Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ACARA I
MENGHITUNG BEDA TINGGI
Dosen Pengampu : Drs. Rudi Hartono, M.Si
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2019
ACARA I
1. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu membuat batas tepi foto dan menghitung luas liputan pada
1 lembar foto udara
b. Mahasiswa mampu membuat sumbu X dan Y pada foto udara
c. Mahasiswa mampu menghitung luas tampalan depan/endlap dari sepasang
foto udara yang bertampalan
d. Mahasiswa mampu membuat titik pusat (P) dan titik pusat pindahannya (pada
foto kiri dan kanan)
e. Mahasiswa mampu menghitung skala foto, basis foto (b) dan basis udara (B)
f. Mahasiswa mampu membuat 2 titik yaitu A dan B pada kedua foto dimana A
dan B berada di daerah tampalan
g. Mahasiswa mampu menghitung Paralax dengan penggaris pada titik A dan B
h. Mahasiswa mampu menghitung beda paralax titik A dan B dengan rumus
paralax
i. Mahasiswa mampu menghitung beda tinggi titik A dan B
j. Mahasiswa mampu menganalisis hasil perhitungan tersebut
9. Kemudian menghitung jarak antara titik terhadap garis tegak lurus atau
vertikal dengan menggunakan penggaris. Dilakukan pada tiap titik
baik pada foto udara 1 ataupun foto udara 2. Pada sisi kiri foto
terhadap garis tegak lurus menunjukkan angka negatif, sedangkan sisi
kanan terhadap garis tegak lurus menunjukkan angka positif.
10. Melakukan perhitungan beda tinggi dari masing-masing titik dengan
persamaan paralaks
4. DASAR TEORI
Foto udara adalah peta foto yang didapat dari survei udara dengan melakukan
pemotretan lewat udara pada daerah tertentu dengan aturan fotogrametris tertentu.
Ciri-ciri foto udara antara lain :
1. Skala pada foto udara sama untuk satu lembar foto
2. Sistem proyeksi perspektif
3. Semua aspek terlihat
4. Tidak ada legenda atau symbol
Foto udara dibagi menjadi dua jenis, yaitu foto udara metrik dan foto udara
non metrik. Foto udara udara metrik merupakan foto udara yang datanya diperoleh
dari kamera udara. Kamera udara adalah kamera metrik yang fokusnya sudah
tertentu. Kamera udara ini berbeda dengan kamera biasa yang non metrik dengan
fokus yang dapat diubah-ubah sesuai dengan keinginan (Sudarsono, B., 2008). Foto
udara metrik ini memiliki ketelitian yang sangat tinggi karena memang dirancang
khusus untuk pemetaan. Foto udara ini memiliki panjang dan lebar masing-masing
adalah 23 cm x 23 cm. Pada foto ini dilengkapi dengan fiducial mark. Sedangkan,
foto udara non metrik merupakan foto yang diperoleh dari kamera yang umum biasa
digunakan.
Berdasarkan jenis tegaknya, foto udara dibedakan atas dua jenis, yaitu foto
tegak dan foto miring. Foto udara tegak merupakan foto yang dihasilkan dari hasil
pengambilan foto di mana pada saat pengambilan foto tersebut sumbu kamera berada
dalam posisi tegak lurus dengan permukaan bumi. Sedangkan foto miring merupakan
foto yang dihasilkan dari hasil pengambilan foto di mana pada saat pengambilan foto
tersebut sumbu kamera berada dalam posisi miring. Jenis foto udara yang digunakan
untuk keperluan pemetaan adalah foto udara tegak. Jenis foto udara dapat dilihat pada
Gambar.1 berikut ini.
Gambar 1. Jenis foto udara (Modifikasi Wolf, 1993)
1. Tanda Fidusial. Pada tiap foto udara umumnya diberi empat atau delapan
tanda fidusial. Tanda ini terletak pada sudut foto atau pada bagian tengah foto.
Apabila terletak pada sudut foto, pada umumnya berupa garis silang yang
mengarah ke sudut lain di hadapannya. Apabila terletak pada bagian tengah
tepi foto, pada umumnya berupa setengah anak panah. Kegunaan dari tanda
ini adalah untuk menentukan titik prinsipiil foto, yaitu dengan cara menarik
garis dari dua tanda fidusial yang berhadapan. Titik potong dari dua garis ini
merupakan titik prinsipiil foto. Titik prinsipiil ini berguna untuk mencari
daerah tampalan (tumpang tindih) pada foto udara selanjutnya.
2. Nomor Seri. Nomor seri yang lengkap umumnya terdiri atas nomor registrasi,
nama daerah yang dipotret, tanggal pemotretan, nomor jalur terbang, dan
nomor foto. Nomor registrasi diperlukan untuk pengarsipan dan pencarian
kembali apabila ada yang memerlukan. Tanggal pemotretan menunjukkan
kondisi lapangan pada saat pemotretan, seperti kondisi musim. Selain itu,
juga menjadi petunjuk apabila akan menggunakan foto udara multitemporal.
Nomor jalur terbang selain diperlukan dalam penyimpanan foto, juga
diperlukan dalam penyusunan mozaik dan mencari pasangan foto udara yang
bertampalan untuk analisis secara stereoskopik.
3. Tanda Tepi. Tanda tepi terletak pada salah satu sisi foto, pada kanan atau kiri
foto. Pada umumnya tanda tepi terdiri atas empat buah komponen, yaitu:
a. Altimeter. Digunakan untuk menentukan tinggi pesawat terbang di atas
permukaan laut pada saat pemotretan. Ketinggian dinyatakan dengan kaki
dan meter. Untuk mengetahui tinggi terbang, tinggi berdasarkan altimeter
ini harus dikurangi terlebih dahulu dengan tinggi daerah rata-rata.
b. Panjang Fokus. Panjang fokus ini menunjukkan panjang fokus kamera dan
nomor seri kamera yang digunakan.
c. Jam. Jam pemotretan ini sangat membantu untuk mengetahui orientasi
atau arah utara pada foto, serta tinggi relatif objek berdasarkan arah
ayangan dan panjang bayangan.
d. Level. Tanda level untuk mengetahui apakah foto udara benar-benar
vertikal atau tidak.
Foto udara yang terekam pada film merupakan gambaran yang lengkap dari
obyek yang timbul. Negative film yang diperoleh dapat direproduksi menjadi foto
positif baik berupa diapositif maupun paper print yang diperoleh dengan cara
pencetakkan emulsi terhadap emulsi (emulsion on emulsion). Oleh karenanya
geometri sebuah positif adalah sama persis dengan negatif yang terbalik, atau
geometri sebuah positif sama persis dengan obyek ruangnya, kecuali skalanya.
Secara geometris, sebuah positif adalah bayangan yang terletak pada jarak
fokus di depan titik nodal depan sebuah kamera. Foto Udara umumnya
diklasifikasikan berdasarkan orientasi dari sumbu optik kamera, Sumbu optik dapat
diketahui dari garis sepanjang titik kamera. Sumbu optik menghubungkan titik pusat
film dengan pusat lensa dan menerus melalui depan kamera hingga kearah luar. Foto
udara tegak (vertikal) adalah foto yang diambil dari satu kamera dimana sumbu optik
ke arah bawah membentuk sudut 90º atau tegak lurus terhadap permukaan
tanah/terrain. Beberapa batasan dari foto udara vertikal mengijinkan bahwa selama
pemotretan sumbu optik membentuk sudut beberapa derajat dari sumbu vertikal
masih diklasifikasikan kedalam jenis foto vertikal.
Foto udara oblique adalah foto yang diambil melalui suatu kamera dimana
posisi sumbu optik nya membentuk sudut dengan permukaan tanah / terrain. Pada
gambar 9-2 memperlihatkan geometri foto udara tegak (vertikal) dan hubungan antara
film negative, lensa kamera, film positive (cetakan), dan permukaan tanah / terrain.
Skala foto sama dengan ratio antara panjang fokus kamera dengan dengan tinggi
kamera (f/H). Titik N terletak tepat dibawah kamera dan disebut sebagai titik nadir,
sedangkan titk ”PP” adalah principal point (titik pusat) foto. Pada foto udara tegak,
titik principal point dengan titik nadir berimpit dalam satu titik, sedangkan pada foto
udara miring (oblique) kedua titik tersebut terpisah.
Geometri foto udara pada dasarnya tidak akan selalu berada pada kondisi yang
ideal (tegak sempurna), hal tersebut dapat diakibatkan beberapa faktor:
Skala foto udara dinyatakan sebagai perbandingan jarak di foto dan jarak yang
sesuai diatas tanah/ dilapangan (Purwanto, 2002). Metode yang paling cepat untuk
menentukan skala foto adalahmengukur jarak di foto dan pada medan antara dua
titik yang diketahui.Cara ini memiliki syarat, dimana dua titik tersebut harus
dapatdiidentifikasi pada foto dan pada peta. Skala (s) kemudian dihitungsebagai
perbandingan jarak di foto (d) dengan jarak di medan (D).
jarak di foto(d)
S = jarak dimedan( D)
Skala foto udara merupakan perbadingan antara panjang fokus kamera (f)
dengan tinggi terbang pesawat terhadap bidang rata-rata tanah (H). Atau merupakan
jarak antara dua titik difoto dengan jaraknya di tanah. Skala ini hanya berlaku untuk
foto udara vertikal dengan daerah yang relative datar. Skala dapat dinyatakan dalam
unit setara, dalam rangka pecahan tanpa besaran, atau dalam perbandingan tanpa
besaran.
f
S= H
ab f
SAB = AB = H−h
B. Skala foto udara tegak
Apabila diketahui jarak mendatar (AB) antara dua buah pusat perpotongan
jalan diukur di atas tanah, serata garis tersebut tampak di atas foto udara tegak (ab).
Ortofoto adalah reproduksi foto yang telah dikoreksi pada kesalahan oleh
kemiringan pesawat, relief, serta distorsi lensa. Ortofoto dibentuk berdasarkan foto
stereomodel, yaitu pembuatannya model demi model, dengan proses rektifikasi
diferensial sehingga gambaran obyek pada foto tersebut posisinya benar sesuai
dengan proyeksi orthogonal (Subiyanto, 2007).
Dalam segi informasi, citra foto dari hasil Fotogrametri memiliki keunggulan
yaitu dapat melihat kenampakan suatu objek secara tiga dimensi dengan fotostereo,
dengan syarat daerah yang akan dikaji saling bertampalan searah jalur terbang
(overlap) dan antar jalur terbang (sidelap). Hal ini memudahkan para geograf untuk
menganalisis suatu daerah dan dapat mengumpulkan informasi dari hasil citra foto
tersebut.
4. HASIL (TERLAMPIR)
1. Perhitunga beda tinggi
2. Gambar pada plastic transparan
5. PEMBAHASAN
Pada foto udara yang digunakan dalam praktikum ini, menunjukkan banyak
kenampakan objek atau variasi sehingga ketinggian masing-masing objek juga
beranekaragam. Terlihat dalam foto udara nomer 0170B dan0171B Kota Banjarbaru
tersebut bahwa daerah yang terfoto merupakan daerah permukiman dengan adanya
akses jalan. Dimana dalam permukiman selain adanya perumahan juga beberapa
gedung-gedung sehingga tinggi objek yang dimiliki bervariasi.
Hasil pada foto udara dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, Panjang focus
dan tinggi harus memiliki pertimbangan secara bersamaan dalam pemotretan karena
kaitannya dengan skala foto udara, selian itu kombinasi film dan filter karena
mempengaruhi sensitifitas film dan transisi cahaya dalam pemakaian filter, serta
ketika pemotretan, sudut lensa kamera berpengaruh pada pergeseran radial (radial
displacement) dan pada perhitungan parallax. Perbedaan parallax pada suatu obyek
dengan ketinggian tertentu sebaliknya akan berpengaruh pada hasil dari perbedaan
ketinggian terbang, perbedaan parallax secara langsung akan berkurang dengan
meningkatnya ketinggian terbang pesawat untuk panjang fokus lensa yang tertentu.
Basis udara menunjukan jarak antara dua pemotretan secara berurutan. Hal
inilah yang menyebabkan kenampakan objek terjadi pergeseran titik pusat foto satu
dengan foto berikutnya. Pada perhitungan ini basis udara menunjukan 260 m antar
foto udara. Basis udara dan besarnya tampalan depan (PE%) diperhitungkan dalam
mengukur vertical exageneration (Ve). Oleh karena itu, diperlukan data mengenai
luas liputan foto di medan yang memiliki kaitan erat dengan basis udara.
Beda tinggi antara dua titik yang tergambar pada tampalan foto dapat diukur
berdasarkan beda paralaxnya. Beda tinggi menunjukkan perbedaan ketinggian
wahana dalam mengambil potret suatu objek. Perbedaan ketinggian wahana relative
kecil atau tipis. Wahana yang digunakan dalam pengambilan foto udara sudah
seharusnya sesuai dengan jalur terbang. Namun karena adanya halangan sehinga
menyebabkan perubahan ketinggian dari jalur daripada sebelumnya. Hal ini akan
tentunya menyebabkan perbedaan ketinggian pada objek antara foto udara sebelum
dan sesudahnya. Walaupun terjadi perbedaan ketinggian yang sangat tipis namun
dapat diperhitungkan kembali. Dengan menentukan beda tinggi antar satu titik
dengan titik yang lain (objek) yang dapat dijadikan untuk menentukan ketinggian
pesawat. Selisih beda tinggi pada foto udara ini antara Pa dan Pb yaitu, diaman Pa 6,3
dan Pb 6,2. Tinggi parallax pada foto udara ini hanya 0,1 cm. kemudian beda tinggi
antara obejk A dan objek B dapat diketahui dengan tinggi wahana kemudian tinggi
objek a dimana tinggi wahana dikalikan total parallax AB yang dibagi Paralax objek a
ditambah total parallax AB, sehingga tinggi titik objek A 6,66667m dan tinggi objek
B 5,5m , karena objek A dan B merupakan dua bangunan yang beda sehingga
tingginya pun beda.
Pada perhitungan luas liputan foto udara perlunya mengukur panjang dan lebar
foto udara, kemudian mengalikan pada skala PSR yang menghasilkan 1 foto udara
memiliki luas liputan objek di bumi seluas 1,35135 km². Ukuran standart foto udara
23cm x 23cm atau bisa 22cm x 22cm. Dalam satu jalur terbang, pemotretan harus
dilakukaan dengan cukup sering sehingga seluruh obyek yang ada di permukaan
tanah dapat terekam minimal dalam dua potert yang berurutan. Overlap area
mencakup 60% dan merupakan areal cakupan stereokospik (areal yang dapat dilihat
dalam bentuk 3 dimensi)
Dari perhitungan diatas saling berkaitan antar satu dengan yang lain.
Perhitungan tersebut akan menghasilkan atau menunjukkan perbedaan pada
ketinggian wahana dalam mengambil potret suatu objek.
KESIMPULAN
1. Pada praktikum ini membahas mengenai perhitungan parallax foto udara dimana
untuk mencari beda tinggi antara objek A dan B. Objek A memiliki tinggi
6,66667m dan objek B memiliki tinggi 5,5m.
2. Pentingnya skala dalam perhitungan ini karena merepresentasikan tingkat
kefokusan kamera terhadap perolehan foto udara yang tertangkap.
3. Standart ukuran foto udara yaitu 23cm x 23cm atau bisa 22cm x 22cm
4. Berdasarkan hasil perhitungan parallax sepasang foto udara tersebut didapatkan
hasil bahwa adanya pergeseran semu pada foto udara tersebut. Pergeseran tersebut
terjadi karena adanya. Tilt, dimana saat pengambilan objek untuk foto udara
wahana yang digunakan mengalami pergeseran
5. Hasil pada foto udara dipengaruhi oleh Panjang focus dan tinggi wahana,
kombinasi film filter dan sudut lensa kamera
6. Hasil perhitungan tersebut didapat
a. Luas Liputan Foto udara: 1,35135 km2
b. Luas Tampalan : 1,0647 km2
c. Basis udara : 260 m
d. Selisih beda tinggi : Pa = 6,3
Pb = 6,2
e. Tinggi parallax : 0,1
f. Jarak Paralax : 3,55
g. Beda tinggi titik A : 6,66667 m
titik B : 5,5 m
DAFTAR PUSTAKA
David P.Paine,1993,4th Edition, Fotografi Udara Dan Penafsiran Citra, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Kusumowidagdo, M. 2007. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Semarang.
Lillesand, T.M. and R.W. Kiefer, 1993. Terjemahan Remote Sensing and
Image Interpretation. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Melasari, I., 2014, “Kajian Akurasi DEM Hasil Stereoplotting Pada Foto Udara
Format Medium”, Skripsi, Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika,
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi. Bogor: Universitas Pakuan.
Paine, D.P. 1981. Aerial Photography and Image Interpretation for Resources
Management. (Terjemahan). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Prahasta, Eddy. 2009. Sistem Informasi Geografis. Informatika Bandung: Bandung.
Subiyanto, S. 2007. Catatan Mata Kuliah Triangulasi Fotogrametri. Program Studi
Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang.
Soeta’at, 2011, “Fotogrametri I”, Diktat Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Slama, C., 1980, “Manual of Photogrammetry”, Fourth Edition, American Society of
Photogrammetry, Virginia
Wolf, Paul R., Dewitt, Bon A., Wilkinson, Benjamin E. 2014.Elements of
Photogrammetry with Applications in GIS Fourth Edition . New York: McGraw-
Hill Education
Wolf, Paul R., 1983, “Elements of Photogrammetry”, Mcgraw-Hill Publisher, United
States
LAMPIRAN
1) Perhitungan
a. Luas Liputan Foto udara
LB FU = (panjang x PSR) x (lebar x PSR)
= (23,4 x 5000) x (23,1 x 5000)
= (117000) cm x (115500) cm
= 1,17 km x 1,155 km
=1,35135 km2
Pb = Xb1 – Xb2
= 5 – 1,2
= 6,2 cm
e. Tinggi Paralaks
Diketahui :
Pa : 6,3
Pb : 6,2
Ditanya : ∆Pab ?
Jawab:
∆Pab = Pa-Pb
= 6,3 – 6,2
= 0,1 cm beda tinggi paralax A dan B
f. Jarak Paralaks
Diketahui :
P1 : 3,2
P2 : 3,9
Ditanya : ḃ ?
Jawab:
Pkiri+ Pkanan
ḃ= 2
3,2+ 3,9
= 2
7,1
= 2
= 3,55
H x ∆ Pab
Ha = P 1+ ∆ Pab
22.000 x 0,1
= 3,2+0,1
2200
= 3,3
= 666,667 cm
= 6,66667 m
H x ∆ Pab
Hb = P 2+ ∆ Pab
22.000 x 0,1
= 3,9+0,1
2200
= 4
= 550 cm
= 5,5 m