Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ETIKA BISNIS

Dosen Pengampu :

RAHMAT JUNAIDI. SE., MM

Disusun oleh :

MAULIDUR NIZAM ( 1902110866 )

UNIVERSITAS RIAU

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

MANAJEMEN

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya bisa
selesaikan makalah Etika Bisnis.

Makalah ini sudah selesai saya susun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
sudah ikut berkontribusi didalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, saya terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sehingga saya bisa melakukan perbaikan makalah
sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.

Akhir kata saya meminta semoga makalah Etika Bisnis ini bisa memberi
manfaat ataupun inpirasi pada pembaca.

Pekanbaru,19 Oktober 2021

Penyusun

i
KASUS 1
SISTEM BISNIS: PEMERINTAH, PASAR DAN PERDAGANGAN
INTERNASIONAL
Pasar Bebas : Studi Kasus Kasus Indomie yang mendapat larangan untuk
beredar di Taiwan

A. Latar Belakang Masalah


Kasus Indomie yang mendapat larangan untuk beredar di Taiwan
karena disebut mengandung bahan pengawet yang berbahaya bagi manusia
dan ditarik dari peredaran. Zat yang terkandung dalam Indomie adalah methyl
parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat). Kedua zat tersebut
biasanya hanya boleh digunakan untuk membuat kosmetik, dan pada Jumat
(08/10/2010) pihak Taiwan telah memutuskan untuk menarik semua jenis
produk Indomie dari peredaran. Di Hongkong, dua supermarket terkenal juga
untuk sementara waktu tidak memasarkan produk dari Indomie.
Kasus Indomie kini mendapat perhatian Anggota DPR dan Komisi IX
akan segera memanggil Kepala BPOM Kustantinah. "Kita akan mengundang
BPOM untuk menjelaskan masalah terkait produk Indomie itu, secepatnya
kalau bisa hari Kamis ini," kata Ketua Komisi IX DPR, Ribka Tjiptaning, di
Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (12/10/2010). Komisi IX DPR akan
meminta keterangan tentang kasus Indomie ini bisa terjadai, apalagi pihak
negara luar yang mengetahui terlebih dahulu akan adanya zat berbahaya yang
terkandung di dalam produk Indomie.
Dessy Ratnaningtyas, seorang praktisi kosmetik menjelaskan, dua zat
yang terkandung di dalam Indomie yaitu methyl parahydroxybenzoate dan
benzoic acid (asam benzoat) adalah bahan pengawet yang membuat produk
tidak cepat membusuk dan tahan lama. Zat berbahaya ini umumnya dikenal
dengan nama nipagin. Dalam pemakaian untuk produk kosmetik
sendiripemakaian nipagin ini dibatasi maksimal 0,15%.Ketua BPOM
Kustantinah juga membenarkan tentang adanya zat berbahaya bagi manusia
dalam kasus Indomie ini. Kustantinah menjelaskan bahwa benar Indomie
mengandung nipagin, yang juga berada di dalam kecap dalam kemasam mie

1
instan tersebut. tetapi kadar kimia yang ada dalam Indomie masih dalam batas
wajar dan aman untuk dikonsumsi, lanjut Kustantinah.
Tetapi bila kadar nipagin melebihi batas ketetapan aman untuk di
konsumsi yaitu 250 mg per kilogram untuk mie instan dan 1.000 mg nipagin
per kilogram dalam makanan lain kecuali daging, ikan dan unggas, akan
berbahaya bagi tubuh yang bisa mengakibatkan muntah-muntahdan sangat
berisiko terkena penyakit kanker.
Menurut Kustantinah, Indonesia yang merupakan anggota Codex
Alimentarius Commision, produk Indomie sudah mengacu kepada
persyaratan Internasional tentang regulasi mutu, gizi dan kemanan produk
pangan. Sedangkan Taiwan bukan merupakan anggota Codec. Produk
Indomie yang dipasarkan di Taiwan seharusnya untuk dikonsumsi di
Indonesia. Dan karena standar di antara kedua negara berbeda maka timbulah
kasus Indomie ini.

B. Analisis Permasalahan
Dari kasus indomie di Taiwan dapat dilihat sebagai contoh kasus dalam
etika bisnis. Dimana terjadi kasus yang merugikan pihak perindustrian
Taiwan yang produknya kalah bersaing dengan produk dari negara lain, salah
satunya adalah Indomie yang berasal dari Indonesia. Taiwan berusaha
menghentikan pergerakan produk Indomie di Taiwan, tetapi dengan cara yang
berdampak buruk bagi perdagangan Global.

C. Pembahasan Kasus
Indofood merupakan salah satu perusahaan global asal indonesia yang
produk-produknya banyak di ekspor ke negara-negara lain. Salah satunya
adalah produk mi instan Indomie. Di Taiwan sendiri, persaingan bisnis mi
instant sangatlah ketat, disamping produk-produk mi instant dari negara lain,
produk mi instant asal Taiwan pun banyak membanjiri pasar dalam negeri
Taiwan.
Harga yang ditwarkan oleh Indomie sekitar Rp1500, tidak jauh berbeda
dari harga indomie di Indonesia, sedangkan mi instan asal Taiwan dijual
dengan harga mencapai Rp 5000 per bungkusnya. Disamping harga yang
murah, indomie juga memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan

2
produk mi instan asal Taiwan, yaitu memiliki berbagai varian rasa yang
ditawarkan kepada konsumen. Dan juga banyak TKI/W asal Indonesia yang
menjadi konsumen favorit dari produk Indomie selain karena harganya yang
murah juga mereka sudah familiar dengan produk Indomie.
Tentu saja hal itu menjadi batu sandungan bagi produk mi instan asal
Taiwan, produk mereka menjadi kurang diminati karena harganya yang
mahal. Sehingga disinyalir pihak perindustrian Taiwan mengklain telah
melakukan penelitian terhadap produk Indomie, dan menyatakan bahwa
produk tersebut tidak layak konsumsi karena mengandung beberapa bahan
kimia yang dapat membahayakan bagi kesehatan.
Hal tersebut sontak dibantah oleh pihak PT. Indofood selaku produsen
Indomie. Mereka menyatakan bahwa produk mereka telah lolos uji
laboratorium dengan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan dan
menyatakan bahwa produk indomie telah diterima dengan baik oleh
konsumen Indonesia selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Dengan melalui
tahap-tahap serangkaian tes baik itu badan kesehatan nasional maupun
internasional yang sudah memiliki standarisasi tersendiri terhadap
penggunaan bahan kimia dalam makanan, indomie dinyatakan lulus uji
kelayakan untuk dikonsumsi.
Dari fakta tersebut, disinyalir penarikan produk Indomie dari pasar
dalam negeri Taiwan disinyalir karena persaingan bisnis semata, yang mereka
anggap merugikan produsen lokal.
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa tidak sedari dulu produk
indomie dibahas oleh pemerintah Taiwan, atau pemerintah melarang produk
Indomie masuk pasar Taiwan?. Melainkan mengklaim produk Indomie
berbahaya untuk dikonsumsi pada saat produk tersebut sudah menjadi produk
yang diminati di Taiwan. Dari kasus tersebut dapat dilihat bahwa ada
persainag bisnis yang telah melanggar etika dalam berbisnis.

D. Opini
Saran dari Saya bagi pihak perindustrian Taiwan agar tidak serta merta
menyatakan bahwa produk indomie berbahaya untuk dikonsumsi, apabila
ingin melindungi produsen dalam negeri, pemerintah bisa membuat perjanjian

3
dan kesepakatan yang lebih ketat sebelum proses ekspor-impor dilakukan.
Karena kasus tersebut berdampak besar bagi produk Indomie yang telah
dikenal oleh masyarakat Indonesia maupun warga negara lain yang negaranya
memperdagangkan Indomie asal Indonesia.

E. Kesimpulan
menurut Saya pemilik atau pemimpin perusahaan ”INDOMIE” harus
mengetahui dengan benar dan pasti komposisi kandungan zat-zat yang ada
dalam produk indomie tersebut. Agar tidak menimbulkan masalah kesehatan
khusus nya dapat menimbulkan penyakit kanker.
Tidak hanya untuk produk eksport saja, tetapi produk indomie yang
beredar didalam negri harus dites dahulu kadar zat-zat yang menguntungkan
maupun merugikan bagi tubuh sang konsumen.
Kalau produk indomie yang dipasarkan di dalam negri sudah baik dan
layak dikonsumsi oleh masyarakat barulah produk tersebut boleh di pasarkan
ke luar negri.

4
KASUS 2
ETIKA DAN LINGKUNGAN
Etika Pengendalian Polusi : Studi Kasus Pembakaran Limbah Medis RSUD
Bangli

A. Latar Belakang Masalah


Dunia medis biasanya identik dengan lingkungan yang bersih dan jauh
dari pencemaran atau polusi. Tetapi bagaimana apabila pencemaran tersebut
justru dilakukan sendiri oleh pihak medis. Kasus inilah yang terjadi di daerah
bangli, dimana pembakaran limbah medis yang dilakukan oleh rumah sakit
umum daerah bangli berdampak buruk terhadap masyarakat sekitar. Kepulan
asap hitam dan disusul dengan debu yang berjatuhan di areal pemukiman
membuat masyarakat terkadang mengunci putra-putri mereka di kamar agar
tidak menghirup asap atau pun debu yang berjatuhan akibat adanya
pembakaran limbah.
Mesin incinerator yang digunakan untuk melakukan pembakaran
jaraknya juga sangat dekat dengan pemukiman warga sekitar 3 meter dan bau
yang ditimbulkan oleh asap dan debu hasil pembakaran sangatlah menyengat
sehingga warga tidak dapat melakukan aktivitas di pekarangan/halaman
rumah serta tidak jarang pula debu-debu hasil pembakaran yang berupa
gumpalan-gumpalan hitam mengotori lingkungan termasuk jemuran warga.

B. Analisis Masalah
Pihak rumah sakit mengabaikan dampak-dampak yang terjadi dari
pembakaran limbah rumah sakit sehingga mengakibatkan adanya pihak yang
dirugikan oleh kegiatan pembakaran limbah yakni masyarakat sekitar. Luas
penyebaran dampak dari pembakaran juga tidak diperhitungkan dengan baik
dimana pihak rumah sakit meletakkan mesin pembakar yang jaraknya sangat
dekat dengan pemukiman. Dari pihak rumah sakit juga tidak merespon
pengaduan yang dilakukan masyarakat terhadap pencemaran pembakaran
limbah. Hal itu juga ditegaskan salah seorang warga yang juga mantan

5
pejabat dinas PU Bangli, bernama Sang Nyoman Yasa yang mengatakan
“Pencemaran lingkungan yang terjadi sudah sangat parah, kami telah menjadi
korban. Sementara mereka tidak peduli dengan kami”.

C. Pembahasan Kasus
Dalam kasus pembakaran limbah, RSUD Bangli telah melakukan
pelanggaran etika terhadap lingkungan. Dimana mereka melakukan tindakan
yang merugikan lingkungan atau pencemaran terhadap lingkungan yang
diakibatkan oleh kepulan asap dari hasil pembakaran limbah atau sering
disebut pencemaran udara. Padahal pihak rumah sakit sendiri seharusnya
mengetahui dampak-dampak yang ditimbulkan oleh limbah medis. Limbah
medis termasuk salah satu limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
Menurut UU No. 32 Tahun 2009 pada Bab I, Limbah Bahan berbahaya dan
beracun adalah zat, energy, dan/atau komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan serta kelangsungan hidup
manusia dan makhluk lain. Dampak yang ditimbulkan oleh polusi udara
akibat limbah B3 dapat berakibat fatal bagi kesehatan maupun tanaman.
Pencemaran udara terhadap tingkat kesehatan dapat mengakibatkan
terganggunya saluran pernafasan ataupun iritasi terhadap bagian tubuh, hal
tersebut yang menjadi kekhawatiran atau teror bagi warga bangli apabila
kegiatan tersebut terus berlangsung tanpa adanya perbaikan dari pihak rumah
sakit, karena sampai kasus ini dilaporkan belum ada tanda-tanda atau itikad
baik dari pihak rumah sakit untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Dalam hal ini pihak rumah sakit tidak menjalankan AMDAL (Analisis
Mengnenai dampak lingkungan). Terdapat beberapa kriteria dalam analisis
dampak lingkungan ( AMDAL ) diantaranya dalam UU No. 32 Tahun 2009 :
a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan.
b. Luas wilayah penyebaran dampak.
c. Intensitas dan lamanya dampak tersebut berlangsung.

6
Dapat dilihat dari penjelasan AMDAL diatas, pihak rumah sakit
mengabaikan dampak-dampak yang terjadi dari pembakaran limbah rumah
sakit sehingga mengakibatkan adanya pihak yang dirugikan oleh kegiatan
pembakaran limbah yakni masyarakat sekitar. Luas penyebaran dampak dari
pembakaran juga tidak diperhitungkan dengan baik dimana pihak rumah sakit
meletakkan mesin pembakar yang jaraknya sangat dekat dengan pemukiman.
Dari pihak rumah sakit juga tidak merespon pengaduan yang dilakukan
masyarakat terhadap pencemaran pembakaran limbah. Hal itu juga ditegaskan
salah seorang warga yang juga mantan pejabat dinas PU Bangli, bernama
Sang Nyoman Yasa yang mengatakan “ Pencemaran lingkungan yang terjadi
sudah sangat parah, kami telah menjadi korban. Sementara mereka tidak
peduli dengan kami”. Hal tersebut membuat pencemaran limbah medis yang
terjadi di Bangli semakin berlarut-larut.
Apabila dilihat dari pendekatan-pendekatan yang digunakan sebagai
dasar pemikiran untuk menjalankan tanggungjawab lingkungan hidup, pihak
rumah sakit tidak melaksanakan pemikiran-pemikiran tersebut, yang
diantaranya:
 Teori hak atas lingkungan. Menurut Blackstone, setiap manusia berhak
atas lingkungan bekualitas yang memungkinkan dia untuk hidup dengan
baik (sutrisna:2010). Akibat dari limbah medis tersebut warga sekitar
rumah sakit sudah kehilangan hak-nya atas lingkungan yang sehat dan
bebas dari polusi, karena setiap kegiatan pembakaran limbah mereka
harus waspada akan asap hitam yang diakibtkan oleh pembakaran
limbah. Hal ini tentu saja sangat membuat warga sekitar merasa sangat
tidak nyaman.
 Teori Deontology. Teori ini menilai tindakan baik atau buruknya
berdasarkan aturan-aturan, prosedur dan kewajiban (sutrisna:2010).
Tentunya pihak rumah sakit sudah melanggar teori ini, dimana pihak
rumah sakit tidak menjalankan kegiatannya sebagaimana mestinya
sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak lain
 Utilitarianisme. Pendekatan utilitarian menyatakan bahwa seseorang
perlu berusaha menghindari kerusakan lingkungan karena dia juga tidak

7
ingin merugikan kesejahteraan masyarakat (sutrisna:2010), tetapi justru
pihak rumah sakit memberikan dampak yang buruk bagi masyarakat
dengan asap hasil dari pembakaran sampah medis tersebut.
 Keadilan. Lingkungan yang bersih dan nyaman merupakan kelangkaan
oleh karena itu, harus dibagi secara adil agar nantinya dapat dinikmati
oleh generasi mendatang.(sutrisna:2010)
Pendekatan-pendekatan diatas dikutip dari:Dewi Sutrisna.Etika
Bisnis.2010.Udayana University Press.Denpasar

D. Opini
Peran pemerintah disini sangat diperlukan untuk menyelesaikan
permasalahan yang terjadi. Pemerintah tidak bisa hanya berdiam diri saja atau
pun hanya mengandalkan atas peraturan yang telah berlaku tetapi pemerintah
juga harus turun secara langsung baik sebagai pihak ketiga atau pihak yang
memfasilitasi antara masyarakat sekitar dengan pihak rumah sakit, karena
peraturan atau UU yang di buat oleh pemerintah belum tentu berjalan secara
efisien susuai dengan isi peraturan atau Undang-undang secara tertulis,
dimana terkadang terdapat perbedaan antara keadaan di lapangan yang
sesungguhnya dengan keadaan dalam peraturan yang tertulis. Tidak hanya
pemerintah yang berperan dalam penyelesaian kasus ini, kesadaran dari pihak
rumah sakit juga sangat diperlukan. Sebaiknya pihak rumah sakit
memindahkan letak mesin incinerator sehingga dapat meminimalkan dampak
yang terjadi akibat pencemaran dan pihak rumah sakit juga dapat bekerja
sama dengan badan lingkungan hidup dalam mengelola maupun mengawasi
sehingga mengurangi dampak terjadinya pencemaraan.
E. Kesimpulan
Lingkungan adalah tempat tiggal semua makhluk hidup. Dengan
lingkungan yang bersih akan memberikan dampak yang baik bagi makhluk
hidup yang tinggal di dalamnya. Pencemaran lingkungan dapat didefinisikan
sebagai masuknya bahan atau energi ke dalam lingkunganyang menyebabkan
timbulnya perubahan yang tidak diharapkan, baik bersifat fisik, kimiawi
maupun biologis sehingga menggangu kesehatan, eksistensi manusia, dan

8
aktivitas manusia, serta organisme lainnya. Sedangkan Etika lingkungan
menurut Poerwadarminta adalah pengetahuan tentang asas-asas mengenai
akhlak atau moral.
Daftar Pustaka
https://novrygunawan.wordpress.com/2010/11/28/contoh-kasus-etika-bisnis-
kasus-di-tolaknya-indomie-di-taiwan-tugas-etika-bisnis-ke-2/
http://www.marketing.co.id/duel-seru-mie-instan-si-seleraku-vs-si-sedap/
http://c-mind.blogspot.co.id/2013/10/stp-indomie.html
http://www.walhi.or.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=175%3Aindustrialisasi-
konservasi&catid=84%3Ainfo-woc-2009&Itemid=90&lang=in

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai