Anda di halaman 1dari 12

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

“Penyakit Keracunan Akibat Kerja”

Dosen Pengampu : Enaryaka,S.Kep.,Ns.M.M

Disusun Oleh :

1. Yogi Prasetio 2011604106


2. Irda Fitri Widya S 2011604107
3. A Khazelia Putra 2011604108

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN

KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2020/2021


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Memelihara standar kesehatan dan keselamatan yang tinggi di lingkungan kerja
mencakup pengawasan kondisi pekerjaan, termasuk tingkat kebisingan, tingkat radiasi,
temperatur, luka fisik akibat terjatuh atau terkena mesin, terluka atau terkontaminasi
dengan bahan-bahan kimia yang digunakan di tempat berkerja. Tingkat kesehatan dari
seseorang mempunyai pengaruh yang besar terhadap penampilan dan kapasitas kerjanya.
Dengan demikian maka penekanan dalam program kesehatan kerja tidak hanya pada
mengusahakan peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosial pekerja di semua lapangan pekerjaan saja,
tetapi juga pada pencapaian produktivitas kerja yang optimal.
Setiap hari manusia berhubungan dengan bahan yang dapat menjadi racun karena
semua zat dalam jumlah tertentu dapat menjadi racun. Pengertian racun sendiri ialah
suatu zat yang apabila masuk ke dalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat menimbulkan
reaksi tubuh yang tidak diingikan bahkan kematian. Reaksi kimia yang terjadi dapat
merusak jaringan tubuh ataupun mengganggu fungsi tubuh. Hal tersebut berbeda dengan
penggunaan obat dikarenakan reaksi penggunaan obat umumnya sudah diketahui dan
diinginkan, namun adakalanya juga reaksi obat menimbulkan hal yang tidak diinginkan
seperti gatal, sesak nafas, lemas, mual, dst.
Beberapa contoh zat racun antara lain : insektisida (pembasmi serangga), sianida
(sering ditemui pada singkong beracun), logam berat (timah hitam pada asap kendaraan
bermotor), bisa binatang (bisa ular, kalajengking, dsj) ataupun bahan kimia yang bersifat
korosif (dapat menyebabkan luka bakar pada bagian tubuh dalam jika masuk ke dalam
tubuh).

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan Penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keselamatan
dan Kesehatan Kerja tentang Masalah keracunan dalam tempat kerja serta untuk
memahami lebih jauh mengenai jenis keracunan apa saja yang biasa terjadi dalam tempat
kerja.
1.3 Manfaat Penulisan

1. Untuk Mengetahui Definisi Keracunan


2. Untuk Mengetahui Faktor Penyebab Keracunan
3. Untuk Mengetahui Cara Anamnesis
4. Untuk Mengetahui Keracunan Pemeriksaan penunjang Keracunan
5. Untuk Mengetahui Cara mencegah keracunan dalam tempat kerja

1.4 Waktu dan Tempat

Makalah penyakit keracunan akibat tempat kerja ini dibuat di yogyakarta pada hari
minggu 12 desember 2021.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Toksikologi

Awal mulanya toksikologi didefinisikan sebagai ‘ilmu yang mempelajari racun’.


Istilah toksikologi berarti ‘ilmu racun’. Kata toksik dalam bahasa Indonesia merupakan kata
serapan dari bahasa Inggris toxic ‘beracun’ dan berkombinasi dengan logos ‘ilmu’. Kata toxic
sendiri berasal dari bahasa Latin toxicus ‘racun’ (poison). Asal kata itu berasal dari Yunani
kuno toxikon, yang dipakai pada anak panah yang dicelupkan pada bahan beracun.
Toksikologi, dengan demikian, berhubungan dengan toxikos ‘busur’ dan toxikon ‘celupan
anak panah’, dua kata Latin yang dipergunakan pada masa silam ketika anak panah yang
dipakai untuk berperang mengandung racun (Klaassen, 2008).

Toksikologi dalam perkembangannya berperan penting dalam menunjang berbagai


subdisiplin ilmu lainnya. Pada awalnya dunia toksikologi berkembang seiring dengan
perkembangan ilmu farmakologi. Kini toksikologi dapat berdiri sendiri sebagai suatu disiplin
ilmu. Kedua disiplin ilmu tersebut sebenarnya memiliki kemiripan baik metode maupun
tujuan keilmuan, antara lain mempelajari mekanisme perubahan suatu bahan kimia dalam
sistem biologi. Dalam dunia farmakologi, hubungan dosisrespons suatu bahan kimia
dipelajari untuk mendapatkan berapa dosis terendah yang dapat menghasilkan efek terapi
yang diharapkan. Dunia toksikologi mempelajari dosis suatu bahan kimia untuk mendapatkan
berapa dosis terendah (serendah apa pun) yang tidak memberikan efek farmakologis dari
dosis yang dapat menyebabkan timbulnya efek racun.

2.2 Definisi Keracunan Akibat Kerja

Keracunan, yaitu masuknya bahan kimia kedalam tubuh yang dapat berakibat
keracunan akut atau keracunan kronik. Keracunan akut sebagai akibat penyerapan B3
dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang singkat dan dapat pula berakibat fatal
seperti keracunan gas CO, dan HCN. Keracunan kronik adalah penyerapan B3 dalam
jumlah sedikit tetapi berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga akibatnya baru
dirasakan setelah beberapa bulan atau beberapa tahun sampai puluhan tahun. Kemudian
bahan kimia tersebut seperi uap Pb, benzena dapat mengakibatkan leukimia. Pada
umumnya zat-zat toksik tersebut masuk lewat pernafasan dan kemudian beredar
keseluruh tubuh atau menuju ke organ-organ tubuh tertentu sehingga dapat langsung
mengganggu fungsinya seperti hati, ginjal, paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat juga zat-
zat tersebut terakumulasi dalam organ-organ tubuh tersebut, sehingga menimbulkan
kerusakan untuk jangka waktu yang panjang.

2.2 Faktor Penyebab Keracunan di Tempat Kerja

Faktor-¬faktor yang menentukan apakah efek kesehatan terjadi dan keparahan mereka
termasuk:

1. Jenis racun yang bersangkutan

2. Dosis atau intensitas terpaparnya racun dalam bekerja

3. Usia atau tahap perkembangan dari orang terkena (janin yang paling rentan)

4. Durasi paparan, dan

5. Rute paparan (inhalasi, menelan atau kontak kulit).

a. Keracunan melalui mulut/alat pencernaan, contohnya orang yang memakan makanan yang
mengandung peptisida tinggi hasil dari pertanian maupun pekerja (petani) tersebut terpapar
saat bekerja.

b. Keracunan melalui pernafasan umumnya berupa gas, uap dan bahan semprotan. Contohnya
Kebocoran gas industri amonia, klorin, dan sejenisnya yang dialami pekerja pabrik saat
bekerja hingga menyebabkan gangguan pernapasan akibat seringnya terpapar gas beracun.

c. Keracunan melalui kulit/kontak (absorbsi), Racun yang terserap ada kalanya dapat merusak
kulit. Racun yang masuk dari kulit secara perlahan terserap aliran darah. Umumnya yang
terjadi pada pekerja adalah terpapar maupun terkena langsung secara terus-menerus zat kimia
pertanian seperti insektisida, pestisida maupun zat kimia yang bersifat korosif.

d. Keracunan melalui tusukan, Zat racun menembus kulit langsung ke dalam tubuh melalui
sistem peredaran darah. Misalnya pecahan kaca zat kimia yang tertusuk pada permukaan kulit
para pekerja.

2.3 Cara / Jalur Masuknya Racun

a. Keracunan melalui mulut/alat pencernaan.


Umumnya terkait dengan bahan-bahan yang terdapat di rumah tangga. Obat-obatan
misalnya obat tidur/penenang yang dikonsumsi dalam jumlah banyak atau diminum
dengan bahan lain sehingga menimbulkan keracunan. Makanan yang mengandung
racun (misal : singkong beracun), makanan kadaluarsa serta makanan yang tidak
dipersiapkan dengan baik/tercemar. Obat nyamuk, minyak tanah, dsj.
Makanan/minuman yang mengandung alkohol (minuman keras).
b. Keracunan melalui pernafasan.
Umumnya berupa gas, uap dan bahan semprotan. Menghirup gas/udara beracun, misal
: gas mobil dalam keadaan mobil tertutup, uap minyak tanah, dsj. Kebocoran gas
industri, misal : amonia, klorin, dsj.
c. Keracunan melalui kulit/kontak (absorbsi).
Racun yang terserap ada kalanya dapat merusak kulit. Racun yang masuk dari kulit
secara perlahan terserap aliran darah. Umumnya zat kimia pertanian seperti
insektisida, pestisida maupun zat kimia yang bersifat korosif. Tanaman Tersentuh
binatang yang mengandung racun pada kulitnya ataupun bagian tubuhnya yang lain
(umumnya pada binatang yang hidup di air).
d. Keracunan melalui suntikan ataupun gigitan.
Zat racun menembus kulit langsung ke dalam tubuh melalui sistem peredaran darah.
Obat suntik, misal : penyalahgunaan obat dan narkotika. Gigitan/sengatan binatang
yang mengandung bisa racun, misal : kalajengking, ubur-ubur, dsj.

2.4 Cara Anamnesis Penyakit Keracunan Akibat Kerja

Menanyakan data-data pribadi seperti nama, umur, alamat, dan pekerjaan. Kemudian
menanyakan keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat
penyakit keluarga. Riwayat penyakit sekarang biasanya merupakan cerita yang kronologis,
terinci, dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai
pasien datang berobat. Sedangkan riwayat penyakit dahulu meliputi pertanyaan yang
menanyakan apakah pasien dulu pernah mengalami penyakit-penyakit tertentu yang
memungkinkan adanya hubungan dengan penyakit yang dialami sekarang. Riwayat penyakit
keluarga ditanyakan untuk mengetahui apakah pasien memiliki penyakit keturunan yang
mungkin diturunkan dari orang tua atau keluarga.

Pada pasien yang diduga mengalami penyakit akibat kerja, maka riwayat pekerjaan
harus ditanyakan lebih lengkap. Menggali lebih dalam sudah berapa lama pekerjaannya yang
sekarang, pekerjaan terakhir sebelum pekerjaan sekarang apa (mungkin saja pasien sudah
pensiun atau sudah berganti pekerjaan), jenis pekerjaan dan berbagai alat serta bahan yang
berhubungan dengan pekerjaan tersebut, jumlah jam kerja atau jam giliran kerja,
kemungkinan bahaya yang dialami, hubungan gejala dan waktu kerja, apakah ada pekerja lain
yang mengalami hal sama.

2.5 Gejala Umum dan Gejala Khusus Keracunan di Tempat Kerja

Gejala Umum

a. Penurunan respon, gangguan status mental (gelisah, takut, dsj)


b. Gangguan pernafasan
c. Nyeri kepala, pusing ataupun gangguan pengelihatan.
d. Mual ataupun muntah.
e. Lemas, lumpuh ataupun kesemutan.
f. Pucat ataupun kulit kebiruan.
g. Kejang.
h. Syok.
i. Gangguan irama detak jantung ataupun pernafasan.

Gejala Khusus Keracunan

1. Keracunan melalui mulut/alat pencernaan.


a. Mual ataupun muntah.
b. Nyeri perut.
c. Diare.
d. Nafas ataupun mulut yang berbau.
e. Suara parau, nyeri di saluran cerna (mulut dan kerongkongan).
f. Luka bakar atau sisa racun di daerah mulut.
g. Produksi air liur yang berlebih ataupun mulut menjadi berbusa.
2. Keracunan melalui pernafasan.
a. Gangguan pernafasan ataupun pernafasan.
b. Kulit kebiruan.
c. Nafas berbau.
d. Batuk ataupun suara parau.
3. Keracunan melalui kulit.
a. Daerah kontak berwarna kemerahan, nyeri, melepuh dan meluas.
b. Syok anafilaktik (gejala alergi yang mengancam nyawa yang dapat menyebabkan
penderita tidak sadarkan diri, melebarnya pembuluh darah, naiknya denyut nadi,
menurunnya tekanan darah, menyempitnya saluran nafas, ruam pada kulit, mual
dan anggota gerak yang hangat.
4. Keracunan melalui suntikan ataupun gigitan.
a. Luka di daerah suntikan ataupun gigitan berupa luka tusuk atau bekas gigitan.
b. Nyeri pada daerah sekitar suntikan ataupun gigitan dan kemerahan.

2.6 Pemeriksaan Penunjang Keracunan di Tempat Kerja

Bahan pemeriksaan penunjang diambil dari darah, feses, urin, atau dalam organ tubuh untuk
dilihat jenis racun yang terdapat pada sumber-sumber tersebut untuk memastikan bahwa telah
terjadi keracunan, apalagi jika kadarnya dalam tubuh melebihi NAB ( nilai ambang batas)
dalam pemaparan zat kimia ditempat kerja.

2.7 Pencegahan Penyakit Keracunan di Tempat Kerja

Mengingat bahaya bahan kimia di tempat kerja diperlukan pencegahan dan


pengendalian yang prinsip penerapannya sesuai Hygiene Perusahaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja berupa “Hierarchi of Control” yakni :

1. Eliminasi
2. Substitusi, Yaitu dengan mengganti bahan-bahan yang membahayakan dengan bahan
yang tidak berbahaya, tanpa mengurangi hasil pekerjaan maupun mutunya.
3. Pengendalian teknis
4. Pengendalian administrative,
5. Alat pelindung diri, Diri. Alat ini dapat berbentuk pakaian, topi, pelindung kepala,
sarung tangan, sepatu yang dilapisi baja bagian depan untuk menahan beban yang
berat, masker khusus untuk melindungi pernafasan terhadap debu atau gas berbahaya,
kaca mata khusus dsb.
6. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja. Hal ini meliputi pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja dan pemeriksaan secara berkala untuk mencari faktor penyebab yang
menimbulkan gangguan maupun kelainan kesehatan terhadap tenaga kerja.
Sedangkan pada pekerja dilakukan pengujian atau pemantauan kesehatan,
hygiene perorangan, pengujian atau pemantauan biodemik disertai pelatihan tentang
bahaya bahan kimia.
Pemantauan biodemik dilakukan untuk mendeteksi kelainan fungsi organ tubuh
atau penyakit akibat kerja. Melalui pemeriksaan urin dapat dideteksi absorpsi bahan
beracun dan aktivitas enzim yang mungkin dipengaruhi oleh bahan beracun.
Pemantauan biodemik akan memberi gambaran yang lebih dapat dipercaya daripada
pengukuran kadar bahan kimia di udara. Keuntungan lain adalah mampu
memperhitungkan absorpsi zat kimia melalui kulit dan saluran cerna, pengaruh beban
kerja dan pemajanan diluar tempat kerja serta mengidentifikasi pekerja yang rentan.
Pencegahan Tersier
Yaitu mencegah terjadi kecacatan pada pekerja yang sudah terkena penyakit akibat kerja. Hal
ini bisa dilakukan antara lain :

1. Mengistirahatkan Pekerja
2. Melakukan pemindahan pekerja dari tempat yang terpajan
3. Melakukan pemeriksaan berkala untuk evaluasi penyakit

2.8 Penanganan Pertama pada Keracunan Umum dan Khusus

Keracunan Umum

a. Amankan tempat kejadian.


b. Pengamanan penolong dan penderita apabila diketahui zat racun berupa gas.
c. Keluarkan penderita dari daerah yang berbahaya.
d. Lakukan penilaian dini (respon, nafas dan nadi) dan lakukan resusitasi jantung paru
(RJP) bila perlu.
e. Periksa jalan nafas apabila respon penderita menurun ataupun jika penderita muntah.
f. Berikan oksigen bila ada.
g. Amankan pembungkus, sisa muntahan dan sejenisnya untuk identifikasi jenis racun.
h. Periksa tanda vital secara berkala (nafas dan nadi) dan rujuk ke fasilitas kesehatan
terdekat.

Keracunan Khusus

1. Keracunan melalui mulut/alat pencernaan.


a. Turunkan kadar kekuatan racun dengan pengenceran dengan cara memberi minum
susu ataupun air sebanyak-banyaknya maupun memberi anti racun umum yaitu
norit ataupun putih telur (JANGAN BERIKAN SUSU PADA KERACUNAN
YANG DIKETAHUI KARENA ZAT YANG MENGANDUNG FOSFAT !!!).
b. Lakukan rangsangan-rangsangan muntah untuk mengeluarkan racun dari dalam
lambung dimana cara ini hanya efektif 2 (dua) jam pertama saat kejadian. Namun
jangan lakukan rangsangan muntah pada keracunan yang menelan asam/basa kuat,
menelan minyak, penderita kejang ataupun ada riwayat kejang dan penderita yang
tidak sadar atau mengalami gangguan kesadaran.
2. Keracunan melalui kulit.
a. Buka baju penderita yang terkena.
b. Siram bagian yang terkena racun dengan air sekurang-kurangnya selama 20 menit
(bila racun berupa serbuk maka sikat dahulu sebelum menyiram dengan air dan
jangan lakukan penyiraman jika diketahui racun bereaksi kuat dengan air). Posisikan
penolong agak jauh dari bagian tubuh penderita yang terkena racun untuk
menghindari kontaminasi.
2.9 Rekomendasi Kedepan untuk Keracunan di Tempat Kerja
Untuk kedepannya para pekerja diharapkan lebih berhati hati dalam menggunakan
bahan kimia berbahaya yang bisa menyebabkan keracunan kulit maupun keracunan
fisik. Penggunaan APD sangat penting untuk dilakukan guna mencegah hal itu terjadi.
Dan juga perlu diperhatikan untuk penyimpanan bahan berbahaya, diusahakan untuk
penyimpanannya jauh dari tempat makanan.
KESIMPULAN

Penyakit akibat kerja dapat terjadi disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya
adalah toksik akibat zat racun seperti pestisida. Pengertian racun sendiri ialah suatu zat yang
apabila masuk ke dalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat menimbulkan reaksi tubuh yang
tidak diingikan bahkan kematian. Reaksi kimia yang terjadi dapat merusak jaringan tubuh
ataupun mengganggu fungsi tubuh. Hal tersebut berbeda dengan penggunaan obat
dikarenakan reaksi penggunaan obat umumnya sudah diketahui dan diinginkan, namun
adakalanya juga reaksi obat menimbulkan hal yang tidak diinginkan seperti gatal, sesak
nafas, lemas, mual. Untuk menegakkan diagnosis penyakit keracunan akibat kerja maka perlu
dilakukan langkah mendiagnosis Penyakit Keracunan Akibat Kerja. Perlu diperhatikan dan
dilakukan anamnesis lebih dalam mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan
individu agar dapat menunjang diagnosis. Selanjutnya dilakukan penatalaksanaan dan
pencegahan terkait penyakit serta pajanan.
DAFTAR PUSTAKA

Adzim, Hebbie Ilma. 2021. Keracunan. Jakarta. Diakses pada tanggal 12 Desember
2021https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2015/07/keracunan.html

Nur Tri Harjanto & Suliyanto. 2011. MANAJEMEN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN
BERACUN SEBAGAI UPAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA
PERLINDUNGAN LINGKUNGAN. Diakses tanggal 12 Desember 2021
https://media.neliti.com/media/publications/156720-ID-manajemen-bahan-kimia-berbahaya-
dan-bera.pdf

Nia Widyanti. 2021. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja. Diakses tanggal 12 Desember 2021
https://prodiaohi.co.id/diagnosis-penyakit-akibat-kerja

Kusuma, Dewi Amartani. 2012. Analisis Prosedur Keadaan Darurat Keracunan Makanan di
PT Denso Indonesia Sunter Plant. Surakarta. Diakses tanggal 12 Desember 2021
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/27917/NTkwMzg=/Analisis-Prosedur-Keadaan-
Darurat-Keracunan-Makanan-Di-Pt-Denso-Indonesia-Sunter-Plant-abstrak.pdf

Anda mungkin juga menyukai