Anda di halaman 1dari 10

KONSEP PAJAK DAERAH

 Pajak daerah merupakan pajak yang dikenakan oleh pemerintah daerah

kepada penduduk yang mendiami wilayah yurisdiksinya, tanpa langsung

memperoleh kontraprestasi yang diberikan oleh pemerintah daerah yang

memungut pajak daerah yang dibayarkannya.

 Pajak daerah ini diatur dalam peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah

daerah dan disetujui oleh lembaga perwakilan rakyat serta dipungut oleh

lembaga yang berada di dalam struktur pemerintah daerah yang

bersangkutan.

PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH

1. Dipungut dengan peraturan daerah.

2. Dipungut dengan peraturan pemerintah.

3. Dipungut oleh pemerintah pusat dan dibagihasilkan

CARA PEMERINTAH DAERAH MEMPEROLEH

PAJAK DAERAH

1. Pungutan yang dikumpulkan oleh Pemda sendiri, sebagai refleksi desentralisasi.

2. Pungutan tambahan atas pajak pemerintah daerah atasan.


3. Bagi hasil pajak.

CIRI PAJAK DAERAH, SUB NATIONAL TAX

(RICHARD M. BIRD)

1. Assess by sub national government.

2. At rates decided by sub national government.

3. It also collected by sub national government.

4. Its proceeds accruing to sub national government.

KRITERIA PAJAK DAERAH YANG BAIK, “GOOD”

LOCAL TAXES (RICHARD M. BIRD)

1. That easy to administer locally.

2. That are imposed solely (or mainly) on local resident.

3. That do not raise problem of ‘harmonization’ or ‘competition’ between sub

national government or between sub national and national government.

KRITERIA PAJAK DAERAH (NICK DEVAS) (1)

1. Kecukupan (Adequacy).

Pajak yang dipungut harus dapat membiayai pengeluaran daerah untuk

melayani masyarakat. Tiga macam kecukupan : (a) Yield (pendapatan yang


diperoleh harus besar, stabil, dan dapat diprediksi); (b) Elasticity (Bisa

mengikuti perkembangan, elastis terhadap inflasi dan pertumbuhan penduduk);

(c) Cost of collection-nya rendah (biaya pemungutannya rendah,

perbandingan hasil pajak dengan biaya yang dikeluarkan untuk memungut).

2. Keadilan (Equity)

Beban pengeluaran pemerintah yang harus dipikul oleh seluruh masyarakat

sesuai dengan kemampuannya. Tiga macam keadilan : (a) Vertical equity

(orang yang mempunyai sumber daya ekonomi lebih besar dikenakan pajak

yang lebih besar, tarif progresif); (b) Harizontal equity (pajak selayaknya sama

untuk setiap orang yang sumber daya ekonominya sama, tarif sama dan tidak

ada perbedan) ; (c) Geographical equity (orang tidak dibebani pajak yang

berbeda karena factor tempat tinggal, sama untuk setiap tempat).

3. Daya Guna Ekonomi (Economic efficiency).

 Mendorong pendayagunaan sumber daya ekonomi secara efisien, tidak

menghambat perekonomian, mendorong efisiensi alokasi sumber daya

ekonomi (fungsi regulasi).

 Tidak mempengaruhi pola konsumsi dan produksi.

 Tidak menghambat distribusi barang dan jasa.


 Tidak mengurangi motivasi menabung.

4. Kemampuan melaksanakan (Ability to implement).

Administratif, berkaitan dengan kemampuan aparat melaksanakan

administrasi perpajakan. Politis, diterima/disetujui oleh masyarakat dan tidak

dikeluhkan.

5. Suitable as a local revenue source (Kecocokan sebagai sumber

penerimaan daerah).

 Harus jelas pada daerah mana pajak tersebut harus dibayarkan.

 Tidak mudah dihindari.

 Tidak menimbulkan beban berat bagi penataan administrasi.

 Tidak mempertajam disparitas daerah.

PERMASALAHAN PAJAK DAERAH DI INDONESIA

1. Sistem perpajakan daerah.

2. Pengaruh beragamnya jenis pajak daerah.

3. Pajak versus pungutan dan kutipan.

4. Perbedaan pola penerimaan.

5. Biaya adminstrasi.
PAJAK DAERAH PADA MASA PRA UU NO. 18/1997

1. Pajak Bangsa Asing.

2. Pajak Tontonan dan/atau Keramaian Umum.

3. Pajak Pembangunan I.

4. Pajak Radio.

5. Pajak Alat Angkut Air.

Pada masa tersebut Pajak Daerah yang dipungut oleh Pemerintah Propinsi

Dati I berjumlah 16 jenis, sedangkan jenis pajak daerah yang dipungut oleh

Pemerintah Kabupaten/Kotamadya Dati II berjumlah 44 jenis .

TUJUAN REFORMASI PERPAJAKAN DAERAH

(NICK DEVAS)

1. Streamlining local taxation (penyederhanaan sistem perpajakan daerah).

2. Menaikkan penerimaan dari pajak daerah.

3. Pemberian kewenangan bagi pemerintah daerah untuk memungut pajak

daerah.

PAJAK DAERAH MENURUT UU NO. 18/1997

1. Jenis pajak Propinsi Dati I menurut UU No. 18/1997 : (a) Pajak Kendaraan

Bermotor; (b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; (c) Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor

2. Jenis pajak Kabupaten/Kota Dati II menurut UU No. 18/1997 : (a) Pajak Hotel

& Restoran; (b) Pajak Hiburan; (c) Pajak Reklame; (c) Pajak Penerangan Jalan;

(d) Pajak Pengambilan Pengolahan Bahan Galian Gol. C; (e) Pajak

Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

PAJAK DAERAH MENURUT UU NO. 34/2000

1. Beberapa jenis pajak Propinsi menurut UU No. 34/2000 : (a) Pajak Kendaraan

Bermotor dan Kendaraan di Atas Air; (b) Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor dan Kendaraan di Atas Air; (c) Pajak Bahan Bakar Kendaran

Bermotor; (d) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air

Permukaan.

2. Beberapa jenis pajak Kabupaten/Kota menurut UU No. 34/2000 : (a) Pajak

Hotel; (b)Pajak Restoran; (c) Pajak Hiburan; (d) Pajak Reklame; (e) Pajak

Penerangan Jalan (f) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C; (g) Pajak

Parkir.

PAJAK DAERAH MENURUT UU NO. 28/2009


1. Beberapa jenis pajak Propinsi menurut UU No. 28/2009 : (a) Pajak Kendaraan

Bermotor; (b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ; (c) Pajak Bahan Bakar

Kendaran Bermotor; (d) Pajak Air Permukaan; (e) Pajak Rokok.

2. Beberapa jenis pajak Kabupaten/Kota menurut UU No. 28/2009 : (a) Pajak

Hotel; (b)Pajak Restoran; (c) Pajak Hiburan; (d) Pajak Reklame; (e) Pajak

Penerangan Jalan (f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; (g) Pajak Parkir;

(h) Pajak Air Tanah; (i) Pajak Sarang Burung Walet; (j) Pajak bumi dan

bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan (k) Bea perolehan hak atas Tanah

dan Bangunan.

SISTEM PERPAJAKAN DAERAH MENURUT

UU NO. 28/2009

 Daerah dilarang memungut pajak selain jenis pajak yang telah ditetapkan di

undang-undang (close list system).

 Jenis pajak yang tertera dalam undang-undang dapat tidak dipungut apabila

potensinya kurang memadai dan/atau disesuaikan dengan kebijakan daerah

yang diterapkan dengan Peraturan Daerah.

 Khusus untuk daerah yang setingkat dengan daerah provinsi, tetapi tidak
terbagi dalam daerah kabupaten/kota otonom, seperti Daerah Khusus Ibukota

Jakarta, jenis pajak yang dapat dipungut merupakan gabungan dari pajak

untuk daerah provinsi dan pajak untuk daerah kabupaten/kota.

KRITERIA PAJAK DAERAH MENURUT

UU NO. 34/2000 (1)

1. Bersifat pajak dan bukan retribusi.

2. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah Daerah Kabupaten/Kota yang

bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya

melayani masyarakat di wilayah Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

3. Obyek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan

umum.

4. Objek pajak bukan merupakan objek pajak propinsi dan/atau objek pajak

pusat.

5. Potensinya memadai.

6. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif.

7. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat.


8. Menjaga kelestarian lingkungan.

BAGI HASIL PAJAK DAERAH MENURUT

UU NO. 34/2000

1. Hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air dan

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air diserahkan

kepada Daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 30 %.

2. Hasil penerimaan Pajak Bahan Bakar Bermotor diserahkan kepada Daerah

Kabupaten/Kota paling sedikit 70 %.

3. Hasil penerimaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan

Air Permukaan diserahkan kepada Daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 70

%.

BAGI HASIL PAJAK DAERAH MENURUT

UU NO. 28/2009 (1)

1. Hasil penerimaan Pajak Provinsi sebagian diperuntukkan bagi kabupaten/kota

diwilayah provinsi yang bersangkutan dengan ketentuan sebagai berikut :

• Hasil penerimaan PKB dan BBNKB diserahkan kepada kabupaten/kota

sebesar 30 %.
• Hasil penerimaan PBBKB diserahkan diserahkan kepada kabupaten/kota

sebesar 70 %.

• Hasil penerimaan Pajak Rokok diserahkan kepada kabupaten/kota sebesar

70 %.

• Hasil penerimaan Pajak Air Permukaan diserahkan kepada kabupaten/kota

sebesar 50 %.

2. Khusus untuk penerimaan Pajak Air Permukaan dari sumber air yang berada

hanya pada satu wilayah kabupaten/kota, hasil penerimaan pajak Air

Permukaan diserahkan kepada kabupaten/kota yang bersangkutan sebesar

80 %.

3. Bagian kabupaten/kota ditetapkan dengan memperhatikan aspek

pemerataan dan/atau potensi antar kabupaten/kota.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai bagi hasil penerimaan Pajak Provinsi yang

diperuntukkan bagi kabupaten/kota ditetapkan dengan Peraturan daerah

Provinsi.

Anda mungkin juga menyukai