4.7. Mengevaluasi peran dan fungsi kebijakan moneter dan kebijakan fiskal
Salah satu yang dijadikan sebagai tolak ukur atas kemajuan satu negara atau
berkembangnya satu nengara adalah masalah ekonomi. Jika ekonominya stabil, maka dapat
dikatakan negara tersebut maju, dan jika keadaan ekonomi satu negara terpuruk, maka negara
tersebut pun belum dapat dikatakan negara maju.
Berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah telah dilakukan untuk mengendalikan
keadaan perekonomian suatu negara, baik kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal.
Kebijakan Moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke
kondisi yang diinginkan (yang lebih baik) dengan mengatur jumlah uang yang beredar.
Kebijakan fiscal adalah kebijakan pemerintah dalam bidang anggaran dan belanja negara yang
bertujuan untuk mempengaruhi jalannya perekonomian
Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal merupakan kebijakan makro ekonomi
suatu Negara dengan tujuan untuk mencapai suatu keadaan perekonomian yang ideal.
Tujuan kebijakan makro ekonomi diantaranya :
a. Tingkat kesempatan kerja (tingkat Employment) yang tinggi
b. Peningkatan kapasitas produksi nasional yang tinggi
c. Tingkat pendapatan nasional yang tinggi
d. Keadaan perekonomian yang stabil
e. Neraca pembayaran luar negeri yang seimbang
f. Distribusi pendapatan yang lebih merata
g. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi
h. Tingkat inflasi yang rendah
Sedangkan bentuk kebijakan ekonomi makro secara umum dibedakan sebagai berikut :
Kebijakan Moneter Kebijakan Fiskal
1. Kebijakan yang berhubungan dengan 1 Kebijakan yang berhubungan dengan
keuangan dan perbankan. . dan ditempuh melalui APBN.
2. Pada umumnya melalui 2 Pada umumnya melalui instrumen
pengendalian jumlah uang yang . perpajakan dan subsidi, serta
beredar dan tingkat suku bunga. anggaran.
3. Dirumuskan oleh Bank Sentral (di 3 Dirumuskan oleh Pemerintah bersama
Indonesia: Bank Indonesia). . Kementrian Keuangan.
4. Untuk Mencegah terjadinya inflasi 4 untuk mempengaruhi (merangsang,
(kenaikan harga barang secara . atau mengendalikan) Permintaan
umum) Agregat dan menstabilkan
perekonomian.
A. KEBIJAKAN MONETER
Contoh : Jika bank Indonesia menetapkan cadangan wajib minimum yang harus ditaati
oleh bank umum sebesar 12,5%, dan bank umum memiliki alat likuid sebesar Rp 400
milyar, maka Jumlah uang yang beredar adalah :
Sedangkan Instrumen Kebijakan fiskal yang dapat dilakukan oleh pemerintah berkaitan
dengan kebijakan anggaran, diantaranya :
a. Pembiayaan Fungsional
b. Pengelolaan anggaran
c. Stabilisasi anggaran otomatis
d. Anggaran belanja seimbang (kebijakan anggaran belanja defisit untuk mengatasi
depresi dan pengangguran. Bila terjadi inflasi maka kebijakan anggaran surplus
dilakukan)
Salah satu cara mengatasi defisit anggaran seperti yang telah dijelaskan di atas adalah
melakukan pinjaman atau Utang Negara, baik pinjaman dalam negeri maupun pinjaman luar
negeri. Utang merupakan bagian dari Kebijakan Fiskal (APBN) yang menjadi bagian dari
Kebijakan Pengelolaan Ekonomi secara keseluruhan, Utang juga merupakan konsekuensi dari
pilihan mengenai postur APBN (yang mengalami defisit), dimana Pendapatan Negara lebih kecil
daripada Belanja Negara. Pembiayaan APBN melalui utang merupakan bagian dari pengelolaan
keuangan negara yang lazim dilakukan oleh suatu negara. Dan utang merupakan instrumen
utama pembiayaan APBN untuk menutup defisit APBN, dan untuk membayar kembali utang
yang jatuh tempo (debt refinancing). Refinancing dilakukan dengan terms conditions (biaya dan
risiko) utang baru yang lebih baik atau sering disebut dengan istilah "gali lubang -tutup lubang".
Perhitungan Utang Negara dalam Kebijakan fiskal dirumuskan sebagai berikut :
100%
Utang Negara = Tingkat Inflasi atau Laju Inflasi x (Defisit Nominal – Defisit
Contoh :
Jika diketahui defisit riil senilai Rp. 100 Milyar dengan tingkat inflasi sebesar 7.5% dan defisit
nominal senilai Rp. 400 Milyar, maka total hutang Negara dapat dihitung sebagai berikut.
100%
Utang Negara = Tingkat Inflasi x (Defisit Nominal – Defisit Riil)
100%
Utang Negara = 7,5% x (400 miliar – 100 miliar)
Utang negara = Rp 4 triliun
Utang bukanlah sesuatu yang buruk, ketika utang bisa dikelola dengan baik dan produktif,
bahkan oleh penganut neo klasik diakui utang (luar negeri atau eksternal) memiliki aspek
positip karena bisa menutup celah antara tabungan dengan kebutuhan investasi (saving-
investment gap), menutup celah kekurangan devisa untuk bisa membiayai pembangunan
(exchange rate gap), dan menutup celah antara pendapatan negara dengan belanja negara
(Income-revenue gap). Oleh karena itu utang harus dikelola dengan lebih baik bahkan
menetapkan strategi pengelolaan utang yang mampu menjamin keberlangungan fiscal.
Tujuan Pengelolaan Utang dalam jangka panjang adalah mengamankan kebutuhan
pembiayaan APBN melalui utang dengan biaya minimal pada tingkat risiko terkendali, sehingga
kesinambungan fiskal dapat terpelihara, dan mendukung upaya untuk menciptakan pasar Surat
Berharga Negara (SBN) yang dalam, aktif dan likuid. Dan tujuan pengelolaan utang dalam
Jangka pendek adalah memastikan tersedianya dana untuk menutup defisit dan pembayaran
kewajiban pokok utang secara tepat waktu dan efisien.
C. KEBIJAKAN CAMPURAN (MONETER DAN FISKAL)
Kebijakan Moneter dan Fiskal dapat dijalankan secara bersama-sama bila misalkan
pemerintah ingin mengurangi beban pengeluarannya, akan tetapi perekonomian tetap bisa
ekspansi dengan cara :
1. Menaikan pajak pendapatan
2. Menaikan suku bunga perbankan dengan cara menaikan suku bunga sertifikat bank central