Disusun Oleh :
Chairunnisa, S.Ked.
NIM : 71.2020.012
Pembimbing Klinik:
Dr. dr. Hj. Aryani Aziz, Sp.OG (K), MARS.
LAPORAN KASUS
Judul:
Oleh:
Chairunnisa, S.Ked.
71.2020.012
Telah dilaksanakan pada bulan April 2021 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di SMF/ Departemen Obstetri dan
Ginekologi Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “
Partus Spontan yang diawali KPSW ” sebagai syarat mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior (KKS) di Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang. Salawat beriring salam selalu tercurah kepada
junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan
pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada:
1. Dr. dr. Hj. Aryani Aziz, Sp.OG (K)., MARS., selaku pembimbing
Kepaniteraan Klinik Senior di SMF/ Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang yang telah
memberikan masukan, arahan, serta bimbingan dalam penyelesaian
laporan kasus ini
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................ ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ........................................................................................ 1
1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................................ 2
1.3 Manfaat ................................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persalinan ................................................................................................ 3
2.1.1.Definisi Persalinan.......................................................................... 3
2.1.2.Pembagian Persalinan..................................................................... 3
2.1.3 Diagnosis Persalinan....................................................................... 4
2.1.4.Faktor yang Mempengaruhi Proses Persalinan.............................. 5
2.1.5.Mekanisme Persalinan.................................................................... 8
2.2. Ketuban Pecah Dini................................................................................ 19
2.2 .1.Definisi........................................................................................... 19
2.2.2. Epidemiologi.................................................................................. 20
2.2.3. Klasifikasi...................................................................................... 20
2.2.4. Etiologi........................................................................................... 21
2.2.5. Patofisiologi .................................................................................. 23
2.2.6. Diagnosis ....................................................................................... 25
2.2.5. Penatalaksanaan ............................................................................ 27
2.2.6. Komplikasi..................................................................................... 30
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Apakah Penegakan Diagnosis pada Pasien ini Sudah Benar?............... 42
4.2 Apakah Penatalaksanaan pada Pasien ini Sudah Adekuat?.................... 43
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
selaput ketuban tersebut diduga berkaitan dengan perubahan proses biokimiawi
yang terjadi dalam
2
2
1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat Teoritis
Bagi institusi, diharapkan laporan kasus ini dapat menambah bahan
referensi dan studi kepustakaan dalam bidang ilmu obstetrik dan
ginekologi terutama tentang kasus partus spontan dengan KPSW.
Rasa tidak nyaman tidak hilang Rasa tidak nyaman biasanya reda
dengan sedasi dengan sedasi
Gambar 10. Pendataran dan dilatasi serviks sempurna pada Multigravida dan
Primigravida
1. Engagement
Mekanisme yang digunakan oleh diameter biparietal-diameter
transversal kepala janin pada presentasi oksiput untuk melewati
pintu atas panggul disebut sebagai engagement. Fenomena ini
terjadi pada minggu-minggu terakhir kehamilan. Turunnya
kepala dapat dibagi menjadi masuknya kepala ke dalam pintu
atas panggul dan majunya kepala.
Gambar 14. Empat derajat fleksi kepala (A). Fleksi buruk, (B). Fleksi
sedang, (C) Fleksi lebih lanjut, (D) Fleksi lengkap
7. Ekspulsi6
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis
dan menjadi hipomoklion untuk kelahiran bahu belakang.
Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan
anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.
satu jam kemudian tidak terdapat tanda awal persalinan, dengan demikian
untuk kepentingan klinis waktu 1 jam tersebut merupakan waktu untuk
melakukan pengamatan adanya tanda-tanda awal persalinan. Bila terjadi
pada kehamilan < 37 minggu maka peristiwa tersebut disebut KPSW
Preterm (PPROM = preterm premature rupture of the membrane - preterm
amniorrhexis.11
Ketuban pecah sebelum waktunya adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan, dan setelah ditunggu satu jam belum terdapat
tanda persalinan. Waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi rahim
disebut ketuban pecah dini (periode laten). Kondisi ini merupakan penyebab
persalinan premature dengan segala komplikasinya.12
Sebagian besar ketuban pecah sebelum waktunya terjadi pada
kehamilan aterm lebih dari 37 minggu, sedangkan kurang dari 36 minggu
tidak terlalu banyak. Ketuban pecah sebelum waktunya merupakan masalah
kontroversi obstetri.13 Waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi
rahim disebut kejadian ketuban pecah dini atau periode laten.12
2.2.2. Epidemiologi
Ketuban pecah sebelum waktunya terjadi pada sekitar 8-10%
kehamilan. Risiko infeksi intrauteri yang meningkat bila interval antara
pecah ketuban dan pelahiran semakin lama. KPSW Preterm terjadi pada
kira-kira 1% dari seluruh kehamilan dan berkaitan dengan 30-40% kelahiran
prematur. Hal ini kemudian menjadi penyebab utama yang teridentifikasi
dari kelahiran prematur dan komplikasinya, termasuk sindroma distress
pernapasan, infeksi neonatus, dan perdarahan intraventrikular. Setelah
ketuban pecah sebelum waktunya aterm, 90% kasus memulai persalinan
dalam 24 jam, dan 95% dalam 72 jam.14
2.2.3. Klasifikasi
1. KPSW Preterm
Ketuban pecah sebelum waktunya preterm adalah pecah ketuban
yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern atau
21
2.1.1. Etiologi
KPSW dapat terjadi karena berbagai alasan. Meskipun pecah ketuban
merupakan istilah dari fisiologis normal dimana terjadinya kelemahan pada
ketuban akibat adanya kontraksi dari uterus, KPSW dapat terjadi akibat
berbagai mekanisme patologis. Infeksi intraamniotik telah terbukti secara
umum terkait dengan KPSW, terutama pada usia kehamilan yang masih
muda.5
Riwayat KPSW sebelumnya merupakan faktor risiko utama untuk
terjadinya KPSW pada kehamilan berikutnya. Faktor risiko lainnya yaitu,
serviks yang pendek, perdarahan pada trimester kedua dan ketiga, indeks
masa tubuh yang rendah, status sosial ekonomi yang rendah, dan
penggunaan narkoba. Selain itu KPSW juga dapat terjadi akibat faktor lain
yang belum jelas penyebabnya.5
Penyebab KPSW meliputi13:
a) Serviks inkopeten
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada
otot-otot leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,
22
d) Multipara/grandemultipara
Pada kehamilan yang terlalu sering akan mempengaruhi proses
embriogenesis sehingga selaput ketuban yang terbentuk akan lebih
tipis dan yang akan menyebabkan selaput ketuban pecah sebelum
tanda – tanda inpartu.
e) Overdistensi uterus pada hidramnion, kehamilan ganda, dan
sevalopelvik disproporsi.
Hidramnion atau sering disebut polihidramnion adalah banyaknya
air ketuban melebihi 2000 cc. Hidramnion dapat terjadi pada kasus
anensefalus, atresia esophagus, gemeli, dan ibu yang mengalami
diabetes melitus gestasional. Ibu dengan diabetes melitus
gestasional akan melahirkan bayi dengan berat badan berlebihan
pada semua usia kehamilan sehingga kadar cairan amnion juga
akan berlebih. Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua
janin atau lebih sehingga kemungkinan terjadinya hidramnion
bertambah 10 kali lebih besar.
f) Kelainan letak yaitu letak lintang.
2.1.2. Patofisiologi
Kekuatan selaput ketuban ditentukan oleh keseimbangan sintesa dan
degradasi matriks ekstraseluler. Bila terjadi perubahan di dalam selaput
ketuban, seperti penurunan kandungan kolagen, perubahan sruktur kolagen
dan peningkatan aktivitas kolagenolitik maka KPSW dapat terjadi.4
Degradasi kolagen yang terjadi diperantarai oleh Matriks
Metalloproteinase (MMP) dan dihambat oleh Penghambat Matriks
Metalloproteinase (TIMP) serta penghambat protease. Keutuhan selaput
ketuban terjadi karena kombinasi dari aktivitas MMP yang rendah dan
konsentrasi TIMP yang relatif lebih tinggi. Mikroorganisme yang
menginfeksi host dapat membentuk enzim protease disertai respon
imflamasi dari host sehingga mempengaruhi keseimbangan MMP dan TIMP
24
2.1.3. Diagnosis
Penilaian awal dari ibu hamil yang datang dengan keluhan KPSW
aterm harus meliputi 3 hal, yaitu konfirmasi diagnosis, konfirmasi usia
gestasi dan presentasi janin, dan penilaian kesejahteraan maternal dan fetal.
Tidak semua pemeriksaan penunjang terbukti signifikan sebagai penanda
yang baik dan dapat memperbaiki luaran.3
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik (termasuk pemeriksaan
spekulum)
26
Ultrasonografi
27
2.1.4. Penatalaksanaan
Prinsip utama penatalaksanaan KPSW adalah untuk mencegah
mortalitas dan morbiditas perinatal pada ibu dan bayi yang dapat meningkat
karena infeksi atau akibat kelahiran preterm pada kehamilan dibawah 37
minggu. Prinsipnya penatalaksanaan ini diawali dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan beberapa pemeriksaan penunjang yang mencurigai
tanda-tanda KPSW. Setelah mendapatkan diagnosis pasti, dokter kemudian
melakukan penatalaksanaan berdasarkan usia gestasi. Hal ini berkaitan
28
tetapi jika gagal, akhiri persalinan dengan seksio sesaria. Bila bishop
score > 5, lakukan induksi persalinan.4
Tabel 2.2 Bishop Score18
Skor 0 1 2 3
Pembukaan 0 1-2 3-4 5-6
Pendataran 0-30 % 0-50% 60-70% 80%
Station -3 -2 -1 +1, +2
Konsistensi Keras Sedang Lunak Amat lunak
Posisi ostium Posterior Tengah Anterior Anterior
2.1.5. Komplikasi
KPSW menyebabkan komplikasi pada 8% kehamilan dan biasanya
diikuti dengan persalinan segera. Komplikasi paling signifikan sebagai
31
akibat dari KPSW pada ibu adalah infeksi intrauterin, yang risikonya
meningkat sebanding dengaan durasi pecahnya ketuban.3
Infeksi intraamniotik terbukti secara klinis terjadi pada 15-35% kasus
KPSW dan infeksi postpartum terjadi pada sekitar 15-25% kasus. Insiden
infeksi lebih tinggi pada usia kehamilan awal. Abruptio placentae menjadi
komplikasi pada 2-5% kehamilan dengan KPSW.3
Komplikasi ibu
Komplikasi pada ibu yang terjadi biasanya berupa infeksi
intrauterin. Infeksi tersebut dapat berupa endomyometritis, maupun
korioamnionitis yang berujung pada sepsis. Pada sebuah penelitian,
didapatkan 6,8% ibu hamil dengan KPSW mengalami
endomyometritis purpural, 1,2% mengalami sepsis, namun tidak
ada yang meninggal dunia.3
Diketahui bahwa yang mengalami sepsis pada penelitian ini
mendapatkan terapi antibiotik spektrum luas, dan sembuh tanpa
sekuele. Sehingga angka mortalitas belum diketahui secara pasti.
40,9% pasien yang melahirkan setelah mengalami KPSW harus
dikuret untuk mengeluarkan sisa plasenta,, 4% perlu mendapatkan
transfusi darah karena kehilangan darah secara signifikan. Tidak
ada kasus terlapor mengenai kematian ibu ataupun morbiditas
dalam waktu lama.3
Komplikasi janin
Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah persalinan
lebih awal. Periode laten, yang merupakan masa dari pecahnya
selaput amnion sampai persalinan secara umum bersifat
proporsional secara terbalik dengan usia gestasi pada saat KPSW
terjadi. Sebagai contoh, pada sebuah studi besar pada pasien aterm
menunjukkan bahwa 95% pasien akan mengalami persalinan dalam
1 hari sesudah kejadian. Sedangkan analisis terhadap studi yang
mengevaluasi pasien dengan preterm 1 minggu, dengan sebanyak
32
Suami Pasien
Nama : Tn. O
Umur : 26 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Jl. Lebak Jaya 3, No. 24, Kalidoni, Palembang
3.2. Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 23 April 2021 ( 05.35 WIB)
A. Keluhan Utama
Hamil cukup bulan dan mengeluh keluar air-air.
32
33
E. Riwayat Menstruasi
Usia Menarke : 12 tahun
Sikluas Haid : 40 hari
Lama Haid : 7 hari, 3 kali ganti pembalut/hari
Keluhan Saat Haid : Nyeri perut pada hari pertama
HTHP : 16 Juli 2020
34
F. Riwayat Perkawinan
Status Pernikahan : 1x
Lama Menikah : 3 Tahun
Usia saat Menikah : 22 tahun
G. Riwayat Kontrasepsi
Pasien belum pernah menggunakan kontrasepsi apapun.
H. Riwayat ANC
Satu bulan sekali, di bidan.
A. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 66 kg
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5°C
35
Keadaan Spesik
Kepala : Normocephali
Pemeriksaan luar
b. Status Obstetri
36
3. Pemeriksaan Urin
Urin Rutin
f
Sedimen
Eritrosit 6-7 <3
Leukosit 10 – 13 <5
Epitel 7 1 - 15
Silinder Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
3.6. Penatalaksanaan
Observasi keadaan umum, tanda vital, HIS, dan DJJ
IVFD Ringer Laktat drip oksitoksin 1 amp gtt 20x/menit
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr/i.v
Tindakan: terminasi pervaginam
3.8. Follow Up
Sebelum Partus
Tanggal Catatan Tindakan
23 April S : Pasien mengatakan - Observasi keadaan umum,
2021, Pukul ingin melahirkan tanda vital ibu dan DJJ
05.45 HPHT: 16-07-2020 - IVFD Ringer Lactate 500 cc +
R/: 2018/ sp / perempuan oksitoksin 1 amp gtt
/ 2.900 20x/menit
Riwayat penyakit
sebelumnya (-)
O:
KU: Baik
TD: 120/80 mmHg
HR: 80 x/menit
RR: 20 x/menit
T: 36,5ºC
Kontraksi (+)
DJJ: 140x/mnt
Air ketuban (-)
VT:
-Konsistensi portio :
Lunak
-Posisi portio : Medial
-Pembukaan: 10 cm
-Pendataran: 80%
-Selaput ketuban: -
-Presentasi: Kepala
-Hodge: Hodge 3
Sesudah Partus
23 April S : Pasien mengatakan - IVFD Ringer Lactate 500 cc
2021, Pukul nyeri pada tempat gtt 20x/menit.
10.00 WIB hecting - Rencana AFF infus.
- Mobilisasi bertahap.
O: - Diet TKTP.
KU: Baik - Asi on demand.
TD: 120/70 mmHg - Latihan berkemih.
HR: 82 x/menit - Perawatan luka.
RR: 22 x/menit - Terapi oral.
T: 36,4ºC - Cefadroxil 2x500 mg tab/oral
Perdarahan (+) - As.mefenamat 3x500 mg
Lochia rubra tab/oral .
TFU: 2 jari di bawah
pusat
A : P2A0 postpartum
spontan dengan hecting
24 April S : Pasien mengatakan - Rencana Pulang.
2021, pukul nyeri kontraksi - Diet TKTP.
10:00 - Perawatan luka.
O: - Asi on demand.
KU: Baik - Terapi oral.
TD: 120/80 mmHg - Cefadroxil 2x500 mg
HR: 81 x/menit tab/oral.
RR: 20 x/menit - As.mefenamat 3x500 mg
T: 36,4ºC tab/oral.
Kontraksi (+)
TFU: 2 jari bawah pusat
Perdarahan: aktif (+)
Lochea : rubra
Hb : 7,0 gr
A : P2A0 postpartum
spontan dengan hecting
hari-1
BAB IV
PEMBAHASAN
42
43
5.1 Simpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, penunjang, dan tatalaksana
yang diberikan dapat disimpulkan bahwa:
1. Diagnosis pada kasus ini sudah tepat.
2. Tatalaksana pada kasus ini adekuat.
5.2 Saran
Berdasarkan uraian tersebut, adapun saran yang bisa diberikan yaitu:
1. Pada pasien hamil yang mengalami ketuban pecah sebelum waktu
persalinan hendaknya segera dibawa ke rumah sakit untuk mencegah
terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan seperti infeksi maternal
dan fetal distress.
2. Pada tenaga penolong untuk lebih memperhatikan faktor apa saja yang
berkaitan dengan kejadian ketuban pecah sebelum waktunya.
45
DAFTAR PUSTAKA
46
47