Makalah Kelompok 13 SI Revisi-Dikonversi
Makalah Kelompok 13 SI Revisi-Dikonversi
(Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi mata kuliah Studi Islam Semester 1 Kelas B)
Disusun oleh:
Kelompok 13
Kelompok : 13
Judul Materi : Aspek Pembinaan Akhlak dalam Islam
Hari/Tanggal/ Tahun Melakukan Verifikasi : 26 Oktober 2021
Tempat Melaksanakan Verifikasi Makalah : Rumah
Jam Melaksanakan Verifikasi Makalah : 11:00
Isi Sesuai
No Komponen Makalah Ada Tidak Ada Ketentuan
Dosen
1 Cover Depan
2 Lembar Lulus Verifikasi
3 Abstrak
4 Kata Pengantar
5 Daftar Isi
6 Bab I : Pendahuluan
7 a. Latar Belakang
Masalah
b. Identifikasi Masalah
c. Perumusan Masalah
d. Pembatasan Masalah
e. Tujuan Penulisan
Makalah
f. Signifikansi/Manfaat
Penulisan Makalah
g. Metode Penulisan
Makalah
h. Sistematika Penulisan
Makalah
8 Bab II : Pembahasan
Isi Materi Sesuai Judul
9 Bab III : Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran
10 Daftar Pustaka
11 Lampiran-Lampiran
12 a. Glosarium
13 b. Indeks
14 c. Singkatan
15 d. Tentang Penyusun
i
16 Daftar Petugas
Penyelenggara Presentasi
dan Diskusi
a. Moderator dan NIM
b. Operator dan NIM
c. Notulis dan NIM
d. Penanya dan NIM
e. Penanggap/Komentator
dan NIM
Ket :
Demikianlah verifikasi makalah ini saya laksanakan dengan penuh tangung jawab
dengan cara membaca makalah secara utuh, mendalam, serius, teliti dan siap memberi koreksi
sesuai petunjuk dosen, serta masukan dan mengikuti pedoman dari contoh-contoh makalah
yang sesuai yang dikirim dari dosen di group WA PJ-PJ, dan jika ditemukan masih ada
aspek/item maupun model/gaya/isi/bentuk yang masih belumsesuai, saya siap meminta
kembali kepada pemakalah untuk melengkapi terlebih lebih dahulu yang kurang /tidak ada
dalam makalah sebelum dipresentasikan.
PJ. Pemeriksa
Kelompok : 13
Judul Materi : Aspek Pembinaan Akhlak dalam Islam
Hari/Tanggal/ Tahun Melakukan Verifikasi : 26 Oktober 2021
Tempat Melaksanakan Verifikasi Makalah : Rumah
Jam Melaksanakan Verifikasi Makalah : 11:00
PJ. Pemeriksa
2. Syahrul Azka
3. Yudhistira Pratama
NIM : 1. 11210940000062
2. 11210940000068
3. 11210940000057
Semester :1
Telah benar disusun sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta telah lulus verifikasi
pemeriksaan yang ketat dan penuh ketelitian oleh PJ dan siap untuk di presentasikan
Menyetujui
4. Hamida (11210940000055)
Pembinaan akhlak sangat penting ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga,
sekolah maupun masyarakat, agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur. Sekolah
sebagai salah satu tempat pembinaan siswa, didorong untuk mempersiapkan siswa
menjadi orang-orang yang berakhlak baik. Pembinaan akhlak di sekolah dapat
dilakukan dengan cara mempersiapkan tempat bergaul anak dengan teman sebaya yang
steril dari perbuatan-perbuatan tercela. Selain itu, pembinaan akhlak dapat juga
dilakukan melalui pembelajaran akidah akhlak yang memuat materi-materi untuk
mengarahkan siswa pada sikap terpuji, dan menjauhi sikap tercela.
Puji syukur penyusun panjat kan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Makalah yang berjudul Aspek Pembinaan Akhlak dalam Islam ini dibuat untuk tugas mata
kuliah studi islam semester 1 kelas B program studi Matematika. Diucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah terlibat dan membantu dalam pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Dr. Syamsul Aripin, M.A selaku dosen pembimbing mata kuliah studi islam
2. Rekan rekan kelas 1B program matematika.
3. Anggota kelompok yang bertugas sebagai pemakalah.
Sekian ucapan terimakasih yang dapat penyusun sampaikan. Penyusun juga berharap adanya
kritik dan saran yang bersifat membangun karena makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Dengan demikian penyusun bisa lebih baik lagi dalam menyusun makalah.
Penyusun
DAFTAR ISI
Tujuan pendidikan nasional di atas, juga memiliki kaitan yang erat dengan tujuan
1
Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 tahun 2003) dan Peraturan Pelaksanaannya
(Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.
1
dan target yang diharapkan dari suatu proses belajar mengajar. Bahwa dalam proses belajar
mengajar, ada tiga aspek kemampuan yang menjadi target yaitu kemampuan aspek
pengetahuan rana ini bertujuan pada orientasi kemampuan berpikir mencangkup
kemampuan intelektual, aspek sikap, dan aspek keterampilan ini adalah kemampuan yang
menyangkut kegiatan otot dan kegiatan fisik.2
Keseimbangan antara tiga aspek yang telah disebutkan di atas, tentu menuntut
perhatian yang serius dari guru dan seluruh pihak terkait di sekolah, ataupun lembaga-
lembaga pendidikan. Siswa dibina dan di didik tidak hanya sekedar cerdas, tetapi sekaligus
memiliki kepekaan sosial, akhlak dan religius yang bagus, sehingga siswa lahir sebagai
generasi yang religius. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang bernuansa religius
tersebut, pemerintah menetapkan adanya pendidikan agama pada semua jalur pendidikan
formal, baik negeri maupun swasta. Misalnya pada mata pelajaran akidah akhlak, ditinjau
dari aspek kognitif para guru diharapkan dapat menghantarkan siswa memiliki kecerdasan
agar memahami tentang akhlak karimah, dan mereka dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Sedangkan dari aspek afektif, siswa diharapkan mampu menjadikan
ajaran agama sebagai pilihan yang paling benar dalam bertindak, sedangkan dari aspek
psikomotorik siswa diharapkan mampu berperilaku dan mengamalkan ajaran agama
sebagai pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam misi pendidikan nasional bahwa peningkatan pengamalan ajaran agama
dalam kehidupan s ehari-hari betujuan mewujudkan kualitas keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang bernuansa religius
tersebut, pemerintah menetapkan adanya pendidikan agama pada semua jalur pendidikan
formal, baik negeri maupun swasta. Adanya pendidikan agama pada semua pendidikan
formal diharapkan berfungsi membentuk mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang
memahami dan mengamalkan ajaran agama. Untuk mempersiapkan siswa yang mampu
memahami dan mengamalkan ajaran agama, maka diperlukan guru agama mampu
mengajarkan pendidikan agama dengan baik.3
2
Mardianto, Psikologi Pendidikan (Medan: Perdana Publishing, 2012), h. 93-95.
3
Undang-Undang, h. 6
2
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dalam makalah ini membatasi
pembahasan makalah hanya pada aspek pembinaan akhlak dalam islam
D. Perumusan Masalah
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk lebih mengetahui tentang aspek
pembinaan akhlak dalam islam
G. Metode Penulisan Makalah
Metode penulisan yang penyusun pilih adalah metode kajian pustaka yang berarti
mempelajari materi dengan mengumpulkan data yang bersumber dari buku dan internet.
2. BAB II Pembahasan yang terdiri dari : landasan teoritis yang dibagi kedalam
beberapa poin, yaitu: konsep pendidikan Islam, pentingnya pembinaan akhlak bagi
siswa, problematika pembinaan akhlak siswa sebagai remaja awal, peran dan tanggung
Jawab guru dalam pembinaan akhlak siswa, dan kajian terdahulu.
4
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), 117
5
Nasharuddin, Akhlak (Ciri Manusia Paripurna) (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), 207
memerlukan pertimbangan terlebih dahulu.”6 Selanjutnya kata akhlak atau khuluq
menurut Imam Al-Ghazali dalam karangannya ihya’ ulumuddin dijelaskan bahwa:
ةLLر ورويLLل فكLLة إىLLفاخللق عبارة عن هيئة يف النفس راسخة عنها تصدر األفعال بسهولة ويسر من غري حاج
نا وإنLا حسLة خلقLLك اهليئLيت تلLLفإن كانت اهليئة حبيث تصدر عنها األفعال اجلميلة احملمودة عقال وشرعا مس
مسيت اهليئة اليت هي املصدر خلقا سيئا4 كان الصادر عنها األفعال القبيحة7
Dari kutipan keterangan akhlak dalam kitab karangan Al-Ghazali di atas
selanjutnya diterjemahkan oleh Ibnu Ibrahim Ba’adillah bahwa menurut
Al-Ghazali:
Kata al-khuluqu (akhlak) menjadi suatu ibarat tentang kondisi dalam jiwa
yang menetap di dalamnya. Dari keadaan dalam jiwa itu kemudian muncul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran
maupun penelitian. Jadi, apabila aplikasi dari kondisi dimaksud muncul
perbuatan-perbuatan yang baik lagi terpuji secara akal dan syara’, maka
itu disebut sebagai akhlak yang baik. Sedangkan apabila sesuatu perbutan-
perbuatan yang mencul dari kondisi dimaksud adalah sesuatu yang
berdampak buruk, maka keadaan yang menjadi tempat munculnya
perbuatan-perbuatan itu disebut sebagai akhlak yang buruk
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah sifat yang
tertancap dalam jiwa seseorang yang nantinya akan memunculkan perbuatan-
perbuatan yang muncul secara spontan, jika yang dimunculkan adalah perbuatan
yang baik, maka disebut akhlak yang baik dan jika perbuatan yang muncul adalah
perbuatan buruk, maka disebut akhlak yang baik. Oleh karenanya yang disebut
akhlak adalah perbuatan yang secara spontan dimunculkan oleh seseorang yang
mewakili dari sifat orang tersebut.
Selanjutnya mengenai akhlak, Nasharuddin juga memberikan pendapat
dalam bukunya Akhlak (Ciri Manusia Paripurna) juga berpendapat bahwa: Akhlak
merupakan dorongan kejiwaan seseorang untuk melakukan sesuatu. Jika sesuatu
yang dilakukan sesuai dengan syariat dan akal, maka akhlak seseorang disebut
akhlak yang baik. Dan jika seseorang melakukan perbuatan yang buruk menurut
syariat dan akal, maka seseorang itu disebut berperilaku yang buruk.8
Jadi, menurut beberapa pendapat di atas mengenai akhlak dapat
6
Ali Mas’ud, Akhlak Tasawuf (Sidoarjo: CV. Dwiputra Pustaka Jaya Anggota IKAPI, 2012), 2
7
Imam Al-Ghazali, Ihya‟ „Ulumuddin Juz 3 (Mesir: Dar Al-Hadits, 2004), 53.
8
Nasharuddin, Akhlak., 207-208
disimpulkan bahwa akhlak merupakan sifat yang tertancap kuat dalam diri
seseorang, sehingga dalam perbuatan maupun perilakunya sudah mencerminkan
sikap yang sesuai tanpa harus berfikir, artinya sikap ini spontan muncul dari dalam
diri seseorang. Dalam hal ini syariat agama juga dijadikan tolok ukur dalam
menentukan suatu perbuatan dikatakan baik atau tidak, karena sebenarnya akal saja
tidak cukup untuk menilai baik dan buruknya suatu perbuatan. Oleh karenanya
dalam Islam, Allah mengutus para Rasul dan menurunkan timbangan berupa kitab
suci bersama para utusan-Nya untuk memperlakukan manusia dengan penuh
keadilan
Sedangkan yang dimaksud dengan tanpa membutuhkan pikiran dan
pertimbangan adalah seseorang yang melakukan akhlak mesti dengan gampang dan
mudah, tidak perlu berpikir dan pertimbangan, melakukannya dengan spontan dan
sengaja tanpa lalai dan diluar kesadaran.
Pendidikan karakter atau akhlak sangat diperlukan dalam mewujudkan
peserta didik memiliki prinsip-prinsip kebenaran yang saling menghargai dan kasih
sayang antara sesama. Hal ini didukung oleh pendapat dari Sabar Budi Raharjo
bahwa: Pendidikan karakter adalah suatu proses pendidikan secara holistik yang
menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik
sebagai fondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup
mandiri dan memiliki prinsip kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan.9
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam.
Hal ini sesuai dengan salah satu misi kerosulan Nabi Muhammad SAW. untuk
menyempurnakan akhlak mulia. Bahwa pada dasarnya manusia dilahirkan dalam
keadaan fitrah yang dalam hal ini termasuk fitrah berakhlak, yang kemudian
disempurnakan melalui misi kerosulan Nabi Muhammad SAW. berupa ajaran-
ajaran yang dibawa oleh Rasul.
Perhatian Islam terhadap pembinaan akhlak ini menurut Abuddin Nata
dapat dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan
daripada pembinaan fisik. Karena dari jiwa yang baik inilah akan terlahir
perbuatan-perbuatan yang baik yang selanjutnya akan mempermudah dalam
menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia, lahir
maupun batin.10
9
Sabar Budi Raharjo, “Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia”, Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan, Nomor 3 (Mei 2010), 234.
10
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Rajawali Press, 2012), 158-159.
Ahmad Tafsir melalui pendapatnya juga mengemukakan bahwa
sebenarnya pada prinsipnya pembinaan akhlak yang merupakan bagian dari
pendidikan umum di lembaga manapun harus bersifat mendasar dan menyeluruh,
sehingga mencapai sasaran yang diharapkan yakni terbentuknya pribadi manusia
menjadi insan kamil. Dengan kata lain memiliki karakteristik yang seimbang antara
aspek duniawinya dengan aspek ukhrawy.11
Sebenarnya tujuan daripada pembinaan akhlak dalam Islam sendiri adalah
untuk membentuk pribadi muslim yang bermoral baik, seperti jujur, beradab, sopan
dan tentunya juga disertai dengan keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan pembinaan akhlak adalah membangun
(membangkitkan kembali) psikis atau jiwa seseorang dengan pendekatan Agama
Islam, yang diharapkan nantinya seseorang dapat mengamalkan ajaran Agama
Islam, sehingga akan terbentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran.
11
Ahmad Tafsir, et.al., Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Mimbar Pustaka, Media Transfasi Pengetahuan,
2004), 311.
B. Metode Pembinaan Akhlak
12
Nata, Akhlak., 164.
13
Binti Maunah, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Yogyakarta: Teras, 2009), 93-94
14
Suparman Syukur, Etika Religius (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
8 2004), 262.
Oleh karena itu, metode pembiasaan sesungguhnya sangat efektif
dalam menanamkan nilai-nilai positif ke dalam diri anak didik, baik dari
segi afektif, kognitif, maupun psikomotor. Selain itu, metode pembiasaan
juga dinilai sangat efisien dalam mengubah kebiasaan negatif anak menjadi
positif. Namun demikian pembiasaan akan semakin berhasil jika dibarengi
dengan pemberian keteladanan yang baik dari mereka yang lebih dewasa.
b. Keteladanan
Keteladanan adalah hal-hal yang dapat dicontoh atau ditiru.
Maksudnya seseorang dapat mencontoh atau meniru sesuatu dari orang lain,
baik perilaku maupun ucapan. Keteladanan dijadikan sebagai alat
pendidikan islam, yaitu keteladanan yang baik sesuai dengan “uswah”
dalam ayat 21 Al-Qur’an surah al-Ahzab:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.15
d. Qishah
17
Ibid., 144.
18
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi (Bandung: Alfabeta, 2012), 96
19
QS. An-Nahl (16): 125. 10
Menurut pendapat Abdurrahman An-Nahlawi dalam bukunya
Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Agama Islam menyatakan bahwa
metode qishah merupakan metode yang efektif digunakan dalam pembinaan
akhlak, dimana seorang guru dapat menceritakan kisah-kisah terdahulu.
Dalam pendidikan Islam, cerita yang diangkat bersumber dari al-Qur’an dan
Hadist, dan juga yang berkaitan dengan aplikasi berperilaku orang muslim
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam metode qishah ini dapat menumbuhkan
kehangatan perasaan di dalam jiwa seseorang, yang kemudian memotivasi
manusia untuk mengubah perilakunya dan memperbarui tekadnya dengan
mengambil pelajaran dari kisah tersebut.20
Dalam metode cerita ini pendidik dapat mengambil beberapa kisah
dari al-Qur’an atau Hadist untuk diambil sebagai pelajaran yang dapat ditiru
maupun sebagai peringatan dalam membina akhlak mahasiswa.
e. Ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara mengajar atau menyampaikan
informasi melalui peraturan kata-kata oleh pendidik kepada peserta
didiknya. Metode ini merupakan metode tertua dan pertama dalam semua
pengajaran yang akan disampaikan. Agar semua isi ceramah dapat dicerna
dan tersimpan dalam hati si pendengar, maka dalam metode ceramah
seorang pendidik harus terlebih dahulu memperhatikan tingkat usia peserta
didik.21 Tidak diperkenankan menggunakan bahasa yang sulit dipahami
sebaliknya bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kecerdasan
peserta didik.
f. Pergaulan
Metode pergaulan dalam menumbuhkembangkan akhlak seseorang
diperlukan pergaulan antar sesama. Jika seseorang bergaul dengan orang
yang tidak baik budi pekertinya, maka seseorang itu akan dipengaruhi
kejahatan yang dilakukan dengan temannya. Dalam metode ini dapat
dipahami bahwa pergaulan sangat berpengaruh dan dapat menentukan
perilaku atau akhlak seseorang itu dikatakan baik atau tidak. Oleh
karenanya, menurut Nasharuddin dalam membina akhlak mahasiswa
memilih teman yang baik dan menjauhi teman yang buruk perangainya
20
Abdurrahman An-Nahlawi
21
Nasharuddin, Akhlak., 321. 11
sangatlah penting dan harus mendapat perhatian dari guru dan orang tua.22
g. Hukuman
Hukuman merupakan metode terburuk dalam pendidikan, namun
dalam kondisi tertentu metode ini harus digunakan. Oleh sebab itu menurut
Hery Noer Aly dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam ada beberapa hal
yang hendak digunakan dalam menggunakan metode hukuman, seperti:
a) Hukuman adalah metode kuratif, artinya tujuan metode hukuman
adalah untuk memperbaiki mahasiswa melakukan kenakalan bukan
untuk suatu balas dendam. Oleh karenanya pendidik hendaknya
tidak menjatuhi hukuman dalam keadaan marah.
b) Hukuman baru akan digunakan jika metode lain seperti nasihat dan
peringatan tidak berhasil dalam memperbaiki mahasiswa.
c) Sebelum dijatuhi hukuman hendaknya mahasiswa diberi
kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri.
d) Hukuman yang dijatuhkan hendaknya dapat dimengerti oleh
peserta didik sehingga dia sadar akan kesalahannya dan tidak
mengulanginya.
e) Hukuman psikis lebih baik daripada hukuan fisik.
f) Hukuman harus disesuaikan dengan jenis kesalahannya.
g) Hukuman harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta
didik23
C. Pembagian Akhlak
22
Ibid., 322.
23
Hery Noer Aly, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana
12 Mulia, 1999), 201-202.
Secara garis besar akhlak dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai
berikut:
a) Akhlak Terpuji (Akhlak al – karimah)
Yaitu akhlak yang senantiasa berada dalam kontrol ilahiyah yang
dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi keselamatan ummat.
Akhlak terpuji adalah semua perilaku yang dipandang baik oleh akal dan
syariat. Menurut Nasharuddin dalam bukunya Akhlak (ciri manusia
paripurna) menyatakan bahwa “berakhlak merupakan jati diri agama Islam,
tidak berakhlak dapat dikatakan tidak ber-Islam, sebagaimana yang
terungkap dalam hadist Nabi, sabdanya “Agama Islam itu adalah kebaikan
budi pekerti”.”24
Untuk menilai sesuatu itu baik atau tidak, tentunya memiliki
patokan atau indikator. Indikator utama dari perbuatan yang baik adalah
sebagai berikut: 1) Perbuatan yang diperintahkan oleh ajaran Alloh dan
Rasululloh yang termuat di dalam Al-Qur’an dan AsSunnah, 2) Perbuatan
yang mendatangkan kemaslahatan dunia dan akhirat, 3) Perbuatan yang
meningkatkan martabat kehidupan manusia di mata Alloh dan sesama
manusia, 4) Perbuatan yang menjadi bagian dari tujuan syariat islam, yaitu
memelihara agama Alloh, akal, jiwa, keturunan, dan harta kekayaan.
Akhlak terpuji dapat tercermin dalam perbuatan seperti sabar,
jujur, ikhlas, bersyukur, tawadlu’, husnudzon, optimis, suka menolong,
bekerja keras.
b) Akhlak Tercela (akhlak al-madzmumah)
Yaitu perbuatan yang dilarang syariat dilakukan dengan terencana
dan dengan kesadaran, akhlak yang tidak dalam kontrol ilahiyah, atau
berasal dari hawa nafsu yang berada dalam lingkaran syaithaniyah dan dapat
membawa suasana negatif serta dapat merusak bagi kepentingan umat
manusia.
Sedangkan indikator pada perbuatan yang buruk atau akhlak
tercela menurut Beni Ahmad Saebeni dalam bukunya Ilmu Akhlak adalah
sebagai berikut:
1) Perbuatan yang didorong oleh nafsu yang datangnya dari setan.
2) Perbuatan yang membahayakan kehidupan di dunia dan merugikan
24
Nasharuddin, Akhlak., 381 13
di akhirat.
3) Perbuatan yang menyimpang dari tujuan syariat Islam, yaitu
merusak agama, akal, jiwa, keturunan, dan harta kekayaan.
4) Perbuatan yang menjadikan permusuhan dan kebencian.
5) Perbuatan yang menimbulkan bencana bagi manusia.
6) Perbuatan yang menjadikan kebudayaan manusia menjadi penuh
dengan keserakahan, dan nafsu setan.
7) Perbuatan yang melahirkan konflik, peperangan, dendam, yang
tidak berkesudahan.25
Ruang lingkup ajaran akhlak adalah sama dengan ruang lingkup ajaran
Islam itu sendiri khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak dalam
Islam mencakup berbagai aspek, seperti paparan di bawah ini:
a) Akhlak Kepada Allah
Akhlak kepada Allah diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Allah sebagai
khalik. Menurut Abuddin Nata sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad
Alim menyebutkan beberapa alasan mengapa manusia perlu berakhlak
kepada Allah, diantaranya yaitu:
pertama, karena Allah yang menciptakan manusia.
Kedua, karena Allah telah memberikan perlengkapan panca-indra
disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna, hal ini
diberikan agar manusia mampu mengembangkan ilmu
pengetahuan. Ketiga, karena Allah telah menyediakan berbagai
bahan dan sarana sebagai keberlangsungan kehidupan manusia.
Keempat, Allah telah memuliakan manusia dengan diberikannya
kemampuan menguasai daratan dan lautan. Dan nikmat serta
25
Beni Ahmad Saebeni dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak (Bandung:
14 CV Pustaka Setia, 2010), 206.
rahmat yang tidak bisa disebutkan satu persatu.26
Sementara itu, Alim juga mengutip pendapat Quraish Shihab yang
menyatakan bahwa titik tolak akhlak kepada Allah adalah pengakuan dan
kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji,
demikian agung sifat itu sehingga jangankan manusia, malaikat pun tidak
mampu menjangkaunya. Berkenaan dengan akhlak kepada Allah
dilakukan dengan cara beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan
perintah untuk menyembah-Nya, berzikir kepada Allah, berdo’a kepada
Allah, banyak memujinya yang selanjutnya diteruskan dengan senantiasa
bertawakkal kepada-Nya, yakni menjadikan Allah sebagai satusatunya
yang menguasai diri manusia.27
b) Akhlak kepada Manusia
Dalam al-Qur’an banyak sekali rincian yang dikemukakan
berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia, seperti
laranganmelakukan hal hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan atau
mengambil harta tanpa alasan yang benar. Akhlak terhadap sesama ini dapat
juga diperinci seperti berikut:
Akhlak kepada Rosulullah
Dilakukan dengan cara mencintai Rasulullah secara tulus dengan
mengikuti semua sunnahnya, sering membaca shalawat.
Akhlak kepada orang tua
Dilakukan dengan cara berbuat baik kepada kedua orang tua
dengan ucapan dan perbuatan. Dapat dibuktikan dengan bertutur
kata yang sopan dan lemah lembut, meringankan beban orang tua,
berbuat baik kepada orang tua ini berlangsung walaupun orang tua
sudah meninggal dengan cara mendo’akan dan meminta ampunan
untuk mereka.
Akhlak kepada diri sendiri
Dilakukan dengan cara bersikap seperti sabar, syukur, tawadhu’,
optimis, melindungi diri dari sesuatu yang dapat merusak
26
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), 152.
27
Ibid., 153. 15
Dilakukan dengan cara saling membina rasa cinta dan kasih sayang
dalam kehidupan keluarga, menjaga hubungan silaturrahmi.
Akhlak kepada tetangga
Akhlak ini dilakukan dengan cara seperti saling mengunjungi,
membantu diwaktu senggang, lebih-lebih diwaktu susah, saling
memberi, menghormati, dan saling menghindarkan pertengkaran
dan permusuhan.28
Akhlak kepada Masyarakat
Akhlak kepada masyarakat dilakukan dengan cara seperti
memuliakan tamu, masuk ke rumah orang lain dengan seizin
pemilik rumah, saling mengucapkan salam jika bertemu, dan
ucapan yang dikeluarkan adalah ucapan yang baik, benar, tidak
memanggil atau menyapa dengan sebutan yang buruk, pandai
mengendalikan nafsu amarah, mendahulukan kepentingan bersama
diatas kepentingan sendiri, menghormati nilai dan norma yang
berlaku dalam masyarakat.
28
Aminuddin, et.al., Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), 153-154.
29
Nata, Akhlak Tasawuf., 151-152 16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan kesimpulan dalam penelitian ini, terkait
dengan metode pembinaan akhlak mulia di UIN Jakarta. Keberhasilan mahasiswa UIN
Jakarta dalam pembinaan akhlak mulia mahasiswanya tidak terlepas dari metode yang
digunakan dalam melakukan proses pembinaan tersebut. Sedangkan metode itu mecakup
beberapa unsur yang terkait dengannya, yaitu makna metode pembinaan akhlak mulia,
tujuan metode pembinaan akhlak mulia, macam-macam metode pembinaan akhlak mulia,
dasardasar metode pembinaan akhlak mulia, dan prinsip-prinsip metode pembinaan akhlak
mulia. Makna metode pembinaan akhlak mulia. Metode pembinaan akhlak mulia di UIN
Jakarta dapat diartikan suatu cara yang digunakan dalam pembinaan mental (kepribadian)
santri agar melahirkan perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Keberadaan
makna sangat menentukan terhadap penggunaan metode yang dipakai. Tujuan metode
pembinaan akhlak mulia. Adapun tujuan dari metode pembinaan akhlak mulia di UIN
Jakarta yaitu sebagai alat untuk mempermudah pencapaian terhadap tujuan pembiaan
mental santri agar menjadi manusian yang memiliki kepribadian yang baik (insān kāmil).
Tujuan tersebut menjadi acuan metode yang dipakai dalam proses pembinaan yang
dilakukan. Macam-macam metode pembinaan akhlak mulia. Ada empat macam metode
yang diterapkan dalam proses pembinaan akhlak mulia mahasiswa di UIN Jakarta, yaitu
metode keteladanan, pembiasaan, nasehat, dan hukuman. Kesemua metode tersebut
dilaksanakan secara terpadu dan bersamaan yang mana keberadaannya saling melengkapi
antara yang satu dengan yang lainnya.
B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini, penulis berharap makalah ini dapat dijadikan
referensi untuk makalah-makalah tahun berikutnya dan bisa membawa manfaat
bagi penyusun sendiri maupunyang membaca. Juga penyusun sangat menerima
terhadap saran serta kritikan yang bersifat membangun supaya penyusun dapat
lebih baik lagi kedepannya dalam membuat makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Sahmir, Ahmad. 2015 . Metode Pembinaan Akhlak Mulia di Pesantren “Al-Ishlah” Tajug
Indramyu Jawa Barat. Diakses pada 26 Oktober 2021 pukul 23.00 WIB dari
http://repository.upi.edu/22552/8/T_PAI_1202628_Chapter5.pdf.
Depdikbud. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Nasharuddin. 2015. Akhlak (Ciri Manusia Paripurna). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Al-Ghazali, Imam. 2004. Ihya‟ „Ulumuddin Juz 3. Mesir: Dar Al-Hadits.
Raharjo, Sabar Budi. 2010. Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak
Mulia. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan.
Nata, Abuddin. 2012. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Press.
Tafsir, Ahmad. 2004. Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Mimbar Pustaka,
Media Transfasi Pengetahuan.
Maunah, 2009. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Yogyakarta: Teras.
Syukur, Suparman. 2004. Etika Religius. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Syafri, Ulil Amri. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Qur’an. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.
Aly, Hery Noer. 1999. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Mulia.
Saebeni, Beni Ahmad dan Abdul Hamid. 2010. Ilmu Akhlak. Bandung: CV Pustaka Setia.
Alim, Muhammad. 2011. Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Aminuddin. 2014. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum. Bogor: Ghalia
Indonesia.
GLOSARIUM
A H
Afektif adalah perasaan dan emosi. Hadist adalah perkataan, perbuatan, ketetapan
Akal merupakan salah satu peralatan rohaniah dan persetujuan dari Nabi Muhammad yang
manusia yang berfungsi untuk mengingat, dijadikan landasan syariat Islam.
menyimpulkan, menganalisis dan menilai Hukuman adalah sebuah cara untuk
apakah sesuai benar atau salah. mengarahkan sebuah tingkah laku agar sesuai
Akhlak adalah yang berkaitan dengan tingkah dengan tingkah laku yang berlaku secara
laku manusia yang dilakukan dengan sengaja umum.
yang muncul dari dorongan jiwa secara Husnudzon adalah suatu sifat berprasangka
spontan. baik yang terlahir dari hati yang tentram untuk
Akhlak tercela merupakan salah satu tindakan menerima ketetapan dari Allah sehingga akan
buruk yang harus dihindari setiap manusia. dijauhkan dari perasaan-perasaan gelisah, takut,
Akhlak terpuji merupakan salah satu golongan sertacemas.
macam akhlak yang harus dimiliki setiap umat
muslim. I
Al-Qur’an adalah sebuah kitab suci utama Ikhlas adalah suatu sikap yang terlihat mudah
dalam agama Islam, yang umat Muslim percaya diucapkan, namun banyak orang yang kesulitan
bahwa kitab ini diturunkan oleh Tuhan, kepada menerapkannya dalam kehidupan.
Nabi Muhammad. Indikator adalah alat ukur, pedoman, serta
Amar ma’ruf nahi munkar adalah sebuah faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan atau
frasa dalam bahasa Arab yang berisi perintah keberhasilan.
menegakkan yang benar dan melarang yang Islam adalah salah satu agama dari kelompok
salah. agama yang diterima oleh seorang nabi yang
mengajarkan monoteisme tanpa kompromi,
C iman terhadap wahyu, iman terhadap akhir
Ceramah adalah pidato oleh seseorang di zaman, dan tanggung jawab.
hadapan banyak pendengar, mengenai suatu
hal, pengetahuan, dan sebagainya. J
Jiwa adalah bagian yang bukan jasmaniah dari
seseorang.
D Jujur adalah upaya untuk selalu menyelaraskan
Dusta adalah tidak benar atau bohong perbuatan dan perkataan.
E K
Efektif adalah sebuah usaha untuk Karakteristik adalah sifat batin yang
mendapatkan tujuan, hasil dan terget yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi
diharapkan dengan tepat waktu. pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau
Efisien adalah usaha yang mengharuskan makhluk hidup lainnya.
penyelesaian pekerjaan dengan tepat waktu, Kehendak adalah bidang pikiran yang saat
cepat dan memuaskan. disuruh memilih, dapat memilih keinginan dari
Egois merupakan motivasi untuk berbagai keputusan yang ada.
mempertahankan dan meningkatkan pandangan Keluarga adalah unit terkecil dari
yang hanya menguntungkan diri sendiri. masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang terkumpul dan serta
F orang orang yang selalu menerima kekurangan
Fitrah berasal dari akar kata f-t-r dalam bahasa dan kelebihan orang yang ada disekitarnya baik
Arab yang berarti membuka atau menguak. buruk nya anggota keluarga,tetap tidak bisa
merubah kodrat yang ada, garis besarnya yang
baik d arah kan dan yang buruk diperbaiki
tanpa harus menghakimi. O
Keteladanan adalah seseuatu yang patut Optimis adalah paham keyakinan atas segala
untuk ditiru atau baik untuk dicontoh. sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan
Khalifah adalah gelar yang diberikan untuk dan sikap selalu mempunyai harapan baik di
penerus Nabi Muhammad dalam kepemimpinan segala hal.
umat Islam. Orang tua adalah ayah dan/atau ibu seorang
Kognitif adalah semua aktivitas mental yang anak, baik melalui hubungan biologis maupun
membuat suatu individu mampu sosial.
menghubungkan, menilai, dan
mempertimbangkan suatu peristiwa, sehingga P
individu tersebut mendapatkan pengetahuan Pembiasaan merupakan proses pembentukan
setelahnya. sikap dan perilaku yang relatif menetap dan
bersifat otomatis melalui proses pembelajaran
Kondusif adalah memberi peluang pada yang berulang-ulang, baik dilakukan secara
hasil yang diinginkan yang bersifat bersama-sama ataupun sendiri-sendiri.
mendukung. Pembinaan adalah upaya yang dilaksanakan
Kufur adalah tidak percaya kepada Allah secara sadar, berencana, terarah, teratur dan
dan Rasul-Nya. bertanggung jawab dalam rangka
Kuratif merupakan usaha medis yang memperkenalkan, menumbuhkan,
dilakukan untuk menyembuhkan atau membimbing, mengembangkan pengetahuan
mengurangi rasa sakit yang diderita seseorang. dan kecakapan yang sudah ada agar lebih
berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka
L pembentukan ke arah yang lebih maju, serta
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi mendapatkan pengetahuan dan kecakapan baru
fisik yang mencakup keadaan sumber daya untuk mencapai tujuan hidup.
alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan,
serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang
maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
yang meliputi ciptaan manusia seperti berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau
keputusan bagaimana menggunakan lingkungan penelitian.
fisik tersebut. Pergaulan merupakan jalinan hubungan sosial
antara seseorang dengan orang lain yang
M berlangsung dalam jangka relatif lama sehingga
Mahasiswa adalah sebutan bagi orang yang terjadi saling mempengaruhi satu dengan
sedang menempuh pendidikan tinggi di sebuah lainnya.
perguruan tinggi yang terdiri dari sekolah Pesimis merukan sikap atau pandangan
tinggi, akademi, dan yang paling umum adalah yang tidak memiliki harapan baik atau
Universitas. mudah putus harapan.
Masyarakat adalah sekelompok makhluk
hidup yang terjalin erat karena sistem tertentu, Potensi adalah kemampuan yang memiliki
tradisi tertentu, konvensi dan hukum tertentu kemungkinan untuk dikembangkan.
yang sama, serta mengarah pada kehidupan Psikis merupakan kondisi dari mental
kolektif. seseorang.
Mau’idzah adalah memberi pelajaran Psikologis adalah kondisi yang bisa
akhlak terpuji serta memotivasi memengaruhi kehidupan sehari-hari seorang
pelaksanaannya dan menjelaskan akhlak individu.
tercela serta memperingatkannya atau Psikomotorik merupakan ranah yang
meningkatkan kebaikan dengan apa-apa berkaitan dengan kemampuan bertindak
yang melembutkan hati. setelah seseorang menerima pengalaman
Metode adalah cara atau prosedur yang belajar tertentu.
ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu.
Su’udzon berarti sikap berprasangka buruk
Q kepada orang lain bisa memicu retaknya
persaudaraan.
Qishah merupakan metode yang efektif Syariat yakni berisi hukum dan aturan Islam
digunakan dalam pembinaan akhlak, yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat
dimana seorang guru dapat menceritakan manusia, baik muslim maupun non- muslim.
kisah-kisah terdahulu.
T
R Tamak diartikan sebagai keinginan yang
Referensi adalah suatu informasi yang dapat sangat besar untuk memiliki kekayaan, barang
dijadikan sebagai rujukan atau sumber acuan atau benda bernilai abstrak, dengan maksud
untuk mempertegas suatu pernyataan yang menyimpannya untuk dirinya sendiri, jauh
disampaikan. melebihi kenyamanan dan kebutuhan dasar
Rosulullah adalah seorang rasul yang menjadi untuk hidup yang berlaku pada umumnya.
panutan kaum muslimin. Tausiyah adalah istilah umum di kalangan
umat Islam yang merujuk kepada kegiatan siar
S agama yang disampaikan secara tidak resmi,
Sabar adalah suatu sikap menahan emosi dan berbeda dengan tabliq, ceramah, orasi, atau
keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit kotbah yang lebih berkonotasi kepada pidato
dengan tidak mengeluh. serius yang dihadiri oleh ribuan bahkan puluhan
Sombong adalah tingkah laku dan sifat yang ribu jamaah.
cenderung memuji, mengagungkan,
membesarkan, dan memandang diri sendiri Tawadlu’ adalah sikap rendah hati.
sebagai makhluk yang paling di atas segala-
galanya dari makhluk lain. U
Spontan adalah melakukan sesuatu tanpa Uswah adalah pelajaran positif dan contoh
berpikir terlebih dahulu atau tanpa menuju kebaikan-kebaikan.
direncanakan terlebih dahulu.
INDEKS
A Kuratif 12
Afektif 2, 9 L
Akal 5, 6, 13, 14 Lingkungan viii, 1, 3, 8, 16
Akhlak i, iii, v, viii, x, 1, 2, 3, 4, 5, 6, M
7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17 Mahasiswa iv, 2, 3, 11, 12, 17
Akhlak tercela 10, 13, 14 Masyarakat viii, 1, 2, 16
Akhlak terpuji 1, 10, 13 Mau’idzah 10
Al-Qur’an 9, 11, 13, 15, 16 Metode i, x, 3, 4, 8, 9, 10, 11, 12, 17
Amar ma’ruf nahi munkar 10 O
C Optimis 13, 15
Ceramah 11 Orang tua 12, 14, 15
D P
Dusta 14 Pembiasaan 8, 9, 17
E Pembinaan i, iii, v, viii, x, 1, 3, 4, 5, 7,
Efektif 5, 8, 9, 11 8, 10, 11, 14, 17
Efisien 5, 9 Pendidikan ix, 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10,
Egois 14 11, 12, 15, 16
F Pergaulan 11
Fitrah 7, 9 Pesimis 14
H Potensi 1, 8, 16
Hadist 11, 13 Psikis 7, 12
Hukuman 12, 17 Psikologis 5
Husnudzon 13 Psikomotor 9
I Q
Ikhlas 13 Qishah 11
Indikator 13 R
Islam i, iii, v, viii, ix, 1, 3, 4, 6, 7, 8, 9, Referensi 17
11, 12,13, 14, 15, 16, 17 Rosulullah 15
J S
Jiwa 5, 6, 7, 8, 11, 13, 14 Sabar 13, 15
Jujur 7, 13 Sombong 14
K Spontan 6
Karakteristik 5, 7, 9 Su’udzon 14
Kehendak 5 Syariat 6, 13, 14
Keluarga viii, 1, 16 T
Keteladanan 9, 10, 17 Tamak 14
Khalifah 16 Tausiyah 10
Kognitif 2, 9 Tawadlu’ 13
Kondusif 13 U
Kufur 14 Uswah 9
SINGKATAN
Q.S : Qur'an Surat
HR : Hadist Riwayat
TENTANG PENYUSUN
Penulis bernama Yudistira Pratama, lahir di Jakarta pada tanggal 17 Mei 2002.
Penulis merupakan lulusan dari SMA Negeri 16 Jakarta. Saat ini sedang menempuh
Pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi
Matematika