Anda di halaman 1dari 9

1.

PENDAHULUAN

Evaluasi mengenai alternatif penggunaan modal (capital) dalam proyek


keteknikan (engineering) dan dagang (business) merupakan salah satu tujuan ini.
Fenomena yang menonjol dari industrialisasi adalah meluasnya peranan manager
dalam keteknikan dan dagang untuk memanfaatkan modal secara efisien, efektif dan
berlipat ganda dalam usaha memenuhi keperluan dan keinginan manusia. Karena itu
modal dalam bentuk uang, baik untuk manusia, mesin maupun material adalah suatu
kebutuhan ekonomi dalam semua proyek keteknikan (engineering) dan dagang.

Bidang keteknikan memainkan peranan yang unik dan penting dalam


menciptakan konsep-konsep yang berkenaan dengan proyek atau usaha baru yang
memerlukan pembiayaan modal untuk menciptakan perangkat keras (hardware)
sampai tahap operasional. Modal yang digunakan untuk pembiayaan usaha
engineering dan dagang dapat diklasifikasikan dalam dua kategori dasar, yaitu equity
capital dan debt capital. Equity capital adalah modal yang dimiliki oleh pemakai
modal tersebut atau mereka yang memiliki usaha itu, sedangkan debt capital adalah
modal yang diperoleh dari pinjaman dan pemilik modal menerima bunga.

Gambar 1. Posisi lingkup kajian Ekonomi Teknik

1.1 Tujuan Penelitian

1. Menentukan kelayakan suatu investasi bisnis yang akan dibangun


2. Menghitung biaya penggunaan mesin, pekerja dan alat-alat
3. Membantu membuat keputusan rekayasa dengan membuat neraca
pengeluaran dan pendapatan
2. TINJAUAN PUSTAKA

Ekonomi teknik berkaitan erat dengan proses pengambilan keputusan


(decission making). Di dalam ekonomi teknik terdapat beberapa prinsip yang
digunakan dalam menganalisis suatu pengambilan keputusan yang meliputi perlunya
mengembangkan berbagai alternatif penyelesaian masalah, mendasari perhitungan
pada perbedaan yang ada di antara berbagai alternatif dan dengan menggunakan
sudut pandang yang konsisten. Di samping itu perlu pula menggunakan suatu ukuran
yang umum untuk semua alternatif diikuti dengan penerapan kriteria yang relevan.

Di dalam proses pengambilan keputusan perlu pula dihindari adanya


ketidakjelasan dari berbagai hal yang akan berpotensi mengganggu pelaksanaan
keputusan, serta perlu upaya-upaya untuk melakukan evaluasi secara berkala
pelaksanaan keputusan yang telah ditetapkan.

3. ANALISIS BIAYA

Keberhasilan ekonomi dari suatu usaha penerapan teknologi budidaya dan


penanganan hasil pertanian tergantung terutama pada perbedaan antara biaya
produksi dan pendapatan. Selanjutnya perbedaan tersebut tergantung pada
kemampuan integral dari masing-masing komponen peralatan yang digunakan.
Pengetahuan tentang prinsipnya dan prosedur dasar yang berkaitan dengan unit
operasi akan membantu dalam estimasi biaya suatu pengolahan pangan. Mesin yang
memiliki efisiensi energi yang sangat tinggi belum tentu sangat memuaskan secara
ekonomi. Peningkatan volume udara dalam suatu proses penanganan hasil pertanian
dengan menggunakan kipas berukuran lebih besar akan memberikan kemampuan
pengolahan yang lebih besar akan tetapi tambahan biaya karena penggunaan kipas ini
mungkin tidak seimbang dengan nilai produk yang dihasilkan.

Mesin otomatik dengan harga tinggi mungkin akan menurunkan biaya


produksi akibat pengurangan tenaga kerja. Mutu produk dapat dihasilkan dengan
peralatan sortasi yang baru akan tetapi kenaikan biaya produksi mungkin lebih besar
dari pada kenaikan nilai produk pada struktur harga yang berlaku. Dalam menilai
kelayakan suatu kegiatan ekonomi yang mula-mula diperlukan adalah kemampuan
untuk memperkirakan arus kas (cash flow) dari kegiatan ekonomi tersebut. Semakin
akurat perkiraan yang dilakukan maka semakin akurat pula hasil analisis yang
diperoleh. Perkiraan arus kas ini meliputi arus kas berupa manfaat atau penerimaan
(inflow) dan arus kas biaya atau pengeluaran (outflow). Jadi, arus kas menjadi bagian
terpenting yang harus diperhatikan oleh Pihak manajemen, investor, konsultan dan
stakeholder lainnya untuk memperhitungkan kelayakan berdasarkan kriteria
kelayakan investasi yang ada.
Pada bagian berikut ini diuraikan menyangkut komponen-komponen
arus kas dari suatu investasi yang akan dianalisis kelayakannya dengan ekonomi
teknik menggunakan 5 metode.

4. METODA DASAR ANALISIS EKONOMI

Semua studi ekonomi tentang penggunaan modal dalam suatu proyek selalu
memperhitungkan pengembalian modal, walaupun tidak semua keputusan ekonomi
didasarkan pada kecepatan pengembalian (rate of return). Telah diketahui bahwa pola
investasi modal, arus penerimaan dan arus biaya berbeda-beda dalam berbagai
macam proyek sehingga tidak ada suatu metoda yang ideal untuk dapat dipakai dalam
rangka analisis ekonomi berbagai variasi di atas.

Variasi pola investasi, arus biaya dan arus penerimaan dapat digambarkan
dalam empat kondisi yang umum terjadi yaitu :
1. Investasi modal berlangsung hanya satu kali dan dilakukan pada awal tahun
yang diikuti oleh arus biaya dan penerimaan, yang secara periodik seragam.
2. Investasi modal berlangsung selama dua kali atau lebih dan diikuti oleh arus
penerimaan dan biaya yang secara periodik seragam.
3. Investasi modal berlangsung hanya satu kali dan dilakukan pada awal tahun
yang disertai oleh arus biaya dan penerimaan yang tidak seragam.
4. Investasi modal berlangsung selama dua kali atau lebih yang disertai arus
penerimaan dan biaya yang tidak seragam.

Kondisi pertama bersifat sangat sederhana akan tetapi dapat dijumpai pada
usaha atau proyek yang terbatas. Tiga kondisi lainnya lebih sering dijumpai. Semua
kondisi di atas merupakan kondisi yang dibentuk dari arus penerimaan dan arus
pengeluaran yang berlangsung dalam satu periode jangka panjang.

Dalam pembahasan metode dasar analisis ekonomi, aspek pajak pendapatan


tidak ditentukan agar dapat diperoleh suatu keputusan yang sama oleh karena adanya
variasi penentuan pajak pendapatan akan memungkinkan timbulnya keputusan yang
berbeda.
Dikenal ada enam metoda dasar untuk studi ekonomi yaitu :
1. Annual worth (AW)
2. Present worth (PW)
3. Future worth (FW)
4. Internal Rate of Return (IRR)
5. External Rate Return (ERR)
6. Explicit Reinvestment Rate of Return (ERRR)
Studi Kasus
Suatu dana Rp 10 juta yang diinvestasikan kedalam suatu proyek usaha pelayanan
jasa perontokan padi menghasilkan penerimaan tahunan seragam sebesar Rp 5
310.000 selama periode 5 tahun dengan nilai akhir Rp 2 000.000. Biaya tahunan
untuk operasi dan perawatan Rp 3 000.000. Pengelola berhasrat melaksanakan
proyek ini bila memberikan keuntungan minimum 10% atau lebih terhadap
modal investasi tanpa memperhitungkan pajak pendapatan. Apakah investasi ini
layak dengan menggunakan metode AW.

4.1. Metoda Annual Worth (AW)


Istilah annual worth (AW) menunjukkan satu seri biaya dan penerimaan yang
seragam sepanjang tahun selama satu periode tertentu. Kriteria kelayakan ekonomi
untuk metoda ini adalah penerimaan bersih tahunan (net annual worth, net AW) lebih
besar atau sama dengan nol dikatakan layak dan jika lebih kecil nol dikatakan tidak
layak. Penerimaan bersih tahunan adalah penerimaan tahunan dikurangi biaya
tahunan.
Net AW > 0 (layak)
Net AW < 0 (tidak layak
Jika hanya komponen biaya yang dianalisis maka kriteria sebagai biaya tahunan
seragam (annual worth cost, AWc) jadi :
AWC > 0 ( layak) AWc< 0 (tidak layak)
Penyelesaian dengan metode AW

Penerimaan tahunan - Rp 5 310 000

Biaya operasi dan perawatan tahunan - Rp 3 000 000

CRC = Rp ( (10 juta –2 juta) x


(A/P, 10%, 5) + 2 juta (10%)) - Rp 2 310 000 -

Net AW Rp 0
Karena Net AW = 0 maka proyek yang diusulkan layak
pada tingkat penerimaan 10% atau MARR 10%

4.2. Metode Present Worth (PW)

Metoda Present Worth untuk studi ekonomi didasarkan pada konsep


kesetaraan dimana semua arus uang (biaya dan penerimaan) disetarakan relatif
terhadap tahun dasar atau tahun awal yang disebut sebagai tahun sekarang.
Dalam perhitungan, semua arus dikenakan diskonto ke tahun awal dengan
tingkat bunga sebesar MARR. Kriteria kelayakan untuk metode ini adalah Net
Present Worth (arus penerimaan dikurangi arus biaya yang telah disetarakan) lebih
besar atau sama dengan nol.
Jadi,
Net PW > 0 (layak)
Net PW < 0 (tidak layak)
Jika hanya arus biaya yang dianalisis maka kriterianya dinyatakan sebagai Present
Worth Cost (PWC), atau
PWC > 0 (layak)
PWC < 0 (tidak layak)
Penyelesaian dengan metode PW
Penerimaan tahunan :
Rp 5 310 000 (P/A,10%,5) = Rp 20 125 000
Nilai akhir
Rp 2 000 000 (P/F, 10%,5) = Rp1 245 000
Rp 21 370 000
Investasi = - Rp 10 000 000
Biaya tahunan :
Rp 3 000 000 (P/A, 10%,5) = - Rp 11 370 000
- Rp 21 370 000
Net Pw Rp 0
Karena Net PW sama dengan nol maka proyek dinyatakan layak
4.3. Metoda Future Worth (FW)

Metoda ini kebalikan dari metode PW, dimana semua arus uang (biaya dan
penerimaan) disetarakan ke tahun akhir proyek (tahun referens) dan semua arus
uang dikenakan bunga majemuk.
Jika Net FW lebih besar dari nol menunjukkan kelayakan proyek dan Net FW
kurang dari nol menunjukkan tidak layak.
Penyelesaian :
Penerimaan tahunan :
Rp 5 310 000 (F/A, 10%,5) = Rp 32 420 000
Nilai akhir = Rp 2 000 000
Rp 34 420 000
Investasi :
Rp 10 juta (F/P,10%,5) = - Rp 16 105 000

Biaya tahunan :
Rp 3 juta (F/A, 10%,5) = -Rp 18 315 000
- Rp 34 420 000
Net FW Rp 0
Dengan metode FW, sekali lagi proyek memperlihatkan layak secara ekonomi.

4.4. Metoda Internal Rate Return (IRR)

Metoda IRR adalah metode “rate of return” yang sangat umum dan luas
penggunaannya untuk analisis ekonomi. Metode ini sering dinamakan metode
investor, metode diskontrol arus uang atau disebut juga sebagai indeks manfaat
(profitability index).
Penyelesaian
Dengan menggunakan konsep penerimaan dikurangi biaya (masing-masing
setara nilai sekarang (PW)) sama dengan nol maka akan diperoleh persamaan arus
sebagai berikut
- Rp 10 juta + ( Rp 5 310 000 – Rp 3 000 000) x (P/A, i‟ %,
5) + Rp 2 juta (P/F, i‟%,5)) = 0
Jika i‟% tidak dapat segera diketahui besarannya, prosedur yang
ditempuh adalah mencoba suatu tingkat i‟ yang rendah misalkan 5% dan selanjutnya
tingkat i‟ yang tinggi misalkan 25%.
Untuk i‟ = 5% :
- Rp 10 juta + Rp 2 310 000 (4.3295) + Rp 2 juta (0.7835) =
1 568 000

Untuk i‟ = 25%
- Rp 10 juta + Rp 2 310 000 (2. 6839) + Rp 2 juta (0.3277) = -
Rp 3 132 000

Karena telah diperoleh nilai + dan – untuk kedua perhitungan di atas maka
interpolasi linier sudah dapat dilakukan untuk menentukan nilai i‟.
25% - 5% = i % - 5%
Rp 1568 000 - (-Rp 3 132 000) Rp 1568 000 - Rp 0

Atau

i% = 5% + 1 568 000 (25% - 5%)


1 568 000 + 3132 000
= 11.7%
Cara penyelesaian di atas disebut aproksimasi dan hanya menggunakan
proses coba-coba (trial and error) yang disertai dengan interpolasi linier. Hasil yang
diperoleh secara interpolasi mengandung kesalahan oleh karena hubungan yang
sebenarnya antara tingkat bunga dan PW bersih bersifat non linier. Kesalahan dapat
di perkecil dengan cara memperpendek selang antar tingkat bunga.
Nilai i‟ yang sebenarnya dari contoh ini adalah 10% sebagaimana
diperlihatkan di bawah ini.
-Rp 10 juta + ( Rp 5 310 000 – Rp 3 000 000) (P/A, 10%, 5)
+ Rp 2 juta (P/F, 10%,5) = 0

4.5. Metoda External Rate of Return (ERR)

Dibandingkan dengan metoda IRR maka metode ERR memiliki kelebihan


1. Penyelesaian dapat dilakukan secara langsung tanpa coba- coba
2. Multiple rate return tidak akan terjadi
Metoda ERR melibatkan asumsi bahwa semua dana dan penerimaan bersih
yang diperoleh diinvestasikan kembali dengan harapan tingkat pengembaliannya
sebesar MARR.
ERR untuk proyek tunggal diperoleh dengan cara mencari tingkat bunga (i
%) dimana investasi dan biaya yang setara dengan nilai yang akan datang (future
worth) sama dengan penerimaan yang setara dengan nilai yang akan datang pula.

Anda mungkin juga menyukai