Anda di halaman 1dari 4

PENGERTIAN GOOD GOVERNANCE

Banyak para ahli memaparkan definisi dari Good Governance, yaitu sebagai berikut:
Menurut Mardiasmo (2009) mendefisnikan Good Governance yaitu : “Suatu konsep pendekatan
yang berorientasi kepada pembangunan sektor publik kepada pemerintahan yang baik”.
Pengertian Good Governance menurut Sukrisno Agoes (2011:101) : “Sebagai suatu
sistem yang mengatur hubungan peran Dewan Komisaris, peran Direksi, pemegang saham, dan
pemangku kepentingan lainnya. Tata Kelola pemerintahan yang baik juga disebut sebagai suatu
proses yang transparan atas penentuan tujuan pemerintahan, pencapaiannya, dan penilaian
kinerjanya.”
Definisi dari Cadburry Committee of United Kingdom dalam Sukrisno Agoes & I Cenik
Ardana (2011:102) memberi definisi tentang Good Governance adalah sebagai berikut : “A set
of rules that define the relationship between stakeholders, managers, creditors, the government,
employes, and other internal and external shareholders in respect to their right and
responsibilities, or the system by which companies are directed and controlled.”
Sedangkan menurut UNDP (1977), good governance adalah pelaksanaan
kewenangan/kekuasaan dlm bidang ekonomi, politik, & administratif untuk mengelola berbagai
urusan negara pada tiap tingkatan dan merupakan instrumen kebijakan negara untuk mendorong
terciptanya kondisi kesejahteraan, integritas, dan kohesi sosial.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa good
governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
pengurus (pengelola), pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan
internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan
kata lain suatu system yang mengarahkan dan mengendalikan.

PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE


1. Partisipasi
Peran dan hak yang sama warga masyarakat dalam proses pengambilan keputusan baik
secara langsung atau melalui perwakilan sesuai aspirasi. Partisipasi ini didasarkan oleh
kebebasan berkumpul san mengungkapkan pendapat, serta berpartisipasi secara
kontruksif sesuai pengalaman Pancasila sila ke empat.

2. Aturan Hukum
Partisipasi warga masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan kebijakan
public memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum. Untuk mewujudkan cita-cita dan
tujuan good governance harus diimbangi dengan penegakkan hukum yang berlaku.
Kerangka hukum untuk mewujudkan good governance ini yaitu dengan hukum
berkeadilan, ditegakkan, dipatuhi, terutama tentang HAM.

3. Transparansi
Transpirasi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang diambil oleh
pemerintah. Prinsip ini menimbulkan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan
masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam
memperoleh informasi yang akurat dan memadai.

4. Daya Tanggap
Setiap institusi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani berbagai pihak
berkepentingan. Pelaksanaan good governance secara benar dan konsisten bertujuan
untuk mewujudkan pelaksanakaan etika bisnis yang harus dimiliki oleh setiap institusi
yang ada di dunia. Pihak Instansi memiliki kewajiban untuk memberikan kontribusinya
ke masyarakat yang lebih luas.

5. Berorientasi Konsensus
Orientasi konsensus berarti memutuskan permasalahan melalui proses musyawarah
dengan consensus. Keuntungan dari pengggunaan metode ini adalah hasil atau solusi
merupakan kesepakatan dari semua pihak. Dalam kehidupan bernegara, pemerintah
menjadi penengah dari berbagai kepentingan berbeda untuk mencapai consensus,
termasuk dalam penetapan kebijakan. Penetapan kebijakan dengan metode ini sangat
efisien dalam konteks pelaksanaan pemerintahan. Tata pemerintahan yang baik dapat
menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda untuk membangun consensus yang
menyeluruh dan merupakan consensus terbaik bukan hanya untuk individu tapi juga
untuk kelompok-kelompok maupun masyarakat.

6. Berkeadilan
Mengakui kesetaraan dan kesamaan dalam perlakuan, pelayaan serta produktifitas
peningkatan kualitas hidup bagi semua warga masyarakat tanpa memandang hal-hal
tertentu seperti status sosial dan lainnya. Peinsip keadilan ini menciptakan kepercayaan
timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat.

7. Efektif dan Efisien


Efektif dan efisiensi ini sangat dibutuhkan untuk menunjang prinsip-prinsip diatas,
pemerintahan harus memenuhi kriteris efektif dan efisien yaitu berdaya guna dan berhasil
guna. Kriteria efektif dapat diukur dengan banyaknya produk yang dapat mencakup
sebanyak-banyaknnya kepentngan masyarakat dari berbagai kelompok dan dari segala
lapisan sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah harus mampu menyusun
peraturan yang sesuai dengan kondisi negara maupun kondisi masyarakat saat ini dengan
pengoptimalan sunmber daya nasional.

8. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pejabat public terhadap masyarakat yang
diberikan kewenangan untuk mengatur masyarakat. Bentuk tangggung jaawab tersebut
berbeda-beda tergantung dengan kepentingan yang bersangkutan. Landasan dasar
akuntabilitas adalag peraturan perundang-undangan yang ada, dengan komitmen politik
dan mekanisme pertanggunngjawaban, sedangkan landasan pendukung akuntabilitas
adalah pedoman tingkah laku dan sistem pemantauan kinerja penyelenggara pemerintah
dan sistem pengawasan dengan sanksi yang tegas dan jelas.

9. Visi Strategis
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi problematika di
masa yang akan dating. Pemerintah dan masyarakat memiliki prespektif yang luas dan
jangka Panjang tentang penyelenggaraan pemeritah yang baik dan pembangunan manusia
dan negara, serta memiliki kepekaan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkannya
dengan pemahaman mendalam atas sejarah, budaya dan sosial yang menjadi dasar
prespektif tersebut.

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE


Berikut ialah beberapa penerapan dari Good Governance di Indonesia :
a. Tap MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
b. UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi Kolusi dan Nepotisme
c. Peraturan Pemerintah nomor 68 tahun 1999 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat
dalam Penyelenggaraan Negara
d. UU No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
e. Pelayanan berbagai kepentingan dengan sistem digital
f. Pemberian pelayanan dengan sistem antri elektronik
g. Pelelangan pengadaan barang dengan sistem E-procurement
h. Berdirinya lembaga MK, KY, KPK
i. Pembayaran gaji pegawai lewat rekening pegawai di perbankan
j. Menetapkan kode etik di setiap lembaga negara
k. Berdirinya lembaga swadaya masyarakat, LBHI, Kontras, MTI, ICW, Walhi, YLKI

Selain itu, penerapan good governance di Indonesia dilatarbelakangi oleh dua hal yang sangat
mendasar, hal tersebut ialah:
a. Tuntutan eksternal
Pengaruh globalisasi telah memaksa kita untk menerapkan good governance.
Istilah good governance mulai mengemuka di Indonesia pada akhir tahun 1990-an,
seiring dengan interaksi antara pemerintah Indonesia dengan negara-negara luar dan
lembaga-lembaga donor yang menyoroti kondisi objektif situasi perkembangan ekonomi
dan politik dalam negeri Indonesia.
b. Tuntutan internal
Masyarakat melihat dan merasakan bahwa salah satu penyebab terjadinya krisis
multidimensional saat ini adalah terjadinya juse of power yang terwujud dalam bentuk
KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), dan sudah sedemikan rupa mewabah dalam
segala aspek kehidupan. Masyarakat menilai praktik KKN yang paling mencolok kualitas
dan kuantitasnya adalah justru yang dilakukan oleh cabang-cabang pemerintahan,
eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Pelaksanaan good governance yang baik adalah bertumpu pada tiga pilar dan
penerapannya akan berjalan dengan baik jika didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan,
yaitu negara/pemerintah dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha atau swasta sebagai
pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dari dunia usaha, sehingga menjalankan
good governance seyogyanya dilakukan bersama-sama pada tiga pilar/elemen tersebut. Bila
pelaksanaan hanya dibebankan pada pemerintah saja maka keberhasilannya kurang optimal dan
bahkan memerlukan waktu yang panjang.
Konsep governance adalah konsep integrasi peran antara pemerintahan, swasta, & civil
society dalam aturan main yang disepakati bersama. Jadi konsep good governance dengan
integrasi peran, dengan masing-masing perannya adalah :
a. Lembaga pemerintahan harus mampu menciptakan lingkungan politik, ekonomi,
social, budaya hankam yang kondusif.
b. Sektor swasta berperan aktif dalam menumbuhkan kegiatan perekonomian yg akan
memperluas lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan.
c. Sedangkan civil society harus mampu berinteraksi secara aktif dengan berbagai
macam aktifitas perekonomian, sosial politik termasuk bagaimana mengontrol
terhadap jalannya aktivitas-aktivitas tersebut.

Anda mungkin juga menyukai