun 2010, yang


menyatakan bahwa “Pendidik merupakan tenaga kependidikan yang

berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara,

tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan

kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”.

Istilah pendidik dalam dunia pendidikan berbeda; dalam pendidikan

formal sering dikenal dengan sebutan guru, sedangkan di pendidikan

nonformal pendidik sering disebut pamong belajar atau tutor.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010

Pasal 171 ayat 2 menyatakan bahwa “Tutor sebagai pendidik profesional

memberikan bantuan belajar kepada peserta didik dalam proses

pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran tatap muka pada satuan

pendidikan jalur formal dan nonformal”. Kamil, 2007:13 menyatakan

bahwa tutor dalam pendidikan nonformal adalah orang yang pofesional

yang mempunyai kemampuan, kompetensi dan keterampilan dalam

mengelola proses pembelajaran. Tutor yang profesional memberikan

bantuan belajar kepada peserta didik dalam proses pembelajaran jarak jauh

atau pembelajaran tatap muka pada satuan pendidikan nonformal. Hal ini

berkaitan dengan pendidikan nonformal dimana tutor adalah seorang

pendidik atau guru yang bertugas pada pendidikan anak usia dini,

pendidikan kesetaraan, dan pendidikan keaksaraan. Hal ini dikarenakan

perkembangan psikologis peserta didik masih sedemikian dini, maka tugas

pendidik lebih bersifat sebagai pengasuh pamong. Peran tutor sendiri

sangatlah penting bagi pendidikan nonformal khususnya untuk pendidikan


kesetaraan karena dalam pendidikan kesetaraan dibutuhkan seorang tutor

yang profesional yang memiliki keahlian serta kompetensi yang dapat

meningkatkan mutu dari pembelajaran yang diberikan kepada peserta

didik. Kompetensi yang mutlak dikuasai seorang tutor ialah kompetensi

pedagogik, dimana kompetensi pedagogik mengajarkan tutor atau guru

untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional. Dari penejelasan di atas

dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan tutor adalah seorang

pendidik dalam pendidikan nonformal yang mempunyai peran penting

pada pendidikan nonformal, selain memberikan pembelajaran, tutor juga

menjadi seorang motivator atau pembimbing bagi peserta didiknya.

3. Metode Pembelajaran Musik

Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan, sedangkan

pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian

rupa sehingga tingkah laku peserta didik berubah kearah yang lebih baik

(Darsono, 2000: 24). Pengertian lain mengatakan bahwa metode

pembelajaran merupakan teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk

mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik saat

proses pembelajaran berlangsung, baik secara individual ataupun secara

kelompok agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami, dan dimanfaatkan

oleh peserta didik dengan baik.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud metode pembelajaran adalah cara atau jalan yang ditempuh oleh
guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga tujuan

pembelajaran dapat dicapai. Dapat juga disimpulkan bahwa metode

pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru

sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Hal ini mendorong seorang guru untuk mencari metode yang tepat dalam

penyampaian materinya agar dapat diserap dengan baik oleh peserta didik.

Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan

penggunaan metode mengajar (Darmadi: 2017).

Pemilihan metode pembelajaran sangat penting bagi pengajar dalam

menyampaikan bahan ajarnya. Hal ini berlaku pada semua bidang,

begitupun pada bidang musik. Dalam pembelajaran musik pun dibutuhkan

metode pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam menyampaikan

materi, agar peserta didik dapat memahami dengan mudah materi yang

diberikan. Pemilihan metode pembelajaran pun harus sesuai dengan hal

yang ingin dicapai dari pembelajaran yang dilakukan, sehingga tujuan

pembelajaran pun bisa tercapai secara efektif dan efisien.

Semua cabang musik memerlukan metode pembelajaran yang tepat,

termasuk piano. Dalam dunia musik sudah terdapat banyak metode untuk

pembelajaran piano. Penerapan metode dalam pembelajaran piano pun

disesuaikan dengan tahap perkembangan dan kemampuan peserta didik.

Bastable (1997) merumuskan tentang karakteristik pembelajaran yang

sesuai dengan jenjang usia. Dengan diterapkannya metode pembelajaran


yang sesuai dengan tahap perkembangan anak, maka hasil dari

pembelajarannya pun akan lebih optimal.

4. Metode Sound Tree

Metode Sound Tree merupakan salah satu metode pembelajaran


piano yang ditemukan oleh sekolah musik nonformal yang sudah terkenal
di dunia musik yaitu Kawai Music School. Kawai Music School sendiri
diciptakan oleh lembaga pembuat piano dari Jepang yaitu Kawai
Company. Kelas musik Kawai sendiri lahir pada tahun 1956. Sound Tree
mengajarkan anak-anak bermain musik dengan cara mereka masing-
masing dengan tujuan membimbing peserta didik untuk menciptakan
gambaran bunyi yang peserta didik inginkan dalam permainan musik
dengan cara mereka masing-masing. Latihan yang ada dalam Sound Tree
mengajak anak untuk aktif berinteraksi dengan piano, membentuk sebuah
gambaran cara mereka bermusik, mendorong mereka untuk berlatih dan
membantu mereka dalam menghasilkan musik dengan keindahan dan
emosi yang ingin mereka sampaikan.
Metode dalam Sound Tree mengembangkan antara kualitas dan
teknik. Metode ini bertujuan memunculkan musikalitas yang pada
dasarnya sudah ada dalam diri setiap anak dan bukan hanya membuat anak
bermain musik dengan caranya akan tetapi juga menyediakan sarana untuk
memperdalam pemahaman dan mengembangkan teknik bermusik seiring
waktu berjalan. Didalam metode Sound Tree terdapat beberapa level yaitu
level 1A, 1B, 2, Junior, 3A, 3B, 4A, 4B, 5, dan 6. Namun pada penelitian
ini, level metode Sound Tree yang akan dibahas yaitu level 1A.
a. Sound Tree 1A
Sound Tree 1A merupakan level paling awal dalam Piano
Course pada Kawai Music. Sound Tree 1A ditujukan untuk anak
mulai dari usia 4 Tahun, yang mana termasuk dalam usia
perkembangan anak. National Research Council menyatakan
bahwa:
“The fundamental insight derived from developmental
and educational psychology about child development from birth
through age 8 are enhanced by an increasingsly elegant
neuroscience defining the celebral, neural, circuit, cellular, and
molecular processes the attend early learning, cognition, and
secioemotional development.”
Hal tersebut menjelaskan efektifitas pembelajaran yang dimulai sejak usia
dini. Anak pada usia 0-8 tahun akan lebih cepat mempelajari hal baru
dibandingkan dengan anak yang sudah berada di usia remaja. Kawai
merancang metode Sound Tree 1A untuk anak mulai dari usia 4 tahun
yang masuk kedalam usia anak yang sedang berada dalam fase
mempelajari hal baru karena rasa keingintahuan yang tinggi. Bastable
(1997) menyatakan bahwa anak pada usia 3-6 tahun memiliki beberapa
karakteristik sebagai pembelajar, salah satunya yaitu belajar karena
termotivasi dari rasa keingintahuan.
Metode Sound Tree 1A menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan dengan melibatkan dukungan orang tua. Pengajar akan
mengajak orang tua untuk ikut belajar bersama, sehingga orang tua dapat
bersikap seperti teman belajar bagi anak. Dengan adanya hubungan baik
antara orang tua dan pengajar, akan menimbulkan hubungan yang baik
juga antara pengajar dan peserta didik. Peserta didik yang memiliki
kepercayaan yang tinggi terhadap pengajar cenderung mendapatkan hasil
pembelajaran yang lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang
memiliki kurangnya kepercayaan terhadap pengajar (Romero & Mitchell,
2010).

1. Pembelajaran “Sing and Play”


a. Hubungan Antara Belajar dan Bernyanyi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bernyanyi
adalah mengeluarkan suara bernada atau berlagu.
Kamtini (2005) menyatakan bahwa bernyanyi
merupakan sarana pengungkapan pikiran dan perasaan,
sebab kegiatan bernyanyi penting bagi pendidikan anak-
anak. Kegiatan bernyanyi juga membuat suasana belajar
menjadi riang dan bergairah sehingga perkembangan
anak dapat distimulasi secara lebih optimal (Fadhillah,
2012:175). Salah satu tujuan utama dari belajar musik
melalui bernyanyi adalah untuk membantu peserta didik
memahami gambaran musik secara keseluruhan. Peserta
didik tidak hanya mempelajari notasi sebuah lagu, akan
tetapi juga mempelajari elemen musik lainnya.
Lagu-lagu yang digunakan dalam bahan ajar Sound
Tree, sebagian merupakan lagu anak-anak yang
populer. Sedangkan sebagian lagu lainnya merupakan
lagu orisinil ciptaan Kawai. Pilihan lagu-lagu pada
Sound Tree disertai dengan lirik, sehingga anak bisa
menyanyikan lagu yang akan dipelajari pada piano.
Dengan demikian anak dapat lebih tertarik untuk
mempelajari lagu yang bisa dinyanyikan pada
pembelajaran piano.
b. Hubungan Antara Belajar dan Bermain
 Usia anak 0-6 tahun merupakan masa emas bagi

perkembangan anak. Untuk itu dibutuhkan cara yang

tepat agar dapat mengoptimalkannya. Salah satu cara

yang tepat adalah belajar sambil bermain. Anak usia

dini cenderung bermain sambil belajar, karena dengan

bermain anak belajar berbagai pengetahuan,

keterampilan dan berbagai persoalan lainnya. Oleh

karena itu pembinaan dan perangsangan tumbuh


kembang anak sebaiknya dilakukan dengan kegiatan

bermain agar kemampuan motoriknya berkembang

optimal. Belajar sambil bermain dapat menyenangkan

dan menghibur bagi anak-anak. Bermain bagi anak

adalah kegiatan yang serius tetapi menyenangkan.

Menurut Conny R. Semiawan seperti yang

dikutip oleh Sabil Risaldy (2014: 29) bermain adalah

aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak karena

menyenangkan, bukan karena hadiah atau pujian.

Melalui bermain, semua aspek perkembangan anak

dapat ditingkatkan. Dengan bermain secara bebas anak

dapat bereksplorasi untuk memperkuat hal-hal yang

sudah diketahui dan menemukan hal-hal baru. Oleh

karena itu, bermain bagi anak usia dini merupakan

jembatan bagi berkembangnya semua aspek.

5. Metode Sound Tree di Alunan Kawai Music School

Alunan Kawai Music School merupakan salah satu kursus musik

yang menggunakan metode Sound Tree dalam pembelajaran pianonya.

Alunan Kawai Music School telah menggunakan metode Sound Tree

selama kurang lebih 2 tahun. Alunan Kawai Music School memiliki

banyak peserta didik yang baru ingin memulai belajar piano pada usia

yang cukup muda. Kisaran umur peserta didik yang baru memulai belajar

piano di Alunan Kawai Music School adalah 4-5 tahun. Pemilik Alunan
Kawai Music School berpendapat bahwa metode Sound Tree cukup baik

digunakan sebagai metode pembelajaran yang baik untuk awal

pembelajaran piano untuk anak.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian

yang telah dilakukan oleh Maria Kristina (2012) dengan judul Penerapan

Metode Primavista Bagi Mahasiswa Praktek Instrumen Mayor (PIM) VI

Piano di Jurusan Pendidikan Seni Musik dan penelitian yang telah

dilakukan oleh Petir Lalang Bhawono (2012) dengan judul Metode

Pembelajaran Lagu Anak Pada Anak Usia Dini Di SPS Pos PAUD Se

Kecamatan Godean.

Penelitian yang dilakukan oleh Maria Kristina bertujuan untuk

mengetahui bagaimana penerapan metode primavista bagi mahasiswa

praktek instrumen mayor (PIM) VI piano di Jurusan Pendidikan Seni

Musik UNY. Penelitian ini cukup relevan untuk dijadikan referensi dalam

penulisan skripsi ini karena penelitian sama-sama memfokuskan pada

penerapan sebuah metode dalam pembelajaran piano.

Penelitian yang dilakukan oleh Petir Lalang Bhawono bertujuan

untuk mendeskripsikan penerapan metode pembelajaran lagu anak pada

anak usia dini di SPS pos PAUD se-kecamatan Godean. Penelitian ini

fokus terhadap permasalahan yang berhubungan dengan pelaksanaan

pembelajaran yang akan diterapkan pada subjek penelitian. Penelitian ini


cukup relevan untuk dijadikan referensi dalam penulisan skripsi ini karena

sama-sama memfokuskan pada penerapan sebuah metode pembelajaran

terhadap anak usia dini.

Kedua penelitian ini menggunakan metode yang sama dengan

penelitian yang dilakukan oleh penulis, yaitu metode kualitatif deskriptif.

Penulis juga menggunakan teknik pengumpulan data yang sama dengan

kedua penelitian ini, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Dari penjelasan tersebut, penulis menganggap bahwa penelitian

tentang Penerapan Metode Primavista Bagi Mahasiswa Praktek

Instrumen Mayor (PIM) VI Piano di Jurusan Pendidikan Seni Musik dan

Metode Pembelajaran Lagu Anak Pada Anak Usia Dini Di SPS Pos

PAUD Se Kecamatan Godean dianggap relevan dengan penelitian

Implementasi Tentor “Alunan Kawai Music School” Terhadap Metode

Sound Tree Dalam Pembelajaran Piano.

Anda mungkin juga menyukai