Disusun Oleh :
KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
PENDAHULUAN
Tujuan Penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keselamatan
dan Kesehatan Kerja tentang Masalah keracunan dalam tempat kerja serta untuk
memahami lebih jauh mengenai jenis keracunan apa saja yang biasa terjadi dalam tempat
kerja.
1.3 Manfaat Penulisan
Makalah penyakit keracunan akibat tempat kerja ini dibuat di yogyakarta pada hari
minggu 12 desember 2021.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Keracunan, yaitu masuknya bahan kimia kedalam tubuh yang dapat berakibat
keracunan akut atau keracunan kronik. Keracunan akut sebagai akibat penyerapan B3
dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang singkat dan dapat pula berakibat fatal
seperti keracunan gas CO, dan HCN. Keracunan kronik adalah penyerapan B3 dalam
jumlah sedikit tetapi berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga akibatnya baru
dirasakan setelah beberapa bulan atau beberapa tahun sampai puluhan tahun. Kemudian
bahan kimia tersebut seperi uap Pb, benzena dapat mengakibatkan leukimia. Pada
umumnya zat-zat toksik tersebut masuk lewat pernafasan dan kemudian beredar
keseluruh tubuh atau menuju ke organ-organ tubuh tertentu sehingga dapat langsung
mengganggu fungsinya seperti hati, ginjal, paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat juga zat-
zat tersebut terakumulasi dalam organ-organ tubuh tersebut, sehingga menimbulkan
kerusakan untuk jangka waktu yang panjang.
Faktor-¬faktor yang menentukan apakah efek kesehatan terjadi dan keparahan mereka
termasuk:
3. Usia atau tahap perkembangan dari orang terkena (janin yang paling rentan)
a. Keracunan melalui mulut/alat pencernaan, contohnya orang yang memakan makanan yang
mengandung peptisida tinggi hasil dari pertanian maupun pekerja (petani) tersebut terpapar
saat bekerja.
b. Keracunan melalui pernafasan umumnya berupa gas, uap dan bahan semprotan. Contohnya
Kebocoran gas industri amonia, klorin, dan sejenisnya yang dialami pekerja pabrik saat
bekerja hingga menyebabkan gangguan pernapasan akibat seringnya terpapar gas beracun.
c. Keracunan melalui kulit/kontak (absorbsi), Racun yang terserap ada kalanya dapat merusak
kulit. Racun yang masuk dari kulit secara perlahan terserap aliran darah. Umumnya yang
terjadi pada pekerja adalah terpapar maupun terkena langsung secara terus-menerus zat kimia
pertanian seperti insektisida, pestisida maupun zat kimia yang bersifat korosif.
d. Keracunan melalui tusukan, Zat racun menembus kulit langsung ke dalam tubuh melalui
sistem peredaran darah. Misalnya pecahan kaca zat kimia yang tertusuk pada permukaan kulit
para pekerja.
Menanyakan data-data pribadi seperti nama, umur, alamat, dan pekerjaan. Kemudian
menanyakan keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat
penyakit keluarga. Riwayat penyakit sekarang biasanya merupakan cerita yang kronologis,
terinci, dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai
pasien datang berobat. Sedangkan riwayat penyakit dahulu meliputi pertanyaan yang
menanyakan apakah pasien dulu pernah mengalami penyakit-penyakit tertentu yang
memungkinkan adanya hubungan dengan penyakit yang dialami sekarang. Riwayat penyakit
keluarga ditanyakan untuk mengetahui apakah pasien memiliki penyakit keturunan yang
mungkin diturunkan dari orang tua atau keluarga.
Pada pasien yang diduga mengalami penyakit akibat kerja, maka riwayat pekerjaan
harus ditanyakan lebih lengkap. Menggali lebih dalam sudah berapa lama pekerjaannya yang
sekarang, pekerjaan terakhir sebelum pekerjaan sekarang apa (mungkin saja pasien sudah
pensiun atau sudah berganti pekerjaan), jenis pekerjaan dan berbagai alat serta bahan yang
berhubungan dengan pekerjaan tersebut, jumlah jam kerja atau jam giliran kerja,
kemungkinan bahaya yang dialami, hubungan gejala dan waktu kerja, apakah ada pekerja lain
yang mengalami hal sama.
Gejala Umum
Bahan pemeriksaan penunjang diambil dari darah, feses, urin, atau dalam organ tubuh untuk
dilihat jenis racun yang terdapat pada sumber-sumber tersebut untuk memastikan bahwa telah
terjadi keracunan, apalagi jika kadarnya dalam tubuh melebihi NAB ( nilai ambang batas)
dalam pemaparan zat kimia ditempat kerja.
1. Eliminasi
2. Substitusi, Yaitu dengan mengganti bahan-bahan yang membahayakan dengan bahan
yang tidak berbahaya, tanpa mengurangi hasil pekerjaan maupun mutunya.
3. Pengendalian teknis
4. Pengendalian administrative,
5. Alat pelindung diri, Diri. Alat ini dapat berbentuk pakaian, topi, pelindung kepala,
sarung tangan, sepatu yang dilapisi baja bagian depan untuk menahan beban yang
berat, masker khusus untuk melindungi pernafasan terhadap debu atau gas berbahaya,
kaca mata khusus dsb.
6. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja. Hal ini meliputi pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja dan pemeriksaan secara berkala untuk mencari faktor penyebab yang
menimbulkan gangguan maupun kelainan kesehatan terhadap tenaga kerja.
Sedangkan pada pekerja dilakukan pengujian atau pemantauan kesehatan,
hygiene perorangan, pengujian atau pemantauan biodemik disertai pelatihan tentang
bahaya bahan kimia.
Pemantauan biodemik dilakukan untuk mendeteksi kelainan fungsi organ tubuh
atau penyakit akibat kerja. Melalui pemeriksaan urin dapat dideteksi absorpsi bahan
beracun dan aktivitas enzim yang mungkin dipengaruhi oleh bahan beracun.
Pemantauan biodemik akan memberi gambaran yang lebih dapat dipercaya daripada
pengukuran kadar bahan kimia di udara. Keuntungan lain adalah mampu
memperhitungkan absorpsi zat kimia melalui kulit dan saluran cerna, pengaruh beban
kerja dan pemajanan diluar tempat kerja serta mengidentifikasi pekerja yang rentan.
Pencegahan Tersier
Yaitu mencegah terjadi kecacatan pada pekerja yang sudah terkena penyakit akibat kerja. Hal
ini bisa dilakukan antara lain :
1. Mengistirahatkan Pekerja
2. Melakukan pemindahan pekerja dari tempat yang terpajan
3. Melakukan pemeriksaan berkala untuk evaluasi penyakit
Keracunan Umum
Keracunan Khusus
Penyakit akibat kerja dapat terjadi disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya
adalah toksik akibat zat racun seperti pestisida. Pengertian racun sendiri ialah suatu zat yang
apabila masuk ke dalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat menimbulkan reaksi tubuh yang
tidak diingikan bahkan kematian. Reaksi kimia yang terjadi dapat merusak jaringan tubuh
ataupun mengganggu fungsi tubuh. Hal tersebut berbeda dengan penggunaan obat
dikarenakan reaksi penggunaan obat umumnya sudah diketahui dan diinginkan, namun
adakalanya juga reaksi obat menimbulkan hal yang tidak diinginkan seperti gatal, sesak
nafas, lemas, mual. Untuk menegakkan diagnosis penyakit keracunan akibat kerja maka perlu
dilakukan langkah mendiagnosis Penyakit Keracunan Akibat Kerja. Perlu diperhatikan dan
dilakukan anamnesis lebih dalam mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan
individu agar dapat menunjang diagnosis. Selanjutnya dilakukan penatalaksanaan dan
pencegahan terkait penyakit serta pajanan.
DAFTAR PUSTAKA
Adzim, Hebbie Ilma. 2021. Keracunan. Jakarta. Diakses pada tanggal 12 Desember
2021https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2015/07/keracunan.html
Nur Tri Harjanto & Suliyanto. 2011. MANAJEMEN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN
BERACUN SEBAGAI UPAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA
PERLINDUNGAN LINGKUNGAN. Diakses tanggal 12 Desember 2021
https://media.neliti.com/media/publications/156720-ID-manajemen-bahan-kimia-berbahaya-
dan-bera.pdf
Nia Widyanti. 2021. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja. Diakses tanggal 12 Desember 2021
https://prodiaohi.co.id/diagnosis-penyakit-akibat-kerja
Kusuma, Dewi Amartani. 2012. Analisis Prosedur Keadaan Darurat Keracunan Makanan di
PT Denso Indonesia Sunter Plant. Surakarta. Diakses tanggal 12 Desember 2021
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/27917/NTkwMzg=/Analisis-Prosedur-Keadaan-
Darurat-Keracunan-Makanan-Di-Pt-Denso-Indonesia-Sunter-Plant-abstrak.pdf