Anda di halaman 1dari 49

MENAKAR RISIKO DAN TANGGUNG

JAWAB AKUNTAN (KJA) DAN


AKUNTAN PUBLIK (KAP) DALAM
PELAPORAN KEUANGAN
KORPORASI

Fasilitator:
Marisi P. Purba, S.E., M.H., Ak, CA, ASEAN CPA
(Praktisi, Penulis & Akademisi)
❑ PENANDATANGANAN LAPORAN
TAHUNAN
❑ ASPEK HUKUM PERDATA PELAPORAN
KEUANGAN
❑ ASPEK HUKUM PIDANA PELAPORAN
KEUANGAN
❑ PRINSIP ETIKA KERAHASIAAN
❑ SANKSI AKUNTAN PUBLIK
PENANDATANGANAN LAPORAN TAHUNAN
Stakeholder (Pengguna Laporan keuangan) korporasi:

Investor/Analis

Regulator/Fiskus
Karyawan

Laporan
Tahunan

Bank/Kreditur Masyarakat/Publik
PENANDATANGANAN LAPORAN TAHUNAN
Elemen Laporan Tahunan berdasarkan pasal 66
ayat 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas (UU PT):
Laporan Keuangan
Laporan Kegiatan
Perusahaan
Laporan CSR
Rincian Masalah
Laporan Pengawasan Dewan
Komisaris
Nama Anggota Direksi dan Dewan Komisaris

Gaji dan Tunjangan Anggota Direksi dan Dewan Komisaris


PENANDATANGANAN LAPORAN TAHUNAN
Elemen laporan keuangan (pasal 66 ayat 2 butir a
UU PT):

Neraca

Laporan laba rugi


Laporan
Keuangan
Laporan perubahan ekuitas

Laporan arus kas

Catatan atas laporan


keuangan
PENANDATANGANAN LAPORAN TAHUNAN
Pasal 66 ayat 1-2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT):
“(1) Direksi menyampaikan laporan tahunan kepada
RUPS setelah ditelaah oleh Dewan Komisaris dalam
jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah
tahun buku Perseroan berakhir.
(2) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memuat sekurang-kurangnya:
a. laporan keuangan yang terdiri atas
sekurang-kurangnya neraca akhir tahun buku yang
baru lampau dalam perbandingan dengan tahun
buku sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buku
yang bersangkutan, laporan arus kas, dan laporan
perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan
keuangan tersebut.......................”.
PENANDATANGANAN LAPORAN TAHUNAN
Pasal 67 ayat 1 UU PT:
“Laporan tahunan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 66 ayat (1) ditandatangani oleh
semua anggota Direksi dan semua anggota
Dewan Komisaris yang menjabat pada tahun
buku yang bersangkutan dan disediakan di
kantor Perseroan sejak tanggal panggilan
RUPS untuk dapat diperiksa oleh pemegang
saham.”

Penjelasan Pasal 67 ayat 1 UU PT:


Yang dimaksud dengan “penandatanganan laporan tahunan” adalah
bentuk pertanggungjawaban anggota Direksi dan anggota Dewan
Komisaris dalam melaksanakan tugasnya. Dalam hal laporan
keuangan Perseroan diwajibkan diaudit oleh akuntan publik, laporan
tahunan yang dimaksud adalah laporan tahunan yang memuat
laporan keuangan yang telah diaudit.
PENANDATANGANAN LAPORAN TAHUNAN
UU PT Pasal 67 ayat 2:
“Dalam hal terdapat anggota Direksi atau anggota Dewan
Komisaris yang tidak menandatangani laporan tahunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang bersangkutan harus
menyebutkan alasannya secara tertulis, atau alasan tersebut
dinyatakan oleh Direksi dalam surat tersendiri yang dilekatkan
dalam laporan tahunan.”

UU PT Pasal 67 ayat 3:
“Dalam hal terdapat anggota Direksi atau anggota Dewan
Komisaris yang tidak menandatangani laporan tahunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tidak memberikan
alasan secara tertulis, yang bersangkutan dianggap telah
menyetujui isi laporan tahunan.”
PENANDATANGANAN LAPORAN TAHUNAN

Pasal 67 ayat 3
UU PT
Rechtsvermoeden
(legal presumption)

Pasal 23 ayat 3
UU BUMN
PENANDATANGANAN LAPORAN TAHUNAN
Piercing the
Acquit et de
Corporate Veil
charge
Doctrine

Pelaporan Keuangan
Korporasi
ASPEK HUKUM PERDATA PELAPORAN KEUANGAN

‘Piercing the Corporate Veil’


‘pierce’ = merobek/mengoyak/menembus
‘veil’ = tirai
‘corporate’ = korporasi/perusahaan

Anggota
Anggota Pemegang
Dewan
Direksi Saham
Komisaris
ASPEK HUKUM PERDATA PELAPORAN KEUANGAN

Pasal 66 ayat 3 UU PT:


“Laporan Keuangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a disusun
berdasarkan standar akuntansi keuangan”

Penjelasan pasal 66 ayat 3 UU PT:


Yang dimaksud dengan “standar akuntansi
keuangan” adalah standar yang ditetapkan
oleh Organisasi Profesi Akuntan Indonesia
yang diakui Pemerintah Republik
Indonesia.
ASPEK HUKUM PERDATA PELAPORAN KEUANGAN

Pasal 69 ayat 3 UU PT:


“(3) Dalam hal laporan keuangan
yang disediakan ternyata tidak Piercing the
benar dan/atau menyesatkan, Corporate
anggota Direksi dan anggota
Dewan Komisaris secara tanggung Veil
renteng bertanggung jawab
terhadap pihak yang dirugikan.”
ASPEK HUKUM PERDATA PELAPORAN KEUANGAN
Kasualitas antara Perbuatan dan Kerugian dalam Pasal 69 ayat
3 UU PT:

Laporan
keuangan Tanggung jawab
tidak benar renteng (setiap
Unsur
anggota Direksi dan
kesengajaan anggota Dewan
atau kelalaian Laporan Komisaris) terhadap
keuangan pihak yang dirugikan
menyesatkan
ASPEK HUKUM PERDATA PELAPORAN KEUANGAN
Kasualitas antara Perbuatan dan Kerugian dalam Pasal 69 ayat
3 UU PT: (lanjutan)

“benar” ❑ Otorisasi (semua transaksi yang


dan dicatat adalah transaksi yang
“menyesatkan” dilakukan dengan otorisasi yang
tepat),
❑ Akurat (semua informasi yang
disajikan adalah akurat),
❑ Lengkap (semua transaksi telah
dicatat dan dilaporkan).
ASPEK HUKUM PERDATA PELAPORAN KEUANGAN
Kasualitas antara Perbuatan dan Kerugian dalam Pasal 69 ayat
3 UU PT: (lanjutan)
Terdapat kesalahan
Laporan atau kelalaian anggota
Tidak sesuai
Direksi/Dewan
keuangan dengan SAK?
Komisaris?

Apakah terdapat
Terdapat kerugian
hubungan kausal
pengguna laporan
antara perbuatan
dan kerugian?
keuangan?
Pengguna LK:
Pemegang saham,
Kreditor/bank,
Pemerintah,
Karyawan,
d.l.l.
ASPEK HUKUM PIDANA PELAPORAN KEUANGAN

Prinsip legalitas dalam hukum


pidana:
“Nullum Delictum Nulla Poena Sine
Previa Lege Poenali”
(Suatu perbuatan hanya dapat
dipidana apabila perbuatan tersebut
melanggar undang-undang yang
mengatur pidana tersebut atau
biasa juga disebut dengan asas
legalitas).
ASPEK HUKUM PIDANA PELAPORAN KEUANGAN

Prinsip legalitas dalam hukum pidana:

dolus/opzet
Syarat Objektif (kesengajaan)
(actus reus) berupa
kesalahan (schuld) culpa
Strafbaar (kealpaan)
feit (delict)
Syarat Subjektif (mens rea)
atau terhadap pelakunya dapat
dipertanggungjawabkan
ASPEK HUKUM PIDANA PELAPORAN KEUANGAN

Delik Formil Delik yang menitikberatkan pada


perbuatan

Delik Materiil Delik yang menitikberatkan pada


akibat

Delik Umum Delik yang dapat dilakukan oleh


siapapun

Delik Khusus Delik yang hanya dapat dilakukan


orang-orang dengan kualifikasi
tertentu
ASPEK HUKUM PIDANA PELAPORAN KEUANGAN

Delik Aduan Delik yang hanya dapat diproses


secara hukum apabila ada aduan

Delik Biasa Delik yang dapat diproses secara


hukum tanpa adanya aduan

Delik Delik yang di dalam rumusan hukumnya


Kesengajaan terdapat unsur kesengajaan

Delik Delik yang di dalam rumusan hukumnya


Kealpaan terdapat unsur kealpaan
ASPEK HUKUM PIDANA PELAPORAN KEUANGAN

Delik Komisi Melakukan perbuatan dilarang


undang-undang

Delik Omisi Tidak melakukan perbuatan yang


diharuskan undang-undang

Delik Delik dalam bentuk pokok sebagaimana


Sederhana dirumuskan oleh si pembuat
undang-undang

Delik Delik dengan pemberatan karena


Terkualifikasi keadaan tertentu
ASPEK HUKUM PIDANA PELAPORAN KEUANGAN

Pasal 392 KUHP:


“Seorang pengusaha, seorang pengurus
atau komisaris persero terbatas,
maskapai andil Indonesia atau koperasi,
yang sengaja mengumumkan daftar
atau neraca tidak benar, diancam
dengan pidana penjara paling lama
satu tahun empat bulan.”
ASPEK HUKUM PIDANA PELAPORAN KEUANGAN

Pasal 392 KUHP: (lanjutan)

sengaja pidana penjara


Pengusaha mengumumkan
paling lama satu
Pengurus daftar atau
neraca tidak
tahun empat
Komisaris
benar bulan
ASPEK HUKUM PIDANA PELAPORAN KEUANGAN

Pasal 392 KUHP: (lanjutan)


Unsur-unsur subjektif: dengan sengaja (opzettelijk misdriff
atau kejahatan yang dilakukan
dengan sengaja).

Unsur-unsur objektif: 1. pengusaha, pengurus atau


komisaris,
2. suatu perseroan terbatas,
maskapai bangsa Indonesia
dengan saham atau perkumpulan
koperasi,
3. mengumumkan suatu daftar atau
neraca tidak benar.
ASPEK HUKUM PIDANA PELAPORAN KEUANGAN

Pasal 392 KUHP: (lanjutan)


Aparat penegak hukum harus dapat membuktikan:
Pelaku mengetahui bahwa dirinya merupakan
Apabila salah satu dari
seorang pengusaha, seorang anggota pengurus
ketiga unsur tidak atau seorang anggota dewan komisaris dari
dapat dibuktikan maka suatu perseroan terbatas, maskapai bangsa
hakim harus
memberikan putusan
Indonesia dengan saham atau perkumpulan
bebas koperasi
Pelaku menghendaki untuk
mengumumkan suatu daftar atau suatu
neraca
Pelaku mengetahui bahwa yang dia umumkan
itu merupakan suatu daftar atau suatu neraca
yang tidak benar.
ASPEK HUKUM PIDANA PELAPORAN KEUANGAN

Pasal 392 KUHP: (lanjutan)


1. Menyebarluaskan neraca di
berbagai kalangan (pemegang
saham, nasabah, kreditor dan para
stakeholder lainnya),
2. Kemungkinan “timbulnya kerugian”
“.…sengaja atau adanya sifat “memperdaya
mengumumkan orang lain” tidak diperlukan,
3. Kesengajaaan: (1) kesengajaan
daftar atau neraca
sebagai maksud (opzet als
tidak benar…..” oogmerk), (2) kesengajaan dengan
sadar kepastian (opzet bij
zekerheidsbewustzijn), atau (3)
kesengajaan dengan sadar
kemungkinan (voorwaardelijk
opzet).
ASPEK HUKUM PIDANA PELAPORAN KEUANGAN

Pasal 392 KUHP: (lanjutan)

1. Merupakan delik
formil, yaitu delik
yang lebih
Pasal 392 menitikberatkan pada
tindakan,
KUHP 2. Merupakan delik
kesengajaaan,
3. Merupakan delik
aduan?
ASPEK HUKUM PIDANA PELAPORAN KEUANGAN
Pasal 55 ayat 1 KUHP:
”Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:
1. Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan
dan yang turut serta melakukan perbuatan,
2. Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan
sesuatu dengan menyalahgunakan kekuasaan atau
martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan
atau dengan memberi kesempatan, sarana atau
keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya
melakukan perbuatan.”

Pasal 55 ayat 2 KUHP:


“Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja
dianjurkan sajalah yang diperhitungkan, beserta
akibat-akibatnya.”
ASPEK HUKUM PIDANA PELAPORAN KEUANGAN
Pasal 56 KUHP:
“Dipidana sebagai pembantu kejahatan:
1. Mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu
kejahatan dilakukan,
2. Mereka yang sengaja memberi kesempatan, sarana
atau keterangan untuk melakukan kejahatan.”
ASPEK HUKUM PIDANA PELAPORAN KEUANGAN
Pasal 55 KUHP:
1. Pelaku (pleger),
2. Yang menyuruh melakukan (doen pleger),
3. Turut serta melakukan (medepleger),
4. Menganjurkan orang lain melakukan
(uitlokker).

Pasal 56 KUHP:
1. Memberikan bantuan pada pelaku
(medeplictiger),
2. Memberikan kesempatan, sarana atau
keterangan (medeplictiger).
ASPEK HUKUM PIDANA PELAPORAN KEUANGAN

pleger doen pleger medepflictiger

medepleger uitlokker

dader
PRINSIP ETIKA KERAHASIAAN
PRINSIP ETIKA KERAHASIAAN
Kode Etik Profesi AP:
140.1
Kerahasiaan
“Prinsip kerahasiaan mewajibkan semua Akuntan Publik atau
CPA untuk tidak melakukan hal berikut:
a) Mengungkapkan kepada pihak luar kantor atau entitas
pemberi kerja informasi yang bersifat rahasia yang
diperoleh dari suatu hubungan profesional dan hubungan
bisnis tanpa diberikan kewenangan yang memadai dan
spesifik, kecuali jika terdapat kewajiban secara hukum atau
hak profesional untuk mengungkapkannya, dan
b) Menggunakan informasi yang bersifat rahasia yang
diperoleh dari suatu hubungan profesional dan hubungan
bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak-pihak ketiga”.
PRINSIP ETIKA KERAHASIAAN
Kode Etik Profesi AP: (lanjutan)
140.7
“Berikut ini adalah keadaan-keadaan ketika Akuntan Publik
atau CPA diwajibkan atau dapat diwajibkan untuk
mengungkapkan informasi rahasia atau ketika
pengungkapan dianggap tepat:
a. Pengungkapan diijinkan oleh hukum dan disetujui oleh
klien atau pemberi kerja tersebut,
b. Pengungkapan yang diharuskan oleh hukum, sebagai
contoh:
i. Penyampaian dokumen-dokumen atau bukti lain
yang diwajibkan dalam proses peradilan; atau
ii. Pengungkapan kepada otoritas publik yang tepat
atas terjadinya indikasi pelanggaran hukum….”
PRINSIP ETIKA KERAHASIAAN
Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Akuntan Publik:
“(1). Akuntan Publik dan/atau Pihak Terasosiasi wajib
menjaga kerahasiaan informasi yang diperolehnya
dari klien.
(2). Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikecualikan apabila digunakan untuk kepentingan
pengawasan oleh Menteri.
(3). Menteri wajib menjaga kerahasiaan informasi
yang diperolehnya dari Akuntan Publik dan/atau
Pihak Terasosiasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.“
PRINSIP ETIKA KERAHASIAAN
Pasal 170 ayat 1-2 KUHAP:
“1)Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat
atau jabatannya diwajibkan menyimpan
rahasia, dapat diminta dibebaskan dari
kewajiban untuk memberi keterangan sebagai
saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan
kepada mereka,
2) Hakim menentukan sah atau tidaknya segala
alasan untuk permintaan tersebut.”
PRINSIP ETIKA KERAHASIAAN
Pasal 1909 KUH Perdata:
“Semua orang yang cakap untuk menjadi saksi,
wajib memberikan kesaksian di muka Hakim.
Namun dapatlah meminta dibebaskan dari
kewajiban memberikan kesaksian;
……(3). Siapa saja yang karena kedudukannya,
pekerjaannya atau jabatannya diwajibkan
undang-undang untuk merahasiakan
sesuatu, namun hanya mengenai hal-hal
yang dipercayakan kepadanya karena
kedudukan, pekerjaan dan jabatannya itu.”
PRINSIP ETIKA KERAHASIAAN
Pasal 322 ayat 1-2 KUHP:
“1)Barang siapa dengan sengaja membuka sesuatu
rahasia yang ia wajib menyimpannya oleh
karena jabatan atau pekerjaannya baik yang
sekarang maupun yang dahulu, dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya sembilan
bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 600,-
2) Jika kejahatan ini dilakukan terhadap seseorang
yang tertentu maka ini hanya dituntut atas
pengaduan orang itu.”
PRINSIP ETIKA KERAHASIAAN
Penyidikan
Penyelidikan Penuntutan Peradilan

Akuntan Publik memiliki verschoningsrecht verschoningsrecht


(hak mengundurkan diri sebagai saksi) tidak berlaku (pasal
yang bersifat imperatif (pasal 170 ayat 1 170 ayat 2 KUHAP)
KUHAP)

Pengecualian dalam kasus tipikor


(Pasal 21 UU Tipikor)
SANKSI AKUNTAN PUBLIK
Sanksi Akuntan Publik berdasarkan Peraturan
Perundang-undangan:

Sanksi
Administratif
“Menteri berwenang mengenakan
sanksi administratif kepada
Sanksi Akuntan Akuntan Publik, KAP, dan/atau
cabang KAP atas pelanggaran
Publik ketentuan administratif” (Pasal 53
UU Akuntan Publik)

Pidana
SANKSI AKUNTAN PUBLIK
Sanksi Administratif berdasarkan Pasal 53 ayat 3
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan
Publik (UU Akuntan Publik):
Rekomendasi untuk melakukan
kewajiban tertentu

Peringatan tertulis
Pembatasan pemberian jasa
Sanksi administratif kepada jenis entitas tertentu
profesi AP Pembatasan pemberian jasa
tertentu
Pembekuan izin

Pencabutan izin

denda
SANKSI AKUNTAN PUBLIK
Pasal 55 UU Akuntan Publik:
“Akuntan Publik yang:
a. melakukan manipulasi, membantu melakukan manipulasi,
dan/atau memalsukan data yang berkaitan dengan jasa
yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
ayat (1) huruf j; atau
b. dengan sengaja melakukan manipulasi, memalsukan,
dan/atau menghilangkan data atau catatan pada kertas
kerja atau tidak membuat kertas kerja yang berkaitan
dengan jasa yang diberikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) sehingga tidak dapat digunakan
sebagaimana mestinya dalam rangka pemeriksaan oleh
pihak yang berwenang dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).”
SANKSI AKUNTAN PUBLIK
Pasal 56 UU Akuntan Publik:
“Pihak Terasosiasi yang melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 55 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan pidana denda paling
banyak Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).”
SANKSI AKUNTAN PUBLIK
Sifat-Sifat Delik yang ada pada 55 UU Akuntan
Publik:

“…….. sehingga tidak dapat


digunakan sebagaimana delik materiil
mestinya dalam rangka
pemeriksaan oleh pihak yang
berwenang*.........” delik yang menitikberatkan
pada akibat atau delik yang
selesai dengan timbulnya
akibat

* yang dimaksud dengan “pihak berwenang” antara lain adalah


Menteri, kepolisian, kejaksaan dan pengadilan.
SANKSI AKUNTAN PUBLIK
Jenis-Jenis Pidana Akuntan Publik (Pasal 55 poin a
UU Akuntan Publik):

No. Perbuatan Objek Akibat


1. Melakukan manipulasi
data yang tidak dapat digunakan
2. Membantu melakukan berkaitan dengan sebagaimana mestinya
manipulasi jasa yang diberikan dalam rangka
pemeriksaan oleh
3. Memalsukan pihak yang berwenang

‘manipulate’: control or influence (a person or situation)


cleverly, unfairly, or unscrupulously
SANKSI AKUNTAN PUBLIK
Jenis-Jenis Pidana Akuntan Publik (Pasal 55 poin b
UU Akuntan Publik): (lanjutan)

No. Perbuatan Objek Akibat


1. Dengan sengaja data atau catatan tidak dapat digunakan
melakukan manipulasi pada kertas kerja sebagaimana mestinya
2. Dengan senagaja yang berkaitan dalam rangka
memalsukan dengan jasa yang pemeriksaan oleh
diberikan pihak yang berwenang
3. Dengan sengaja
menghilangkan
4. Dengan sengaja tidak kertas kerja yang
membuat berkaitan dengan
jasa yang diberikan
SANKSI AKUNTAN PUBLIK
Sifat-Sifat Delik yang ada pada 55 poin a UU
Akuntan Publik:
Perilaku Akibat
Melakukan manipulasi
data Tidak dapat digunakan
Membantu melakukan Kasualitas sebagaimana mestinya
manipulasi data, dalam rangka
Memalsukan data pemeriksaan oleh pihak
yang berwenang

Catatan: Tidak ada pidana apabila tidak ada hubungan kasualitas antara perilaku
dan akibat.
SANKSI AKUNTAN PUBLIK
Sifat-Sifat Delik yang ada pada 55 poin b UU
Akuntan Publik: (lanjutan)
Perilaku Akibat
Dengan sengaja
memanipulasi,
memalsukan dan/atau Kasualitas Tidak dapat digunakan
menghilangkan data atau sebagaimana mestinya
catatan pada kertas kerja dalam rangka
pemeriksaan oleh pihak
Dengan sengaja tidak yang berwenang
Kasualitas
membuat kertas kerja

Catatan: Tidak ada pidana apabila tidak ada hubungan kasualitas antara perilaku
dan akibat.
Questions?

Marisi P. Purba, S.E., M.H., Ak, CA, ASEAN CPA


Email: marisippurba@gmail.com
Phone: 0812 2068 4307

Anda mungkin juga menyukai