LP BBLN
LP BBLN
DISUSUN OLEH :
BAYU DWI BRILIANTO
214121012
A. Konsep Teori
1. Pengertian BBLN
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru lahir mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari, BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa
maturase, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan
(ekstrauterain) dan toleransi bagi BBL utuk dapat hidup dengan baik (Marmi &
Rahardjo, 2015).
Adapun menurut Wahyuni (2012) bahwa Bayi Baru Lahir (BBL) normal
adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37- 2 minggu atau 294 hari dan berat
badan lahir 2500gram sampai dengan 4000 gram, bayi baru lahir (newborn atau
neonatus) adalah bayi yang baru di lahirkan sampai dengan usia empat minggu.
Begitu juga dengan Wagiyo & Purono (2016) bahwa bayi baru lahir
normal adalah bayi yang lahir dari kemahilan 37 minggu sampai 42 minggu
dengan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram, menangis
spontan kurang dari 30 detik setelah lahir dengan nilai APGAR antara 7-10.
Berdasarkan pengertian tentang bayi baru lahir normal diatas, maka bayi
baru lahir normal dapat disimpulkan yaitu bayi yang lahir setelah kehamilan
37-42 minggu dengan berat badan 2500-4000 gram tanpa adanya kelainan
kongenital, langsung menangis setelah dilahirkan dengan durasi kurang dari 30
detik, dan nilai APGAR antara 7-10.
2
2. Karakteristik BBLN
Menurut Saleha (2012) karakteristik atau ciri-ciri BBLN adalah sebagai
berikut :
a. Berat badan 2500-4000 gram.
b. Panjang badan lahir 48-52 cm.
c. Lingkar dada 30-38 cm.
d. Lingkar kepala 33-35 cm.
e. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180x/menit,
kemudian menurun sampai 120-140x/menit.
f. Pernafasan pada menit-menit pertama kira-kira 80x/menit, kemudian
menurun setelah tenang kira-kira 40xmenit.
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
terbentuk dan diliputi vernix caseosa.
h. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna.
i. Genitalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
perempuan), Testis sudah turun (pada laki-laki).
j. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
k. Refleks moro sudah baik: bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan seperti memeluk.
l. Refleks grasping sudah baik: apabila diletakkan suatu benda diatas
telapak tangan, bayi akan menggengam / adanya gerakan refleks.
m. Refleks rooting/mencari puting susu dengan rangsangan tektil pada pipi
dan daerah mulut Sudah terbentuk dengan baik.
n. Eliminasi baik: urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan.
3
b. Adaptasi Kardiovaskuler
Perubahan sirkulasi janin ketika lahir
Sumb Struktur Sebelum lahir Setelah Lahir
er : Vena Membawa darah arteri ke hati Menutup menjadi
Sonda Umbilikalis dan jantung ligamentum teres hepatis
kh
Arteri Membawa darah arteriovenosa ke Menutup menjadi
(2013) Umbilikalis plasenta ligamentum venosum
1) Ber
bag Duktus Pirau darah arteri ke dalam vena Menutup menjadi
Venosus kava inferior ligamentum arteriosum
ai
per
Foramen Menghubungkan atrium kanan Menu tup menjadi
uba Ovale dan kiri ligamentum terbuka
han
Tidak mengandung udara dan Berisi udara dan disuplai
ana Paru-paru sedikit mengandung darah berisi darah dengan baik
cairan
tom
i Arteri Membawa sedikit darah ke paru Membawa banyak darah
berl Pulmonalis ke paru
ang Aorta Menerima darah hanya
Menerima darah dari dua pada ventrikel kiri
sun ventrikel
g
setelah lahir. Beberapa perubahan terjadi dengan cepat dan sebagian lagi
terjadi seiring dengan waktu.
2) Sirkulasi perifer lambat, yang menyebabkan akrosianosis (pada tangan,
kaki dan sekitar mulut).
3) Denyut nadi berkisar 120-160 x/menit saaat bangun dan 100
x/menit saat tidur.
4) Rata-rata tekanan darah adalah 80/60 mmHg dan bervariasi sesuai
dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi.
5
Sesaat sesudah bayi lahir, bayi akan berada ditempat yang suhunya
lebih rendah dari dalam kandungan dan salam keadaan basah. Bila bayi
dibiarkan dalam suhu kamar 25C, maka bayi akan kehilangan panas
melalui evaprasi, konveksi, konduksi, dan radiasi sebanyak 200
kalori/kgBB/menit. Sementara itu, pembentukanpanas yang dapat
diproduksi hanya sepersepuluh dari pada yang tersebut diatas dalam waktu
yang bersamaan. Hal ini akan menyebabkan bayi menderita hipotermi
atau trauma dingin (cold injury). Bayi baru lahir dapat mempertahankan
suhu tubuhnya dengan mengurangi konsumsi energi, serta merawatnya di
dalam Natural Thermal Environment (NTE), yaitu lingkungan rata-rata
dimana produksi panas, pemakaian okseigen, dan kebutuhan nutrisi untuk
pertmbuhan adalah minimal agar suhu tubuh menjadi normal. Cara
mencegah kehilangan panas pada pada bayi dengan upaya antara lain:
a) Keringkan bayi dengan seksama
Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk
mencegah kehilangan panas yang disebabkan oleh evaporasi cairan
ketuban pada tubuh bayi, keringkan bayi dengan handuk atau kain
yang telah disiapkan di atas perut ibu. Mengeringkan dengan
menyeka tubuh bayi juga merupakan rangsangan taktil untuk
memulai bayi, memulai pernafasannya.
b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Segera setelah melahirkan tubuh bayi yang memotong tali
pusat ganti handuk atau kain yang dibasahi oleh cairan ketuban
kemudian selimuti tubuh bayi dengan selimut atau kain yang
hangat, kering dan bersih. Kain basah di dekat tubuh bayi dapat
menyerap panas, tubuh bayi melalui radiasi. Ganti handuk, selimut
atau kain yang telah basah dengan selimut atau kain yang baru
(hangat, bersih dan kering).
7
Rooting dan Bayi baru lahir menolehkan Respons yang lemah atau
menghisap kepala kea rah stimulus, tidak ada respons
membuka mulut dan terjadi pada prematuritas,
memulai menghisap bila penurunan atau cedera
pipi, bibir atau sudut mulut neurologis, atau depresi
bayi disentuh dengan jari system syaraf pusat ( SSP)
atau putting.
Menelan Bayi baru lahir menelan Muntah, batuk dan
berkooordinasi dengan regurgitasi cairan dapat
menghisap bila cairan terjadi, kemungkinan
ditaruh di belakang lidah. berhubungan dengan
sianosis sekunder karena
prematuritas, deficit
neurologis, atau cedera
terutama terlihat setelah
laringoskopi.
Ekstrusi Bayi baru lahir Ekstrusi lidah secara
menjulurkan lidah keluar kontinu atau menjulurkan
bila ujung lidah disentuh lidah yangb berulang-
dengan jari atau ulng
putting. terjadi pada kelainan
SSP
Moro Ekstensi simetris bilateral Respon asimetris terdapat
dan abduksi seluruh pada cedera syaraf porifera
ekstremitas, dengan ibu jari (pleksus brankialis) atauu
telunjuk membentuk huruf fraktur klavikula atau
C, diikuti dengan adduksi tulang panjang tulang
ekstremitas dan kembali ke lengan atau kaki
fleksi relaks jika posisi bayi
berubah tiba-tiba atau bayi
diletakkan terlentang pada
permukaan yang datar.
9
Eksensi silang Kaki bayi yang berlawanan Respon yang lemah atau
akan fleksi dan kemudian tidak ada refpon yang
akan ekstensi dengan cepat terlihat pada cedera saraf
seolah olah akan porifera atau fraktur tulang
memindahkan stimulus ke panjang.
kaki yang lain bila
diletakkan terlentang, bayi
akan mengekstensikan satu
kaki sebagai respons
terhadap stimulus pada
telapak kaki
10
g. Adaptasi Hati
1) Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah lahir,
hati terus membantu pembentukan darah
2) Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang esensial untuk
pembekuan darah
3) Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai 5 bulan
kehidupan ekstrauterin, pada saat ini bayi baru lahir menjadi rentan
terhadap defisiensi zat besi
4) Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi, pigmen berasal
dari hemoglobin dan dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel
darah merah
5) Bilirubin tak terkonjugasi dapat meninggalkan sistem vaskuler dan
menembus jaringan ekstravaskuler lainnya (misalnya kulit, sklera,
dan membran mukosa oral) mengakibatkan warna kuning yang disebut
jaundice atau icterus
6) Pada stres dingin yang lama, glikolisis anaerobik terjadi, yang
mengakibatkan peningkatan produksi asam. Asidosis metabolik terjadi
dan jika terdapat defek fungsi pernapasan, asidosis respiratorik dapat
terjadi. Asam lemak yang berlebihanmenggeser bilirubin dari tempat-
tempat pengikatan albumin. Peningkatan kadar bilirubin tidak
berikatan yang bersikulasi mengakibtakan peningkatan resiko kem-
ikterus bhkan pada kadar bilirubin serum 10mg/dl atau kurang.
h. Adaptasi Imun
1) Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerangg di pintu
masuk
13
4. Partway
saat usia seharusnya, menetap atau muncul kembali pada usia yang tidak
seharusnya, dan muncul asimetris adalah penanda klinis penting dari berbagai
gangguan neurologi dan perkembangan bayi. Pemeriksaan refleks primitif
penting dilakukan pada neonatus dan infant untuk mendeteksi secara dini
adanya gangguan neurologis dan gangguan perkembangan (Vargiami &
Zafeiriou, 2020).
Refleks primitif adalah respons motorik involunter yang berasal dari
batang otak yang mulai muncul saat usia kehamilan 25 minggu dan
sepenuhnya terbentuk setelah lahir pada bayi aterm. Refleks primitif adalah
refleks dasar yang penting dalam memfasilitasi kelangsungan hidup. Respons
motorik involunter ini akan digantikan dengan refleks motorik volunter saat
otak mengalami maturasi di usia 4–6 bulan. Refleks primitif yang tidak muncul
saat usia seharusnya, menetap atau muncul kembali pada usia yang tidak
seharusnya, dan muncul asimetris adalah penanda klinis penting dari berbagai
gangguan neurologi dan perkembangan bay (Vargiami & Zafeiriou, 2020).
Teknik pemeriksaan refleks primitif adalah dengan mencoba
mencetuskan respon motorik involunter yang normal ada pada neonatus dan
bayi hingga usia 4-6 bulan. Berikut pemeriksaan refleks menurut Vargiami &
Zafeiriou (2020) yaitu :
a. Refleks Moro
Refleks Moro atau refleks terkejut merupakan respons protektif
terhadap gangguan keseimbangan tubuh yang terjadi secara
mendadak. Refleks ini muncul saat dilakukan manuver pull-to-sit,
yaitu lengan dilepaskan ketika terdapat sedikit celah antara leher dan
tempat tidur bayi sehingga bayi seolah-olah mendapatkan sensasi
“terjatuh” secara tiba-tiba.
Pemeriksaan refleks moro juga dapat dilakukan dengan cara
mengangkat bayi sepenuhnya dari tempat tidur, dengan menyangga
bagian kepala dan trunkus menggunakan kedua tangan saat bayi
dalam posisi supinasi. Kemudian, diikuti dengan menurunkan bayi
secara cepat. Manuver ini akan menyebabkan abduksi simetris kedua
19
lengan dan ekstensi jari–jari tangan diikuti dengan fleksi dan adduksi
lengan. Respons ini juga dapat muncul saat terdapat suara yang
muncul secara tiba–tiba.
Refleks Moro lemah pada bayi prematur dibandingkan dengan
bayi aterm karena tonus otot dan resistensi terhadap pergerakkan
pasif yang buruk. Refleks Moro muncul sejak usia gestasi 28 minggu
dan akan hilang ketika bayi berusia 6 bulan
b. Grasping Reflex
Pemeriksaan grasping reflex atau refleks menggenggam
dilakukan dengan cara meletakkan tangan atau objek pada bagian
palmar. Manuver ini akan menyebabkan fleksi jari-jari tangan bayi,
sehingga akan menggenggam tangan atau objek. Refleks ini selain
muncul pada bagian tangan juga muncul pada bagian kaki. Grasping
reflex pada bagian kaki dapat muncul bila dilakukan goresan pada
bagian tengah kaki dan respons yang terjadi adalah jari-jari kaki
fleksi seolah akan menggenggam. Grasping reflex atau refleks
menggenggam sudah muncul sejak usia gestasi 28 minggu dan akan
hilang ketika bayi berusia 6 bulan.
c. Snout Reflex
Pemeriksaan dilakukan dengan mengetuk ringan bagian atas
bibir dengan menggunakan jari atau palu refleks. Manuver ini akan
menyebabkan kontraksi bilateral otot sekitar mulut, seolah bibir
mencucu.
d. Rooting Reflex
Pemeriksaan dilakukan dengan menggoreskan jari secara ringan
pada bagian pipi, atau dengan membawa suatu objek ke lapang
pandang bayi. Manuver ini akan menyebabkan bayi menoleh ke arah
tersebut dan membuka mulut. Rooting reflex akan dimulai sejak usia
kehamilan 32 minggu dan menghilang ketika bayi berusia 1 bulan.
20
e. Refleks Menghisap
Pemeriksaan refleks menghisap atau sucking reflex dilakukan
dengan cara menstimulasi area oral, atau dengan memasukkan objek
ke dalam mulut. Refleks ini mulai muncul pada usia gestasi 14
minggu dan akan menghilang saat usia bayi 3-4 bulan.
f. Asymmetric Tonic Neck Reflex
Pemeriksaan asymmetric tonic neck reflex dilakukan dengan
merotasi kepala bayi 90 derajat ke satu sisi selama 15 detik saat bayi
berada dalam posisi supinasi. Respons yang ditimbulkan akibat
manuver ini adalah lengan dan kaki pada sisi yang searah dengan
arah rotasi wajah akan mengalami ekstensi, sedangkan lengan dan
kaki kontralateral akan mengalami fleksi. Respons ini akan
memberikan gambaran postur “fencing”. Pemeriksaan ini diulang
dengan melakukan rotasi kepala ke sisi lainnya. Refleks ini muncul
sejak usia kehamilan 35 minggu dan menghilang di usia bayi 3
bulan.
g. Refleks Glabellar
Refleks glabellar muncul sebagai respons pengetukkan berulang
pada regio wajah di antara kedua alis bayi. Respons yang muncul
akibat stimulasi ini adalah bayi akan mengedipkan mata, dan respons
ini akan menghilang setelah 4 sampai 5 ketukan. Pemeriksaan
dilakukan dari atas dan belakang bayi untuk mengilangkan stimulus
visual. Refleks glabellar merupakan respons untuk melindungi mata
bayi dari cedera.
h. Refleks Babinski
Refleks Babinski positif bila terdapat dorsofleksi bagian ibu jari
kaki dan mekarnya jari kaki lain bila diberikan rangsangan goresan
pada bagian lateral telapak kaki. Refleks ini bisa menetap hingga
usia 2 tahun, dan dapat mulai menghilang pada usia 1 tahun.
i. Stepping Reflex
21
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Huda et al. (2015) pemeriksaan penunjang pada bayi BBLR
adalah sebagai berikut :
a. Periksa jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat
sampai 23.000 – 24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun
bila ada sepsis)
b. Hematokrit (Ht) : 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakan polisetmia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic perinatal).
c. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl kadar lebih rendah berhubungan
dengan anemia atau hemolisis berlebih).
d. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari,
dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
e. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata – rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari
ketiga.
f. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) : biasanya dalam batas normal pada
awalnya
g. Pemeriksaan analisa gas darah
8. Penatalaksanaan BBL
Menurut Kemeskes RI (2013) penalaksanaan untuk BBLN adalah
sebagai berikut :
a. Membersihkan Jalan Napas
Kemudian kedua kelopak matanya dibersihkan dengan kapas
atau kain kasa steril satu demi satu,dimulai dari luar
kedalam.Sesudah bayi lahir lengkap,saat lahir segera dicatat dengan
jam waktu (stopwatch). Kemudian kedua kaki bayi dipegang dengan
satu tangan,sedangkan tangan yang lain memegang kepala bayi yang
lebih rendah dengan sudut ± 300 daripada kaki dengan posisinya
23
i) Penyakit kehamilan :
j) Imunisasi TT :
k) Pemeriksaan kehamilan : dr ( ) bidan ( ) frekuensi....
l) Penggunaan obat-obatan ( ), alkohol ( ), rokok ( ), terpapar radiasi (
)
2) Natal
a) Tempat melahirkan :
b) Jenis persalinan :
c) Lama persalinan :
d) Penolong persalinan :
e) BB waktu lahir :
f) TB waktu lahir :
g) Posisi janin waktu lahir :
h) Cara untuk memudahkan persalinan :
i) Komplikasi waktu lahir :
3) Posnatal (Neonatal)
a) Kondisi bayi : menangis ( ), tidak menangis ( )
b) APGAR score : 1 menit...... 5 menit.........
c) Pengeluaran mekonium :
d. Riwayat Kesehatan Keluarga (genogram)
e. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
a) Bentuknya (lonjong, bundar/tidak )
b) Besarnya (normal, mikrocepalus, hydrocephalus / tidak )
c) Ubun-ubun besar/kecil, sudah menutup/belum
d) Bila belum menutup teraba cekung, datar, cembung, tegang/tidak
e) sutura-sutura teraba tidak
2) Rambut
a) Warnanya (hitam, merah jagung, putih)
b) Kesuburannya (lebat, tipis/tidak )
c) Mudah rontok/tidak, botak/tidak
19
3) Muka
a) Pucat, cemas, kuning, merah, biru (sianosis)
b) Kulit wajah : halus, kasar, jerawatan / tidak
c) Hiperpigmentasi melantonik ada atau tidak
4) Mata
a) Simetris/tidak, juling, buta/tidak (kelopak mata / bulu mata lengkap
/tidak )
b) Selaput lender mata pucat / tidak
c) Bintik bitot ada / tidak
d) Penyakit mata akut / kronis, tumor / tidak
5) Hidung
a) Bersih / tidak
b) Pilek / tidak, polip / tumor ada / tidak
c) Dapat membedakan bau-bauan atau tidak
6) Mulut
a) bersih / tidak, berbau / tidak
b) Bibir pucat / tidak, stomatitis / tidak
c) Gusi bersih
d) Lidah kotor, tenggorokan bersih / tidak, pharynx membesar / tidak,
tonsil membesar / tidak
7) Telinga
a) Bersih / tidak
b) Pernah keluar cairan / tidak
c) Dapat mendengar dengan baik / tidak
8) Leher
a) Bentuknya : pendek, sedang, panjang
b) Pembesaran kelenjar thyroid ada / tidak, pembesaran kelenjar
lymphe
ada / tidak
c) Hiperpigmentasi pada kulit leher / tidak
20
9) Dada
a) Bentuk normal / tidak
b) Kalau pasien wanita (buah dada, putting susu, hiperpigmentasi ada /
tidak)
10) Ekstremitas atas
a) Simetris / tidak
b) Jari-jari lengkap / tidak
c) Kuku : pucat, kotor, panjang, biru / tidak
11) Abdomen
a) Membesar / tidak
b) Nyeri tekan / tidak
c) Ada bekas operasi / tidak
d) ada bising usus / tidak
e) Bentuk pusar : cekung, datar (hernia umbilikalis)
f) Teraba tumor / tidak
12) Eksremitas bawah
a) Simetris / tidak
b) Tibia baik / tidak, oedema ada / tidak, varises ada / tidak
c) Jari-jari kaki lengkap / tidak
d) Telapak kaki cekung / datar
13) Punggung
a) Alur tulang punggung simetris / tidak
b) Kifosis ada / tidak
c) Hiperlordosis ada / tidak
14) Genetalia dan anus
a) Genitalia laki-laki (Saluran kencing lancar / tidak, testis lengkap /
tidak, testis sudah turun ke skrotum / belum, femosis ada / tidak )
21
- Menggigil ↓
- Suhu tubuh dibawah Adaptasi hangan ke
nilai normal dingin (kehilangan
panas)
Gejala dan Tanda Minor ↓
DS : Kegagalan
- peningkatan panas
DO : ↓
- Akrosianosis Hipotermia
- Bradikardi
- Hipoksia
- Pengisian kapiler > 3 s
- Konsumsi oksigen
menurun
- Ventilasi menurun
- Kutis memorata (pada
neonatus)
3. Diagnosa Keperawatan
Berikut diagnosa keperawatan menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) :
a. Pola napas tidak efektif
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Hambatan upaya napas (mis. kelemahan otot pernapasan)
2) Penurunan energi
b. Bersihan jalan napas tidak efektif
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Sekresi yang tertahan
2) Infeksi saluran napas
c. Defisit Nutrisi
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Ketidakmampuan menelan makanan
d. Perfusi perifer tidak efektif
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Penurunan aliran arteri dan/atau vena
2) Gagal jantung kongestif
3) Kelaianan jantung kongenital
4) Trombosis arteri
25
e. Risiko infeksi
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Efek prosedur invasif
2) Ketuban pecah lama
3) Ketuban pecah sebelum waktunya
4) Tindakan invasif
f. Hipotermia
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Kekurangan lemak subkutan
2) Terpapar suhu lingkungan rendah
3) Transfer panas (mis. konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)
4) Berat badan lahir rendah (BBLR)
4. Perencanaan
Berikut intervensi menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) :
No. Diagnosa Intervensi
1. Pola napas tidak efektif Observasi (I.02084)
- Lakukan penilaian awal (mis. apakah bayi cukup
bulan, apakah bayi menagis atau bernapas, apakah
tonus otot bayi baik)
- Monitor secara periodik pernapasan, frekuensi
denyut jantung, dan oksigenasi
Terapeutik
- Berikan ventilasi tekanan positif (VTP) jika bayi
tetap kesulitan bernapas
- Pastikan perlekatan sungkup tepat menutupi dagu,
mulut, dan hidung
- Berikan ventilasi dengan frekuensi napas 40-60 kali
permeneit
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur kepada orang tua
dengan metode komunikasi terapeutik
Kolaborasi
- Kolaborasi intubasi endotrajeak jika ventilasi
dengan balon-sungkup tidak efektif atau
memerlukan waktu lama
26
C. Daftar Pustaka