Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Parameter Volume 29 No.

1
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.08
P-ISSN : 0216-26IX

EFEKTIVITAS BENTUK PENILAIAN FORMATIF DISESUAIKAN


DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN

Nurjannah
Universitas Negeri Jakarta, Jln. Pemuda Jakarta Timur
e-mail: mama2afl@yahoo.co.id

Abstract

This study investigates the effectiveness of formative assessment adapted to the instructional media
towards science achivement of students by controlling prior knowledge. The research is an experiment
using 2 x 2 factorial design. The result show that, learning to use visual instructional media will be more
effective if formative assessment with worksheets, and if the learning uses conventional media will be more
effective if the formative assessment with quizzes.

Keywords: formative assessment, instructional media

Abstrak

Penelitian ini mengkaji efektivitas penilaian formatif dengan media pembelajaran ter-hadap hasil belajar
IPA siswa setelah mengontrol pengetahuan awalnya. Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan
disain faktorit 2 x 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, belajar dengan menggunakan media
pembelajaran visual akan lebih efektif jika penilaian formatif dilakukan dengan LKS, dan jika
pembelajaran menggunakan media konvensional akan lebih efektif jika penilaian formatifnya dilakukan
melalui kuis.

Kata kunci: penilaian formatif, media pembelajaran

1. PENDAHULUAN perkembangan siswa dari waktu ke waktu.


Evaluasi dalam proses Evaluasi formatif untuk mendapatkan
pembelajaran sangatlah penting untuk informasi mengenai siswa dilakukan
dilakukan, karena dengan evaluasi kita dengan pemberian tugas, tes tertulis, tanya
dapat mengetahui sejauh mana siswa dapat jawab di kelas, dan berbagai bentuk
menyerap materi-materi pelajaran yang evaluasi lainnya. Untuk efektivitas
telah diberikan. Evaluasi tidak hanya evaluasi, bentuk penilaian perlu
sekedar pemberian tes yang kemudian disesuaikan dengan karaktenistik siswa,
menghasilkan skor, namun merupakan seperti intelegensi, gaya kognitif, gaya
proses pengumpulan informasi tentang belajar, sikap kerja, bakat dan lain-lain.
pembelajar-an ketika akan dimulai, pada Menurut Kadaryanto (2007:2) llmu
saat proses, dan pada akhir pembelajaran Pengetahuan Alam dikenal juga dengan
tersebut. Dengan demikian kita bisa nama Sains, yang meliputi fisika, biologi,
mengetahui efektivitas pembelajaran yang dan kimia. Sains sebagai ilmu pengetahuan
telah dilakukan, baik itu materi, media adalah kumpulan konsep, prinsip, hukum,
ataupun metode pembelajarannya. dan teori yang dibentuk melalui proses
Evaluasi hasil belajar dilakukan kreatif dan sistematis serta dilanjutkan
oleh guru untuk memantau proses, dengan proses observasi secara terus
kemajuan, dan perbaikan hasil belajar siswa menerus. Sains dilandasi dengan sikap
secara ber-kesinambungan. Evaluasi keingintahuan, keteguhan hati, dan
formatif dilakukan oleh guru yang ketekunan yang dilakukan oleh individu
memberikan materi pembelajaran, untuk menyingkap rahasia alam semesta.
berinteraksi langsung, dan melihat
75
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.08
P-ISSN : 0216-26IX

Sains sebagai ilmu terdiri atas diukur dengan memberikan tes hasil
produk dan proses. Produk sains terdiri atas belajar.
fakta, konsep, prinsip, prosedur, teori, Standar Kompetensi (SK) dan
hukum, dan postulat. Produk-produk Kompetansi Dasar (KD) IPA di tingkat
tersebut diperoleh melalui serangkaian Sekolah Menengah Pertama merupakan
proses penemuan ilmiah dan melalui standar minimum yang secara nasional
metode iliniah yang didasarkan oleh sikap harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan
iliniah. Ditinjau dan segi proses, sains dalam pengembangan kurikulum di setiap
memiliki berbagai keterampilan, yaitu satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD
keterampilan dalam melakukan observasi, didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk
mengumpulkan data, melakukan penafsiran membangun kemampuan, bekerja iliniah,
dan hasil pengamatan, melakukan dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi
pengelompokan (klasifikasi), menyusun oleh guru. Adapun SK dan KD IPA
dugaan sementara (hipotesis) melakukan SMP/MTs kelas VII semester 2 adalah
kesimpulan sementara (inferensi), sebagai berikut
melakukan eksperimen, keterampilan
menggunakan alat dan bahan, menentukan
variabel dan suatu percobaan, dan
merumuskan suatu hasil percobaan atau
menarik kesimpulan.
Belajar menurut Gage (dalam Dahar
1984:11), belajar adalah suatu proses
organisme berubah perilakunya sebagai
akibat pengalaman. Belajar sebagai suatu
perubahan perilaku artinya belajar melalui
suatu proses yang secara langsung atau
tidak memberikan dampak pada
kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik seseorang. Perubahan
perilaku sebagai dampak dan perubahan
kemampuan tersebut memberikan tanda
berupa perilaku terbuka yang dapat diamati
sebagai bukti dari suatu proses belajar yang
telah dilewati.
Menurut Suryabrata (2000:19) hasil
adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menunjuk sesuatu yang dicapai seseorang
setelah melakukan suatu usaha. Bila
dikaitkan dengan belajar berarti hasil
menunjuk sesuatu yang dicapai oleh
seseorang yang belajar dalam selang waktu
tertentu. Hasil belajar termasuk dalam
kelompok atribut kognitif yang hasil
pengukurannya tergolong sebagai pendapat
yaitu respon yang bisa dinyatakan dalam
benar atau salah. Sementara yang dimaksud
dengan hasil belajar IPA adalah kompetensi
siswa dalam mata pela-jaran IPA setelah
melalui suatu proses pem-belajaran dan

76
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.08
P-ISSN : 0216-26IX

:Tabel 1. Standar Kompeterisi dan Kompetensi Dasar


Mata Pelajaran IPA SMP Kelas VII semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
5. Memahami gejala-gejala alam
5.1. Melaksanakan pengamatan objek secara terencana dan
melalui pengamatan sistematis untuk memperoleh informasi gejala alam biotik
dan biotik
5.2. Menganalisis data percobaan gerak lurus beraturan dan gerak
lurus berubah beraturan serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari
5.3. Menggunakan mikroskop dan peralatan pendukung lainnya
untuk mengamati gejala-gejala kehidupan
5.4. Menerapkan keselamatan kerja dalam melakukan
pengamatan gejala-gejala alam
6. Memahami keanekara-gaman 6.1. Mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup
makhluk hidup 6.2. Mengklasifikasikan makhluk hidup ber-dasarkan ciri-ciri
yang dimiliki
6.3. Mendeskripsikan keragaman pada sistem organisasi
kehidupan mulai dari tingkat sel sampai oranisme
7. Memahami saling
7.1. Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara
ketergantungan dalam komponen ekosistem
ekosistem 7.2. Mengidentifikasi pentingnya keanekaragaman makhluk
hidup dalam pelestarian ekosistem
7.3. Memprediksi pengaruh kepadatan populasi manusia
terhadap lingkungan
7.4. Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan
lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan
lingkungan
Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, p. 280

Pengetahuan awal dapat diketahui pembelajaran yang tepat digunakan pada


dengan melakukan observasi atau pun kelompok siswa; (4) aktivitas pembelajaran
dengan memberikan tes tertulis, yang seperti apa yang diperlukan urituk
menjadi bagian dan evaluasi input (evaluasi dimasukkan ketika suatu unit diajarkan; (5)
masukan). Dengan mengetahui target pembelajaran apa yang diinginkan
pengetahuan awal siswa, seorang guru akan untuk dicapai oleh siswa dalam mengajar;
lebih siap menghadapi kelasnya dan (6) bagaimana seharusnya mengorganisasi
memlilki pilihan-pilihan solusi ketika ada dan mengatur siswa di kelas untuk materi
masalah yang terjadi di kelas. Menurut dan aktivitas pembelajaran selanjutnya.
Nitko (1996:3), ada beberapa hal yang Beberapa point dan keenam point
perlu diketahui guru sebelum pembelajaran tersebut menunjukkan potensi yang
dimulai yaitu; (1) materi-materi yang akan diiniliki dan kondisi siswa sebelum
diberikan berdasarkan periode tertentu; (2) pembelajaran dimulai, dan hal tersebut
kemampuan apa yang telah dimiliki oleh menjadi per timbangan bagi guru dalam
siswa (latar belakang budaya, minat, membuat keputusan mengenai
keterampilan, dan lain- lain) yang pembelajaran selanjut-nya yang akan
dibutuhkan sebagai laporan untuk dijadikan diberikan di kelas, dan bermuara pada
landasan perencanaan kegiatan pencapaian tujuan pembelajaran yang
pembelajaran; (3) materi dan media

77
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.08
P-ISSN : 0216-26IX

ditunjukkan dengan prestasi atau hasil peningkatan ataupun perbaikan dalam


belajar siswa. pembelajaran yang dilakukan di kelas.
Menurut Kibler et al. (1970:122- Menurut Nitko (1996:4), fungsi
124), sebelum pembelajaran dimulai penilaian formatif adalah membantu untuk
penting bagi guru untuk melakukan mengarahkan atau memonitor
penilaian terhadap performa siswa, yang perkembangan pembelajaran siswa ketika
disebut dengan preassessment. proses pembelajaran dalam suatu waktu
Preassessment bagi siswa baru untuk tertentu sedang berlangsung. Untuk
memulai pembelajaran untuk menentukan melakukan penilaian formatif dapat
(1) apakah pelajar mempunyai kemampuan dilakukan dengan penilaian formal atau pun
prasyarat untuk, mengikuti pembelajaran; penilaian yang sifatnya informal untuk
(2) berapa banyak materi pembelajaran mengambil suatu keputusan formatif.
yang sudah diketahui oleh siswa; (3) Dalam hal ini, walaupun terdapat rekaman
aktivitas pembelajaran yang seharusnya mengenal perkembangan siswa, hal
ditunjukkan oleh masing-masing siswa. tersebut tidak dapat dimasukkan dalam
Kemudian, menurut DeCecco (dalam laporan akhir prestasi siswa. Ditambah-kan
Kibler et al., 1981), hasil dan tes lagi dengan melakukan penilaian forma-tif
preassessment adalah dibuat untuk dapat memberikan informasi tentang apa
mengevaluasi kemampuan dan hasil yang dibutuhkan dalam pembelajaran atau
pembelajaran sebelumnya. Idealnya, tes mendiagnosa kebutuhan belajar siswa.
preassessment entry behavior seharusnya Worthen dan Sanders (1987:36),
dihubungkan dengan tujuan pembelajaran, juga menunjukkan perbedaan antara
namun sejauh ini tes penilaian siswa, baru penilaian formatif dan sumatif, di mana
dihubungkan dengan kemampuan yang sumatif lebih menekankan pada keputusan
dibutuhkan untuk menguasai pembelajaran tentang kelanjutan program, akhir sebuah
selanjutnya. program, pengembangan program,
Alasan kedua dilakukan peningkatan program dan sejenisnya.
preassessment awal sebelum pembelajaran Menurut Djaali (2006:56), penilaian
dimulai, untuk menentukan berapa banyak formatif pada dasarnya adalah penilaian
pengetahuan yang telah diketahui oleh yang dilakukan selama proses
siswa. Hal ini dilakukan untuk menentukan pembelajaran yang dilakukan untuk
apakah siswa dapat melewati beberapa mendapatkan umpan balik bagi usaha
tujuan pembelajaran, dan disebut dengan perbaikan kualitas pembelajaran dalam
preassessment of terminal behavior. konteks kelas. Penilaian formatif
Perbedaannya dengan entry behavior diselenggarakan dalam selang waktu yang
adalah pengukuran performa akhir yang relatif pendek dan memberikan masukari
merupakan awal dan pembelajaran. atau umpan balik yang dapat digunakan
Penilaian formatif merupakan oleh guru sebagai pengelola kegiatan
penilaian yang dilakukan ketika proses pembelajaran untuk meningkatkan
pembe-lajaran sedang berlangsung. intensitas proses belajar dalam dari setiap
Penilaian formatif dapat dilakukan dengan subjek belajar atau peserta didik melalui
lisan atau pun tertulis dengan tujuan untuk peningkatan kesesuaian antara tiga unsur,
mengetahui sejauh mana siswa telah yaitu struktur kognitif subjek belajar,
menerima dan memahami mateni yang karakteristik konsep yang dipelajari, dan
telah diberikan. Penilaian formatif juga strategi pembe-lajaran yang digunakan.
dilakukan sebagai umpan batik dan siswa Dalam penelitian ini ada 2 jenis
bagi guru atau pengajar agar dapat penilaian formatif yang merupakan
melakukan introspeksi dalam mengajar. perlakuan penelitian, yailtu penilaian
Dengan demikian guru dapat melakukan formatif bentuk kuis dan Lembar Kerja

78
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.08
P-ISSN : 0216-26IX

Siswa (LKS). Kuis merupakan salah satu dilakukan oleh penilai. Pada tes uralan
bentuk penilaian yang dilakukan untuk unsur-unsur subjektivitas penilai sangat
mendapatkan informasi tentang prestasi mempengaruhi skor sebuah tes. Adapun
siswa. Instrumen yang digunakan dalam praktibilitas tes dikatakan tinggi, ji-ka tes
penilaian ini adalah tes. Kuis da-pat semakin bersifat praktis, yaitu mudah
menjadi salah satu cara untuk melakukan dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan
penilaian formatif di kelas, untuk dilengkapi dengan petunjuk yang jelas. Tes
mengetahui sejauh mana siswa telah yang ekonoinis ialah pelaksanaari tes yang
memahami materi yang diberikan dan juga tidak memerlukan biaya yang mahal,
menjadi masukan bagi guru untuk tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.
memperbaiki metoda pembelajarannya. Ada beberapa hal yang perlu
lnstrumen yang digunakan dalam penilaian diperhatikan dalam menyusun sebuah tes.
ini adalah tes, sehingga selain Berdasarkan bentuk tesnya, menurut
menggunakan istilah kuis, istilah tes juga Sudjana (1990:-39-54), hal perlu
biasa digunakan dalam penilaian formatif diperhatikan dalam menyusun tes uraian,
yang biasa dilakukan di kelas. Tes adalah adalah (1) dan segi yang diukur, misalnya
salah satu jenis instrumen untuk yang ingin diukur adalah pemahaman
mendapatkan informasi dan mengukur konsepnya, aplikasi konsep, analisis konsep
kemampuan siswa terhadap suatu atau aspekaspek kognitif lainnya. (2) Segi
kompetensi tertentu. bahasa, sebaiknya menggunakan bahasa
Menurut Hamalik (2001:29-30), yang sederhana, singkat, dan jelas. (3)
bahwa dalam menyusun sebuah tes hal Teknis penyajian soal, hendaknya tidak
yang perlu diperhatikan adalah hakekat tes mengulang pertanyaan dengan materi yang
harus merefleksikan tujuan yang hendak sama, pembenian soal dengan waktu yang
dicapal oleh tes itu dan yang kedua, hakekat tersedia. (4) Segi jawaban, sebaiknya
tes ha-rus merefleksikan kondisi-kondisi pertanyaan yang diberikan telah tersedia
pelaksa-naan tes di mana tes tersebut akan jawabannya, begitu pula dengan skor yang
dilaksa-nakan. akan diberikan.
Sebuah tes yang dapat dikatakan Kuis adalah salah satu bentuk
baik sebagai alat pengukur, menurut evaluasi yang berbentuk tes yang dilakukan
Ailkunto, harus memenuhi persyaratan tes, di kelas untuk mengetahul kemampuan
yaitu memiliki validitas, reliabilitas, siswa mengenal materi-materi yang telah
objektivitas, praktikabilitas, dan ekonoinis diberikan. Kuis penelitian ini dilakukan di
(2002:57-63). Sebuah tes dikatakan valid akhir pembelajaran pada setiap satu pokok
jika suatu tes dapat dengan tepat mengukur bahasan.
apa yang hendak diukur. Sebuah tes Lembar kerja siswa merupakan
dikatakan reliabel jika hasil-hasil tes yang bentuk penugasan yang diberikan kepada
diberikan kepada siswa berulang-ulang siswa yang tidak terbatas pada pemberian
akan menunjukkan hasil yang sama atau tes saja, tetapi lebih dan itu, terdapat pula
tetap, sehingga siswa akan tetap berada didalamnya tugas praktik ataupun tugas
dalam urutan (rangking) yang sama dalam pengamatan yang dikerjakan di kelas dan di
kelompoknya. Objektivitas le-bih rumah. Tugas-tugas tersebut dirangkum
menunjukkan kepada hal-hal yang dapat dalam sebuah lembar kerja yang diiniliki
mempengaruhi hasil tes, di mana terdapat oleh setiap siswa, dan dikerjakan secara
hal-hal yang dapat mempengaruhi individu maupun per kelompok. Namun
objektivitas sebuah tes, yaitu bentuk tes dan penilaiannya dalam hal ini dilakukan secara
penilai. Bentuk tes uraian akan dapat perorangan.
mengurangi objektivitas sebuah tes, Bentuk penilaian yang
terutama dalam masalah penskoran yang menggunakan LKS tersebut biasa juga

79
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.08
P-ISSN : 0216-26IX

disebut dengan penilaian performa. Penilaian dengan proyek jangka


Menurut Nitko (1 996: 239), penilaian panjang (Nitko, 1996:245) merupakan
performa adalah prosedur yang penilaian yang dilakukan terhadap siswa
menggunakan lembar kerja atau tugas yang diberikan tugas atau aktivitas yang
untuk memperoleh informasi tentang hasilnya dapat berupa produk siswa,
seberapa baik siswa telah belajar. Penilaian misalnya model, peralatan yang
perfor-ma biasa juga disebut penilaian bermanfaat, laporan khusus, atau pun
alternatif atau penilaian. Kata alternatif koleksi sesuatu. Tugas yang diberikan pada
dalam penilaian alternatif juga berarti penilaian ini dapat dilakukan pada siswa
penilaian yang bentuknya berlawanan secara individu maupun berkelompok.
dengan tes prestasi yang standar yang Namun teknik penilaian seperti ini menjadi
biasanya format tesnya berbentuk tes lebih berarti jika memenuhi 4 kondisi
pilihan atau tes objektif. yakni, (1) proyek yang ditugaskan terfokus
Lebih lanjut, terdapat beberapa tipe pada target pembelajaran; (2) setiap siswa
teknik penilaian performa (Nitko, mengerjakan sendiri tugasnya; (3) setiap
1996:244- 245), yaitu tugas terstruktur, siswa memiliki akses yang sama tentang
tugas penilaian performa tipikal dan alami, informasi yang dibutuhkan yang dapat
proyek jangka panjang, portofolio, meningkatkan prestasinya dalam penilaian;
demonstrasi, eksperimen (percobaan), (4) guru/evaluator dapat mengkontrol hal-
presentasi oral dan dramatisasi, simulasi hal yang benar-benar ingin dinilai dan
dan rekayasa situasi. Tugas terstruktur terhindar dan bias karaktenstik yang ingin
merupakan penilaian yang dilakukan dinilai.
dengan memberikan kepada siswa tugas Penilaian portofolio (Nitko, 1999:
dan guru melakukan kontrol terhadap di 249) sebagai salah satu bentuk teknik
mana dan keadaan seperti apa siswa penilaian adalah koleksi terbatas hasil kerja
membe-rikan jawaban pada tugas tersebut. atau hasil tugas siswa yang berfungsi untuk
Tugas terstruktur ini terdiri dan 2 jenis yaitu me-nunjukkan hasil tugas siswa yang
(1) tu-gas kertas dan pensil, di mana siswa terbaik atau demonstrasi perkembangan
mem-berikan respon terhadap tugas yang pendidikan siswa dalam satu kurun waktu
diberi-kan dengan menuliskannya di kertas; tertentu. Terdapat 2 teknik penilaian
(2) tu-gas yang membutuhkan peralatan. portofolio, yakni portofolio pekerjaan
Tugas yang diberikan tidak hanya terbaik (bestwork portofolio) dan portofolio
membutuhkan kertas dan pensil tetapi juga perkembangan pembelajaran (growth and
alat praktik dan waktu untuk mengamati learning-progress portofolio). Dalam
agar mampu menja-wab tugas yang penilaian portofolio pekerjaan terbaik,
diberikan. koleksi hasil kenja siswa dipilih yang
Penilaian performa tipikal dan dianggap terbaik dan berdasarkan hasil
alami, merupakan penilaian yang dilakukan kerja terbaik tersebut.
dengan melakukan observasi untuk dapat Penilaian dilakukan terhadap siswa
memberi-kan penilaian dan tugas yang dan menentukan apakah tujuan
diberikan. De-ngan demikian, hasil pembelajaran telah tercapai atau tidak. Pada
penilaian menjadi alami dan menunjukkan portofolio perkembangan pembelajaran,
tipikal dan setiap siswa yang dariilai. penilaian final tidak hanya terbatas pada
Namun demikian, peni-laian ini agak sulit produk akhir dan tugas siswa, melainkan
untuk dilakukan, teruta-ma adanya memandang produk tersebut sebagai proses
keterbatasan waktu sehingga ka-rakteristik perkembangan pembelajaran siswa.
yang akan dariilai belum muncul pada dari Penilaian dilakukan dengan melihat
siswa, tapi waktu yang tersedia te-lah habis. kumpulan portofolio dari waktu ke waktu

80
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.08
P-ISSN : 0216-26IX

dan melihat perkembangan pembelajaran dengan materi pembelajaran- nya lainnya,


siswa berdasarkan portofolio tersebut. sehingga untuk satu tugas dapat menilai
Penilaian demonstrasi siswa (Nitko, beberapa terget pembelajaran; (6) dapat
1996: 253), merupakan performa siswa diperluas dengan pendekatan penilaian
sesuai dengan tuntutan tugas yang siswa; (7) dapat membantu guru untuk
diberikan. Siswa mempenlihatkan menitai apakah proses yang dijalankan
kemampuan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam mengerjakan tugas sama
yang telah dipelajarinya. Begitu pula baiknya dengan hasil pekerjaan yang telah
penilaian eksperimen (penilaian dilakukan.
percobaari), merupakan penilaian yang Namun selain memiliki kelebihan,
dilakukan terhadap siswa dengan melihat penilaian performa juga memiliki
kemampuan siswa dalam melakukan kelemahan (Nitko, 1996:257), antara lain:
percobaan sesual yang ditugaskan. Dalam (1) tugas untuk penilaian performa yang
hal ini, penilaian tidak hanya terbatas pada berkualitas sulit untuk diwujudkan; (2)
hasil percobaan saja, tetapi jugs mencakup model pensekoran yang berkualitas juga
proses selama siswa melakukan percobaan sulit untuk terwujud, karena target
yang telah ditugaskan. pembelajaran yang cukup kompleks; (3)
Teknik penilaian yang lain adalah siswa membutuhkan waktu yang cukup
presentasi oral dan dramatisasi (Nitko, banyak untuk dapat mengerjakan tugas; (4)
1996:254), merupakan penilaian yang pensekoran pada penilaian tersebut cukup
dilakukan untuk melihat kemampuan siswa kompleks sehingga membutuh-kan waktu
dalam pembelajaran yang ditunjukkan oleh yang juga lebih banyak; (5) kemungkinan
siswa secara verbal. Namun penilaian tidak reliabilitas instrumen penugasan rendah;
cukup hanya pada verbal saja, tapi juga (6) walaupun banyak pencapaian target
keterampilan, mimik wajah, dan gerak yang dapat dinilai, namun tidak dapat
tubuh yang mencerminkan sejauh mana menilai dengan baik.
tujuan pembelajaran telah tercapai. Hampir Media pembelajaran menurut
sama dengan simulasi dan rekayasa Roiniszowski (1988:7-8) bahwa media
kondisi, diciptakan situasi terkontrol tidak hanya terbatas pada alat komunikasi
dengan topik tertentu, dapat ditambahkan elektronik yang efektif digunakan pada
aktor yang memerankan seseorang yang proses pembe-lajaran, tetapi Iebih dan itu,
akan berinteraksi dengan yang lain. Ketika media meliputi juga alat-alat komunikasi
peran berjalan maka dapat dilakukan sederhana yang dapat digunakan dalam
penilaian sesuai dengan item-item yang pembelajaran seperti slides, foto-foto, dan
ingin dariilai. Sebenarnya hampir sama gambar-gambar buatan guru. Media
dengan penilaian tipikal dan alami, hanya pembelajaran adalah prosedur instruksi
saja kondisinya direkayasa. yang dipilih untuk membantu siswa
Kelebihan dan penilaian penforma mencapai tujuan atau menyerap materi
(Nitko, 1996:256) adalah (1) dapat Iebih pembelajaran. Media pembelajaran
memperjelas ketercapaian target dimasukkan dalam dua kelompok
pembelajar-an; (2) penilaian performa karakteristik media, yaitu karakteristik
memberikan penilaian terhadap media esensial dan karakteristik media
kemampuan siswa melakukan mulai dan optional.
pengetahuan, sikap, dan keterampilannya, Karaktenistik media esensial adalah
tidak hanya sekedar menilai kemampuan media sebagai kontrol kejelasan informasi
siswa menjawab; (3) konsisten dengan teori yang disampaikan, dan karakteristmk
penilaian modem; (4) dapat melihat media optimal yang lebih menekankan
integrasi antara pengetahuan, kemampuan, pada kualitas presentasi, seperti kombinasi
dan keterampilan; (5) dapat dihubungkan warna, animasi, ilustrasi, dan lain-lain.

81
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.08
P-ISSN : 0216-26IX

Karaktenstik media optional juga Literasi visual dapat dikembangkan


menekankan peinilihan media yang dengan dua pendekatan, yakni input
disesuaikan dengan gaya belajar siswa, strategies dan output strategis. Input
peinilihan media yang disesualkan dengan strategis adalah membantu siswa untuk
gaya mengajar guru dan keterampilan, dan membaca pesan gambar, dengan melatih
juga peinilihan berbagai media untuk keterampilan menganalisis gambar atau
aplikasi untuk lebih jelas dan efisiensi kecakapan visual, seperti menganalisis
pembelajaran. Dengan demikian dapat di- gambar dan mendiskusikan film dan
simpulkan beberapa fakton yang dapat program video. Output strategis adalah
mempengaruhi peinilihan media dalam membantu siswa untuk menulis pesan
proses pembelajaran, diantaranya metoda dalam bentuk gambar, untuk
pembelajaran yang dipilih, materi mengekspresikan dirinya sendiri dan
pembelajaran, dan karakteristik guru dan berkomunikasi dengan yang lain, seperti
siswa. merencanakan dan menghasilkan foto dan
Beberapa ahli mengelompokkan je- presentasi video.
nis media berdasarkan kesamaan ciri dan Media visual merupakan media
ka-rakteristiknya. Rudi Bretz (dalam pembelajaran yang mengfungsikan visual
Roinis-zowski 1988:34) mengidentifikasi siswa dalam menerima materi
media berdasarkan Gin utama dari media pembelajaran. Proses Pembelajaran dengan
menjadi tiga unsur pokok, yaitu suara, menggunakan media pembelajaran visual
visual, dan gerak. Visual dibedakan adalah terdiri dan pembelajaran dengan
menjadi tiga yaitu gambar, garis, (line media papan tulis dan alat-alat praktikum
graphic), clan simbol. Bretz juga membagi IPA yang standar ditambah dengan media
media menjadi 8 klasifikasi media: 1) visual berupa VCD pembelajaran dengan
media audio visual gerak, 2) media audio animasi yang didalamnya terdapat
visual diam, 3) media audio semigerak, 4) penjelasan materi dan ditampilkan dengan
media visual gerak, 5) media visual diam memproyeksikan melalui in focus.
Visualisasi juga memberikan Berdasarkan standar sarana dan
motivasi bagi siswa karena menarik prasarana, media pendidikan yang harus
perhatian, menyentuh perhatian, dan disiapkan dalam kelas adalah papan tulis.
melibatkan emosional secara umum. Artinya pada setiap kelas di satu sekolah
Visualisasi menyederhanakan informasi harus memiliki ininimal satu buah papan
yang sulit untuk dipahami misalnyanya tulis sebagai media yang digunakan dalam
dengan diagram. Mengorganisasikan pembelajarannya.
fungsi dengan mengilustrasikan hubungan Menurut Munadi berdasarkan
antar elemen, misalnya dengan flow chart. pendapat Onong dan AECT, berkesimpulan
Istilah “literasi” digunakan untuk bahwa media dalam konteks pembelajaran
menunjuk pada membaca dan menuliskan adalah bahasannya guru. Menurut Onong
informasi verbal, pada saat ini ikal juga (dalam Munadi, 2008:8), proses terbagi
istilah “visual literacy’ (literasi visual) yang menjadi dua tahap, yakni secara primer dan
menunjuk pada kemampuan siswa secara sekunder: pertama, proses
menginterpretasikan pesan visual (pesan komunikasi secara primer adalah proses
gambar) secara tepat dan menuliskannya. penyampaian pikiran dan atau perasaan
Penelitian tentang literasi visual menguji seseorang kepada orang lain dengan
tentang pengaruh sistem proses visual menggunakan lambang atau simbol sebagai
terhadap keingintahuan pada pengetahuan, media. Lambang sebagai media primer
keterampilan, dan sikap. Ininat pada literasi dalam proses komunikasi adalah bahasa,
visual menumbuhkan titik yang akan kial, isyarat, gambar, warna dan lain
menjadikan peminatan yang profesional. sebagainya yang secara langsung mampu

82
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.08
P-ISSN : 0216-26IX

menerjemahkan pikiran dan komunikator sebagai totalitas pesan (message), yang tak
kepada komunikan. Kedua, proses dapat dipisahkan. Tidak seperti media
komunikasi secara sekunder adalah proses dalam bentuk televisi, film, radio, dan lain-
penyampaian pesan sekunder adalah proses lainnya yang tidak jelas tidak selalu
penyampaian pesan kepada orang lain dipergunakan.
dengan menggunakan sarana atau alat
sebagai media kedua setelah memakai 2. METODOLOGI PENELITIAN
lambang sebagai media pertama. Surat, Metode yang digunakan pada
telepon, teleteks, surat kabar, majalah, penelitian ini adalah metode eksperimen,
radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah dengan desain faktoriat 2X2. Variabel
media kedua yang sering digunakan dalam responnya adalah hasil belajar IPA, dengan
komunikasi. perlakuan bentuk penilaian formatif dan
Berdasarkan pendapat Onong dan penggunaan media pembelajaran. Sebelum
AECT tersebut, berarti bagi kalangan pelaksanaan eksperimen, terlebih dahulu
masyarakat, media komunikasi itu adalah dilakukan pengukuran pengetahuan awal
media kedua sebagaimana pendapat siswa yang akan diberikan perlakuan. Oleh
Onong, dan jarang yang menganggap karena itu pengetahuan awal siswa dapat
bahasa sebagai media komunikasi. Hal ini dariyatakan sebagai covariable atau
disebabkan, bahwa bahasa sebagai lambang covariate dalam menerapkan model linear.
(symbol) beserta isi (content), yakni Desain penelitian dalam bentuk
perassan, yang dibawanya dipersepsi matriks adalah sebagai berikut.
.
Tabel 2. Desain Penelitian Eksperimen Faktonial 2x2

awal sebagai Pengetahuan awal tersebut diberikan, maka eksperimen


covariate atau covariable penelitian dan mulai dilakukan dan hasil belajar sebagai
pengukuran-nya dilakukan dengan variabel respon (tenkat) diukur dengan
memberikan tes pengetahuan awal kepada memberikan tes hasil belajar di akhir
siswa di kelas eksperimen. Tes eksperimen dilakukan.
pengetahuan awal adalah materi-materi
dasar atau materi yang telah diberikan yang Variabel Perlakuan
berhubungan dengan pokok bahasan IPA Penggunaan Media Visual
SMP kelas VII. Setelah tes pengetahuan

83
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.08
P-ISSN : 0216-26IX

Proses Pembelajaran dengan Untuk menguji hipotesis penelitian


menggunakan media pembelajaran visual dan untuk menarik kesimpulan, maka data
adalah pembelajaran dengan media papan yang telah dikumpulkan dianalisis dengan
tulis dan alat-alat praktikum IPA yang menggunakan teknik statistika. Analisis
standar ditambah dengan media visual yang digunakan meliputi; analisis
berupa VCD pembelajaran dengan animasi deskriptif; analisis uji persyaratan; dan
yang didalamnya terdapat penjelasan analisis inferen-sial.
materi dan ditampilkan dengan Analisis uji persyaratan yang
memproyeksikan melalui infocus. dilakukan terdiri dari; (1) uji homogenitas
Penggunaan Media Konvensional varians; (2) uji kesejajaran empat garis
Proses pembelajaran dengan (homogenitas slopes). Sementara uji
menggunakan media konvensional yakni inferensial akan dila-kukan dengan
media pembelajaran yang tersedia di kelas menggunakan análisis kova-rians
seperti papan tulis dan alat-alat standar (Ankova). Analisis data untuk menguji
praktikum IPA hipotesis efek utama (main affect)
dilakukan dengan menghitung JP (Jumlah
Penilaian Formatif dengan Kuis Produk), Jumlah Kuadrat X (JK), Jumlah
Penilaian formatif dengan kuis adalah Kuadrat Y (JK), menentukan koefisien
pemberian kuis yang dilakukan setiap satu regresi XY (b), Jumlah Kuadrat Reresi
kompetensi dasar selesai dibahas, kuis (JK), dan JK residu (JKres) pada berbagai
diberikan pada 15 menit sebelum akhir vanans yaitu total (T), dalam (D), dan antar
pembelajaran. (A) (Djaali, 1984:128-131).
Untuk menguji hipotesis interaksi
Penilaian Formatif dengan Lembar dan hipotesis ininor atau simple effect
Kerja Siswa (LKS) dengan
Penilaian formatif dilakukan dengan Menggunakan analisis kovarian (Ankova).
menilai hasil kerja siswa pada Lembar
Kerja Siswa (LKS). Pada setiap pertemuan, 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
siswa mengerjakan LKS. Beberapa unit Hasil Penelitian
dikerjakan di kelas dan beberapa unit Untuk menguji hipotesis interaksi
dikerjakan di rumah. Penilaian LKS dan hipotesis ininor atau simple effect
dilakukan di pertemuan terakhir pada dengan menggunakan analisis kovanian
miinggu tersebut. (Ankova) diterapkan dua macam model
Populasi penelitian adalah seluruh regresi, yaitu:
siswa SMP yang berada di wilayah Jakarta
Timur. Setelah ditentukan sekolah yang Model I : Y = y0+y1M1+y3F2M1+y4X+E
menjadi tempat pelaksanaan eksperimen, Model II : Y = +31F2M2+p2F2M1+
lalu dilakukan penarikan sampel siswa f33F1M2+6
secara acak. Awal pembentukan kelas di
kedua sekolah eksperimen dilakukan secara Untuk menguji hipotesa pada setiap
acak, tanpa ada pemilihan berdasarkan sel faktor, terlebih dahulu dilakukan
karakteriistik tertentu. Dengan demikian analisis dengan menggunakan analisis
siswa pada kelas-kelas di sekolah kovarian (anakova). Hipotesa akan diuji
eksperimen terbentuk secara acak, yang dengan me-nerapkan dua model persamaan
kemudian terambil 2 kelas pada masing- regresi yang kemudian dianalisis dengan
masing sekolah sebagai tempat untuk menggunakan prosedur GLM (General
dilakukan penelitian. Linear Model).
Berdasarkan hasil perhitungan
Anailsis Data analisis kovarians dan didapatkan nilai F

84
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.08
P-ISSN : 0216-26IX

hitung (F0) = 0.003 dan Ft(0.05;1R6) = kecil dan F ta-bel, F0 (3.96) < Ft(O1ff6)
3.98. Hasil F hitung yang menunjukkan (3.98), berarti bahwa tidak terdapat
lebih kecil dan F tabel, F0 (0.0003) < perbedaan hasil belajar IPA antara
Fo.o5lU6) (3.98), berarti bahwa tidak kelompok siswa yang pembelajaran-nya
terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara menggunakan media visual dan hasil
kelompok siswa yang diberi penilaian belajar kelompok siswa yang
formatif dengan kuis dan kelompok siswa pembelajaran-nya menggunakan media
yang diberi penilaian formatif dengan LKS, konvensional, setelah mehilangkan
setelah mehilangkan pengaruh linear pengaruh linear pengetahuan awal siswa.
pengetahuan awal siswa. Interaksi bentuk penilaian formatif
Perbedaan hasil belajar ipa antara dan penggunaan media pembelajaran dalam
kelompok siswa yang pembelajarannya mempengaruhi hasil belajar IPA.
menggunakan media visual dan kelompok Berdasarkan persamaan regresi;
siswa yang pembelajarannya menggunakan
media konvensional (b1- 82). Y = p + (FM)!, + X + E,
Berdasarkan hasil perhitungan
analisis kovarians dan didapatkan nilai F maka hasil analisis varian untuk menguji
hitung (F0) = 3.96 dan Ft(0.O1q6) = 3.98. interaksi antar perlakuan disajikan pada
Hasil F hitung yang menunjukkan lebih tabel berikut.

Tabel 3. Analisis Varian lnteraksi Antar Kelompok Pertakuan

Berdasarkan tabel terlihat bahwa nilai positif sehingga t0=6329 > tt(o0575)1.67.
F0 (19.951) > F0 05.3ff5) (272), ini berarti Dengan demikian pada kelompok siswa
bahwa H0 ditolak sehingga kesimpulannya yang pembelajarannya menggunakan
bahwa terdapat interaksi antara bentuk media visual, hasil belajar IPA kelompok
penilaian formatif dan penggunaan media siswa yang diberi penilaian formatif dengan
pembelajaran dalam mempengaruhi hasil lembar kerja siswa lebih tinggi dan hasil
belajar IPA siswa, setelah mengurangi belajar IPA kelompok siswa yang diberi
pengaruh linear pengetahuan awal siswa. penilaian formatif dengan kuis, setelah
Perbedaan hasil belajar IPA antara mengurangi pengaruh linear pengetahuan
kelompok siswa yang diberi penilaian awal siswa.
formatif dengan kuis dan kelompok siswa Perbedaan hasil belajar ipa antara
yang diberi penilalan formatif dengan kelompok siswa yang diberi penilaian
lembar kerja siswa, pada kelompok siswa formatif dengan kuis dan kelompok siswa
yang pembelajarannya menggunakan yang diberi penilaian formatif dengan
media visual (a1b1- a2b1) lembar kerja sis-wa, pada kelompok siswa
Berdasarkan analisis kovarian I yang pembelajar-annya menggunakan
dengan persamaan regresi model I (tabel media konvensional (a1b2- a2b2)
4.24, hal. 131 ), H0 y _ 0 ditolak, karena Berdasarkan analisis kovarian 2
berdasarkan hipotesis, koefisieri y3 adalah dengan persamaan regresi model II (tabel

85
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.08
P-ISSN : 0216-26IX

4.26, hal 132), H0 : f33 _ 0 ditolak, karena pembelajarannya menggunakan media


berdasarkan hipotesis, koefisien 133 adalah visual lebih tinggi dan hasil belajar IPA
positif sehingga t3.631 > tt(o.c75) = l.67. kelompok siswa yang pembelajarannya
Dengan demikian pada kelompok siswa menggunakan media konvensional, setelah
yang pembelajarannya menggunakan mengurangi pengaruh linear pengetahuan
media konvensional, hasil belajar IPA awal siswa.
kelompok siswa yang diberi penilaian Pembahasan
formatif dengan kuis lebih tinggi dan hasil Hasil uji hipotesis I dan 2,
belajar IPA kelompok siswa yang diberi menunjukkan tidak ada perbedaan antara
penilaian formatif dengan lembar kerja hasil belajar IPA kelompok siswa yang
siswa, setelah mengurangi pengaruh linear diberi penilaian formatif dengan kuis dan
pengetahuan awal siswa. hasil belajar IPA kelompok siswa yang
Perbedaan hasil belajar IPA antara diberi penilaian formatif bentuk LKS,
kelompok siswa yang pembelajarannya begitu pula tidak ada perbedaan hasil
menggunakan media visual dan kelompok belajar IPA antara kelompok siswa yang
siswa yang pembelajarannya tanpa pembelajarannya menggunakan media
menggunakan media visual, pada visual dan hasil belajar IPA kelompok
kelompok siswa yang diberi penilaian siswa yang pembelajarannya menggunakan
formatif dengan kuis (a1b1 - a1b2) media konvensional. Pada kelom-pok
Berdasarkan analisis kovarian I perlakuan bentuk penilaian formatif se-cara
dengan persamaan regresi model I (tabel teoretis terdapat perbedaan hasil belajar
4.24, hal. 131), H0 : Y2 _ 0 diterima, karena antara kelompok perlakuan, tetapi pada
berdasarkan hipotesis, koefisien 72 adalah kasus sampel penelitian eksperimen
negatif sehingga t06.787 < tt(O.O575)1.67. terdapat perlakuan penggunaan media
Dengan demikian hasil uji hipotesis pada mengakibatkan rata-rata distribusi skor
kelompok siswa yang diberi penilaian pada kedua kelompok perlakuan menjadi
formatif dengan kuis, hasil belajar IPA berimbang.
kelompok siswa yang pembelajarannya Hal ini tertihat pada kelompok
menggunakan media visual lebih rendah perlakuan yang pembelajarannya
dan hasil belajar biologi kelompok siswa menggunakan media visual, hasil belajar
yang pembelajarannya menggunakan IPA pada kelompok siswa yang diberi
media konvensional, setelah mengurangi penilaian formatif de-ngan kuis Iebih tinggi
pengaruh linear pengetahuan awal siswa. dan hasil belajar IPA pada kelompok siswa
Perbedaan hasil belajar IPA antara yang diberikan penilaian dengan LKS,
kelompok siswa yang pembelajarannya sedangkan pada kelompok siswa yang
menggunakan media visual dan kelompok pembelajarannya dengan media
siswa yang pembelajarannya menggunakan konvensional, hasil belajar IPA kelompok
media konvensional, pada kelompok siswa siswa yang diberi penilaian formatif dengan
yang diberi penilaian formatif dengan LKS lebih tinggi dan hasil belajar IPA
lembar kerja siswa (A2B1 — A2B2) kelompok siswa yang diberi penilaian
Berdasarkan analisis kovarian 2 formatif dengan kuis, dengan demikian
dengan persamaan regresi model II (tabel distribusi skor pada kelompok perlakuan
4.26, hal 132), H0: 132 _ 0 ditolak, karena penilaian formatif dengan kuis menjadi
berda-sarkan hipotesis, koefisien 132 berimbang dengan distribusi skor pada
adalah positif sehingga t0=3.169 > kelompok perlakuan penilahan formatif
to.o575)l.67. Dengan demikian pada dengan LKS. Begitu pula yang teqadi pada
kelompok siswa yang diberi penilaian kelompok perlakuan penggunaan media
formatif dengan lembar kerja siswa, hasil pembelajaran yang juga menunjukkan tidak
belajar IPA kelompok siswa yang

86
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.08
P-ISSN : 0216-26IX

terdapat perbedaan hasil belajar antara Pembelajaran menggunakan media


perlakuan penggunaan media tersebut. konvensional tetap membuat siswa
Hasil uji hipotesis 3, menunjukkan berkonsentrasi penuh dan mendorong siswa
bahwa terdapat interaksi antara perlakuan untuk tahu lebih jauh mengenai maten yang
bentuk penilaian formatif dan penggunaan dibenkan, agar dapat mengikuti kuis
media pembelajaran dalam mempengaruhi dengan baik.
hasil belajar (PA siswa. Hipotesis 3 telah Sementara penilaian berupa lembar
teruji, bahwa secara teoretis kesesuaian kerja siswa, menuntut siswa untuk lebih
karakteristikk bentuk penilaian formatif aktif dan kreatif. Bukan hanya masalah
dengan karakteristik media pembelajaran penguasaan terhadap materi, tetapi juga mi-
memberikan dampak perbedaan hasil nat yang tinggi terhadap materi yang diberi-
belajar yang signifikan. kan. Namun sifat pemberian tugas dengan
Hasil uji hipotesis 4, menunjukkan LKS untuk penftaian formatif agak
hasil belajar (PA bahwa pada kelompok fieksibel baik waktu dan dalam hat
siswa yang penilaian formatifnya dengan mengerjakan, sehingga memungkinkan
kuis lebih rendah dan kelompok siswa yang siswa untuk mengerjakan tugas secara
penilaian formatifnya dengan LKS pada berkelom-pok bahkan memungkinkan
kelompok yang pembelajarannya siswa hanya melihat hasil pekerjaan siswa
mengguna-kan media visual. Pada lainnya. Hal ini membuat siswa menjadi
kelompok siswa yang pembelajarannya tidak serius dalam mengerjakan tugas yang
menggunakan media visual memiliki tentunya akan berdampak pada hasil
kesempatan untuk bereksplorasi terhadap belajarya. Penggunaan media konvensional
materi yang diberikan juga terhadap media tidak dapat memberikan moti-vasi lebih
yang digunakan terutama yang berkaitan pada siswa untuk belajar lebih giat,
dengan penggunaan teknologi. Peluang sehingga dalam hal ini penilaian formatif
bereksplorasi bagi siswa berdampak pada dengan kuis yang lebih mendoininasi
keaktifan dan kreativitas siswa untuk motivasi siswa dalam belajar.
menggali lebih dalam mengenai materi Hasil uji hipotesis 6, menunjukkan
yang diberikan. Dengan demikian, siswa penolakan hipotesis penelitiannya, di mana
akan merasa lebih nyaman ketika tingkat hasil belajar IPA kelompok siswa yang
penguasaan materi dinilai dengan pembelajarannya menggunakan media
memberikan tugas, siswa juga mempunyai visual lebih rendah dari hasil belajar IPA
kesempatan bereksplorasi lebih luas. Oleh kelompok siswa yang pembelajarannya
karena itu, pemberian tugas yang berupa tanpa media visual, pada kelompok siswa
lembar kerja siswa dapat meningkatkan yang penilaian formatifnya dengan kuis.
hasil belajar siswa. Hal ini bertentangan dengan dugaan awal
Hasil uji hipotesis 5, menunjukkan yang seharusnya menunjukkan hasil belajar
hasil belajar IPA kelompok siswa yang IPA pada kelompok siswa yang
penilaian formatifnya dengan kuis lebih pembelajarannya menggunakan media
tinggi dari hasil belajar IPA kelompok visual yang lebih tinggi.
siswa yang penilaian forcmatifnya dengan Berdasarkan hasil observasi
LKS pada kelompok siswa yang menunjukkan bahwa penggunaan media
pembelajarannya menggunakan media pembelajaran visual berupa VCD
konvensional. Pendaian formatif dengan permbelajaran dengan animasi pada media
kuis memberikan tekanan sendiri pada tersebut ternyata memberikan dampak pada
siswa dalam mengikuti suatu proses retensi siswa. Beberapa animasi-animasi
pembelajaran. Siswa akan lebih senus dan oleh para siswa dijadikan sebagai gurauan
berkonsentrasi agar mendapatkan nllai dan mengakibatkan adanya pengalihan
maksimal dalam kuis tersebut. perhatian siswa dan materi yang sebenamya

87
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.08
P-ISSN : 0216-26IX

ingin disampaikan, dan akibatnya lebih tinggi dari hasil belajar IPA kelompok
menunurunnya retensi siswa terhadap siswa yang diberikan penilaian formatif
materi yang diajarkan. Hal ini bisa saja dengan lembar kerja sis-wa (LKS), adalah
terjadi dan hal ini bukan hanya terjadi pada tidak teruji. Hipotesis yang menyatakan
penelitian ini saja. Hasil penelitian Cepni bahwa hasil belajar IPA kelompok siswa
dkk, yang berjudul “The Effect of yang pembelajarannya menggunakan
Computer-Assisted material on Students’ media visual lebih tinggi dari hasil belajar
Cognitive le-vels, Inisconceptions and IPA kelompok siswa yang
Attitudes Toward Science’, menunjukkan pembelajarannya menggunakan media
bahwa penggunaan komputer sebagai alat konvensional, adalah tidak teruji.
bantu pembelajaran tidak mempengaruhi Terdapat interaksi antara bentuk
pemahaman dan sikap siswa terhadap penilaian formatif dan penggunaan media
materi yang diberikan. visual terhadap hasil belajar IPA siswa,
Hasil uji hipotesis 7, menunjukkan setelah mengurangi pengaruh linear
hasil belajar IPA kelompok siswa yang pengetahuan awal siswa. Pada kelompok
pembelajarannya menggunakan media siswa yang pembelajarannya menggunakan
visual lebih tinggi dari kelompok siswa media visual, hasil belajar IPA kelompok
yang pembelajarannya menggunakan siswa yang diberi penilaian formatif dengan
media konvensional pada kelompok siswa kuis lebih rendah dan basil belajar IPA
yang penilaian formatifnya dengan LKS. kelompok siswa yang diberi penilaian
Hal ini sangat jelas bahwa pembelajaran formatif dengan lembar kerja siswa.
yang menggunakan media visual Pada kelompok siswa yang
memberikan kepada siswa penjelasan pembelajarannya menggunakan media
materi dan pemahaman yang lebih baik dari konvensional, hasil belajar IPA kelompok
pada pembelajaran dengan media siswa yang diberi, penilaian formatif
konvensional, apalagi didukung dengan dengan kuis lebih tinggi dan hasil belajar
bentuk penilaian formatif yang cocok, yang IPA kelompok siswa yang diberi penilaian
telah diuji pada hipotesis sebelumnya. Jika formatif dengan lembar kerja siswa, setelah
kelompok siswa dalam pembelajarannya mengurangi pengaruh linear pengetahuan
dengan media konvensional, dan kemudian awal siswa. Hipotesis yang menyatakan
bentuk penilaian formatifnya dengan bahwa hasil belajar IPA kelompok siswa
memberikan lembar kerja siswa akan yang pembelajarannya menggunakan
membuat kelompok siswa tersebut media visual lebih tinggi dan hasil belajar
mengalami kebosanan dan ketidakseriusan IPA kelompok siswa yang
dalam mengerjakan tugas LKS yang pembelajarannya menggunakan media
dibedakan. Tidak adanya penegasan yang konvensional pada kelompok siswa yang
sifat dalam pembelajaran di kelas diberi penilaian formatif dengan kuis,
berdampak pada rendahnya hasil belajar adalah tidak teruji. Pada kelompok siswa
IPA kelompok siswa tersebut. yang diberi penilaian formatif dengan
lembar kerja siswa, hasil belajar IPA
4. PENUTUP kelompok siswa yang pembelajarannya
Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan media visual lebih tinggi dan
maka kesimpulan yang dapat diambil hasil belajar IPA kelompok siswa yang
setelah kontrol pengaruh linear dari pembelajarannya tanpa media visual.
pengetahuan awal siswa adalah sebagat
berikut. 5. DAFTAR PUSTAKA
Hipotesis yang menyatakan bahwa
hasil belajar PA kelompok siswa yang Anonimous. (2007). Formative Feedback,
diberikan penilaian formatif dengan kuis University of Technology. Sydney:

88
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.08
P-ISSN : 0216-26IX

Insti tute for Interactive Media and Material on Students’ Cognitive


Learn ing, levels, Inisconceptions and
Attitudes Toward Science.
Anonimous. (2009). Direktorat Manajemen (http://www.freelibra ry.com).
Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional. Crow, L., & Crow, A. (1989). Psychologi
Jakarta: (www. mandikdasmen. Pendidikan, Yogyakarta: Nur Caha-
Dep- diknas.go. id). ya.

Anonimous. (2007). Lampiran Peraturan Djaali. (2006). Evaluasi Hasil Belajar,


Menteri Pendidikan Nasional dalam Evaluasi Pendidikan:
Nomor 24 Tahun 2007 Tanggal 28 Konsep dan Aplikasi. Editor: Han
Juni 2007 tentang Standar Sarana Setiadi, Abd. Rahman Gani,
dan Prasarana Sekolah/Madrasah Suyatno. Jakarta: UHAMKA Press.
Pendi-dikan Umum. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional. _____. (2000). Psikologi Pendidikan,
Jakarta: Pascasarjana UNJ.
Aninomous. (2006). Lampiran Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Djaali., & Muijono, M. (2004). Pengukuran
Nomor 22 Tahun 2007 tentang dalam Bidang Pendidikan. Jakar-
Standar Isi untuk Satuan ta: Pascasarjana UNJ.
Pendidikan Dasar dan Menengah,
Jakarta: Departemen Pendidikan Hamalik, O. (2001). Teknik Pengukuran
Nasional. dan Evaluasi Pendidikan. Bandung:
Mandar Maju.
Anonimous. (2003). Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional Heinich, R, dkk. (1996). Instructional
Republik Indo-nesia Nomor 20 Media and Technologies for
tahun 2003. Jakarta: Departemen Learning. New Jersey: Prentice
Pendidikan Nasional, Hall,

Arikunto, S. (2002). Dasar-Dasar Evaluasi Kadaryanto, dkk. (2007). Biologi 1, SMP


Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Kelas I. Jakarta: Yudhistira,
Aksara,
Moore, K. D. (2005). Effective
Arsyad, A. (2009). Media Pembelajaran. Instructional Strategies. London:
Jakarta: Rajawali Pers, Sage Publication, Inc.

Boeree, C. G. (2008). Metode Pembela- Mulyasa, E, (2004). Kurikulum Berbasis


jaran dan Pengajaran. Jogyakarta: Kompetensi: Konsep, Karakteristik,
Arruzz Media, dan Implementasi. Bandung:
Remaja Rosdakarya,
Carin, A A., & Robert B. S. (1964).
Teaching Science Through Munadi, Y. (2008). Media Pembelajaran:
Discovery. Columbus: Merril Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta:
Publishing Company. Gaung Persada Press.

Cepni, S, Erol Tas, Sacit Kose. (2004). The


Effect of Computer Assisted

89
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.08
P-ISSN : 0216-26IX

Nitko, A. J. (1996). Educational


Assessment of Students, New
Jersey: Prentice Hall.

Pramesti, G. (2008). Solusi Express SPSS


15.0. Jakarta: Elex Media Kompu-
tindo.

Sugiyono. (2008). Statistik untuk


Peneiltian. Bandung: Alfabeta,

Suryabrata, S. (2000). Pengembangan Alat


Ukur Psikologis. Yokyakarta: Andi.

Tabachnick, B. G., & Linda S. F., (1989).


Using Multivariate Statistics. New
York: Harper Collins Publi-shers,
Inc.,

Uno, H. (2008). Model Pembelajaran:


Menciptakan Proses Belajar Men
gajar yang Kreatif dan Efektif,
Jakarta: Penerbit Buini Aksara,

Walpole, R. E. (1995). Pengantar


Statistika. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama,

Wiggins, G. (2004). Assessment as


Feedback, Newhorizons for
Learning. www.
newhorizons.org/strategies/as
sess/wiggins.htm.

Worthen, B. R., & James R. S. (1987).


Educational Evaluation,
Alternative Approaches and
Practical Guideilnes. New York:
Longman,
.

90

Anda mungkin juga menyukai