Anda di halaman 1dari 11

BAB VII

KEBIJAKAN MONETER DAN FISKAL


Kompetensi Dasar :
3.7. Mendeskripsikan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal

4.7. Mengevaluasi peran dan fungsi kebijakan moneter dan kebijakan fiskal

Salah satu yang dijadikan sebagai tolak ukur atas kemajuan satu negara atau
berkembangnya satu nengara adalah masalah ekonomi. Jika ekonominya stabil, maka dapat
dikatakan negara tersebut maju, dan jika keadaan ekonomi satu negara terpuruk, maka negara
tersebut pun belum dapat dikatakan negara maju.
Berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah telah dilakukan untuk mengendalikan
keadaan perekonomian suatu negara, baik kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal.
Kebijakan Moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke
kondisi yang diinginkan (yang lebih baik) dengan mengatur jumlah uang yang beredar.
Kebijakan fiscal adalah kebijakan pemerintah dalam bidang anggaran dan belanja negara yang
bertujuan untuk mempengaruhi jalannya perekonomian
Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal merupakan kebijakan makro ekonomi
suatu Negara dengan tujuan untuk mencapai suatu keadaan perekonomian yang ideal.
Tujuan kebijakan makro ekonomi diantaranya :
a. Tingkat kesempatan kerja (tingkat Employment) yang tinggi
b. Peningkatan kapasitas produksi nasional yang tinggi
c. Tingkat pendapatan nasional yang tinggi
d. Keadaan perekonomian yang stabil
e. Neraca pembayaran luar negeri yang seimbang
f. Distribusi pendapatan yang lebih merata
g. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi
h. Tingkat inflasi yang rendah

Sedangkan bentuk kebijakan ekonomi makro secara umum dibedakan sebagai berikut :
Kebijakan Moneter Kebijakan Fiskal
1. Kebijakan yang berhubungan dengan 1 Kebijakan yang berhubungan dengan
keuangan dan perbankan. . dan ditempuh melalui APBN.
2. Pada umumnya melalui 2 Pada umumnya melalui instrumen
pengendalian jumlah uang yang . perpajakan dan subsidi, serta
beredar dan tingkat suku bunga. anggaran.
3. Dirumuskan oleh Bank Sentral (di 3 Dirumuskan oleh Pemerintah bersama
Indonesia: Bank Indonesia). . Kementrian Keuangan.
4. Untuk Mencegah terjadinya inflasi 4 untuk mempengaruhi (merangsang,
(kenaikan harga barang secara . atau mengendalikan) Permintaan
umum) Agregat dan menstabilkan
perekonomian.
A. KEBIJAKAN MONETER

1. Pengertian kebijakan moneter


Kebijakan moneter atau politik moneter (Monetery Policy)adalah kebijakan yang meliputi
langkah-langkah pemerintah yang dilaksanakan oleh Bank Sentral (Bank Indonesia) untuk
mempengaruhi (merubah) penawaran uang dalam perekonomian atau merubah tingkat bunga,
dengan maksud untuk mempengaruhi pengeluaran agregat. Dengan kebijakan moneter ini,
pemerintah dapat mempertahankan, menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar
dalam uapaya mempertahankan kemampuan pertumbuhan ekonomi sekaligus mengendalikan
inflasi.
Kebijakan moneter yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh Pemerintah (Bank Indonesia)
dibedakan menjadi dua macam bentuk yaitu :
a. Kebijakan Moneter Ekspansif (Monetery Expansive) atau Politik Uang Longgar
(Easy Money Policy) adalah kebijakan untuk meningkatkan permintaan agregat sehingga
dapat menaikkan pendapatan nasional atau produksi nasional dan berakibat terjadi
kenaikan harga-harga (inflasi) atau kebijakan moneter ekspansif merupakan kebijakan
pemerintah untuk menambah jumlah uang yang beredar di masyarakat. Permintaan
Agregat (Aggregate Demand : AD) adalah permintaan keseluruhan dalam
perekonomian pada berbagai tingkat harga.
Permintaan agregat (AD) terdiri dari :
1) Cosumption (C) atau Konsumsi : pengeluaran konsumsi sektor rumah tangga
(permintaan masyarakat akan barang dan jasa)
2) Investment (I) atau Investasi : pengeluaran investasi sektor bisnis (permintaan
perusahaan akan barang dan jasa)
3) Government (G) atau Belanja Pemerintah : pengeluaran konsumsi pemerintah
(permintaan pemerintah akan barang dan jasa)
4) Export (X) atau Ekspor : nilai ekspor sebuah negara (permintaan oleh negara-negara
lain (sisa dunia) akan barang dan jasa dari negeri kita)
5) Import (M) atau Impor : nilai impor sebuah negara (permintaan oleh negeri kita
akan barang dan jasa dari negara-negara lain (sisa dunia)

b. Kebijakan Moneter Kontraktif (menetary contractive) atau Politik Yang Ketat


(Tight Money Policy) adalah kebijakan untuk meningkatkan penawaran agregat
sehingga dapat menambah produksi barang/jasa nasional dan berakibat terjadi
penurunan harga-harga (deflasi) atau kebijakan moneter kontraktif merupakan
kebijakan pemerintah untuk mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat.
Penawaran Agregat (Aggregate Supply : AS) adalah pendapatan nasional riil (nilai
barang dan jasa) yang akan diproduksikan/diciptakan oleh perusahaan pada berbagai
tingkat harga.
Apabila digambarkan secara bagan, akan tampak sebagai berikut.
Pemintaan
Ekspansif Peningkatan JUB
Agregat (AD)

JUB : jumlah uang Beredar


Kebijakan Moneter

Kontraktif Penawaran Penurunan JUB


Agregat (AS)

Gambar : Kebijakan Moneter Ekspansif dan Kontraktif oleh Bank Indonesia

2. Tujuan dan peran kebijakan moneter


Kebijakan Moneter yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh Bank Indonesia pada dasarnya
merupakan suatu kebijakan yang diambil oleh otoritas moneter / bank sentral dalam rangka
pengendalian besar-besaran moneter (uang beredar, uang primer, kredit, suku bunga), yang
bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas
harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca
pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang
dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran
internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu,
maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh
kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian
ditransfer pada sektor riil.
Adapun tujuan pemerintah (Bank Indonesia) menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter antara lain :
a. Menyelenggarakan dan mengatur peredaran uang.
b. Menjaga dan memelihara kestabilan nilai uang rupiah, baik untuk dalam negeri
maupun untuk lalu lintas pembayaran luar negeri
c. Memperluas, memperlancar dan mengatur lalu lintas pembayaran uang giral
d. Mencegah terjadinya inflasi (kenaikan harga barang secara umum)

Sedangkan Peran Bank Indonesia menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter


diantaranya :
a. Menjaga Stabilitas Ekonomi, artinya pertumbuhan arus barang dan jasa seimbang
dengan pertumbuhan arus barang dan jasa yang tersedia.  
b. Menjaga Kestabilan Harga, artinya Harga suatu barang merupakan hasil interaksi
antara jumlah uang yang beredar dengan jumlah uang yang tersedia di pasar.
c. Meningkatkan kesempatan kerja, artinya Pada saat perekonomian stabil pengusaha
akan mengadakan investasi untuk menambah jumlah barang dan jasa sehingga adanya
investasi akan membuka lapangan kerja baru sehingga memperluas kesempatan kerja
masyarakat.
d. Memperbaiki keseimbangan neraca perdagangan atau neraca pembayaran, dengan
jalan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor dari luar negeri yang masuk ke
dalam negeri atau sebaliknya.

3. Instrumen Kebijakan Moneter


Instrumen kebijakan moneter yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh Bank Indonesia atau
jenis kebijakan moneter, diantaranya :
a. Kebijakan Moneter Kuantitatif
Kebijakan moneter dalam rangka untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar
yang bersifat kuantitatif antara lain :
1) Discount Policy (Politik diskonto atau Fasilitas Diskonto) artinya
kebijakan untuk menaikkan atau menuruntak suku bunga bank dalam rangka
untuk memperlancar likuiditas sehari-hari.
2) Open Market Policy (Politik pasar terbuka atau operasi pasar terbuka)
artinya Kebijakan untuk memperjualbelikan surat-surat berharga oleh Bank
Indonesia di pasar uang.
3) Cash Receive Ratio Policy atau Reserve Requirement Ratio (Politik
Cadangan Kas atau Giro wajib minimum) artinya kebijakan untuk menaikan atau
menurunkan cadangan kas yang harus ada di bank-bank umum.
Jumlah uang yang beredar dapat dirumuskan sebagai berikut :
Alat likuid atau uang tunai
Jumlah uang yang beredar =
Cadangan wajib minimum

Contoh : Jika bank Indonesia menetapkan cadangan wajib minimum yang harus ditaati
oleh bank umum sebesar 12,5%, dan bank umum memiliki alat likuid sebesar Rp 400
milyar, maka Jumlah uang yang beredar adalah :

Rp 400 . 000 .000 . 000 ,00


Jumlah uang yang beredar = 12,5% = Rp 3.200.000.000.000,00

b. Kebijakan Moneter Kualitatif


Kebijakan moneter dalam rangka untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar
yang bersifat kualitatif antara lain :
1) Plafon Credit Policy (Politik Pagu kredit atau Pembatasan Kredit) artinya
kebijakan untuk mmperketat atau mempermudah dalam pembelian pinjaman
kepada masyarakat.
2) Moral Suation Policy (Politik Pembujukan Moral atau Himbauan Moral)
artinya Bank Indonesia menghimbau kepada bank-bank umum untuk
mempertimbangkan kondisi ekonomi secara makro agar arus uang dapat berjalan
dengan lancar.

4. Kebijakan Moneter sebagai salah satu Kebijakan Ekonomi Makro


Kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan makro ekonomi,
sehingga kebijakan moneter tersebut ditujukan untuk mendukung sasaran ekonomi makro. Ban
Indonesia sebagai bank sentral mempunyai otoritas moneter yang mengatur peredaran uang di
masyarakat dan mengatur alokasi uang yang beredar serta mempengaruhi tingkat bunga dalam
rangka untuk mencapai sasaran ekonomi makro seperti yang telah disebutkan di muka, yaitu :
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, Pemerataan pembangunan, Perluasan kesempatan kerja,
Pemerataan distribusi pendapatan, Kestabilan harga dan Keseimbangan neraca pembayaran
yang semakin mantap. Sasaran tersebut sedapat mungkin diusahakan untuk tercapai secara
maksimal dan serentak.
Ada beberapa pilihan atau alternatif yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam
memantapkan kebijakan moneter dalam rangka mencapai sasaran tersebut, yaitu :
1. Memilih tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan mengabaikan tingkat inflasi
dan keseimbangan neraca pembayaran
2. Memilih tingkat inflasi yang rendah dan keseimbangan neraca pembayaran dengan
mengabaikan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja
3. Menetapkan semua sasaran yang akan dicapai secara serentak, tetapi tidak satupun
sasaran dapat dicapai secara maksimal
Kebijakan moneter pada dasarnya dapat pula dibedakan antara Kebijakan Moneter
Longgar (Easy Monetery Policy) dan Kebijakan Moneter Ketat (Tight Monetery Policy).
Kebijakan Moneter Longgar pada umumnya ditempuh untuk mengatasi kelesuan ekonomi
dlam negeri, dengan penambahan jumlah uang yang beredar, sehingga pertumbuhan ekonomi
lebih tinggi, namun terjadi inflasi dan dapat menekan keseimbangan neraca pembayaran.
Kebijakan Moneter Ketat dilakukan untuk menjaga kestabilan harga dan dapat membantu
keseimbangan neraca pembayaran dengan cara mengurangi jumlah uang yang beredar, akan
tetapi dapat memperkecil pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Secara skematis kebijakan moneter sebagai salahs atu kebijakan ekonomi makro dapat
digambarkan sebagai berikut.

5. Pengaruh Kebijakan Moneter dalam Perekonomian


Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Kebijakan moneter di suatu negara sangat
terbatas operasinya, terlebih di negara-negara yang sedang berkembang. Beberapa alasan
dikemukakan untuk menjelaskan keterbatasan operasi kebijakan moneter, antara lain :
a. Sempitnya ruang lingkup pasar uang
b. Berkembangnya lembaga-lembaga keuangan non bank di negara sedang berkembang
c. Banyaknya bank-bank umum yang mempunyai kelebihan dana
d. Banyaknya bank-bank asing yang mendapatkan kemudahan serta prioritas untuk
terhindar dari kebijakan moneter
B. KEBIJAKAN FISKAL

Kebijakan fiskal meliputi langkah-langkah pemerintah untuk membuat


perubahan dalam pendapatan dan pengeluaran negara dengan maksud untuk
memengaruhi pengeluaran agregat dalam perekonomian atau memengaruhi jalannya
perekonomian. Melalui kebijakan fiskal, pemerintah dapat memengaruhi tingkat pendapatan
nasional, tingkat kesempatan kerja, ti nggi rendahnya investasi nasional, distribusi
pendapatan nasional, dan sebagainya.

1. Pengertian kebijakan fiskal


Kebijakan Fiskal atau Kebijakan Anggaran adalah kebijakan pemerintah yang
berhubungan dengan pendapatan dan pengeluaran Negara atau APBN, agar sesuai dengan
pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dan pada gilirannya akan meningkatkan penciptaan
lapangan kerja.
Kebijakan Fiskal dapat dibedakan menjadi dua macam bentuk, yaitu :
a. Kebijakan Fiskal Ekspansif adalah kebijakan pemerintah untuk menambah
pengeluaran negara sehingga meningkatkan investasi dan menciptakan suatu kegiatan
ekonomi dengan penggunaan tenaga kerja yang tinggi/penuh tanpa inflasi dan selalu
mengalami pertumbuhan yang memuaskan. Kebijakan fiskal ekspansif bertujuan untuk
meningkatkan permintaan agregat (Aggregate Demand = AD) dan ntuk menggairahkan
investasi dan produksi, sehingga perekonomian terhindar dari ancaman resesi.
b. Kebijakan Fiskal Kontraktif adalah kebijakan pemerintah untuk menambah
penerimaan negara dengan peningkatan pajak / mengefektifkan pajak atau
mengurangi pengeluaran negara sehingga inflasi dapat teratasi. Kebijakan kontraktif
bertujuan untuk mengendalikan permintaan agregat (Aggregate Demand = AD) dan
untuk mengendalikan kenaikan harga-harga, agar perekonomian terhindar dari bahaya
over-heating (kepanasan)
Apabila digambarkan secara bagan, akan tampak sebagai berikut.
Kenaikan Meningkatkan pengeluaran
Ekspansif pemerintah (G), meningkatkan
Pemintaan
pembayaran transfer (Tr) dan
Agregat (AD)
mengurangi pemungutan pajak (Tx)
Kebijakan Fiskal
Penurunan Menurunkan pengeluaran
Kontraktif Permintaan pemerintah (G), mengurangi pem-
Agregat (AD) bayaran transfer (Tr) dan mening-
katkan pemungutan pajak (Tx)

Gambar : Kebijakan Moneter Ekspansif dan Kontraktif oleh Bank Indonesia


2. Tujuan dan peran kebijakan fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam bidang anggaran dan belanja negara
yang bertujuan untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Kebijakan fiskal bukan semata‐
mata kebijakan dibidang perpajakan, akan tetapi menyangkut bagaimana mengelola
pemasukan dan pengeluaran negara untuk mempengaruhi perekonomian. Kebijakan fiskal
dilakukan pemerintah disebabkan oleh semakin diperlukannya peran pemerintah dalam
perekonomian, kegagalan kebijakan Moneter menangani ketidakstabilan ekonomi terutama
yang berhubungan dengan ketenagakerjaan (pengangguran terbuka semakin meningkat) dan
pembagian dan distribusi pendapatan sebagian besar terkonsentrasi pada kelompok tertentu
tertentu yang mendominasi perekonomian
Secara umum tujuan kebijakan Fiskal diantaranya berikut ini :
a. Mencegah pengangguran atau meningkatkan kesempatan kerja
b. Stabilitas harga atau menanggulangi inflasi
c. Untuk mendorong investasi sosial secara optimal
d. Meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidakstabilan internasional
e. Untuk meningkatkan dan meredistribusikan Pendapatan Nasional
Kebijakan fiskal dilakukan pemerintah sangat berperan dalam meningkatkan kegiatan
perekonomian. Kebijakan fiskal dilaksanakan dengan jalan memperbesar atau memperkecil
pengeluaran/konsumsi pemerintah (G), jumlah transfer pemerintah (Tr) dan jumlah pajak (Tx)
serta jumlah subsidi (Tp), sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan (Y) dan tingkat
kesempatan kerja (N)
Sedangkan pengaruh kebijakan fiskal (Kebijakan di sector riil dan kebijakan di pasar
barang) terhadap pendapatan disposable dan pendapatan Nasional, dapat diuraikan sebagai
berikut:
Pendapatan Permintaan Pendapatan
No. Kebijakan fiskal Konsumsi
Disposable Agregat Nasional
1. Kenaikan pajak (Tx) Berkurang Menurun Menurun Menurun
2. Penurunan Pajak (Tx) Bertambah Meningkat Meningkat Meningkat
3. Kenaikan Subsidi (Tp) Bertambah Meningkat Meningkat Meningkat
4. Penurunan Subsidi (Tp) Berkurang Menurun Menurun Menurun
Kenaikan belanja
5. - - Meningkat Meningkat
pemerintah (G)
Penurunan belanja
6. - - Menurun Menurun
pemerintah (G)

3. Instrumen kebijakan fiskal


Kebijakan fiskal bukan semata-mata kebijakan dibidang perpajakan, akan tetapi
menyangkut bagaimana mengelola pemasukan dan pengeluaran negara untuk mempengaruhi
perekonomian. Jenis Kebijakan fiscal diantaranya sebagai berikut :
a. Kebijakan fiskal deskresioner, menyangkut kebijakan
anggaran belanja –surplus atau defisit
Kebijakan Fiskal Diskresioner merupakan kebijakan strategis di bidang fiskal yang
mandatoris sudah melekat dan yang bersifat aktif menjadi wewenang serta tanggung
jawab dari pejabat pembuat kebijakan sebagaimana yang sudah diatur oleh undang‐
undang. (Karena melaksanakan undang‐undang, berarti sudah mendapat ijin dari DPR).
Ketika tindakan strategis yang akan diambil belum diatur / tidak menjadi
kewenangannya, maka presiden bisa membuat peraturan pemerintah pengganti
undang‐undang untuk itu. Perubahan kebijakan fiscal yang diajukan oleh presiden
(diusulkan oleh ekonom penasehat presiden) dimana tindakantindakan yang harus
diambil misalnya dalam perubahan tingkat pajak, dan dalam program pemberian
subsidi, memerlukan persetujuan dari DPR dan jika akhirnya DPR bisa menyetuji, maka
perubahan ini merupakan diskresi dari pejabat atau institusi terkait.
b. Kebijakan fiskal Penstabil Otomatik (built in stability)
berupa pajak, asuransi pengangguran dan kebijakan harga minimum
Penyeimbang otomatis adalah sebuah mekanisme yang dapat menaikkan atau
menurunkan penerimaan pajak (T) maupun belanja pemerintah (G) secara otomatis
tanpa secara khusus menetapkan kebijakan untuk menaikkan atau menurunkan T dan
G. Jadi penyeimbang otomatis adalah mekanisme yang dapat menaikkan deficit
anggaran belanja pemerintah (menurunkan surplus anggaran pemerintah) selama
kurun waktu resesi dan menaikkan surplus anggaran pemerintah (atau menurunkan
deficit anggaran pemerintah) selama periode ekspansi tanpa memerlukan tindakan
yang nyata / spesifik dari pembuat kebijakan.

Sedangkan Instrumen Kebijakan fiskal yang dapat dilakukan oleh pemerintah berkaitan
dengan kebijakan anggaran, diantaranya :
a. Pembiayaan Fungsional
b. Pengelolaan anggaran
c. Stabilisasi anggaran otomatis
d. Anggaran belanja seimbang (kebijakan anggaran belanja defisit untuk mengatasi
depresi dan pengangguran. Bila terjadi inflasi maka kebijakan anggaran surplus
dilakukan)

4. Macam-macam kebijakan fiskal


Kebijakan fiskal secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga sebagai berikut:
a. Kebijakan Fiskal Defisit atau Kebijakan Anggaran Defisit (Deficit Budget)
Kebijakan fiskal defisit adalah kebijakan fiskal dimana pengeluaran pemerintah melebihi
penerimaannya. Kebijakan fiskal defisit dilakukan oleh pemerintah disebabkan oleh
beberapa hal, diantaranya :
1) Mempercepat pertumbuhan ekonomi
2) Rendahnya daya beli masyarakat
3) Pemerataan pendapatan masyarakat
4) Melemahnya nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap valas
5) Pengeluaran akibat krisis ekonomi
6) Realisasi penerimaan yang menyimpang dari rencana
7) Pengeluaran karena inflasi

Cara mengatasi defisit anggaran diantaranya :


1) Sisi pembiayaan
a) Meminjam dari perbankan Dalam Negeri
b) Meminjam dari non-perbankan Dalam Negeri atau masyarakat dengan
menerbitkan obligasi (SBN, SUN, ORI dan sebagainya)
c) Meminjam dari lembaga Luar Negeri (Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek)
d) Meningkatkan pendapatan pajak
e) Mencetak uang
f) Privatisasi BUMN. Privatisasi adalah penjualan saham Persero, baik sebagian
maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan
nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta
memperluas pemilikan saham oleh masyarakat.
2) Sisi penerimaan
a) Mengurangi subsidi.
b) Melakukan penghematan pada pos pengeluran rutin pembangunan.
c) Menunda sebagian proyek-proyek pemerintah yang menyerap biaya besar namun
penyelesaiannya memakan waktu lama.
d) Mengurangi proyek-proyek yang tidak efektif dan efisien.

b. Kebijakan Fiskal Surplus atau Kebijakan Anggaran Surplus (Surplus Budget)


Kebijakan fiskal surplus adalah kebijakan fiskal dimana pengeluaran pemerintah lebih
kecil dari penerimaannya.
c. Kebijakan Fiskal Berimbang atau Kebijakan Anggaran Berimbang (Balanced Budget)
Kebijakan fiskal berimbang adalah kebijakan fiskal dimana pengeluaran pemerintah
sama dengan penerimaannya.

Salah satu cara mengatasi defisit anggaran seperti yang telah dijelaskan di atas adalah
melakukan pinjaman atau Utang Negara, baik pinjaman dalam negeri maupun pinjaman luar
negeri. Utang merupakan bagian dari Kebijakan Fiskal (APBN) yang menjadi bagian dari
Kebijakan Pengelolaan Ekonomi secara keseluruhan, Utang juga merupakan konsekuensi dari
pilihan mengenai postur APBN (yang mengalami defisit), dimana Pendapatan Negara lebih kecil
daripada Belanja Negara. Pembiayaan APBN melalui utang merupakan bagian dari pengelolaan
keuangan negara yang lazim dilakukan oleh suatu negara. Dan utang merupakan instrumen
utama pembiayaan APBN untuk menutup defisit APBN, dan untuk membayar kembali utang
yang jatuh tempo (debt refinancing). Refinancing dilakukan dengan terms conditions (biaya dan
risiko) utang baru yang lebih baik atau sering disebut dengan istilah "gali lubang -tutup lubang".
Perhitungan Utang Negara dalam Kebijakan fiskal dirumuskan sebagai berikut :

100%
Utang Negara = Tingkat Inflasi atau Laju Inflasi x (Defisit Nominal – Defisit
Contoh :
Jika diketahui defisit riil senilai Rp. 100 Milyar dengan tingkat inflasi sebesar 7.5% dan defisit
nominal senilai Rp. 400 Milyar, maka total hutang Negara dapat dihitung sebagai berikut.
100%
Utang Negara = Tingkat Inflasi x (Defisit Nominal – Defisit Riil)
100%
Utang Negara = 7,5% x (400 miliar – 100 miliar)
Utang negara = Rp 4 triliun

Utang bukanlah sesuatu yang buruk, ketika utang bisa dikelola dengan baik dan produktif,
bahkan oleh penganut neo klasik diakui utang (luar negeri atau eksternal) memiliki aspek
positip karena bisa menutup celah antara tabungan dengan kebutuhan investasi (saving-
investment gap), menutup celah kekurangan devisa untuk bisa membiayai pembangunan
(exchange rate gap), dan menutup celah antara pendapatan negara dengan belanja negara
(Income-revenue gap). Oleh karena itu utang harus dikelola dengan lebih baik bahkan
menetapkan strategi pengelolaan utang yang mampu menjamin keberlangungan fiscal.
Tujuan Pengelolaan Utang dalam jangka panjang adalah mengamankan kebutuhan
pembiayaan APBN melalui utang dengan biaya minimal pada tingkat risiko terkendali, sehingga
kesinambungan fiskal dapat terpelihara, dan mendukung upaya untuk menciptakan pasar Surat
Berharga Negara (SBN) yang dalam, aktif dan likuid. Dan tujuan pengelolaan utang dalam
Jangka pendek adalah memastikan tersedianya dana untuk menutup defisit dan pembayaran
kewajiban pokok utang secara tepat waktu dan efisien.
C. KEBIJAKAN CAMPURAN (MONETER DAN FISKAL)

Kebijakan Moneter dan Fiskal dapat dijalankan secara bersama-sama bila misalkan
pemerintah ingin mengurangi beban pengeluarannya, akan tetapi perekonomian tetap bisa
ekspansi dengan cara :
1. Menaikan pajak pendapatan
2. Menaikan suku bunga perbankan dengan cara menaikan suku bunga sertifikat bank central

Kebijakan Moneter dan Fiskal dapat dilakukan dengan mengurangi pengeluaran


pemerintah untuk pos-pos yang bersifat non rutin (misalnya biaya perjalan pejabat negara), bila
misalkan pemerintah berniat untuk menghambat konsumsi masyarakat terhadap barang impor
dan menggalakan ekspor dilakukan dengan cara :
1. Mempertinggi pajak impor terutama untuk jenis barang mewah
2. Menurunkan kuota impor (pembatasan barang impor) atas barang tertentu
3. Pengawasan valuta asing atau uang asing, agar tercapai kestabilan nilai mata uang
4. Memberi rangsangan ekspor (menyediakan fasilitas kredit ekspor dengan bunga sangat
rendah)
5. Melakukan kebijakan devaluasi, yakni kebijakan untuk menurunkan nilai mata uang dalam
negeri terhadap mata uang asing, dengan tujuan untuk meningkatkan ekspor dan
menambah devisa negara.

Anda mungkin juga menyukai