Anda di halaman 1dari 2

Nama : Aribbyan Dhafin Tsara S

Kelas : A
Mata Kuliah : Pertanahan

Tugas 1
1. Mengapa kita perlu memperlajari pertanahan di bidang ilmu geodesi?
2. Bagaimana sejarah geodesi di Indonesia?
3. Apa saja mata kuliah yang dibutuhkan untuk memahami konsep pertanahan?
4. Konflik apa saja yang diatasi di permasalahan pertanahan?
Jawaban!
1. Karena studi geodesi berkaitan dengan survei dan pemetaan, untuk mengukur /
menginterpretasikan, menganalisis dan mengolah data kebumian diantaranya ( tanah,
lautan, SDA, dan lingkungan ) itu sebabnya mengapa kita sebagai mahasiswa teknik
geodesi perlu mempelajari ilmu pertanahan.

2. Geodesi berasal dari bahasa Yunani, Geo (γη) = bumi dan daisia / daiein (δαιω) =
membagi, kata geodaisia atau geodeien berarti membagi bumi. Menurut IAG
(International Association Of Geodesy, 1979), Geodesi adalah disiplin ilmu yang
mempelajari tentang pengukuran dan perepresentasian dari Bumi dan benda-benda langit
lainnya, termasuk medan gaya beratnya masing-masing, dalam ruang tiga dimensi yang
berubah dengan waktu. Sejak zaman dahulu, Ilmu Geodesi digunakan oleh manusia
untuk keperluan navigasi. Kegiatan pemetaan bumi sebagai bidang ilmu Geodesi telah
dimulai sejak banjir sungai nil (2000 SM) oleh kerajaan Mesir Kuno. Perkembangan
Geodesi yang lebih signifikan lagi pada saat manusia mempelajari bentuk bumi & ukuran
bumi lebih dalam oleh tokoh Yunani, Erastotenes yang dikenal sebagai bapak Geodesi.
Saat ini, dikarenakan kemajuan teknologi informasi, cakupan ilmu geodesi semakin luas.

Pada masa sekarang ini, bidang – bidang dari cabang ilmu geodesi yang dapat dipelajari
oleh mahasiswa dapat dibagikan menjadi bidang survei dan pemetaan secara terestris,
survei dan pemetaan secara hidrografis, bidang geoinformatika atau sistem informasi
geografi, bidang administrasi pertanahan dan property, bidang manajemen wilayah
perbatasan dan juga bidang fotogrametri dan penginderaan jauh. Oleh karena itu, Geodesi
menjadi identik dengan kegiatan pengukuran dan proses pembuatan peta sehingga
mahasiswa dituntut bisa memahamai dan menguasi metode mulai dari akuisisi data,
pengolahan, penyajian, analisis hingga proses pengambilan keputusan untuk
diaplikasikan dalam pekerjaan sehari – hari. Untuk menunjang semua kurikulum tersebut,
seorang mahasiswa geodesi harus memiliki kemampuan antara lain menyukai
perhitungan dan analisa, menyenangi pemrosesan data menggunakan perangkat lunak
dalam komputer, dan menyukai pekerjaan di lapangan.
Mengingat cakupan ilmu geodesi dan pengaplikasiannya yang semakin meluas pada
banyak bidang pekerjaan menyebabkan kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) di
bidang survey dan pemetaan khususnya lulusan mahasiswa Geodesi untuk berbagai
instansi pemerintah maupun swasta menjadi sangat besar. Lulusan Teknik Geodesi
merupakan seorang pionir dalam survey investigasi suatu proyek/pekerjaan sipil baik
skala besar maupun kecil, misalnya pembukaan penambangan migas di darat/hutan atau
di lautan
samudera, infrastruktur jalan, irigasi, gedung-gedung, jaringan rel KA, bandara dan lain-
lain. Umumnya setiap pekerjaan sipil sederhana (skala besar/kecil) menyangkut dengan
permukaan bumi baik kedalamannya (galian) maupun ketinggiannya (timbunan)
melibatkan bidang ini atau tim surveyor geodesi.

3. Mata Kuliah Ilmu Ukur Tanah I – III, Survey Kadastral, dan Ilmu Administrasi
Pertanahan. karena dalam mata kuliah tersebut lebih berfokus ke survei Terestris di
Geodesi. Begitupula dengan mata kuliah Pertanahan yang berfokus pada survei terestris.
Survei terestris merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan di permukaan bumi di
mana pengamat melakukan kontak langsung dengan objek yang akan di petakan. Pada
dasarnya pengukuran survei terestris dilakukan untuk mendapatkan informasi posisi dari
suatu objek di permukaan bumi. Metode pengukuran terestris mencakup pengumpulan
data besaran arah, sudut, jarak, dan ketinggian yang diperoleh langsung dari lapangan.

Survei terestris memiliki ketelitian informasi topografi (detil situasi, ketinggian/kontur,


ukuran luas) yang cenderung tinggi apabila dibandingkan dengan teknik survei dan
pemetaan lainnya. Untuk wilayah pemetaan yang tidak terlalu luas, survei terestris sangat
efektif dilakukan. Adapun kaitannya dengan mata kuliah Ilmu Administrasi Pertanahan,
yaitu untuk memahami UUPA undang-undang pokok Agraria.

4. Konflik batas bidang tanah, double sertifikat, konflik sertifikat induk, konflik dengan
masyarakat adat. Contoh nya seperti PTSL ( Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap ). Di
dalam PTSL sering terjadi konflik masyarakat yang memperebutkan batas bidang tanah
yang akhirnya bidang tanah tersebut menjadi sengketa ( tanah yang bermasalah ). Adapun
contoh konflik sertifikat induk yaitu di Jakarta. Ada suatu area yang sudah dikuasai
selama puluhan tahun oleh beberapa/banyak orang tapi sebenarnya ada seseorang yang
memiliki sertifikat induk dari area tersebut, sehingga tidak bisa dibuat sertifikat baru
sebelum sertifikat induknya dibebaskan.

Anda mungkin juga menyukai