Anda di halaman 1dari 13

KOMUNIKASI POLITIK DAN POLITICAL MARKETING

HARY TANOESOEDIBJO
Dedy Hermawan
dedydedee6@gmail.com
Magister Interdisciplinary Islamic Studies
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai komunikasi
politik Hary Tanoesoedibjo, khususnya bagaimana komunikasi politik Hary
Tanoesoedibjo dalam membangun political marketing partai Perindo, serta
bagaimana pesan politik yang disampaikan oleh Hary Tanoesoedibjo.
Metode yang digunakan ialah jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa
political marketing dari Hary Tanoesoedibjo banyak dilakukan melalui iklan
pada media. Hary Tanoesoedibjo juga selaku pemimpin partai Perindo
menanamkan komunikasi yang mengarah kepada keterbukaan atas
kesempatan-kesempatan yang juga diberikan kepada para anggota partai atau
kader dan jajarannya untuk mengemukakan pendapat walaupun pesan politik
yang disampaikan lebih mengarah ke basis ekonomi.
Kata Kunci: Politik, Komunikasi Politik, Political Marketing, Hary
Tanoesoedibjo, Partai Perindo.

PENDAHULUAN
Sejarah perkembangan dari komunikasi politik tidak hanya membahas
mengenai lembaga pemerintahan legislatif dan eksekutif saja, melainkan juga
partai politik. Secara umum, partai politik merupakan suatu kelompok dimana
setiap anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama
(Budiardjo, 2008). Komunikasi politik hakikatnya adalah bidang atau disiplin
yang menelaah perilaku dan kegiatan komunikasi yang bersifat politik,
mempunyai akibat politik, atau berpengaruh terhadap perilaku politik (Cangara,
2009). Dalam pemasaran komunikasi politik bukan hanya tentang kampanye
politik melainkan sampai padatahap bagaimana memformulasikan produk politik
melalui pembangunan simbol,image, dan program yang ditawarkan (Bruce dalam
Wahid, 2016).
Kotler dan Neil dalam Wahid (2016) juga menambahkan pengertian dari
komunikasi politik adalah kegiatan pemasaran untuk menyukseskan kandidat atau
partai politik dengan segala aktivitasnya. Cara yang dilakukan melalui kampanye

1
program pembangunan perekonomian atau kepedulian sosial. Tema, isu, gagasan,
ideologi, dan pesan yang disampaikan bertujuan agar program politik yang
ditawarkan memiliki daya tarik tinggi dan mampu memengaruhi setiap warga
negara serta lembaga/ organisasi secara efektif. Terpilihnya suatu partai politik
untuk menduduki posisi tertinggi juga bergantung kepada para komunikator dari
masing-masing partai politik. Dimana para komunikator politik harus bisa
memberikan informasi dan juga pesan-pesan politik kepada publik, yang dapat
membuat publik percaya bahwa partai politik tersebut lah yang terbaik.
Salah satu partai politik yang ada di Indonesia ialah Partai Persatuan
Indonesia atau biasa dikenal dengan nama partai Perindo. Partai ini didirikan oleh
Hary Tanoesoedibjo, pengusaha dan pemilik MNC Group, sebuah perusahaan
yang bergerak dalam bidang media. Perindo di deklarasikan pada 7 Februari 2015
di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta. Pada acara deklarasi tersebut,
dihadiri oleh beberapa petinggi Koalisi Merah Putih (KMP), seperti Ketua Umum
Partai Golkar Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Amanat Nasional Hatta
Rajasa, Presiden Partai Keadilan Sejahtera Anis Matta, dan Ketua Umum Partai
Persatuan Pembangunan Djan Faridz. Selain itu juga hadir Wiranto, Ketua Umum
Hanura. Awalnya Perindo adalah ormas yang baru dideklarasikan pada 24
Februari 2013 di Istora Senayan, Jakarta (Reza, 2018).
Hary Tanoesoedibjo sebagai pemimpin dari partai Perindo serta menjadi
komunikator politik kepada publik mengenai partai politik yang sedang dipimpin.
Segala perkataan dan informasi yang diucapkan dan diberikan oleh Hary Tanoe
kepada publik dan masyarakat, dapat membantu membangun citra serta membuat
political marketing dari partai Perindo. Political marketing sangat penting bagi
suatu partai untuk menaikkan dan membangun citra yang baik dimata masyarakat
yang menunjukkan bahwa partai tersebut adalah partai yangkuat dan hebat.
Citra merek atau political marketing ini sangat dipengaruhi oleh keputusan
masyarakat atau konsumen. Oleh karena itu, informasi maupun pemberitaan
komunikasi politik yang diberikan oleh komunikator politik, dapat mempengaruhi
persepsi masyarakat, bahwa apakah citra merek dari suatu partai politik dapat
dianggap baik atau tidak. Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan

2
penelitian untuk mengetahui gambaran mengenai komunikasi politik Hary
Tanoesoedibjo, khususnya seperti bagaimana komunikasi politik Hary
Tanoesoedibjo dalam membangun political marketing partai Perindo, serta
bagaimana pesan politik yang disampaikan oleh Hary Tanoesoedibjo.
KAJIAN TEORI
1. Politik
Kata “politik” yang berasal dari kata “politic” (Inggris) menunjukkan sifat
pribadi atau perbuatan. Hornby (1974) menyebutkan secara leksikal, kata asal
tersebut diartikan: “acting or judging wisely, well judged, prudent”. Kata ini sejak
dulu dikenal dalam bahasa atau kata Latin dengan “politicus” dan bahasa Yunani
(Greek) “politicos yang diartikan: relating to a citizen”. Kedua kata ini berasal
dari kata “polis” yang memiliki makna city yaitu kota. Deliar (1983)
mendefinisikan politik adalah segala aktivitas atau sikap yang berhubungan
dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk mempengaruhi, dengan jalan
mengubah atau mempertahankan, suatu macam bentuk susunan masyarakat.
Melihat definisi ini, maka hakekat politik menunjukkan perilaku atau tingkah laku
manusia, baik berupa kegiatan, aktivitas, ataupun sikap, yang tentunya bertujuan
akan mempengaruhi atau mempertahankan tatanan kelompok masyarakat dengan
menggunakan kekuasaan.
Ini berarti kekuasaan bukanlah hakekat politik, meskipun harus diakui
tidak dapat dipisahkan dari politik, justru politik memerlukannya agar suatu
kebijaksanaan dapat berjalan dalam kehidupan masyarakat. Politik pada dasarnya
merupakan suatu fenomena yang sangat berkaitan dengan manusia, yang pada
kodratnya selalu hidup bermasyarakat. Manusia adalah makhluk sosial, makhluk
yang dinamis dan berkembang, serta selalu menyesuaikan keadaan sekitarnya.
Sebagai anggota masyarakat, seseorang atau kelompok tentu terikat oleh nilai-
nilai dan aturan-aturan umum yang diakui dan dianut oleh masyarakat itu
(Nambo, Puluhuluwa, 2005).
Dunia politik adalah suatu domain aktivitas sosial yang menyangkut
terjadinya perebutan dan distribusi kekuasaan Disini dunia politik mempunyai
karakteristik sendiri sebagaimana dornain aktivitas sosial lainnya Pertama dunia

3
politik memiliki masyarakat yang terlibat baik secara langsung maupun tidak
langsung di dalamnya Kedua dunia politik memiliki institusi legal yang menyusun
interaksi sosial di dalamnya Ketiga dunia politik memiliki aturan main legal dan
etika yang mengatur cara berinteraksi aktor aktor politik di dalamnya Hal ini
menjadi penting mengingat sering terjadi konflik akibat persaingan dunia politik
Dan ini masih menjadi kewajaran apabila masih dalam batas batas tertentu
(Firmanzah, 2004).
2. Komunikasi Politik
Komunikasi politik adalah suatu proses penyampaian pesan-pesan politik
yang berasal dari komunikator politik (source, encoder, sender, actor) sebagai
pihak yang memulai dan mengarahkan suatu tindakan komunikasi. Lalu pesan-
pesan tersebut ditujukan kepada khalayak (receiver, komunikan), dengan
menggunakan media (channel, saluran) tertentu untuk mencapai sautu tujuan yang
telah ditentukan (political oriented). Dalam sistem politik semua komponen-
komponen tersebut merupakan proses atau kegiatan komunikasi politik yang
merupakan input yang menentukan output daripada sistem politik. (Shahreza,
2017).
Komunikasi politik dapat dilihat sebagai “gabungan” dua disiplin ilmu
yang berbeda namun terkait sangat erat, yakni ilmu komunikasi dan ilmu politik.
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang
lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, perilaku baik langsung
maupun tidak langsung. Sederhananya bahwa komunikasi politik merupakan
komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau
berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Namun
komunikasi politik secara keseluruhan tidak bisa dipahami tanpa menghubungkan
dimensi politik dengan segala aspek dan problematikanya (Muhtadi, 2008).
Denton & Woodward dalam McNair (2010) menjelaskan bahwa
komunikasi politik adalah diskusi murni tentang alokasi sumber daya publik,
otoritas resmi, dan undang-undang resmi. Komunikasi politik juga dilihat sebagai
proses interaktif yang berfokus pada transmisi informasi diantara politisi, media
dan publik. Berkembangnya bentuk dan macam dari komunikasi politik di

4
Indonesia sendiri adalah hasil dari pasang surutnya sistem demokrasi di Indonesia.
Fungsi komunikasi politik terdapat secara inherent di dalam setiap fungsi sistem
politik “Political communication is a process by which a nation’s leadership,
media, and citizenry exchange and confer meaning upon messages that relate to
the conduct of public policy. Political communication is communication (activity)
considered political by virtue of its consequences (actual or potential) which
regulate human conduct under the condition of conflict” (Nimmo, 1989).
Komunikasi politik tidak hanya membahas mengenai lembaga
pemerintahan legislatif dan eksekutif saja, melainkan juga partai politik. Secara
umum, partai politik merupakan suatu kelompok dimana setiap anggotanya
mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama (Budiardjo, 2008).
Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara “yang
memerintah” dan “yang diperintah”. Mengkomunikasikan politik tanpa aksi
politik yang kongkret sebenarnya telah dilakukan oleh siapa saja. Dalam
praktiknya, komunikasi politik sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Tidak
satu pun manusia tidak berkomunikasi, dan kadang-kadang sudah terjebak dalam
analisis dan kajian komunikasi politik.
Kegiatan komunikasi yang dianggap komunikasi politik berdasarkan
konsekuensinya yang aktual maupun potensial yang mengatur perbuatan manusia
dalam kondisi konflik. Cakupan komunikator ialah meliputi pesan, persuasi,
media, khalayak, dan akibat. Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi
partai politik, yakni menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat
dan mengaturnya sedemikian rupa penggabungan kepentingan dan perumusan
kepentingan untuk diperjuangkan menjadi public policy (Budiardjo, 2008).
3. Political Marketing
Makna political marketing atau marketing politik berangkat dari filosofi
marketing, sebagaimana konsep ini banyak mengadopsi muatan marketing
daripada muatan politik. Filosofi dasar konsep marketing adalah keinginan
pemuasan konsumen dalam ekonomi dan keadilan sosial untuk eksistensi
organisasi. Marketing politik adalah suatu kombinasi penerapan ilmu marketing
dibidang pemasaran dan penerapan ilmu politik Sebagai subjek akademis,

5
marketing politik masih terkesan relatif baru. Namun aplikasi marketing politik
sebenarnya sudah ada sejak revolusi Prancis pada tahun 1789 dengan mengusung
slogan “Liberte, Egalite, Fraternite” yang bermakna “Kebebasan, keadilan,
persaudaraan”. Kemudian tahun 1830-an seorang praktisi periklanan profesional
Charles Barker menciptakan iklan politik tahun 1930-an. Franklin D. Roosevelt
meluncurkan fire side chats melalui media penyiaran (Nursal, 2004). “Liberte,
Egalite, Fraternite” dalam revolusi Prancis pada 1789 adalah salah satu slogan
terbaik dari sudut pandang disiplin pemasaran (Nursal, 2004).
Firmanzah (2004) menyimpulkan political marketing merupakan sebuah
alat atau metode bagi partai politik untuk melaktukan pendekatan kepada publik
Melalui political marketing informasi mengenai partai politik lebih mudah
didistribusikan kepada publik sehingga terjadi feed back atau hubungan timbal
balik antara partai politik dan masyarakat. Adanya interaksi antara partai politik
clan masyarakat memberikan pembelajaran politik kepada masyarakat sehingga
proses demokrasi akan terjadi. Sebagai subdisiplin ilmu, political marketing
adalah baru, namun politik telah menerapkannya sejak lama. Political marketing
hampir bisa dipastikan sebagai bentuk pemasaran tertua. Nicholas dan Stephen
(2002) mengemukakan bahwa penelitian dari political marketing bisa dikatakan
masih dalam masa pertumbuhan, meskipun banyak studi mengadopsi perspektif
ini untuk melihat fenomena kompetisi politik.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif
kualitatif dengan pendekatan studi kasus, dimana penelitian kualitatif ini
merupakan penelitian untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian, misalnya seperti perilaku, persepsi, tindakan dan motivasi,
secara holistik, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan juga bahasa,
pada suatu konteks khusus dengan memanfaatkan berbagai macam metode
alamiah (Moleong, 2009).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menurut
Huberman dan Miles dibagi menjadi tiga hal, yaitu reduksi data, penyajian data,
dan juga penarikan kesimpulan atau verifikasi. Sedangkan teknik keabsahan data

6
yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik triangulasi. Moleong (2009),
menyebutkan triangulasi sendiri merupakan teknik pemeriksaan data, dimana
teknik ini memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data tersebut, untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding data tersebut. Teknik triangulasi yang
paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya.
PEMBAHASAN
1. Komunikasi Politik Hary Tanoesoedibjo
Hary Tanoesoedibjo menjelaskan ada dua hal yang dilakukan Partai
Perindo sebagai bentuk kepedulian pada masyarakat, yaitu membantu dan
membangun masyarakat. Dikutip dari laman liputan6.com, membantu yang
dimaksud oleh Hary dalam program aksi nyata Perindo, seperti bazar murah, di
mana mereka bisa membeli beras dengan harga murah, layanan ambulans Perindo
yang siap siaga 24 jam melayani masyarakat di seluruh kabupaten/kota dengan
gratis. Sedangkan untuk membangun ialah memberdayakan masyarakat,
membangun masyarakat, membuat mereka yang tadinya kurang produktif menjadi
produktif.
Lembaga survei Jaringan Suara Indonesia (JSI) dalam artikel okezone.com
mengukur elektabilitas partai politik pada Pileg 2019. Dari hasil penelitian itu
diketahui Partai Perindo mendapatkan tingkat keterpilihan di masyarakat sebesar
4,7%. Elektabilitas ini naik dari yang semula 3.2% pada tahun 2018 lalu.
Perubahan elektabilitas suara itu juga salah salah satunya dipengaruhi dari
tertariknya masyarakat terhadap program partai berlambang Rajawali tersebut.
Masyarakat meyakini kalau partai politik tersebut dapat membawa perubahan
untuk Indonesia.

7
Gambar 1: Artikel Hary Tanoesoedibjo dalam media pemberitaan online.
Sumber: beritasatu.com (2019).
Dalam hal ini, terdapat komunikasi dan juga pesan politik yang biasanya
disampaikan oleh Hary Tanoesoedibjo kepada para anggota partai. Komunikasi
yang dilakukan oleh Hary Tanoesoedibjo di dalam partai adalah komunikasi yang
bersifat tegas dan juga konsisten. Selain itu Hary Tanoesoedibjo selaku pemimpin
partai menanamkan komunikasi yang mengarah kepada keterbukaan atas
kesempatan-kesempatan yang juga diberikan kepada para anggota partai atau
kader dan jajarannya untuk mengemukakan pendapat.
Hary juga menegaskan kepada seluruh caleg agar saat berkampanye di
lapangan maupun saat berkampanye di media sosial tidak menyebarkan hoax.
Gagasan Hary Tanoesoedibjo lebih ke arah pembangunan yang berkaitan dengan
bidang ekonomi. Stimulus-stimulus lewat pemberitaan di media massa tentang
kesuksesan Hary Tanoesoedibjo di dunia bisnis, menghasilkan respon sebagian
besar masyarakat tentang ide Hary Tanoesoedibjo lebih ke arah yang berkaitan
dengan ekonomi.
Akan tetapi strategi komunikasi politik Hary Tanoesoedibjo tidak selalu
berjalan lancar. Terbukti salah satunya pada strategi Hary Tanoesoedibjo untuk
menggerakkan Perindo dengan jaringan patronasenya ternyata tidak lantas
menyebabkan kader-kader di kantor cabang mengikuti arahan partai dalam upaya
memenangkan pemilihan. Banyak calon anggota legislatif yang diusung oleh

8
Perindo dan beberapa kantor cabang enggan untuk melengkapi laporan awal dana
kampanye kepada KPU sebagai syarat untuk mengikuti pemilu. Akibatnya, calon
anggota legislatif dan beberapa kantor cabang partai Perindo dicoret
keikutsertaannya oleh KPU untuk mengikuti pemilu. Pembatalan oleh KPU
dilakukan, karena parpol tidak menyampaikan Laporan Dana Awal Kampanye
(LADK) sesuai dengan jadwal yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2017 tentang Pemilu (Kamim, Sabri, 2009).
2. Political Marketing Hary Tanoesoedibjo
Penggunaan media untuk menjual para politisi bukan fenomena baru, para
politisi memang tidak akan mensia-siakan manfaat dari media. Bolland dalam
Cangara (2009) menyebutkan bahwa iklan merupakan bentuk pembayaran
seseorang untuk membeli sebuah ruang pada media tertentu, ditempatkan dengan
rating tertentu, dilakukan dengan tujuan menyampaikan pesan politik kepada
publik. Jika dilihat dari tujuan, maka tujuan utama dari iklan politik adalah
informatif-persuasif.
Robert Denton dalam McNair (2011) menyatakan bahwa televisi dianggap
memegang salah satu peran dalam peningkatan angka iklan politik. Dalam hal ini
televisi masih dianggap sebagai salah satu media paling berpengaruh bagi
masyarakat sehingga media massa paling banyak mendapat keuntungan dari
kampanye politik adalah media televisi. Di sisi lain iklan politik dalam jumlah
besar atau politik sendiri, dengan segala kebijakannya, mampu membesarkan
industri pertelevisian dalam lingkup bisnis penyiaran.
Saat ini salah satu iklan politik di televisi adalah lagu mars Partai
Persatuan Indonesia (Perindo), dengan ketua umum Hary Tanoesoedibjo. Hary
Tanoesoedibjo ini merupakan pemilik jaringan industri televisi dan bidang lain
bernama MNC Group. Kepemilikan di berbagai media televisi memungkinkan
lagu mars Perindo muncul di semua media televisi nasional di bawah MNC
Group.

9
Gambar 2: Stasiun TV (MNC Group) milik Hary Tanoesoedibjo
Sumber: voa-islam.com
Dalam political marketing yang dilakukan partai Perindo salah satunya
ialah melalui iklan pada media. Rahman dkk (2018) menyebutkan terdapat tanda
atau representamen serta konsep, gagasan, dan seterusnya yang dimaknai sebagai
objek, kemudian interpretan yang dimaknai dengan makna impresi atau perasaan
yang menjadi pesan verbal maupun non verbal dalam tayangan iklan Partai
Perindo. Terdapat tiga klasifikasi yang menjadikan proses pencitraan yang
dilakukan Hary Tanoesoedibjo yakni semiotika, yakni ikon, indeks, dan simbol
(Little John, 2002).
Terdapat kampanye terselubung pada iklan partai Perindo yang dapat
dikategorikan sebagai persepsi mengenai citra dari kandidat politik yang
menunjukkan Hary Tanoesoedibjo sebagai pemimpin yang kharismatis dan peduli
dengan rakyat kecil. Kemudian mengenai partai Perindo yang diketuai oleh Hary
Tanoesoedibjo yang menunjukkan dukungan dari masyarakat secara masif untuk
Hary Tanoesoedibjo yang juga mengarah pada dukungan untuk partai Perindo dari
masyarakat.
Kemudian persepsi mengenai isu, yang menunjukkan citra politik Hary
Tanoesoedibjo sebagai pemimpin yang dihormati dan peduli dengan generasi
penerus bangsa dalam hal ini menanggapi isu mengenai hilangnya kepercayaan
kaum muda pada politisi. Persepsi selanjutnya mengenai peristiwa dalam

10
kampanye yang menunjukkan citra politik Hary Tanoesoedibjo sebagai
pemimpin yang bisa memelihara pluralitas yang ada di Indonesia, merujuk pada
peristiwa perpecahan yang banyak terjadi di Indonesia karena masalah pluralitas.
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka diambil
kesimpulan bahwa komunikasi politik yang dilakukan oleh Hary Tanoesoedibjo
cukup meyakinkan yakni dengan peduli kepada masyarakat, yaitu dengan
membantu dan membangun masyarakat. Komunikasi yang dilakukan oleh Hary
Tanoesoedibjo di dalam partai adalah komunikasi yang bersifat tegas dan juga
konsisten. Hal ini terlihat pada elektabilitas partai Perindo yang dipimpin oleh
Hary Tanoesoedibjo naik beberapa persen diakibatkan tertariknya masyarakat
terhadap program partai politik tersebut. Masyarakat meyakini kalau parpol itu
dapat membawa perubahan untuk Indonesia.
Selain itu Hary Tanoesoedibjo selaku pemimpin partai menanamkan
komunikasi yang mengarah kepada keterbukaan atas kesempatan-kesempatan
yang juga diberikan kepada para anggota partai atau kader dan jajarannya untuk
mengemukakan pendapat. Namun tidak seluruhnya komunikasi politik Hary
Tanoesoedibjo berhasil. Salah satu strategi Hary Tanoesoedibjo untuk
menggerakkan Perindo dengan jaringan patronasenya ternyata tidak lantas
menyebabkan kader-kader di kantor cabang mengikuti arahan partai dalam upaya
memenangkan pemilihan
Sebagai pimpinan partai Perindo serta pemilik stasiun televisi, Hary
Tanoesoedibjo memanfaatkan teknologi media sebagai political marketing
terutama iklan di televisi. Terdapat tanda atau representamen serta konsep,
gagasan, dan seterusnya yang dimaknai sebagai objek, kemudian interpretan yang
dimaknai dengan makna impresi atau perasaan yang menjadi pesan verbal
maupun non verbal dalam tayangan iklan Partai Perindo. Terdapat tiga klasifikasi
yang menjadikan proses pencitraan yang dilakukan Hary Tanoesoedibjo yakni
semiotika, yakni ikon, indeks, dan simbol.
Terdapat kampanye terselubung pada iklan partai Perindo. Melalui iklan
tersebut dengan andalannya yakni Mars Perindo, Hary Tanoesoedibjo

11
mengharapkan dapat mengumpulkan massa sebanyak mungkin demi menciptakan
partai yang kompeten dan berdedikasi tinggi. Melalui iklan politik di media
massa, Hary Tanoesoedibjo sangat intens memperkenalkan dirinya kepada
masyarakat dan berusaha membangun citra melalui pesan-pesan yang termuat
didalamnya dan terbukti efektif terhadap figur Hary Tanoesoedibjo yang
tergolong baru dalam dunia politik.
DAFTAR PUSTAKA
AS, Hornby. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English. London :
Oxford University Press, 1974.

Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,


2008.

Cangara, Hafied. Komunikasi Politik. Teori, Konsep dan Strategi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2009.

Firmanzah, Marketing Politik. Jakarta: Obor, 2008.

Khamim ABM, Sabri MF. “Konglomerasi Media dan Partai Politik: Membaca
Relasi MNC Group dengan Partai Perindo”. Politika: Jurnal Ilmu Politik.
Vol. 10, No. 2, Oktober, 2019.

Little John, Stephen W. Theories of Human Communication. 7Th Edition.


California: Wadsworth, 2002.

McNair, B. An introduction to political communication. Oxon, Canada:


Routledge. 2010.

__________. An Introduction to Political Communication. London and New


York: Routledge. 2011

Miles, Mattew B, dan Huberman, A. Michael. Analisa Data Kualitatif : Buku


Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia
Press, 1992.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2009.

Muhtadi, Asep Saeful. Komunikasi Politik Indonesia Dinamika Islam Politik


Pasca-Orde Baru. Bandung: Rosdakarya, 2008.

12
Nambo AB. dan MR .Puluhuluwa. “Memahami Tentang Beberapa Konsep Politik
(Suatu Telaah Dari Sistem Politik)”. Online. Media.neliti.com. Volume
XXI No. 2 April – Juni 2005 : 262 – 285. Diakses tanggal 18 Mei 2020.

Nicholas J. O’Soughnessy and Stephen C.M Henneberg. ”The Idea of Political


Marketing”, associate ed. p.cm. Cambridge: Prager Publisher, 2002.

Nimmo, Dan. Komunikasi Politik (Komunikator, Pesan dan Media). Terj. Tjun
Surjaman. Bandung : Remaja Karya, 1989.

Noer, Deliar. Pengantar ke Pemikiran Politik. Jakarta : Rajawali, 1983.

Nursal Adman, Political Marketing Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah


Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR DPD Presiden. Jakarta
:Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Rahman, Firdaus Aulia, dkk. Bias Politik Sebuah Media: Relevansi Sosialisasi
Politik di Indonesia. Jurnal Sosietas. Vol. 8, No. 2, 2018.

Reza, MN. 2018. Online. http://eprints.undip.ac.id/61730/3/3._BAB_II.pdf.


Diakses tanggal 17 Mei 2020.

Shahreza, Mirza. “Komunikator Politik Berdasarkan Teori Generasi”. Journal of


Communication. Vol.1, No.1, Juni 2017, pp. 33-48.

Wahid, Umaimah. Komunikasi Politik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media,


2016.

WEBSITE BERITA
https://www.voa-islam.com. Diakses tanggal 17 Mei 2020.

https://www.beritasatu.com/politik/533925-hary-tanoe-kader-perindo-harus-bawa-
perubahan untuk-rakyat-kecil. Diakses tanggal 17 Mei 2020.

https://www.liputan6.com/news/read/3940506/hary-tanoesoedibjo-perindo-
memberdayakan-rakyat-kecil-jadi-mapan#. Diakses tanggal 17 Mei 2020.

https://news.okezone.com/read/2019/03/25/606/2034650/survei-jsi-maret-2019-
elektabilitas-partai-perindo-4-7. Diakses tanggal 17 Mei 2020.

13

Anda mungkin juga menyukai