Anda di halaman 1dari 23

Lampiran : Surat Keputusan Kepala Puskesmas Terara Kabupaten

Lombok Timur
Nomor : 124/B10/SK/PKM- TRR/I/2018
Tanggal : 02 Januari 2018
Tentang : Jenis Pelayanan yang Disediakan Puskesmas Terara
Kabupaten Lombok Timur
Unit : Ruang Pemeriksaan Ruang KIA KB

PEDOMAN PELAYANAN RUANG KIA KB


PUSKESMAS TERARA

DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR
TAHUN 2018

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................................1
B. Tujuan.......................................................................................................................................1
C. Sasaran......................................................................................................................................1
D. Ruang Lingkup..........................................................................................................................2
E. Batasan Operasional..................................................................................................................2
BAB II STANDAR KETENAGAAN............................................................................................6
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia............................................................................................6
B. Sasaran dan Target Program......................................................................................................6
C. Jadwal Kegiatan........................................................................................................................6
D. Standar Fasilitas........................................................................................................................8
BAB III STANDAF FASILITAS..................................................................................................9
A. Denah Ruang KIA/KB..............................................................................................................9
B. Standar Fasilitas........................................................................................................................9
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN.................................................................................11
BAB V LOGISTIK........................................................................................................................19
BAB VI KESELAMATAN PASIEN............................................................................................20
BAB VII KESELAMATAN KERJA.............................................................................................21
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU...........................................................................................22
BAB IX PENUTUP.......................................................................................................................23

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa, atas segala Rahmat dan
karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan Pedoman Pelayanan KIA/KB di Puskesmas
Terara. Pedoman Pelayanan KIA/KB ini berisikan tentang bagaimana proses pelayanan
kesehatan untuk ibu dan anak. Mulai dari ketenagaan, sarana dan prasarana, proses pelayanan
KIA/KB, pemberian informasi, menjamin mutu pelayanan, keselamatan pasien, keselamatan
kerja serta pencatatan dan pelaporan di ruang KIA/KB.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh staf puskesmas Terara yang
terkait dalam terlaksananya proses pelayanan KIA/KB yang baik di Puskesmas Terara. Pedoman
pelayanan KIA/KB di Puskesmas diharapkan dapat menjadi acuan untuk memberikan pelayanan
KIA/KB yang berkualitas di Puskesmas Terara.
Kami menyadari bahwa penyusunan Pedoman pelayanan KIA/KB ini jauh dari
kesempurnaan untuk itu masukan dan evaluasi terhadap pedoman ini sangat di harapkan
sehingga kami dapat menyusun pedoman pelayanan KIA/KB yang lebih baik pada tahun yang
akan datang.

Terara , 02 Januari 2018


Kepala Puskesmas Terara

Drg.Rachmat Yuwono
NIP:197106072005101007

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat


pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran peran serta masyarakat
dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat.Melalui
program dan kegiatannya, puskesmas berperan serta mewujudkan keberhasilan
pembangunan kesehatan Indonesia. Khususnya di wilayah kerja dalam bentuk kegiatan
pokok.
Program KIA KB merupakan salah satu program pokok puskesmas yang
bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan mutu pelayanan KIA dan KB secara
efektif dan efisien
Pengertian program Kesehatan Ibu dan KB adalah upaya dibidang kesehatan
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui dan
Keluarga Berencana. Upaya pelayanan Kesehatan Ibu dan KB merupakan upaya
pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat Kesehatan Ibu dan untuk menurunkan
AKI. Kesehatan ibu dimulai sejak periode masa usia subur, kehamilan, persalinan, nifas,
meneteki.
Rencana percepatan penurunan AKI mempunyai 3 tantangan utama yaitu
walaupun akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan sudah membaik,tetapi
cakupan dan kualitas belum optimal, terbatasnya ketersediaan sumber daya strategis
untuk kesehatan ibu dan neonatal, masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat tentang kesehatan ibu.

B. Tujuan
Pedoman Pelayanan Ruangan Pemeriksaan KIA-KB Puskesmas Terara bertujuan untuk
menjadi acuan dalam memberi pelayanan kepada pasien rawat jalan, sehingga mampu
meningkatkan kepuasan pelanggan.

C. Ruang Lingkup
Pelayanan ruang pemeriksaan Ibu-Kb dibagi dalam :
1. Pemeriksaan ruang Ibu-Kb meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu
dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana.
2. Promosi kesehatan, meliputi pemberian edukasi kepada pasien dan atau keluarga
mengenai perkembangan pasien atau penyakit yang diderita, penyebabnya, cara
pengobatan, pencegahan, penularan, konsultasi bagian kesehatan lingkungan dan
ahli gizi.

4
3. Pengobatan, meliputi pengobatan pada semua pasien hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana.
4. Pembuatan surat rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat 2 atau 3
5. Pembuatan surat rujukan internal untuk tindakan selanjutnya seperti rawat inap,
konsultasi kesehatan lingkungan, maupun konsultasi ahli gizi
6. Pembuatan surat keterangan istirahat
7. Pembuatan pengantar laboratorium
8. Pendidikan dan penyuluhan kepada staf maupun siswa dan mahasiswa yang
melakukan pembelajran/ penelitian di Puskesmas Terara

5
D. Ruang Lingkup
Prosedur ini mencakup proses pelayanan ruang Ibu-KB dimulai dari penerimaan
status rekam medik, anamnesa, pemeriksaan, penatalaksanaan, form rujukan dan
pengembalian rekam medik.
1. Pelayanan ruang Ibu- KB dalam gedung :
a. Pelayanan ibu (ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui).
b. Pelayanan KB
c. Pelayanan kesehatan reproduksi.
2. Pelayanan ruang Ibu-KB luar gedung : Sesuai Rencana Pelaksanaan Kegiatan
a. Pendataan sasaran (ibu hamil, ibu bersalin, remaja, PUS dan WUS).
b. Kunjungan rumah (kunjungan ibu hamil, kunjungan nifas, kunjungan neonatal,
kunjungan kasus resti).
c. Penempelan stiker P4K.
d. Posyandu (Pemeriksaan ANC, KB).
e. Kelas ibu (ibu hamil, ibu balita).
f. Kerjasama lintas program dan lintas sektor.

E. Batasan Operasional
a. Pelayanan Ante Natal Care adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk
ibu selama kehamilan, dilaksanakan secara standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium.
b. Jam pelayanan ruang pemeriksaan Ibu-KB adalah pkl. 08.00 s/d 12.00 (senin sd
kamis), pkl. 08.00 s/d 10.30 (jumat), pkl 08.00 s/d 11.30 (sabtu) sesuai SK Kepala
Puskesmas tentang jenis dan jam buka pelayanan.
c. Jam luar pelayanan adalah waktu diluar jam pelayanan tapi masih dalam waktu kerja.
Diluar jam pelayanan, petugas melakukan kegiatan seperti doa bersama sebelum
memulai kegiatan, rapat bulanan, pengisian register dan rekam medik.
d. Pasien ruang pemeriksaan Ibu-KB adalah pasien rawat jalan dengan tidak ada tanda
gawat darurat, meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan
komplikasi kebidanan, keluarga berencana.
e. Rujukan internal adalah rujukan antar unit dalam puskesmas Terara
f. Rujukan eksternal adalah rujukan ke luar Puskesmas Terara, seperti ke rumah sakit.
Rujukan eksternal dapat dilakukan ke fasilitas kesehatan tingkat kedua atau ketiga.
Pasien yang tidak mempunyai asuransi kesehatan dapat memilih tujuan rujukan ke
fasilitas kesehatan tingkat kedua, ketiga, atau berangkat sendiri tanpa rujukan.
Rujukan hanya dilakukan untuk pasien yang tidak bisa ditangani di Puskesmas karena
kendala sumber daya manusia, fasilitas, atau peralatan. Pasien yang dirujuk harus
datang ke Puskesmas Terara kecuali dalam keadaan tertentu sesuai pertimbangan

6
dokter seperti surat keterangan dari dokter spesialis. Persyaratan dan mekanisme
rujukan diatur selanjunya dalam SOP rujukan
g. Rujukan horisontal adalah rujukan antar Puskesmas
h. Rujukan vertikal adalah rujukan dari Fasilitas kesehatan tingkat pertama ke fasilitas
kesehatan tingkat kedua atau ketiga atau sebaliknya.

F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
4. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/ Menkes /Per /III/ 2008
tentang Rekam Medis;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/ Menkes /Per /III/ 2008
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/ Menkes/ 148/ I/
2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 tentang
Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2012 tentang
Rahasia Kedokteran;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2014 tentang
Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 tentang
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktek Mandiri Dokter Gigi;

7
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
.
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Tenaga kesehatan di ruang pemeriksaan umum terdiri atas:
Penanggung jawab teknis medis : dr. Maizar Rahman
Dokter : dr. Maizar Rahman
dr. Rody Kurniawan
Bidan Pelaksana : Hasanah, Amd,keb
Bq. Enggita Linawangsari,
Amd, Keb

Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar proses, standar
pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta
mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan
dan kesehatan dirinya dalam bekerja. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja harus
memiliki Surat Ijin Praktek (SIP) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

B. Distribusi Ketenagaan dan Pengaturan Jadwal Kegiatan


Dokter setiap hari kerja bertugas di ruang pemeriksaan Ibu-KB. Dokter yang bertugas
berjumlah satu orang bergantian tiap minggunya sesuai kesepakatan. Bila dokter yang
sedang bertugas di ruang pemeriksaan mengalami kendala kehadiran, maka dokter lain
akan mengambil tugas dokter yang bersangkutan..
Perawat setiap hari kerja bertugas di ruang pemeriksaan umum. Perawat yang bertugas
berjumlah satu orang. Bila dokter berhalangan hadir, maka perawat mengambil alih tugas
dokter sesuai dengan pendelegasian wewenang. Bila perawat berhalangan hadir, maka
akan digantikan oleh perawat lain sesuai penunjukan dari penanggung jawab Upaya
Kesehatan Perorangan (PJ UKP).

BAB III

8
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang Pemeriksaan Umum

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas Sarana
Ruangan Pemeriksaan Ibu-KB merupakan ruangan dengan ruang
pemeriksaan dokter, termasuk didalamnya terdapat bed/tempat tidur pasien. Di
dalam ruangan pemeriksaan Ibu-KB terdapat satu meja untuk melakukan
pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter atau bidan termasuk pemeriksaan tanda
vital seperti pengukuran tekanan darah, suhu, nadi, dan pernafasan.
Ruangan ini memiliki lemari sebagai tempat menaruh instrumen perawatan
luka, IUD set, alat ginekology, stetoskop, dan menyimpan berkas yang berkaitan
dengan ruangan. Untuk penanganan limbah, ruangan dilengkapi dengan tempat
sampah infeksius dan non infeksius. Selain itu ada sarana komunikasi berupa
seperangkat micro phone untuk pengeras suara ketika memanggil pasien.
2. Jenis peralatan
Peralatan yang tersedia di ruang Ibu-KB untuk menunjang kegiatan
pelayanan terhadap pasien rawat jalan
a. Meubelair, terdiri dari
- Meja kerja
- Kursi kerja
- Bed pasien atau tempat tidur pemeriksaan
- Lemari arsip dan tempat peralatan
b. Perlengkapan, terdiri dari :
- Bantal
- Sarung bantal

9
- Tempat sampah tertutup yang dilengkapi dengan injakan pembuka
penutup : organik dan anorganik
c. Set pemeriksaan Ibu-KB, terdiri dari :
- Spekulum
- Doppler
- Penlight
- Tensimeter
- Stetoskop
- Termometer infrared
- Timbangan injak dewasa dan pengukur tinggi badan
- IUD set
- Implan
- Metlin
- Pita lila
d. Bahan habis pakai
- Masker wajah
- Sarung tangan non steril
- Sarung tangan steril
- Antiseptik
e. Pencatatan dan pelaporan
- Buku register harian pelayanan Ibu-KB
- Buku register rujukan internal
- Buku register rujukan eksternal
- Kertas resep
- Formulir permintaan rujukan internal
- Formulir rujukan eksternal
- Formulir surat keterangan sehat
- Formulir surat keterangan sakit
- Formulir informed consent

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

10
A. Lingkup Kegiatan
1. Pelayanan KIA dalam gedung :
a. Pelayanan ibu (ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui).
b. Pelayanan bayi dan balita (MTBM, MTBS).
c. Pelayanan KB.
d. Pelayanan kesehatan reproduksi.
2. Pelayanan KIA luar gedung :
a. Pendataan sasaran (ibu hamil, ibu bersalin, bayi, balita, remaja, PUS, WUS,
anak prasekolah).
b. Kunjungan rumah (kunjungan ibu hamil (P4K), kunjungan nifas, kunjungan
neonatal).
c. Penempelan stiker P4K.
d. Posyandu (Pemeriksaan ANC, KB).
e. Kelas ibu (ibu hamil, ibu balita).
f. Kerjasama lintas program dan lintas sektor.

B. Metode
Dalam upaya mencapai tujuan di bidang kesehatan Ibu dan Anak diperlukan
peran petugas kesehatan dan fasilitator, dimana petugas kesehatan memberikan
pelayanan dan fasilitator bertanggungjawab dalam mengkomunikasikan inovasi
dibidang kesehatan kepada masyarakat. Metode yang digunakan adalah:
1. Pendataan sasaran
2. Wawancara/anamnesa
3. Pemeriksaan
4. Penatalaksanaan kasus
5. Pencatatan dan pelaporan

C. Langkah Kegiatan
1. Kegiatan dalam gedung
a. Wawancara/anamnesa
b. Pemeriksaan
c. Penatalaksanaan kasus
d. Pencatatan dan pelaporan

D. Jenis Pelayanan Ruang Ibu-KB


 KIA
a. Pelayanan ANC
 KB
a. Pemasangan dan pencabutan IUD
b. Pemasangan dan pencabutan Implant
c. Pemberian konsling tentang alat kontrasepsi
d. Pelayanan KB Pil
e. Pelayanan KB suntik

11
f. Pelayanan alat kontrasepsi Kondom
 Bersalin dan Nifas
a. Persalinan dan Nifas normal
b. Kegawatdaruratan pada Persalinan dan Nifas
Meliputi: PEB,PER,Eklamsia,HPP(Atonia uteri, Robekan Portio)
c. Rujukan

E. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dilakukan melalui rekam medis yang disusun sedemikian rupa sehingga
memudahkan dokter mendapat informasi penting yang perlu diketahui setiap pasien
datang.

ALUR PELAYANAN

12
Pendaftaran

Laboratorium Ruang
IBU/KB

Rujuk

Konseling

Farmasi

Pulang

F. Mekanisme Rujukan

13
a. Rujukan dilakukan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat sesuai dengan sistem
rujukan
b. Rujukan berdasarkan indikasi medis
 Sistem dan cara rujukan
Rujukan ibu hamil dan neonatus yang berisiko tinggi merupakan
komponen yang penting dalam sistem pelayanan kesehatan maternal. Dengan
memahami sistem dan cara rujukan yang baik, tenaga kesehatan diharapkan
dapat memperbaiki kualitas pelayanan pasien.
 Indikasi dan kontraindikasi
Secara umum, rujukan dilakukan apabila tenaga dan perlengkapan di
suatu fasilitas kesehatan tidak mampu menatalaksana komplikasi yang
mungkin terjadi. Dalam pelayanan kesehatan maternal dan pernatal, terdapat
dua alasan untuk merujuk ibu hamil, yaitu ibu dan/atau janin yang
dikandungnya.

Berdasarkan sifatnya, rujukan ibu hamil dibedakan menjadi:


• Rujukan kegawatdaruratan
Rujukan kegawatdaruratan adalah rujukan yang dilakukan sesegera mungkin
karena berhubungan dengan kondisi kegawatdaruratan yang mendesak.
• Rujukan berencana
Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan dengan persiapan yang lebih
panjang ketika keadaan umum ibu masih relatif lebih baik, misalnya di masa
antenatal atau awal persalinan ketika didapati kemungkinan risiko komplikasi.
Karena tidak dilakukan dalam kondisi gawat darurat, rujukan ini dapat dilakukan
dengan pilihan modalitas transportasi yang lebih beragam, nyaman, dan aman bagi
pasien.
Adapun rujukan sebaiknya tidak dilakukan bila:
• Kondisi ibu tidak stabil untuk dipindahkan
• Kondisi janin tidak stabil dan terancam untuk terus memburuk
• Persalinan sudah akan terjadi
• Tidak ada tenaga kesehatan terampil yang dapat menemani
Perencanaan rujukan
 Komunikasikan rencana merujuk dengan ibu dan keluarganya, karena rujukan
harus medapatkan pesetujuan dari ibu dan/atau keluarganya. Tenaga kesehatan
perlu memberikan kesempatan, apabila situasi memungkinkan, untuk menjawab
pertimbangan dan pertanyaan ibu serta keluarganya. Beberapa hal yang
disampaikan sebaiknya meliputi:
• Diagnosis dan tindakan medis yang diperlukan
• Alasan untuk merujuk ibu
• Risiko yang dapat timbul bila rujukan tidak dilakukan
• Risiko yang dapat timbul selama rujukan dilakukan
• Waktu yang tepat untuk merujuk dan durasi yang dibutuhkan untuk merujuk
• Tujuan rujukan
• Modalitas dan cara transportasi yang digunakan

14
• Nama tenaga kesehatan yang akan menemani ibu
• Jam operasional dan nomer telepon rumah sakit/pusat layanan kesehatan yang
dituju
• Perkiraan lamanya waktu perawatan
• Perkiraan biaya dan sistem pembiayaan (termasuk dokumen kelengkapan untuk
Jampersal, Jamkesmas, atau asuransi kesehatan)
• Petunjuk arah dan cara menuju tujuan rujukan dengan menggunakan modalitas
transportasi lain
• Pilihan akomodasi untuk keluarga

Hubungi pusat layanan kesehatan yang menjadi tujuan rujukan dan sampaikan
kepada tenaga kesehatan yang akan menerima pasien hal-hal berikut ini:
• Indikasi rujukan
• Kondisi ibu dan janin
•Rencana terkait prosedur teknis rujukan (termasuk kondisi lingkungan dan cuaca
menuju tujuan rujukan)
• Kesiapan sarana dan prasarana di tujuan rujukan
• Penatalaksanaan yang sebaiknya dilakukan selama dan sebelum transportasi,
berdasarkan pengalaman-pengalaman rujukan sebelumnya
 Hal yang perlu dicatat oleh pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien
adalah:
• Nama pasien
• Nama tenaga kesehatan yang merujuk
• Indikasi rujukan
• Kondisi ibu dan janin
• Penatalaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya
• Nama dan profesi tenaga kesehatan yang mendampingi pasien
 Saat berkomunikasi lewat telepon, pastikan hal-hal tersebut telah dicatat dan
diketahui oleh tenaga kesehatan di pusat layanan kesehatan yang akan menerima
pasien.
 Lengkapi dan kirimlah berkas-berkas berikut ini (secara langsung ataupun melalui
faksimili) sesegera mungkin:
 Formulir rujukan pasien (minimal berisi identitas ibu, hasil pemeriksaan,
diagnosis kerja, terapi yang telah diberikan, tujuan rujukan, serta nama dan tanda
tangan tenaga kesehatan yang memberi pelayanan)
• Fotokopi rekam medis kunjungan antenatal
• Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan kondisi saat ini
• Hasil pemeriksaan penunjang
• Berkas-berkas lain untuk pembiayaan menggunakan jaminan kesehatan
 Bila terdapat indikasi, pasien dapat dipasang jalur intravena dengan kanul berukuran
16 atau 18.
 Mulai penatalaksanaan dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi segera setelah
berdiskusi dengan tenaga kesehatan di tujuan rujukan. Semua resusitasi, penanganan
kegawatdaruratan dilakukan sebelum memindahkan pasien.

15
 Periksa kelengkapan alat dan perlengkapan yang akan digunakan untuk merujuk,
dengan mempertimbangkan juga kemungkinan yang dapat terjadi selama transportasi.
 Selalu siap sedia untuk kemungkinan terburuk.
 Nilai kembali kondisi pasien sebelum merujuk, meliputi:
• Keadaan umum pasien
• Tanda vital (Nadi, Tekanan darah, Suhu, Pernafasan)
• Denyut jantung janin
• Presentasi
• Dilatasi serviks
• Letak janin
• Kondisi ketuban
• Kontraksi uterus: kekuatan, frekuensi, durasi
 Catat dengan jelas semua hasil pemeriksaan berikut nama tenaga kesehatan dan jam
pemeriksaan terakhir
Untuk memudahkan dan meminimalkan resiko dalam perjalanan rujukan,
keperluan untuk merujuk ibu dapat diringkas menjadi BAKSOKU (Bidan, Alat,
Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, dan Uang)

G. Perlengkapan
1. Perlengkapan Umum
• Formulir rujukan ibu (diisi lengkap, siapkan juga cadangan)
• Stetoskop
• Termometer
• Baskom muntah
• Doppler (bila tidak ada, gunakan stetoskop janin)
• Sarung tangan steril (3 pasang, berbagai ukura
• Larutan antiseptik
2. Cairan dan Obat-obatan
• 1000 ml Ringer Laktat
• Plester
• Torniket
• Masing-masing sepasang kanul intravena ukuran 16, 18, dan 20
• Spuit dan jarum
• Swab alkohol
• MgSO4 1 g/ampul
• Ca glukonas
• Oksitosin 10 unit/ml
• Ergometrin 0,2 mg/ml
• 2 ampul diazepam 10 mg/ampul
• Tablet nifedipin 10 mg
• Lidokain 2%
• Epinefrin
• Sulfas atropin
• Diazepam

16
• Cairan dan obat-obatan lain sesuai kasus yang dirujuk
3. Perlengkapan persalinan steril
• partus set
4. Perlengkapan resusitasi bayi
• set resusitasi

H. Komunikasi dan Konseling


Dalam berkomunikasi dengan ibu, tenaga kesehatan perlu memegang prinsip-prinsip
berikut ini:
 Buat ibu merasa nyaman dan diterima dengan baik.
 Bersikap ramah, senantiasa menghargai, dan tidak menghakimi.
 Gunakan bahasa yang mudah dimengerti dan sederhana.
 Setiap kali hendak melakukan pemeriksaan atau prosedur/tindakan klinis, minta
persetujuan dari ibu dan jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
 Rangkum informasi-informasi yang penting termasuk informasi mengenai hasil
pemeriksaan laboratorium rutin dan pengobatan.
 Pastikan ibu mengerti tanda-tanda bahaya/kegawatdaruratan, instruksi
pengobatan, dan kapan ia harus kembali berobat atau memeriksakan diri. Minta
ibu mengulangi informasi tersebut, atau mendemonstrasikan instruksi pengobatan.
 Lakukan konseling, anamnesis, maupun pemeriksaan di ruang yang pribadi dan
tertutup dari pandangan orang lain.
 Pastikan bahwa ketika berbicara mengenai hal yang sensitif/pribadi, tidak ada
orang lain yang dapat mendengar pembicaraan tersebut.
 Minta persetujuan ibu sebelum berbicara dengan keluarganya.
 Jangan membahas rahasia ibu dengan rekan kerja ataupun pihak lain.
 Pastikan semua catatan sudah dilengkapi dan tersimpan dengan rapi serta terjaga
kerahasiaannya.
 Batasi akses ke dokumen-dokumen yang memuat informasi terkait ibu hanya
kepada tenaga kesehatan yang berkepentingan.
Seringkali informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan tidak diterapkan
atau digunakan oleh ibu karena tidak dimengerti atau tidak sesuai dengan kondisi
ataupun kebutuhan mereka. Hal ini dapat terjadi karena komunikasi yang terjadi
antara tenaga kesehatan dan ibu terjadi hanya satu arah sehingga ibu tidak
mendapatkan dukungan yang cukup untuk menerapkan informasi tersebut.
Konseling merupakan proses interaktif antara tenaga kesehatan dan ibu serta
keluarganya. Selama proses tersebut, tenaga kesehatan mendorong ibu untuk saling
bertukar informasi dan memberikan dukungan dalam perencanaan atau pengambilan
keputusan serta tindakan yang dapat meningkatkan kesehatan ibu.

I. Langkah-Langkah Konseling
1. Ajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengerti situasi ibu dan latar belakangnya.
Lakukan klarifikasi bila diperlukan dan jangan menghakimi.

17
2. Identifikasi kebutuhan ibu, masalah ibu, dan informasi yang belum diketahui ibu.
Pelajari setiap masalah yang ada serta dampaknya terhadap berbagai pihak (ibu,
suami, keluarga, komunitas, tenaga kesehatan, dan sebagainya).
3. Tanyakan pendapat ibu mengenai solusi alternatif apa yang dapat dilakukan untuk
meyelesaikan masalah yang ia hadapi.
4. Identifikasi kebutuhan ibu terhadap informasi, sumber daya, atau dukungan lain
untuk memecahkan masalahnya.
5. Susun prioritas solusi dengan membahas keuntungan dan kerugian dari berbagai
alternatif pemecahan masalah bersama ibu.
6. Minta ibu untuk menentukan solusi apa yang paling memungkinkan untuk
mengatasi masalahnya.
7. Buatlah rencana tindak lanjut bersama.
8. Evaluasi pelaksanaan rencana tindak lanjut tersebut pada pertemuan konseling
berikutnya.

18
BAB V
LOGISTIK

Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang pelaksanannya


dilakukan oleh semua petugas penanggungjawab program kemudian diajukan sesuai dengan
alur yang berlaku di masing-masing organisasi.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan Program Kesehatan Ibu dan
Anak direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor sesuai
dengan tahapan kegiatan dan metoda pemberdayaan yang akan dilaksanakan.
 Kegiatan di dalam gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana antara lain :
 Meja, Kursi
 Alat tulis
 Buku catatan Kegiatan
 Leaflet
 buku panduan
 komputer
 Kegiatan di luar gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana yang meliputi :
 Tensimeter
 Stetoskop
 Timbangan
 Leaflet
 Buku catatan kegiatan
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator Program KIA berkoordinasi
dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini lokakarya Puskesmas
untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh koordinator program KIA berkoordinasi dengan
bendahara puskesmas dan dibahas dalam kegiatan mini lokakarya puskesmas untuk
selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan ( POA – Plan Of Action ).

19
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak, baik
resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang terjadi
pada petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus diperhatikan
karena masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu kegiatan saja melainkan menjadi sasaran
banyak program kesehatan lainnya. Tahapan – tahapan dalam mengelola keselamatan sasaran
antara lain:
a. Identifikasi Resiko.
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus mengidentifikasi
resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan.Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan dimulai sejak
membuat perencanaan.Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang
ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus
dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
b. Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak dari
pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk
menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko yang terjadi.
Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah menentukan
rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau dampak yang
mungkin terjadi.Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan resiko yang
mungkin terjadi.
c. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan.Hal ini
perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi resiko atau
dampak yang terjadi.
d. Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang
berjalan.

20
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering disebut
Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah petugas dan hasil
kegiatannya.Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan
atau kegiatan yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang
aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan serta penurunan
kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan,bagi petugas pelaksana dan petugas
terkait.Keselamatan kerja disini lebih terkait pada perlindungan fisik petugas terhadap resiko
pekerjaan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja,
agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan
sekitarnya.
Seiring dengan kemajuan Ilmu dan tekhnologi, khususnya sarana dan prasarana
kesehatan, maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin meningkat. Petugas
kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap masalah kesehatan, untuk
itu`semua petugas kesehatan harus mendapat pelatihan tentang kebersihan, epidemiologi dan
desinfeksi.Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan kondisi
tubuh yang sehat. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan dengan cara yang benar,
mengelola limbah infeksius dengan benar dan harus menggunakan alat pelindung diri yang
benar.

21
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur
dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan aktifitas
pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk menjaga agar
kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan keluaran yang
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai
berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang
ditemukan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.

22
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan kesehatan Ibu dan KB ini dibuat untuk memberikan petunjuk
dalam pelaksanaan kegiatan kesehatan Ibu dan KB di Puskesmas Terara, penyusunan
pedoman disesuaikan dengan kondisi riil yang ada di puskesmas, tentu saja masih
memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan pedoman yang berlaku secara nasional.
Perubahan perbaikan, kesempurnaan masih diperlukan sesuai dengan kebijakan, kesepakatan
yang menuju pada hasil yang optimal.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan Ibu dan Anak di puskesmas agar tidak terjadi penyimpangan atau pengurangan
dari kebijakan yang telah ditentukan.

23

Anda mungkin juga menyukai