Anda di halaman 1dari 2

Model Pembelajaran Efektif Di Tengah Pandemi

Penyebaran virus Covid-19 di Indonesia memberikan dampak buruk yang sangat besar pada
pendidikan di perguruan tinggi. Kondisi ini membuat Universitas Saifudin Zuhri menerapkan
kebijakan kuliah daring atau kuliah online. Proses perkuliahan yang semula bersifat
konvensional (tatap muka di kelas) terpaksa bertransformasi menjadi perkuliahan daring
(online) yang dapat dilakukan tanpa terbatas tempat dan waktu. Perubahan sistem
pembelajaran yang mendadak membuat banyak pihak belum siap sepenuhnya untuk
melakukan pembelajaran secara daring (online). Universitas Saifudin Zuhri sudah melakukan
kuliah daring selama lebih dari dua tahun. Selama perkuliahan daring, banyak mahasiswa yang
mengeluh bosan dan jenuh karena metode pembelajaran serasa semakin monoton dan tidak
efektif. Banyak pengajar yang masih gagap dalam melakukan pengajaran menggunakan sistem
online, karena terbiasa melakukan perkuliahan secara langsung (offline). Selama kuliah daring,
kebanyakan dosen juga baru memanfaatkan Zoom sebagai sarana pembelajaran online.
Keterbatasan pada aplikasi Zoom membuat banyak dosen hanya menggunakannya sebagai
tempat, bahan ajar dan tugas. Beberapa dosen juga tidak memberikan umpan balik atau
feedback (penjelasan dan klarifikasi) atas materi yang telah dipelajari. Sebagai gantinya, dosen
justru memberikan tugas yang porsinya lebih banyak dari pada kegiatan pengajaran. Harapan
bahwa tugas dapat membantu mahasiswa untuk lebih aktif, kreatif, dan mampu belajar secara
mandiri nyatanya tidak sesuai. Tugas-tugas tersebut justru menambah beban mahasiswa,
karena diberikan dalam porsi banyak dan waktu pengerjaan yang singkat serta seringkali
bersamaan dengan pengerjaan tugas pada mata kuliah lainnya. Proses transisi dari sistem
perkuliahan tatap muka menjadi perkuliahan daring menuntut mahasiswa, dosen, dan elemen
pembelajaran lainnya untuk sesegera mungkin beradaptasi dalam berteknologi. Universitas
perlu menerapkan model pembelajaran baru agar perkuliahan tetap berjalan secara optimal.
Peran dosen yang semula sebagai "pemberi ceramah" akan berubah menjadi seorang
fasilitator, pendamping, pembimbing, sekaligus partner bagi mahasiswa untuk
mengembangkan skill dan pengetahuannya. Virtual classroom dapat digunakan untuk
memaksimalkan perkuliahan secara online dan meminimalisir perkuliahan secara tatap muka di
kelas. Ini tentu sejalan dengan kerinduan mahasiswa untuk bisa menghadiri kuliah secara tatap
muka di kampus. Dosen dan mahasiswa bisa melakukan pembelajaran online secara tatap muka
dengan memanfaatkan aplikasi video seperti google meeting dan zoom. Perkuliahan tatap
muka di kelas dapat dilakukan satu atau dua kali dengan tetap memperhatikan protokol
kesehatan dan membatasi jumlah mahasiswa dalam satu kelas. Perpaduan perkuliahan dengan
tatap muka dan kuliah online akan memberikan pengalaman belajar yang lebih interaktif. Porsi
kuliah online yang lebih besar juga dapat memudahkan mahasiswa untuk mendapatkan
berbagai bentuk materi pembelajaran yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja dengan
internet. Proses belajar juga akan lebih menyenangkan dan tidak monoton, karena
menggunakan metode dan media pembelajaran lebih variatif. Materi yang bersifat konseptual
atau pemahaman dapat disajikan dalam bentuk text maupun multimedia. Seluruh bahan ajar
tersebut dapat dikirimkan secara online dalam bentuk streaming video, yang dapat diakses
melalui G-Meet, Zoom, Youtube atau Google Clasroom. Dosen dan mahasiswa juga dapat
berkolaborasi untuk menciptakan komunikasi yang aktif dan bermakna melalui berbagai media
komunikasi seperti G-Meet, E-mail, chatroom, website, weblog, atau forum diskusi online
lainnya. Komunikasi ini memberi kesempatan kepada dosen dan mahasiswa untuk melakukan
pendalaman materi maupun problem bersama-sama. Dengan ini, hasil belajar mahasiswa
diharapkan dapat terus meningkat. Dengan begitu, mahasiswa akan lebih cepat beradaptasi
dengan sistem pembelajaran online. Dengan internet, mahasiswa dapat melakukan komunikasi
dengan dosen, dengan teman, dengan anggota kelompok, bahkan dengan narasumber lainya.
Pembelajaran online juga membutuhkan bahan ajar yang menarik dan mudah di pahami. Oleh
karena itu, dosen dan mahasiswa harus bisa bekerjasama untuk mencari dan menemukan
metode dan media belajar yang variatif dan inovatif. Dosen dan mahasiswa juga harus bisa
menggunakan, mengoperasikan, dan mengimplementasikan teknologi dalam proses
pembelajaran online. Mahasiswa diharapkan dapat memanfaatkan media online dan digital
untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan problem solving, serta memiliki skill
untuk berkomunikasi dan bekerjasama. Mahasiswa dan dosen juga diharapkan dapat cepat
beradaptasi serta selalu memiliki inisiatif untuk berkreasi dan berinovasi serta inisiatif untuk
mengakses dan menganalisis informasi guna mencapai pembelajaran online yang
sesungguhnya.

Anda mungkin juga menyukai