Anda di halaman 1dari 3

Zakky maftukhil wafa

5211420015

Pemanfaatan Artificial Intelligence Sebagai Solusi Pengelolaan Sampah.

Isu persampahan bukanlah barang baru, sudah bertahun-tahun hal ini ada dan
menjadi permasalahan umat manusia, tetapi belum juga terselesaikan hingga kini. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini, salah satunya adalah rendahnya upaya serta
kemampuan untuk memilah sampah. Sampah yang belum dipilah akan sulit untuk diolah
dikarenakan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Hal inilah yang nantinya akan
mempersulit proses pengelolaan sampah.

Masyarakat Indonesia memproduksi sampah baru sekitar 175 ribu ton sampah setiap
hari, dapat menimbun Gelora Bung Karno setinggi tiga kali lipat.[CITATION 1 \l 1033 ] Jika
diasumsikan kita memproduksi sampah dalam jumlah yang konstan, sepuluh tahun ke
depan kita dapat menimbun sebagian Kota Jakarta, mulai dari Thamrin hingga Senayan
dengan sampah setinggi lima kali Monas atau setara dengan 640 juta ton sampah.

Jika seseorang ingin mengolah sampah, hal pertama yang harus dilakukan adalah
memisahkan antara sampah organik dan anorganik. Pada umumnya pemisahan tersebut
dilakukan menggunakan tempat sampah dengan warna berbeda. Tetapi terdapat
ketidakefisienan yang terjadi dalam upaya memilah sampah, karena sistem pembedaan
warna tempat sampah tidak memungkinkan orang untuk langsung memasukkan sampah
tanpa memisahkannya. Orang harus memisahkan antara sampah organik dan anorganik
sebelum memasukkannya ke tempat sampah. Hal ini membuat kebanyakan orang menjadi
enggan melakukannya.

Perilaku pemilahan sampah ini disurvei oleh Katadata Insight Center (KIC) terhadap 354
responden di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya pada 28 September
hingga 3 Oktober 2019. Menurut survei KIC, sebanyak 50,8 persen responden di lima kota
besar Indonesia tidak memilah sampah. Dari 50,8 persen rumah tangga yang tidak memilah
sampah, 79 persen di antaranya beralasan tidak ingin repot.[ CITATION 2 \l 1033 ]

Mayoritas sampah yang kita hasilkan akhirnya dipindahkan begitu saja ke TPA tanpa
diolah terlebih dahulu. Hal ini dibuktikan dengan riset yang dilakukan Sustainable Waste
Indonesia pada 2019, total sampah Indonesia yang didaur ulang hanya 3 persen dan
sisanya berakhir di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
Tumpukan sampah yang terus bertambah setiap harinya tidak sebanding dengan
kemampuan TPA dalam mengolah limbah. Kelajuan sampah yang datang mengalahkan
kelajuan sampah yang diproses. Butuh tenaga kerja yang banyak dan waktu yang sangat
lama untuk memilah sampah satu-satu lalu mengolahnya.

Cara termudah untuk mengatasi masalah timbunan sampah yang terus bertambah
adalah dengan mengelola sampah mulai dari sumbernya, dari rumah, pabrik, restoran, dll
sehingga jumlah sampah yang menumpuk di TPA dan harus dikelola oleh pemerintah
menjadi lebih minim. Namun, masih banyak sekali orang yang malas memilah dan
mengolah sampah, bagaimana solusinya?

Teknologi terus berkembang, mengapa tidak dimanfaatkan? Dengan mengembangkan


sebuah mesin pemilah dan pengolah sampah terotomatisasi barbasis Artificial Intelligence
(AI) dan Internet of Things (IoT), pekerjaan manusia dalam mengolah sampah akan menjadi
lebih ringan. Manusia hanya hanya bertugas mengoperasikan mesin tersebut, sisanya
dikerjakan oleh mesin. Mulai dari masuknya sampah hingga keluar lagi menjadi bahan yang
sudah dipilah dan diolah.

Pertama-tama, sampah masuk ke dalam mesin, lalu disortir menggunakan teknologi AI


dan sensor yang terpasang pada mesin. Sampah disortir menjadi dua golongan, organik dan
tidak organik. Selanjutnya pada waktu yang bersamaan sampah organik akan melalui
proses pengomposan sedangkan sampah yang tidak organik akan dicuci dan dikeringkan
sebelum diolah lebih lanjut. Setelah kering, sampah yang tidak organik akan menjalani
pemilahan tahap dua, dibagi menjadi tiga golongan, logam, plastik, dan kaca. Sampah
plastik selanjutnya akan dicacah menjadi biji plastik untuk diolah kembali. Hasil akhir dari
pengolahan sampah ini nantinya dapat dijual ke bank sampah untuk didaur ulang maupun
digunakan sendiri.

Untuk memudahkan proses pengoperasian, sistem kontrol mesin dapat diintegrasikan


dengan perangkat yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti misalnya
ponsel pintar dan laptop menggunakan konsep IoT sehingga mesin tetap bisa dioperasikan
tanpa harus datang langsung ke tempat fisik mesin berada. Seorang ayah dapat mengolah
sampah yang ada di rumahnya sembari ia bekerja di kantor, terdengar praktis dan
menyenangkan bukan?
Dengan mesin pengolah sampah terotomatisasi berbasis AI dan IoT ini, sampah dapat
diolah dengan cepat tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga dan usaha, sehingga sangat
cocok digunakan oleh orang-orang yang masih enggan memilah dan mengolah sampah.
Dengan ini juga kita dapat meringankan beban pemerintah untuk mengelola timbunan
sampah yang terus bertambah setiap harinya.

Terakhir, mengelola sampah dengan baik berarti menjaga bumi tetap layak huni, yang
berarti menjaga keberlangsungan kehidupan kita sendiri. Mari memulai, dari diri sendiri
untuk diri sendiri.

(1) https://katadata.co.id/timrisetdanpublikasi/analisisdata/5e9a57af981c1/kelola-sampah-mulai-
dari-rumah

(2) https://katadata.co.id/berita/2020/03/09/kesadaran-warga-memilah-sampah-masih-rendah

Anda mungkin juga menyukai