Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“ DIARE PADA ANAK ”

DOSEN PEMBIMBING :

Yuni Munifah S.Kep., NS.

DISUSUN OLEH :

1. Shofwa Salsabila (20171660023)


2. Aditya Laily Syafaati (20171660130)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan


rahmat serta hidayahnya kepada kita dimana kita diberikan kesehatan
jasmani maupun rohaniyah sehingga kita semua dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “ DIARE PADA ANAK “ dengan baik.

Penulis mengucapan banyak terima kasih kepada dosen


pembimbing kami yang telah memberikan ilmu nya sehingga kelompok
kami dapat meyelesaikan tugas makalah ini dan tak lupa pula penulis
mengucapkan terimakasih kepada rekan yang telah ikut serta membantu dan
berpartisipasi dalam pembentukan makalah ini.

Penulis berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi


pembacanya meskipun kami sebagai penulis menyadari masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, kami harap kekurangan makalah ini bisa
menjadi suatu kelebihan tersendiri bagi pembacanya. Terimakasih.

Penulis

6 April 2019

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... II
Daftar Isi..................................................................................................................... III

Bab I : Pendahuluan .................................................................................................... 1


a. Latar Belakang................................................................................................ 1
b. Tujuan............................................................................................................. 1

Bab II : Asuhan Keperawatan...................................................................................... 2


a. Definisi Diare................................................................................................... 2
b. Etiologi Diare……………………................................................................... 2
c. Manifestasi klinis……………………………………………………………. 3
d. Pemeriksaan diagnostic……………………………………………………… 5
e. Penatalaksanaan medis………………………………………………………. 5
f. Pencegahan diare…………………………………………………………….. 6
g. Pengkajian teori……………………………………………………………… 6
h. Diagnosa keperawatan……………………………………………………….. 6
i. Intervensi keperawatan………………………………………………………. 10
BAB III : WOC diare …………….............................................................................. 16
BAB IV : Konsep tumbuh kembang………………………………………………… 17
BAB V : Penutupan………………………………………………………………… 20
a. Kesimpulan....................................................................................................... 20
b. Saran................................................................................................................. 20
Daftar Pustaka.............................................................................................................. 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar belakang

Diare merupakan penyebab utama mordibitas dan mortalitas pada anak


di Negara berkembang. Penyebab utama kematian karena diare merupakan
dehidrasi sebagai akibat kehilangan air dan elektrolit melalui tinja yang tidak
diganti secara seimbang. Diare juga adalah penyebab penting kekurangan gizi.
Hal ini karena adanya anoreksia pada penderita diare sehingga anak makan
lebih sedikit dari biasanya dan kemampuan menyerap sari makanan juga
berkurang padahal kebutuhannya meningkat untuk mempercepat proses
penyembuhan.
Diare masih merupakan salah satu diantara penyebab-penyebab utama
dari morbilitas anak-anak di Negara-negara yang sedng berkembang, dengan
perkiraan sebesar 3-5 miliar kasus setiap tahun di dunia, sekitar 5-18 juta
kematian setiap tahunnya adalah disebabkan diare. Kematian ini dapat
disebabkan karena dehidrasi akut atau karena lingkaran sebab-akibat dari diare
malnutrisi-infeksi. Khususnya bayi dan anak-anak adalah rawan karena
kebutuhan akan cairan dan pergantian untuk ukurannya terhadap agen fekal-
oral.

b. Tujuan

Adapum tujuan penulisan makalah ini agar penulis mampu memahami


dan memberikan asuhan keperawatan kepada pasien pasien secara tepat dan
cepat, dapat memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien tentang
penyakit diare.

1
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

a. Definisi Diare

Diare adalah meningkatnya frekuensi dan berkurangnya konsistensi


buang air besar (BAB) dibanding dengan pola BAB normalnya. Terjadinya
BAB 3x atau lebih dalam sehari dengan konsistensi lembek atau cair yang tidak
seperti biasanya, yang biasanya hanya dua atau tiga kali dalam seminggu. Diare
dalam pengertiannya merupakan bertambahnya jumlah dan atau berkurangnya
konsistensi tinja yang dikeluarkan. Hal ini didapatkan pada keadaan dengan
gangguan intestinal yang menyangkut fungsi digesti, absorbs dan sekresi.
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga
kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011). Diare adalah Infeksi saluran
pencernaan di sebabkan oleh berbagai enteropatogen, termasuk bakteria, virus,
dan parasit (Kliegman, 2012).
b. Etiologi diare

Etiologi diare sebagian besar adalah infeksi intestinal oleh virus, bakteri,
parasite, dan Candida. Pada makalah ini akan dibahas tentang infeksi intestinal
oleh beberapa bakteri, diantaranya: Escherichia coli, shingella, salmonella, dan
vibrio cholera. Penyakit diare akut dapat disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Infeksi
a) Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 – 80%).
Rotavirus serotype 1, 2, 8,dan 9 : pada manusia. Serotype 3 dan 4
didapati pada hewan dan manusia, dan serotype 5, 6, dan 7 didapati
hanya pada hewan. Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya
akibat fool borne atau water borne transmisi, dan dapat juga terjadi
penularan person to person.

b) Bakteri
Enterotoxigenic E.coli (ETEC) Mempunyai 2 faktor virulensi yang
penting yaitu faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat
pada enterosit pada usus halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan
heat stabile (ST) yang menyebabkan sekresi cairan dan elektrolit yang
menghasilkan watery diarrhea. ETEC tidak menyebabkan kerusakan
brush border atau menginvasi mukosa. Enterophatogenic E.coli (EPEC)
Mekanisme terjadinya diare belum jelas. Didapatinya proses perlekatan
EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari membran mikro vili

2
yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas disakaridase.
Shigella menginvasi dan multiplikasi sel epitel kolon, menyebabkan
kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus. Shigella jarang masuk ke
dalam aliran darah. Faktor virulensi termasuk: smooth
lipopolysaccharide cell-wall antigen yang mempunyai aktifitas
endotoksin serta membantu proses invasi dan toksin yang bersifat
sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin menimbulkan watery diarrhea
(Zeinª, 2004).

c) Protozoa
Entamoeba histolytica prevalensi Disentri amoeba ini bervariasi, namun
penyebarannya di seluruh dunia. Insidennya meningkat dengan
bertambahnya umur, dan terutama pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90%
infeksi asimtomatik yang disebabkan oleh E.histolytica non patogenik.
Amobiasis yang simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan
persisten sampai disentri yang fulminant (Zeinb, 2004).
Cryptosporidium Di negara yang berkembang, cryptosporidiosis 5 –
15% dari kasus diare pada anak. Infeksi biasanya simtomatik pada bayi
dan asimtomatik pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala klinis
berupa diare akut dengan tipe watery diarrhea, ringan dan biasanya self
limited. Pada penderita dengan gangguan sistim kekebalan tubuh seperti
pada penderita AIDS, cryptosporidiosis merupakan reemerging disease
dengan diare yang lebih berat dan resisten terhadap beberapa jenis
antibiotik (Zeinª, 2004).
2. Malabsorbsi karbohidrat, lemak, dan protein
3. Makanan basi, beracun, makanan pedas.
4. Psikologis contohnya rasa takut dan cemas (Arif dkk, 2000).

c. Manifestasi klinis
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih
asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.

3
a) Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% dan BB, turgor masih baik,
penderita belum jatuh dalam keadaan pre syok, haus.
b) Dehidrasi sedang : kehilangan cairan 5-8% dari BB, turgor kulit
menurun, UUB cekung, mata cowong, nadi cepat, nafas cepat dan
dalam (kusmaul), penderita jatuh pada pre syok/syok.
c) Dehidrasi berat: kehilangan cairan 8-10 % dari BB, turgor jelek,
kesadaran turun (apatis sampai koma), otot kaku, sianosis, nadi cepat,
nafas cepat dan dalam, penderita jatuh pada pre syok/syok.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam. (Kusmaul).

Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang
adekuat adalah:

 Kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik


atau gangguan biokimiawi berupa asidosis ocialc yang berlanjut.
 Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus
 berat badan berkurang
 mata cekung
 lidah kering
 tulang pipi tampak lebih menonjol
 turgor kulit menurun serta suara menjadi serak.

Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang ocialc. Karena
kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat
berkurang mengakibatkan penurunan Ph darah yang merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam
(pernapasan Kussmaul).

4
Tabel 1.1 Penilaian derajat dehidrasi (Mansjoer, 2000)

Penilaian Ringan Sedang Berat


Lesu, lunglai,
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel
atau tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Kering
Mulut dan Lidah Basah Kering sangat kering
Minum biasa, Haus, ingin Malas/tidak
Rasa Haus
tidak haus minum banyak minum
Kembali sangat
Turgor kulit Kembali Kembali lambat
lambat
Dehidrasi ringan,
Bila ada satu
sedang, bila ada
Hasil tanda ditambah
Tanpa dehidrasi tanda ditambah
pemeriksaan satu atau lebih
satu atau lebih
tanda lain.
tanda lain

d. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Hassan dan Alatas (1998) pemeriksaan laboratorium pada diare
adalah:
1. Feses
a. Makroskopis dan Mikroskopis
b. Ph dan kadar gula pada tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest,
bila diduga terdapat intoleransi gula.
c. Biakan dan uji resisten.
2. Pemeriksaan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan
Ph dan cadangan alkalin atau dengan analisa gas darah.
3. Ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Elektrolit terutama natrium, kalium dan fosfor dalam serium.
5. Pemeriksaan Intubasi deudenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasit.

e. Penatalaksanaan medis
 Perbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan dehidrasi
 Pengetahuan dan pemahaman mengenai proses yang menyebabkan
terjadinya diare memungkinkan klinis untuk mengembangkan terapi obat
yang paling efektif. Campuran yang seimbang antara glukosa dan elektrolit
dalam volume yang setara dengan cairan yang hilang dapat mencegah
terjadinya dehidrasi (Goodman dan Gilman, 2003).

5
 Terapi diare didasarkan pada diagnosa yang tepat dan penggantian cairan
dan elektrolit yang hilang dan juga penggunaan obat-obat antidiare yang
spesifik, dan juga menghindari makanan dan obat-obat yang dapat
menyebabkan timbulnya diare, seperti obat laksatif, antasida dan obat-obat
yang mempengaruhi motilitas usus (Watts, 1984).
 Prinsip pengobatan adalah menghilangkan kausa diare dengan memberikan
antimikroba yang sesuai dengan etiologi, terapi supportive atau fluid
replacement dengan intake cairan yang cukup atau dengan Oral Rehidration
Solution (ORS) yang dikenal sebagai oralit, dan tidak jarang pula diperlukan
obat simtomatik untuk menyetop atau mengurangi frekwensi diare.
f. Pencegahan diare
Upaya pencegahan diare tergantung kepada kedisiplinan seseorang dalam
menjaga kebersihan makanan dan minuman. Dengan menerapkan kebiasaan
bersih, seseorang dapat terhindar dari virus atau mikroorganisme lain yang
dapat menyebabkan diare. Dianjurkan untuk:

 Rajin mencuci tangan, terutama sebelum dan setelah makan, setelah


menyentuh daging yang belum dimasak, sehabis dari toilet, atau setelah
bersin dan batuk. Bersihkan tangan dengan sabun, dan bilas dengan air
bersih.
 Mengonsumsi makanan yang sudah dimasak. Hindari memakan buah-
buahan atau sayuran mentah yang tidak dipotong sendiri.
 Minum air matang.

g. Pengkajian teori

Menurut ( Wong, 2009 ) Pengkajian keperawatan anak terhadap diare di


mulai dengan mengamati keasaan umum dan perilaku bayi atau anak.
Pengkajian anak meliputi, pengkajian dehidrasi seperti:

a. berkurangnya pengeluaran urine.


b. menurunya berat badan
c. membrane mukosa yang kering
d. turgor kulit yang jelek
e. ubun ubun yang cekung
f. kulit yang pucat

6
g. dingin serta kering.

1) Prenatal

Kehamilan yang keberapa, tanggal lahir, gestasi (fulterm, prematur, post


matur), abortus atau lahir hidup, kesehatan selama sebelumnya/kehamilan, dan
obat-obat yang dimakan serta imunisasi.

2) Natal

Lamanya proses persalinan, tempat melahirkan, obat-obatan, orang yang


menolong persalinan, penyulit persalinan.

3) Post natal

Berat badan nomal 2,5 Kg – 4 Kg, Panjang Badan normal 49 -52 cm, kondisi
kesehatan baik, apgar score , ada atau tidak ada kelainan kongenital.

4) Feeding

Air susu ibu atau formula, umur disapih (2 tahun), jadwal makan/jumlahnya,
pengenalan makanan lunak pada usia 4-6 bulan, peubahan berat-badan,
masalah-masalah feeding (vomiting, colic, diare), dan penggunaan vitamin dan
mineral atau suplemen lain.

5) Penyakit sebelumnya

Penyebabnya, gejala-gejalanya, perjalanan penyakit, penyembuhan,


kompliksi, insiden penyakit dalam keluarga atau masyarakat, respon emosi
terhadap rawat inap sebelumnya.

6) Alergi

Apakah pernah menderita hay fever, asthma, eksim. Obat-obatan, binatang,


tumbuh-tumbuhan, debu rumah

7) Obat-obat terakhir yang didapat

Nama, dosis, jadwal, lamanya, alasan pemberian.

8) Imunisasi

Polio, hepatitis, BCG, DPT, campak, sudah lengkap pada usia 3 tahun, reaksi
yang terjadi adalah biasanya demam, pemberian serum-serum lain, gamma
globulin/transfusi, pemberian tubrkulin test dan reaksinya.

7
9) Tumbuh Kembang

Berat waktu lahir 2, 5 Kg – 4 Kg. Berat badan bertambah 150 – 200 gr/minggu,
TB bertambah 2,5 cm / bulan, kenaikan ini terjadi sampai 6 bulan. Gigi mulai
tumbuh pada usia 6-7 bulan, mulai duduk sendiri pada usia 8-9 bulan, dan bisa
berdiri dan berjalan pada usia 10-12 bulan.

1. Riwayat Psikososial

Anak sangat menyukai mainannya, anak sangat bergantung kepada kedua


orang tuanya dan sangat histeris jika dipisahkan dengan orang tuanya. Usia
3 tahun (toddlers) sudah belajar bermain dengan teman sebaya.

2. Riwayat Spiritual

Anak sudah mengenal beberapa hal yang bersifat ritual misalnya berdoa.

3. Reaksi Hospitalisasi

 Kecemasan akan perpisahan : kehilangan interaksi dari keluarga dan


lingkungan yang dikenal, perasaan tidak aman, cemas dan sedih
 Perubahan pola kegiatan rutin
 Terbatasnya kemampuan untuk berkomunikasi
 Kehilangan otonomi
 Takut keutuhan tubuh
 Penurunan mobilitas seperti kesempatan untuk mempelajari dunianya dan
terbatasnya kesempatan untuk melaksanakan kesenangannya

Aktivitas Sehari-Hari

1. Kebutuhan cairan pada usia 3 tahun adalah 110-120 ml/kg/hari


2. Output cairan :
(a) IWL (Insensible Water Loss)
(1) Anak : 30 cc / Kg BB / 24 jam
(2) Suhu tubuh meningkat : 10 cc / Kg BB + 200 cc (suhu tubuh –
36,8 oC)
(b) SWL (Sensible Water Loss) adalah hilangnya cairan yang dapat
diamati, misalnya berupa kencing dan faeces. Yaitu :
(1) Urine : 1 – 2 cc / Kg BB / 24 jam
(2) Faeces : 100 – 200 cc / 24 jam
3. Pada usia 3 tahun sudah diajarkan toilet training.

Pemeriksaan Fisik

a) Tanda-tanda vital
Suhu badan : mengalami peningkatan
Nadi : cepat dan lemah
Pernafasan : frekuensi nafas meningkat

8
Tekanan darah : menurun
b) Antropometri
Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran
kepala, lingkar lengan, dan lingkar perut. Pada anak dengan diare
mengalami penurunan berat badan.
c) Pernafasan
Biasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak
ditemukan bunyi nafas tambahan.
d) Cardiovasculer
Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.
e) Pencernaan
Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering,
peristaltik usus meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi
encer
f) Perkemihan
Volume diuresis menurun.
g) Muskuloskeletal
Kelemahan fisik akibat output yang berlebihan.
h) Integumen
lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek
i) Neorologis
Dapat terjadi penurunan kesadaran.

Pemeriksaan Tingkat Perkembangan

1) Motorik Kasar
Sudah bisa naik/turun tangga tanpa dibantu, mamakai baju dengan
bantuan, mulai bisa bersepeda roda tiga.
2) Motorik Halus
Menggambat lingkaran, mencuci tangan sendiri dan menggosok gigi
3) Personal Sosial
Sudah belajar bermain dengan teman sebayanya

h. Diagnosa keperawatan
1. Resiko syok berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit.
2. Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi diusus.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan secara
aktif.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake makanan
5. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan iritasi karena defekasi
yang sering dan feses yang cair.

9
i. Intervensi keperawatan

No. Tujuan dan kriteria


Diagnose
hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan
(NOC)
1. Resiko syok b.d Setelah dilakukan NIC :
kehilangan cairan tindakan keperawatan Syok Prevention :
dan elektrolit. 3x24 jam diharapkan - Monitor tanda-tanda
tidak terjadi syok pada inadekuat oksigenasi
pasien jaringan
NOC : - Monitor suhu dan
- Syok Prevention pernafasan
- Syok Management - Monitor input dan
output - Pantau nilai
Kriteria hasil : laboraturim : HB, HT,
- Nadi dalam batas yang AGD, dan Elektrolit
diharapkan Syok Management :
- Irama jantung dalam - Monitor fungsi
batas yang diharapkan neurologis
- Frekuensi nafas dalam - Monitor fungsi renal
batas yang diharapkan - Monitor tekanan nadi
- Irama pernafasan - Monitor status cairan,
dalam batas yang input output
diharapkan - Catat gas darah arteri
- Natrium serum dbn dan O2
- Kalium serum dbn
- Magnesium serum
dbn - PH darah serum
dbn
2. Gangguan Setelah diberikan NIC :
pertukaran gas b.d tindakan keperawatan Airway Management :
perubahan pasien dapat

10
membran alveolar- mempertahankan - Buka jalan nafas,
kapiler pertukaran gas yang gunakan tehnik chin lift
kuat atau jawthrust bila perlu
NOC : - Posisikan pasien untuk
- Respiratory Status : memaksimalkan pentilasi
Gas Exchange - Identifikasi pasien
- Respiratory Status : perlunya pemasangan
Ventilation alat jalan nafas buatan
- Vital Sign Status - Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi
Kriteria hasil : dada jika perlu
- Mendemonstrasikan - Lakukan suction pada
peningkatan pentilasi mayo
dan oksigenasi yang - Berikan pelembab
adekuat. udara
- Memelihara Respiratory Monitoring :
kebersihan paru-paru - Monitor rata-rata,
dan bebas dari tanda- kedalaman, irama dan
tanda distress usaha respirasi
pernafasan. - Catat pergerakan dada,
- Mendemonstrasikan amati kesimetrisan,
batuk efektif dan suara penggunaan otot
nafas yang bersih, tidak tambahan, retraksi otot
ada sianosis dan supraclavitural dan
dyspneu (mengeluarkan intercostal
sputum, mampu - Monitor pola nafas:
bernafas dengan bradipena, takipenia,
mudah, tidak ada kusmaul, viperpentilasi,
pursed lips). cheyne stokes, biot.
- Tanda-tanda vital - Catat lokasi trakhea.
dalam rentang normal.

11
3. Diare b.d proses Setelah dilakukan NIC:
infeksi, inflamasi tindakan keperawatan Diarhae Menagement:
diusus. 3x24 jam di harapkan - Evaluasi efek samping
Diare pada pasien pengobatan terhadap
teratasi. gastrointestinal
NOC : - Ajarkan pasien untuk
- Bowel elimination menggunakan obat anti
- Fluid balance diare
- Hydration - Evaluasi intake
- Electrolyte and acid makanan yang masuk
base balance - Identifikasi faktor
penyebab dari diare
- Monitor tanda dan
gejala diare
Kriteria hasil : - Observasi turgor kulit
- Fases berbentuk, BAB secara rutin
sehari sekali tiga kali - Ukur diare/keluaran
- Menjaga daerah BAB
sekitar rectal dari iritasi - Hubungi dokter jika ada
- Tidak mengalami kenaikan bising usus
diare - Menjelaskan - Monitor persiapan
penyebab diare dan makanan yang aman
rasional tindakan
- Mempertahankan
turgor kulit
4. Kekurangan Setelah dilakukan NIC :
volume cairan b.d tindakan keperawatan Fluid management :
kehilangan cairan 3x24 jam diharapkan - Timbang
secara aktif pasien tidak kekurangan popok/pembalut jika
cairan diperlukan
NOC :
- Fluid balance

12
- Hydration - Pertahankan catatan
- Nutritional Status : intake dan output yang
Food and fluid intake akurat
- Monitor status hidrasi
Kriteria hasil : (kelembaban membran
- Mempertahankan mucosa, nadi adekuat,
urine output sesuai tekanan darah,
dengan usia dan BB , artostatik), jika
BJ urine normal, HT diperlukan
normal - Monitor vital sign
- Tekanan darah, nadi, - Monitor status nutrisi
suhu tubuh dalam batas - Monitor memasukan
normal makanan/cairan dan
- Tidak ada tanda-tanda hitung intake kalori
dehidrasi, elastisitas harian
turgor kulit baik, - Dorong masukan oral
membran mucosa - Berikan penggantian
lembab, tidak ada rasa nesogatrik sesuai output
haus yang berlebihan - Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
- Kolaborasi dengan
dokter
5. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan NIC :
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan Nutrition management:
kebutuhan tubuh 3x24 jam diharapkan - Kaji adanya alergi
b.d penurunan nutrisi pasien terpenuhi makanan
intake makanan NOC : - Kolaborasi dengan ahli
- Nutritional Status : gizi untuk menentukan
food and fluid intake jumlah kalori dan nutrisi
- Nutritional Status : yang dibutuhkan pasien
nutrient intake - Anjurkan pasien untuk
- Weight control meningkatkan intake fe

13
- Anjurkan pasien untuk
Kriteria hasil : meningkatkan protein
- Adanya peningkatan dan vitamin C
berat badan sesuai - Berikan supstansi gula
dengan tujuan - Monitor jumlah nutrisi
- Berat badan ideal dan kandungan kalori
sesuai tinggi badan - Berikan informasi
- Mampu tentang kebutuhan nutrisi
mengidentifikasi - Kaji kemampuan pasien
kebutuhan nutrisi untuk mendapatkan
- Tidak ada tanda-tanda nutrisi yang dibutuhkan
malnutrisi
- Menunjukan
peningkatan fungsi
pengecapan dari
menelan
- Tidak terjadi
penurunan berat badan
yang berarti
6. Kerusakan Setelah dilakukan NIC :
integritas kulit tindakan keperawatan Pressure management:
yang b.d iritasi 3x24 jam diharapkan - Anjurkan pasien untuk
karena defekasi pasien tidak terjadi menggunakan pakaian
yang sering dan infeksi. yang longgar
feses yang cair. NOC : - Hindari kerutan pada
- Tissue Integrity: Skin tempat tidur
and mucous membranes - Jaga kebersihan kulit
- Hemodyalis akses agar tetap bersih dan
kering
Kriteria Hasil : - Mobilisasi pasien (ubah
- Integritas kulit yang posisi pasien) setiap dua
baik bisa di jam sekali

14
pertahankan (sensasi, - Monitor kulit akan
elastisitas, temperatur, adanya kemerahan.
hidrasi, pigmentasi) - Oleskan lotion atau
- Tidak ada luka/lesi minyak/baby oil pada
pada kulit daerah yang tertekan
- Perfusi jaringan baik - Monitor status nutrisi
- Menunjukan pasien
pemahaman dalam - Memandikan pasien
proses perbaqikan kulit dengan sabun dan air
dan mencegah hangat
terjadinya cedera
berulang
- Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami

15
BAB III
WEB OF CAUTION

Infeksi Malabsorbsi Makanan psiokologi


karbohidrat,
protein lemak
Berkembang Toksistas tidak Ansietas
diusus dapat diserap

Hipersekresi air Hiperperistaltik


Toksomatik
dan Elektrolit

Pergeseran air
Isi rongga dan elektrolit ke Penyerapan
usus rongga usus makanan

DIARE

Frek. BAB Distensi


abdomen

Kehilangan Kerusakan
cairan&elektrolit integritas kulit Mual, muntah
berlebihan perianal

Nafsu makan&BB

Gangguan Asidosis metabolik


keseimbangan
cairan&elektrolit Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
Sesak
dari kebutuhan
tubuh
Dehidrasi
Ganggauan pertukaran gas

Kekurangan volume cairan Resiko Syok

16
BAB IV
KONSEP TUMBUH KEMBANG

Tahap tumbuh kembang Anak


A. Pertumbuhan
1) Berat badan
Pemantauan pertumbuhan bayi dan anak dapat dilakukan dengan
menimbang berat badan, mengukur tinggi badan, dan lingkar kepala
anak. Pertumbuhan berat badan bayi usia 0-6 bulan mengalami
penambahan 150-250 gram/minggu dan berdasarkan kurva
pertumbuhan yang diterbitkan oleh National Center for Health
Statistics (NCHS), berat badan bayi akan meningkat dua kali lipat dari
berat lahir pada anak usia 4-7 bulan (Wong, 2008). Berat badan lahir
normal bayi sekitar 2.500-3.500 gram, apabila kurang dari 2.500 gram
dikatakan bayi memiliki berat lahir rendah (BBLR), sedangkan bila
lebih dari 3.500 gram dikatakan makrosomia. Pada masa bayi-balita,
berat badan digunakan untuk mengukur pertumbuhan fisik dan status
gizi diperhaatikan (Susilowati 2008, dalam Rif’atunnisa, 2014).
2) Panjang badan
Istilah panjang badan dinyatakan sebagai pengukuran yang dilakukan
ketika anak terlentang (Wong, 2008). Pengukuran panjang badan
digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Selain itu, panjang
badan merupakan indikator yang baik untuk pertumbuhan fisik yang
sudah lewat (stunting) dan untuk perbandingan terhadap perubahan
relatif, seperti nilai berat badan dan lingkar lengan atas (Nursalam,
2008). Pengukuran panjang badan dapat dilakukan dengan sangat
mudah untuk menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Panjang bayi baru lahir normal adalah 45-50 cm dan berdasarkan kurva
yang ditentukan oleh National Center for Health Statistics (NCHS),
bayi akan mengalami penambahan panjang badan sekitar 2,5 cm setiap
bulannya (Wong, 2008). Penambahan tersebut akan berangsur-angsur

17
berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun dan
penambahan ini akan berhenti pada usia 18-20 tahun (Nursalam, 2008).
3) Pengukuran Lingkar Kepala Anak
Cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak
mengikuti perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada
pertumbuhan tengkorak maka perkembangan otak anak juga
terhambat. Pengukuran dilakukan pada diameter occipitofrontal
dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran sebagai standar
(Chamidah, 2009). Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata adalah 34-
35 cm dan lingkar kepala ini lebih besar daripada lingkar dada. Pada
anak umur 6 bulan, lingkar kepala rata-rata adalah 44 cm, umur 1 tahun
47 cm, 2 tahun 49 cm, dan dewasa 54 cm. Jadi, pertambaha lingkar
kepala pada 6 bulan pertama adalah 10 cm, atau sekitar 50%
pertambahan lingkar kepala sejak lahir sampai dewasa terjadi 6 bulan
pertama kehidupan. (Soetjiningsih, 2013).

B. Perkembangan
1) Perkembangan motorik kasar, aspek perkembangan lokomosi
(gerakan) dan postur (posisi tubuh). Pada usia 6 bulan, bila bayi
didudukkan di lantai, bayi bisa duduk sendiri tanpa disokong tetapi
punggung masih membungkuk, bayi mampu berguling sebagai
aktivitas yang disadari sehingga untuk mencapai benda dengan jarak
dekat, bayi dapat berguling-guling. Kontrol kepala bayi muncul lebih
dulu pada posisi tengkurap, sehingga bayi lebih dahulu berguling dari
posisi terlentang.
2) Perkembangan motorik halus, kemampuan motorik halus dipengaruhi
oleh matangnya fungsi motorik, dan koordinasi neuromuskular yang
baik, fungsi visual yang akurat, dan kemampuan intelek nonverbal.
Pada usia 6 bulan bayi mampu memindahkan objek dari tangan satu ke
tangan lainnya, bayi juga mampu meraih dan mengambil benda dengan
baik, tanpa disertai gerakan simultan pada tangan yang lain, bayi juga

18
mampu memasukkan balok ke dalam gelas tapi tidak bisa mengambil
kembali
3) Perkembangan bahasa, kemampuan untuk memberikan respons
terhadap suara, mulai mengenal kata-kata “da da, pa pa, ma ma”.
4) Perkembangan sosial, banyak dipengaruhi faktor lingkungan
(pengasuhan). Seorang bayi mewarisi karakteristik emosional-sosial
dan gaya berinteraksi, tetapi sifat bawaan tersebut dimodifikasi oleh
gaya orangtua dan lingkungan sosial, bayi akan merasa nyaman
disekitar orang-orang akrab dan timbul kecemasan di sekitar orang
asing. Pada usia ini bayi senang bermain dengan bayi lainnya, dan
sekali- kali ia akan tersenyum dan meniru suara masing-masing, diusia
ini bayi mulai mengenali orang tua.

19
BAB V
PENUTUPAN

a. Kesimpulan

Diare adalah meningkatnya frekuensi dan berkurangnya konsistensi buang


air besar (BAB) dibanding dengan pola BAB normalnya. Terjadinya BAB 3x atau
lebih dalam sehari dengan konsistensi lembek atau cair yang tidak seperti biasanya,
yang biasanya hanya dua atau tiga kali dalam seminggu. Diare dalam
pengertiannya merupakan bertambahnya jumlah dan atau berkurangnya
konsistensi tinja yang dikeluarkan. Hal ini didapatkan pada keadaan dengan
gangguan intestinal yang menyangkut fungsi digesti, absorbs dan sekresi.

b. Saran

Saran peneliti bagi perawatan ruangan agar lebih memperhatikan dalam


menegakkan diagnosa keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan
mempertahankan agar intervensi berjalan secra optimal. Dan diharapkan, dengan
diselesaikannya makalah ini, perawat dengan mudah memahami dan dapat
menerapkan intervensi yang ada dengan baik dan benar.

20
DAFTAR PUSTAKA

Wong Donna L. ( 2008 ). Buku Ajaran Keperawatan Pediatrik. Vol 2. EGC :


Jakarta.
Wilkinson, Judith M.2012. Buku saku diagnosis keperawatan,diagnosis
NANDA,intervensi NIC, kriteria hasil: NOC alih bahasa Indonesia Dwi
Widiarti. Edisi revisi.Jakarta :EGC
Ngastiyah. ( 2005 ). Perawatan Anak Sakit Edisi Dua. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Nurasalam. ( 2011). Manajemen Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : Salemba
Medika.

21

Anda mungkin juga menyukai