Anda di halaman 1dari 19

Nama : Melania Isabela Anjelina Mnanu

Kelas : KPN 20A


Mata kuliah : PANCASILA
Tugas : Makalah Pancasilah Kajian I dan II

Sekolah Tinggi Ilmu keperawatan Nusantara Kupang

S-1 Keperawatan

2020/2021

I
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Kondisi orde baru,orde lama,orde reformasi”

Penulis mengakui bahwa manusia mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal.


Olehkarena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula
denganmakalah ini. Penulis melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang
penulismiliki. Dimana penulis juga memiliki keterbatasan kemampuan.Maka dari itu
penulis bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca. Penulis akanmenerima semua
kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaikimakalah penulis di
masa datang. Sehingga semoga makalah berikutnya dan karya tulis laindapat diselesaikan
dengan hasil yang lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Soe, 15 November 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I ....................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ...................................................................................................................................... 1
BAB II ...................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 2
2.1 Pancasila Era Pra Kemerdekaan ..................................................................................................... 2
2.1.1Teori Nilai budaya .................................................................................................................... 2
2.1.2 Masa pengusulan .................................................................................................................... 4
2.1.3 Masa sidang Pertama BPUPKI.................................................................................................. 4
2.1.4 Masa Sidang Kedua ................................................................................................................. 6
2.2 Pancasila Era Kemerdekaan ........................................................................................................... 8
2.3 Pancasila Era Orde Lama ................................................................................................................ 9
2.4 Pancasila Era Orde Baru .............................................................................................................. 10
2.4.1 Romantisme Pelaksanaan P4 ................................................................................................ 10
2.4.2 Pancasila yang Begitu "iagung-Agungkan............................................................................... 11
2.4.3 Demokrasi Pancasila: Wajah Semu Era Orde Baru ................................................................. 11
2.5 Pancasila Era Reformasi .............................................................................................................. 11
BAB III ................................................................................................................................................... 15
PENUTUP............................................................................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................................. 15
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama
dengan bangsa Indonesia sejak dahulu. Sejarah merupakan deretan peristiwa yang saling berhubungan.
Peristiwa-peristiwa masa lampau yang berhubungan dengan kejadian masasekarang dan semuanya
bermuara pada masa yang akan datang. al ini berarti bahwa
semuaakti!itas manusia pada masa lampau berkaitan dengan kehidupan masa sekarang untuk mewujud
kan masa depan yang berbeda dengan masa yang sebelumnya.

Dasar negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan mampu memberikan
kekuatan kepada berdirinya sebuah negara. negara Indonesia dibangun
juga berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu pancasila. Pancasila dalam fungsinyasebagai
dasar Negara merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur Negara Republik Indonesia termasuk di
dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah, dan rakyat. Pancasila dalam
kedudukannya merupakan dasar pijakan penyelenggaraan Negara dan seluruh kehidupan Negara
Replubik Indonesia.

Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai arti yaitu mengatur penyelenggaraan pemerintahan.
konsekuensinya adalah Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum. Hal ini menempatkan
pancasila sebagai dasar Negara yang berarti melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam semua peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu sudah seharusnya semua peraturan perundang-
undangan di Negara Republik Indonesia bersumber pada Pancasila.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini penulis mengidentifikasiakan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Pancasila Pada Era Pra Kemerdekaan


2. Pancasila Pada Era Kemerdekaan
3. Pancasila Pada Era Orde Lama
4. Pancasila Pada Era Orde Baru
5. Pancasila Pada Era Reformasi

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan Pancasila Pada Era Pra kemerdekaan
2. Menjelaskan Pancasila Pada Era Kemerdekaan
3. Menjelaskan Pancasila Pada Era Orde Lama
4. Menjelaskan Pancasila Pada Era Orde Baru
5. Menjelaskan Pancasila Pada Era Reformasi

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pancasila Era Pra Kemerdekaan
Menurut Sunoto (1984) melalui kajian filsafat Pancasila menyatakan bahwa unsur-unsur Pancasila
berasal dari bangsa Indonesia sendiri walaupun secara formal Pancasila baru
menjadi dasar Negara Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, namun jauh sebelum tanggal
tersebut bangsa Indonesia telah memiliki unsur-unsur Pancasila dan bahkan melaksanakan di dalam
kehidupan merdeka. Sejarah bangsa Indonesia memberikan bukti yang dapat kita cari dalam berbagai
adat istiadat, tulisan, bahasa, kesenian , kepercayaan, agama,dan kebudayaan pada umumnya. (sunoto,
1984: I). Dengan rinci Sunoto menunjukkan fakta historis , diantaranya adalah:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa : bahwa di Indonesia tidak pernah ada putus-putusnya orang percaya
kepada Tuhan
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab: bahwa bangsa Indonesia terkenal ramah tamah, sopan
santun, lemah lembut dengan sesama manusia
3. Persatuan Indonesia: bahwa bangsa Indonesia dengan ciri-cirinya guyub, rukun, bersatu dan
kekeluargaan
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan:
bahwa unsur-unsur demokrasi sudah ada dalam masyarakat kita
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia: bahwa bangsa Indonesia dalam menunaikan tugas
hidupnya terkenal lebih bersifat sosial dan berlaku adil terhadap sesama

2.1.1Teori Nilai budaya


Pancasila sebagai dasar negara republik Indonesia ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 sebagai
dasar Negara, maka nilai-nilai kehidupan berbangsa, bernegara dan berpemerintahan sejak saat itu
haruslah berdasarkan pada Pancasila, namun pada kenyataannya, nilai-nilai yang ada dalam Pancasila
telah dipraktekkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan kita praktekkan hingga sekarang. Hal ini
berarti bahwa semua nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila telah ada dalam kehidupan rakyat
Indonesia sejak zaman nenek moyang.

Bangsa Indonesia mengakui bahwa Pancasila telah ada dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-
hari sejak bangsa Indonesia itu ada. Keberadaan Pancasila masih belum terumuskan secara sistematis
seperti sekarang yang dapat kita lihat. Pancasila pada masa tersebut identik dengan nilai-nilai luhur yang
dianut bangsa Indonesia sebagai nilai budaya. Nilai budaya merupakan pedoman hidup bersama yang
tidak tertulis dan merupakan kesepakatan bersama yang diikuti secara sukarela.

Nilai budaya merupakan suatu upaya untuk menjawab persoalan-persoalan yangcukup vital dalam
kehidupan manusia. Nilai budaya merupakan cara manusia menjawab baik secara pribadi atau
masyarakat terhadap masalah-masalah yang mendasar di dalam hidupnya. Nilai tersebut merupakan
suatu sistem yang di dalamnya terdiri dari konsepsi-konsepsi yanghidup dalam alam pikiran sebagian

2
besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup.
(Koentjaraningrat, 1974: 32). Nilai budaya akan mempengaruhi pandangan hidup, sistem normative
moral dan seterusnya hingga akhirnya pengaruh itu sampai pada hasil tindakan manusia.

Nilai budaya dengan masing-masing orientasinya akan mempengaruhi pandanganhidup. Pandangan


hidup adalah sesuatu yang dipakai oleh masyarakat dalam menentukan nilai kehidupan. Pandangan
hidup sebenarnya meliputi bagaimana masyarakat memandang aspek hubungan dalam hidup dan
kehidupan yakni hubungan manusia dengan yang transenden, hubungan dengan diri sendiri, dan
hubungan manusia dengan sesama makhluk lain. Dalam bahasa Notonagoro dikenal istilah-istilah
kedudukan kodrat, susunan kodrat, sifat kodrat manusia. Dari sini dapat disimpulkan bahwa manusia
mempunyai tiga kecenderungan mendasar yaitu theo-genetis- bio-genetis, dan sosio-genetis.

A.T. Soegito (1999: 32) dengan mengutip beberapa sumber bacaan menjelaskan bahwa mengenal
diri sendiri berarti mengetahui apa yang dapat dilakukannya, dan tak seorang pun akan tahu apa yang
dapat dilakukannya sebelum dia mencoba, satu-satunya petunjuk yang dapat ditemukan untuk
mengetahui sesuatu yang dapat dilakukan manusia adalah dengan mengetahui kegiatan-
kegiatan yang telah dilakukan oleh manusia yangterdahulu. Oleh karena itu, nilai sejarah terletak pada
kenyataan bahwa ia mengajarkan apa yang telah dilakukan oleh manusia dan dengan demikian apa
sesungguhnya manusia. Tanpa mengetahui sejarah, seseorang tidak dapat memperoleh pengertian
kualitatif dari gejala-gejala sosial yang ada. Secara rinci Sartono Kartodirdjo menjelaskan bahwa fungsi
pengajaran sejarah nasional Indonesia meliputi:

1. Membangkitkan perhatian serta minat kepada sejarah tanah air


2. Mendapatkan inspirasi dari cerita sejarah
3. Memupuk alam pikiran ke arah kesadaran sejarah
4. Memberi pola pikiran ke arah kesadaran sejarah
5. Mengembangkan pikiran penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

Dalam memahami sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang terkait denganPancasila, Dardji
Karmodihardjo mengajukan kesimpulan bahwa nilai-nilai Pancasila telah menjiwai tonggak-tonggak
sejarah nasional Indonesia yaitu:

1. Cita- cita luhur bangsa Indonesia yang diperjuangkan untuk menjadi kenyataan.
2. Perjuangan bangsa Indonesia tersebut berlangsung berabad-abad, bertahap dan
menggunakancara yang bermacam-macam.
3. Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan titik kulminasi sejarah perjuangan bangsa
Indonesia yang dijiwai oleh pancasila.
4. Pembukaan UUD 1945 merupakan uraian terperinci dari Proklamasi Kemerdekaan 17Agustus
1945.
5. Empat pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 paham Negara persatuan, Negara bertujuan
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, Negara berdasarkan kedaulatan
rakyat, negara berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab.

3
6. Pasal-pasal UUD 1945 merupakan uraian terperinci dari pokok-pokok yang terkandung didalam
Pembukaan UUD 1945 yang berjiwakan Pancasila
7. Maka penafsiran sila-sila pancasila harus bersumber, berpedoma dan berdasar kepada
Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945. (Dardji Darmodihardjo, 1978: 40)

Secara historis rumusan- rumusan Pancasila dapat dibedakan dalam tiga kelompok (Brakry, 1998: 20):

1. Rumusan Pancasila yang terdapat dalam sidang-sidang Badan Penyelidik usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia yang merupakan tahap pengusulan sebagai dasar Negara Republik
Indonesia, termasuk Piagam Jakarta.
2. Rumusan Pancasila yang ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia sebagai
dasar filsafat Negara Indonesia yang sangat erat hubungannya dengan Proklamasi Kemerdekaan
3. Beberapa rumusan dalam perubahan ketatanegaraan Indonesia selama belum berlaku kembali
rumusan Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.

2.1.2 Masa pengusulan


Dalam sidang Teiku Gikoi (Parlemen Jepang) pada tanggal 7 September 1944, perdana
menteri Jepang Jendral Kuniaki Koisi, atas nama pemerintah Jepang mengeluarkan janji
kemerdekaan Indonesia yang
akan diberikan pada tanggal 24 Agustus 1945, sebagai janji politik. Sebagai realisasi janji ini,
pada tanggal 1 Maret 1945 Jepang mengumumkan akan dibentuknya Badan Penyelidik Usaha-
usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Zyumbi Tyoosakai). Badan ini baru dibentuk
pada tanggal 29 April 1945.

Badan Penyelidik usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dilantik padatanggal 28 Mei


1945 oleh Gunseikan (Kepala Pemerintahan bala tentara Jepang di Jawa)
dengan susunan sebagai berikut Ketua Dr. KRT. Radjiman Wedyodiningrat, ketua muda Ichibangase
Yosio (anggota luar biasa, bangsa jepang) Ketua Muda R. Panji Soeroso (merangkap Tata Usaha),
sedangkan anggotanya berjumlah 60 orang tidak termasuk ketuadan ketua muda.

Adanya badan ini memungkinkan bangsa Indonesia dapat mempersiapkan kemerdekaannya


secara legal, untuk merumuskan syarat-syarat apa yang harus dipenuhi sebagai negara yang merdeka.
oleh karena itu, peristiwa ini dijadikan sebagai suatu tonggak sejarah perjuangan bangsa Indonesia
dalam mencapai cita-citanya.

Badan penyelidik ini mengadakan sidang hanya dua kali. Sidang pertama pada tanggal 29 Mei
sampai dengan 1 juni 1945, sedangkan sidang kedua pada tanggal 10 juli sampai dengan 17 juli 1945.

2.1.3 Masa sidang Pertama BPUPKI


Pada sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 M. Yamin mengemukakan usul yang
disampaikan dalam pidatonya yang berjudul asas dan dasar negara Kebangsaan Indonesia
dihadapan sidang lengkap BPUPKI. Beliau mengusulkan dasar negara bagi Indonesia Merdeka
yang akan dibentuk meliputi Peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri Ketuhanan,
perikerakyatan, dan kesejahteraan rakyat.

4
Selain usulan dalam bentuk pidato, usulan M. Yamin juga disampaikan dalam bentuk tertulis
tentang lima asas dasar negara dalam rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia yang berbeda rumusan kata-kata dan sistematikanya dengan isi pidatonya.
Rumusannya yang tertulis adalah sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Tangaal 31 Mei 1945 Soepomo mengusulkan perihal yang pada dasarnya bukan dasar
Negara merdeka, akan tetapi tentang paham negaranya yaitu negara yang berpaham
integralistik. Soepomo mengusulkan tentang dasar pemikiran negara nasional bersatu yang
akan didirikan harus berdasarkan atas pemikiran integralistik tersebut yang sesuai dengan
struktur sosial Indonesia sebagai ciptaan budaya bangsa Indonesia yaitu: struktur
kerohaniandengan cita-cita untuk persatuan hidup, persatuan kawulo gusti, persatuan dunia
luar dan dunia batin, antara mikrokosmos dan makrokosmos, antara rakyat dan pemimpin-
pemimpinnya.

Syarat mutlak bagi adanya negara menurut Soepomo adalah adanya daerah, rakyat, dan
pemerintahan. Mengenai dasar dari negara Indonesia yang akan didirikan, ada tiga persoalan
yaitu:

1. Persatuan Negara, negara serikat, persekutuan Negara


2. Hubungan antara negara dan agama
3. Republik atau monarchie.

Pada hari berikutnya, tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno juga mengusulkan lima dasar bagi
Negara Indonesia yang disampaikan melalui pidatonya mengenai Dasar Indonesia merdeka.
Lima dasar itu atas petunjuk seseorang ahli bahasa yaitu Mr. M. Yamin. Lima dasar yang
diajukan Bung Karno ialah Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau perikemanusiaa,
Mufakat atau demokrasi, Kesejahteraan social, Ketuhanan yang berkebudayaan. Lima rumusan
tersebut menurutnya dapat diringkas menjadi tiga rumusan yang diberi nama Tri-Sila yaitu
dasar pertama, kebangsaan dan perikemanusiaan (nasionalisme dan internasionalisme)
diringkas menjadi satu diberi nama sosio-nasionalisme.Dasar kedua, demokrasi
dan kesejahteraan diringkas menjadi menjadi satu dan biberi nama sosio-demokrasi Sedangkan
dasar yang ketiga, ketuhanan yang berkebudayaan yang menghormati satu sama lain disingkat
menjadi ketuhanan.

5
Setelah selesai masa sidang pertama, dengan usulan dasar negara baik dari M. Yamin dan
Soekarno, dan paham negara integralistik dari Soepomo maka untuk menampung perumusan-
perumusan yang bersifat perorangan, dibentuklah panitia kecil penyelidik usul-usul yang
terddiri atas Sembilan orang yang diketuai oleh Soekarno, yang kemudian disebutdengan
panitia Sembilan.

Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan berhasil merumuskan rancangan pembukaan
Hukum Dasar, yang oleh Mr. M. Yamin dinamakan Jakarta Charter atau Piagam Jakarta. Di
dalam rancangan pembukaan alinea keempat terdapat rumusan Pancasila yang tata urutannya
tersusun secara sistematis:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Selain itu, dalam piagam Jakarta pada alenia ketiga juga memuat rumusan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia yang pertama berbunyi “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha
Kuasadan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya”. Kalimat inimerupakan
cetusan hati nurani bangsa Indonesia yang diungkapkan sebelum Proklamasi kemerdekaan,
sehingga dapat disebut sebagai declaration of Indonesian Independence.

2.1.4 Masa Sidang Kedua


Masa sidang kedua BPUPKI yaitu pada tanggal 10 Juli sampai dengan 17 Juli 1945,
merupakan masa sidang penentuan perumusan dasar negara yang akan merdeka sebagai hasil
kesepakatan bersama. Anggota BPUPKI dalam masa sidang kedua ini ditambah enam orang
anggota baru. Sidang lengkap BPUPKI pada tanggal 10 Juli menerima hasil panitiakecil atau
panitia Sembilan yang disebut dengan piagam Jakarta. Disamping menerima hasil rumusan
Panitia Sembilan dibentuk juga panitia-panitia Hukum Dasar yang dikelompokkan menjadi tiga
kelompok panitia perancang Hukum Dasar yaitu:

1. Panitia Perancang Hukum Dasar diketuai oleh Ir. Soekarno dengan anggota yang
berjumlah 9 orang
2. Panitia Pembela ,anah Air dengan ketua Abikusno ,jokrosujoso beranggotakan 23 orang
3. Panitia Ekonomi dan Keuangan dengan ketua Moh. Hatta bersama 23 orang anggota.

Panitia perancang Hukum Dasar kemudian membentuk lagi panitia kecil. Perancang Hukum
Dasar yang dipimpin oleh Soepomo. Panitia-panitia kecil itu dalam rapatnya tanggal 11 dan 13

6
Juli 1945 telah menyelesaikan tugasnya menyusun Rancangan Hukum Dasar. Selanjutnya pada
tanggal 14 Juli 1945 sidang BPUPKI mengesahkan naskah rumusan panitia Sembilan yang
dinamakan Piagam Jakarta sebagai Rancangan Pembukaan Hukum Dasar, dan pada tanggal 16
Juli 1945 menerima seluruh Rancangan Hukum Dasar yang sudah selesai dirumuskan dan di
dalamnya juga memuat Piagam Jakarta sebagai pembukaan.

Hari terakhir sidang BPUPKI tanggal 17 Juli 1945 hanya merupakan sidang penutupan Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia secara resmi. Dengan berakhirnya
sidang ini maka selesailah tugas badan tersebut, yang hasilnya akan dijadikan dasar bagi negara
Indonesia yang akan dibentuk sesuai dengan janji Jepang. Sampai akhir sidang BPUPKI ini
rumusan Pancasila dalam sejarah perumusannya ada empat macam:

1. Rumusan pertama Pancasila adalah usul dari Muh. Yamin pada tanggal 29 Mei 1945,
yaitu usul pribadi dalam bentuk pidato
2. Rumusan kedua Pancasila adalah usul Muh. Yamin tanggal 29 Mei 1945, yakni usul
pribadidalam bentuk tertulis
3. Rumusan ketiga Pancasila usul bung Karno tanggal 1 Juni 1945, usul pribadi dengan
nama Pancasila
4. Rumusan keempat Pancasila dalam piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, hasil
kesepakatan bersama pertama kali.

Meskipun Pancasila secara formal belum menjadi dasar negara Indonesia, namun unsur-
unsur sila-sila Pancasila yang dimiliki bangsa Indonesia telah menjadi dorongan perjuangan
bangsa Indonesia pada masa silam. Pada saat proklamasi, semua kekuatan dari berbagai lapisan
masyarakat bersatu dan siap mempertahankan serta mengisi kemerdekaanyang telah diprokla
masikan. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
adalah revolusi Pancasila.

Sehari setelah Proklamasi kemerdekaan Indonesia, tepatnya tanggal 18 Agustus 1945


diadakan sidang pleno PPKI untuk membahas Naskah Rancangan Hukum Dasar yang akan
ditetapkan sebagai Undang-undang Dasar (1945). Tugas PPKI semula hanya memeriksa
hasisidang BPUPKI, kemudian anggotanya disempurnakan. Penambahan keanggotaan ini
menyempurnakan kedudukan dan fungsi yang sangat penting sebagai wakil bangsa Indonesia
dalam membentuk negara Republik Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945. Dalam sidang pertama PPKI tanggal 18 Agustus 1945 berhasil mengesahkan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia dengan menetapkan (Kaelan, 1993: 43-45):

a. Piagam Jakarta yang telah diterima sebagai rancangan Mukaddimah Hukum Dasar oleh
BPUPKI pada tanggal 14 Juli 1945 dengan beberapa perubahan, disahkan sebagai
Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia

7
b. Rancangan Hukum Dasar yang telah diterima oleh BPUPKI pada tanggal 16 Juli 1945
setelah mengalami berbagai perubahan, disahkan sebagai Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia.
c. Memilih Presiden dan wakil Presiden yang pertama, yaitu Ir. Soekarno sebagai Presiden
danMoh. Hatta sebagai wakil Presiden
d. Menetapkan berdirinya komite nasional sebagai Badan Musyawarah darurat

Dengan disahkan dan ditetapkan Piagam Jakarta sebagai Pembukaan UUD 1945, maka lima
dasar yang diberi nama Pancasila tetap tercantum di dalamnya. Hanya saja sila Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, diubah menjadi
Ketuhanan Yang Maha Esa, atas prakarsa Drs. Moh. Hatta. Rumusan Pancasila dalam
Pembukaan UUD 1945 sebagai rumusan kelima dalam sejarah perumusan Pancasila, dan
merupakan rumusan pertama yang diakui sebagai dasar filsafat negara secara formal.

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merupakan suatu asas kerohanian yang
meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai,
norma serta kaidah baik moral maupun hukum Negara, dan menguasai hukum dasar baik yang
tertulis atau UUD, maupun yang tidak tertulis atau konvensi. Oleh karena itu,
kedudukanPancasila sebagai dasar negara ini memiliki kekuatan yang mengikat secara hukum.
Seluruh bangsa Indonesia
tak terkecuali dengan demikian wajib mengamalkan Pancasila dalamkehidupan sehari-hari.

Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum Indonesia, ia tercantum dalam


ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945 yang diwujudkan lebih lanjut di dalam pokok
pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945, yang pada akhirnya dikonkrietisasikan
dalam pasal-pasal UUD 1945 maupun dalam hukum positif lainnya. Konsekuensi kedudukan
Pancasila sebagai dasar negara ini lebih lanjut dapat dirinci sebagai berikut: Pertama;
Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala sumber hukum atau sumber
tertib hukum Indonesia. Kedua; Pancasila sebagai dasar negara meliputisuasana kebatinan dari
UUD 1945. Ketiga; Pancasila sebagai dasar negara mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum
dasar negara Indonesia. Keempat;Pancasila sebagai dasar negaramengandung norma yang
mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan pemerintah maupun
para penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti yang luhur dan memegang teguh
cita-cita moral rakyat yang luhur.

2.2 Pancasila Era Kemerdekaan


Dalam perjalanan kehidupan bangsa Indonesia pasca kemerdekaan, Pancasila
mengalami banyak perkembangan. Sesaat setelah kemerdekaan Indonesia pada 1945 Pancasila
melewati masa-masa percobaan demokrasi. Pada waktu itu, Indonesia masuk kedalam era
percobaan demokrasi multi-partai dengan sistem kabinet parlementer. Partai-partai politik

8
pada masa itu tumbuh sangat subur, dan proses politik yang ada cenderung selalu berhasil
dalam mengusung kelima sila sebagai dasar negara (Somantri, 2006). Pancasila pada masa ini
mengalami masa kejayaannya. Selanjutnya, pada akhir tahun 1959, Pancasila melewati masa
kelamnya dimana Presiden Soekarno menerapkan sistem demokrasi terpimpin. Pada masa itu,
presiden dalam rangka tetap memegang kendali politik terhadap berbagai kekuatan mencoba
untuk memerankan politik integrasi paternalistik (Somantri, 2006). Pada akhirnya, sistem ini
seakan mengkhianati nilai-nilai yang ada dalam Pancasila itu sendiri, salah satunya adalah sila
permusyawaratan. Kemudian, pada 1965 terjadi sebuah peristiwa bersejarah di Indonesia
dimana partai komunis berusaha melakukan pemberontakan. Pada 11 Maret 1965, Presiden
Soekarno memberikan wewenang kepada kenderal Suharto atas ndonesia. Ini merupakan
era awal orde baru dimana kemudian Pancasila mengalami mistifikasi. Pancasila pada masa
itu menjadi kaku dan mutlak pemaknaannya. Pancasila pada masa pemerintahan presiden
Soeharto kemudian menjadi Core-values (Somantri, 2006), yang pada akhirnya kembali
menodai nilai-nilai dasar yangsesungguhnya terkandung dalam Pancasila itu sendiri. Pada 1998
pemerintahan presiden Suharto berakhir dan Pancasila kemudian masuk ke dalam era baru
yaitu era demokrasi, hingga hari ini.

2.3 Pancasila Era Orde Lama


Kedudukan pancasila sebagai idiologi Negara dan falsafah bangsa yang pernah dikeramatkan
dengan sebutan azimat revolusi bangsa, pudar untuk pertama kalinya pada akhir dua dasa warsa setelah
proklamasi kemerdekaan. Meredupnya sinar api pancasila sebagai tuntunan hidup berbangsa dan
bernegara bagi jutaan orang diawali oleh kahendak seorang kepala pemerintahan yang terlalu gandrung
pada persatuan dan kesatuan.Kegandrungan tersebut diwujudkan dalam bentuk membangun kekuasaan
yang terpusat, agar dapat menjadi pemimpin bangsa yang dapat menyelesaikan sebuah revolusi
perjuangan melawan penjajah (nekolim, neokolonialisme) serta ikut menata dunia agar bebas dari
penghisapan bangsa atas bangsa dan penghisapan manusia dengan manusia.

Orde lama berlangsung dari tahun1959-1966 Pada masa itu berlaku demokrasi terpimpin.
Setelah menetapkan berlakunya kembali UUD 1945, Presiden Soekarno meletakkan dasar
kepemimpinannya. Yang dinamakan demokrasi terimpin yaitu demokrasi khas Indonesia yang dipimpin
oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. "emokrasi terpimpin dalam prakteknya tidak sesuai
dengan makna yangterkandung didalamnya dan bahkan terkenal menyimpang. Dimana demokrasi
dipimpin oleh kepentingan-kepentingan tertetu.

Pada masa pemerintahan orde Lama, kehidupan politik dan pemerintah sering
terjadi penyimpangan yang dilakukan Presiden dan juga MPRS yang bertentangan dengan pancasila
dan UUD 1945. Artinya pelaksanaan UUD 1945 pada masa itu belum dilaksanakan sebagaimana
mestinya. Hal ini terjadi karena penyelenggaraan pemerintahan terpusat pada kekuasaan seorang
presiden dan lemahnya control yang seharusnya dilakukan DPR terhadap kebijakan-kebijakan.

9
Selain itu, muncul pertentangan politik dan konflik lainnya yang berkepanjangan sehingga situasi
politik, keamanaan dan kehidupan ekonomi makin memburuk puncak dari situasi tersebut adalah
munculnya pemberontakan G30S/PKI yang sangat membahayakan keselamatan bangsa dan Negara.

Mengingat keadaan makin membahayakan Ir. Soekarno selaku presiden RI memberikan perinta
h kepad Letjen Soeharto melalui Surat Perintah 11 Maret 1969 (Supersemar) untuk mengambil segala
tindakan yang diperlukan bagi terjaminnya keamanaan, ketertiban dan ketenangan serta kesetabilan
jalannya pemerintah. Lahirnya Supersemar tersebut dianggap sebagai awal masa Orde Baru.

2.4 Pancasila Era Orde Baru


Era Orde Baru dalam sejarah republik ini merupakan masa pemerintahan yang terlama, dan bisa
juga dikatakan sebagai masa pemerintahan yang paling stabil. Stabil dalam artiantidak banyak
gejolak yang mengemuka, layaknya keadaan dewasa ini. Stabilitas yang diiringi dengan maraknya
pembangunan di segala bidang. Era pembangunan, era penuh kestabilan, menimbulkan romantisme dari
banyak kalangan.

Diera Orde Baru, yakni stabilitas dan pembangunan, serta merta tidak lepas darikeberadaan Pan
casila. Pancasila menjadi alat bagi pemerintah untuk semakin menancapkan kekuasaan di Indonesia.
Pancasila begitu diagung-agungkan; Pancasila begitu gencar ditanamkan nilai dan hakikatnya kepada
rakyat; dan rakyat tidak memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang mengganjal.

Menurut Hendro Muhaimin bahwa Pemerintah di era orde Baru sendiri terkesan
“menunggangi” Pancasila, karena dianggap menggunakan dasar negara sebagai alat politik untuk
memperoleh kekuasaan. Disamping hal tersebut, penanaman nilai-nilai Pancasila di era orde Baru juga
dibarengi dengan praktik dalam kehidupan sosial rakyat Indonesia.Kepedulian antar warga sangat
kental, toleransi di kalangan masyarakat cukup baik, dan budaya gotong-royong sangat dijunjung tinggi.
Selain penanaman nilai-nilai tersebut dapatdilihat dari penggunaan Pancasila sebagai asas tunggal dalam
kehidupan berorganisasi, yangmenyatakan bahwa semua organisasi, apapun bentuknya, baik itu
organisasi masyarakat, komunitas, perkumpulan, dan sebagainya haruslah mengunakan Pancasila
sebagai asas utamanya

2.4.1 Romantisme Pelaksanaan P4


Di era Orde Baru, terdapat kebijakan Pemerintah terkait penanaman nilai-nilaiPancasila, yaitu
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Materi penataran P4 bukan hanya Pancasila,
terdapat juga materi lain seperti UUD 1945, Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), Wawasan
Nusantara, dan materi lain yang berkaitan dengankebangsaan, nasionalisme dan patriotisme. Kebijakan
tersebut disosialisaikan pada seluruh komponen bangsa sampai level bawah termasuk penataran P4
untuk siswa baru Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), yang lalu
dilanjutkan di perguruan tinggi hingga di wilayah kerja. Pelaksanaannya dilakukan secara menyeluruh
melalui Badan Penyelenggara Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP7)
dengan metode indoktrinasi.

Visi Orde Baru pada saat itu adalah untuk mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat, bangsa,
dan Negara yang melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

10
Sejalan dengan semakin dominannya kekuatan Negara, nasib Pancasila dan UUD 1945 menjadi
semacam senjata bagi pemerintahan Orde Baru dalam hal mengontrol perilaku masyarakat. Seakan-
akan ukurannya hanya satu: sesuatu dianggap benar kalau hal tersebut sesuai dengan keinginan
penguasa, sebaliknya dianggap salah kalau bertentangan dengan kehendaknya. Sikap politik masyarakat
yang kritis dan berbeda pendapat dengan Negara dalam prakteknya malah dengan mudahnya
dikriminalisasi.

Penanaman nilai-nilai Pancasila pada saat itu dilakukan tanpa sejalan dengan fakta yang
terjadi di masyarakat, berdasarkan perbuatan pemerintah. Akibatnya, bukan nilai-nilai Pancasila yang
meresap ke dalam kehidupan masyarakat, tetapi kemunafikan yang tumbuh subur dalam masyarakat.
Sebab setiap ungkapan para pemimpin mengenai nilai-nilai kehidupan tidak disertai dengan keteladanan
serta tindakan yang nyata, sehingga banyak masyarakat pun tidak menerima adanya penataran yang
tidak dibarengi dengan perbuatan pemerintah yang benar-benar pro-rakyat.

2.4.2 Pancasila yang Begitu "iagung-Agungkan


Pada era orde Baru sebagai era “dimanis-maniskannya” Pancasila. Secara pribadi, Soeharto
sendiri seringkali menyatakan pendapatnya mengenai keberadaan Pancasila, yang kesemuanya
memberikan penilaian setinggi-tingginya terhadap Pancasila. Ketika Soeharto memberikan pidato
dalam Peringatan Hari Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1967. Soeharto mendeklarasikan Pancasila sebagai
suatu force yang dikemas dalam berbagai frase bernada angkuh, elegan, begitu superior. Dalam pidato
tersebut, Soeharto menyatakan Pancasila sebagai “tuntunan hidup”, menjadi “sumber tertib social”
dan “sumber tertib seluruh perikehidupan”, serta merupakan “sumber tertib Negara” dan
“sumber tertib hokum”. Kepada pemuda Indonesia dalam kongres Pemuda tanggal 28 Oktober
1974 Soeharto menyatakan, “Pancasila janganlah hendaknya hanya dimiliki, akan tetapi harus dipahami
dan dihayati" Dapat dikatakan tidak ada yang lebih kuat maknanya selain Pancasila di Indonesia, pada
saatitu, dan dalam era Orde Baru.

2.4.3 Demokrasi Pancasila: Wajah Semu Era Orde Baru


Di dalam P4, melalui Ketetapan MPR (TAP MPR) NO. II/MPR 1978 (sudah dicabut), adalah 36 butir
Pancasila sebagai ciri-ciri manusia Pancasilais. Pemerintah Orde Baru mengharapkan melalui 36 butir
Pancasila, yang serta merta “wajib hukumnya” untuk dihafal, akan terbentuk suatu tatanan rakyat
Indonesia yang mempraktikkan kesemuanya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, lalu terciptalah
negara Indonesia yang adil dan makmur, di segala bidang. Akan tetapi, justru penghafalan itu yang
menjadi bumerangnya. Cita-cita yang terkembang melalui P4 hanya keluar dari mulut saja, tanpa ada
pengamalan yang berarti untuk setiap butir yang terkandung di dalamnya, meskipun tidak terjadi secara
general.

2.5 Pancasila Era Reformasi


Memahami peran Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks sebagai dasar negara
dan ideologi nasional, merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga negara Indonesia memiliki
pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang sama terhadap kedudukan,
peranan dan fungsi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

11
Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan artinya pancasila menjadi kerangka berpikir atau pola
berpikir bangsa Indonesia, khususnya sebagai dasar negara ia sebagai landasan kehidupan berbangsa
dan bernegara. Sebagai negara hokum, setiap perbuatan baik dari warga masyarakat maupun dari
pejabat-pejabat harus berdasarkan hokum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dalam
kaitannya dalam pengembangan hokum, Pancasila harus menjadi landasannya. Artinya hukum yang
akan dibentuk tidak dapat dan tidak boleh bertentangan dengan sila-sila Pancasila. Substansi produk
hukumnya tidak bertentangandengan sila-sila pancasila.

Pancasila sebagai paradigma pembangunan bidang sosial politik mengandung arti bahwa nilai-
nilai Pancasila sebagai wujud cita-cita Indonesia merdeka di implementasikansebagai berikut:

1. Penerapan dan pelaksanaan keadilaan sosial mencakup keadilan politik, agama, dan ekonomi
dalam kehidupan sehari-hari
2. Mementingkan kepentingan rakyat /demokrasi dalam pengambilan keputusan
3. Melaksanakan keadilaan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep
mempertahankan kesatuan
4. Dalam pelaksanaan pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan yang
adil dan beradab
5. Nlai-nilai keadilan, kejujuran, dan toleransi bersumber pada nilai ke Tuhanan Yang Maha Esa

Pancasila sebagai paradigma nasional bidang ekonomi mengandung pengertian bagaimana suatu
falsafah itu di implementasikan secara riil dan sistematis dalam kehidupannyata.

Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang kebudayaan mengandung pengertian


bahwa Pancasila adalah etos budaya persatuan, dimana pembangunan kebudayaan sebagai sarana
pengikat persatuan dalam masyarakat majemuk. Oleh karena itu smeboyan Bhinneka Tunggal Ika dan
pelaksanaan UUD 1945 yang menyangkut pembangunan kebudayaan bangsa hendaknya menjadi
prioritas, karena kebudayaan nasional sangat diperlukan sebagai landasan media sosial yang
memperkuat persatuan. Dalam hal ini bahasaIndonesia adalah sebagai bahasa persatuan.

Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Bidang Hankam, maka paradigma baru TNI
terus diaktualisasikan untuk menegaskan, bahwa TNI telah meninggalkan peran social politiknya atau
mengakhiri dwifungsinya dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari sistem nasional.

Pancasila sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, dengan memasuki kawasan flsafat ilmu (philosophy
of science) ilmu pengetahuan yang diletakkan diatas pancasila sebagai paradigmanya perlu difahami
dasar dan arah penerapannya, yaitu pada aspek ontologis, epistomologis, dan aksiologis. Ontologis,
yaitu bahwa hakikat ilmu pengetahuan aktivitas manusia yang tidak mengenal titik henti dalam
upayanya untuk mencari dan menemukankebenaran dan kenyataan. Ilmu pengetahuan harus
dipandang secara utuh, dalam dimensinya sebagai proses menggambarkan suatu aktivitas warga
masyaraka ilmiah yang melaluiabstraksi, spekulasi, imajinasi, refleksi, observasi, eksperimentasi,
komparasi dan eksplorasi mencari dan menemukan kebenaran dan kenyataan. Sebagai produk, adanya
hasil yang diperoleh melalui proses, yang berwujud karya-kary ilmiah beserta aplikasinya yang berwujud
fisik ataupun non fisik. Epistimologi, yaitu bahwa Pancasila dengan nilai-nilai yang terkandung

12
didalamnya dijadikan metode berpikir, dalam arti dijadikan dasar dan arahdidalam pengembangan
ilmu pengetahuan yang parameter kebenaran serta kemanfaatan hasil-hasil yang dicapainya adalah
nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila itu sendiri.Aksilogis,yaitu bahwa dengan menggunakan
epistemologi tersebut diatas, pemanfaatan dan efek pengembangan ilmu pengetahuan secara negatif
tidak bertentangan dengan Pancasila dan secara positif mendukung atau mewujudkan nilai-nilai ideal
Pancasila.

sebagai dasar negara dalam tiga tahap yaitu:

1. Tahap 1945-1968 Sebagai Tahap Politis


Dimana orientasi pengembangan Pancasila diarahkan kepada Nation and Character
Building.Hal ini sebagai perwujudan keinginan bangsa Indonesia untuk survival dari berbagai
tantangan yang muncul baik dalam maupun luar negeri, sehingga atmosfir politik sebagai
panglima sangat dominan. Pancasila sebagai Dasar Negara misalnya menurut Notonagoro
dan Driarkara. Kedua ilmuwan tersebut menyatakan bahwa Pancasila mampu dijadikan
pangkal sudut pandang dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan bahkan Pancasila
merupakan suatu paham atau aliran filsafat Indonesia, dan ditegaskan bahwa Pancasila
merupakan rumusan ilmiah filsafati tentang manusia dan realitas, sehingga Pancasila tidak lagi
dijadikan alternatif melainkan menjadi suatu imperatif dan suatu philosophical
concensusdengan komitmen transenden sebagai tali pengikat kesatuan dan persatuan dalam
menyongsong kehidupan masa depan bangsa yang Bhinneka Tunggal Ika. Bahkan Notonagoro
menyatakan bahwa Pembukaan UUD 1945 merupakan staatfundamental Norm yang tidak
dapat diubah secara hukum oleh siapapun. Sebagai akibat dari keberhasilan mengatasi
berbagai tantangan baik dari dalam maupun dari luar negeri, masa ini ditandai oleh kebijakan
nasional yaitu menempatkan Pancasila sebagai asas tunggal.
2. Tahap 1969-1994 Sebagai Tahap Pembangunan Ekonomi
Yaitu upaya mengisi kemerdekaan melalui program-program ekonomi. Orientasi
pengembangan Pancasila diarahkan pada bidang ekonomi, akibatnya cenderung menjadikan
ekonomi sebagai ideologi. Pada tahap ini pembangunan ekonomi menunjukkan
keberhasilansecara spektakuler, walaupun bersamaan dengan itu muncul gejala ketidak
merataan dalam pembagian hasil pembangunan. Kesenjangan social merupakan fenomena
yang dilematis dengan program penataran P4 yang selama itu dilaksanakan oleh pemerintah.
keadaan ini semakin memprihatinkan setelah terjadinya gejala KKN dan Kronisme yang
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Bersamaan dengan itu perkembangan perpolitikan
dunia, setelah hancurnya negara-negara komunis, lahirnya tiga raksasa kapitalisme dunia
yaitu AmerikaSerikat, Eropa dan Jepang. Oleh karena itu Pancasila sebagai dasar Negara
tidak hanya dihantui oleh supersifnya komunisme melainkan juga harus berhadapan
dengan gelombang aneksasinya kapitalisme, disamping menhadapi tantangan baru yaitu KKN
dan kronisme.
3. Tahap 1995-2020 Sebagai Tahap Repositioning Pancasila
Dunia masa kini sedang dihadapi kepada gelombang perubahan secara cepat,
mendasar,spektakuler, sebagai implikasi arus globalisasi yang melanda seluruh penjuru dunia,

13
khususnya di abad XXI sekarang ini, bersamaan arus reformasi yang sedang dilakukan
oleh bangsa Indonesia. Reformasi telah merombak semua segi kehidupan secara mendasar,
maka semakin terasa orgensinya untuk menjadi Pancasila sebagai dasar negara dalam
kerangka mempertahankan jati diri bangsa dan persatuan dan kesatuan nasional, lebih-lebih
kehidupan perpolitikan nasional yang tidak menentu di era reformasi ini. Berdasarkan hal
tersebut diatas perlunya reposisi Pancasila yaitu reposisi Pancasila sebagai dasar Negara yang
mengandung makna Pancasila harus diletakkan dalam keutuhannya dengan Pembukaa UUD
1945, dieksplorasikan pada dimensi-dimensi yang melekat padanya.
Realitasnya bahwa nilai-nilai yang terkandung didalamnya dikonkritisasikan sebagai
ceminan kondisi obyektif yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, suatu rangkaia
nnilai-nilai yang bersifat “sein im sollen dan sollen im sein”.
Idealitasnya bahwa idealisme yang terkandung didalamnya bukanlah sekedar utopi
tanpa makna, melainkan diobyektifitasikan sebagai akta kerja untuk membangkitkan gairah
dan optimisme para warga masyarakat guna melihat hari depan secara prospekti.
Fleksibilitasnya dalam arti bahwa Pancasila bukanlah barang jadi yang sudah selesai dan
dalam kebekuan dogmatis dan normatif, melainkan terbuka bagi tafsi-tafsir baru untuk
memenuhi kebutuhan zaman yang terus menerus berkembang, dengan demikian tanpakehila
ngan nilai hakikinya Pancasila menjadi tetap actual, relevan serta fungsional
sebagai penyangga bagi kehidupan bangsa dan negara.
Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan
menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu. Elit politik dan
masyarakat terkesan masa bodoh dalam melakukan implementasi nilai-nilai pancasila
dalamkehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila memang sedang kehilangan legitimasi,
rujukan dan elan vitalnya. Sebab utamannya karena rejim Orde Lama dan Orde Baru
menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan yang otoriter. Terlepas dari kelemahan masa
lalu, sebagai konsensus dasar dari berdirinya bangsa ini, yang diperlukan dalam konteks era
reformasi adalah pendekatan-pendekatan yang lebih konseptual, komprehensif, konsisten,
integratif, sederhana dan relevan dengan perubahan- perubahan yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara.

14
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama
dengan bangsa Indonesia sejak dahulu. Sejarah merupakan deretan peristiwa yang saling berhubungan.
Peristiwa-peristiwa masa lampau yang berhubungan dengan kejadian masasekarang dan semuanya
bermuara pada masa yang akan datang. Hal ini berarti bahwa semua aktivitas manusia pada masa
lampau berkaitan dengan kehidupan masa sekarang untuk mewujudkan masa depan yang
berbeda dengan masa yang sebelumnya. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia berlalu dengan melewati
suatu proses waktu yang sangat panjang. Dalam proses waktu yang panjang itu dapat dicatat kejadian-
kejadian penting yang merupakantonggak sejarah perjuangan.

Dan Dasar Negara merupakan alas atau Fundamen yang menjadi pijakan dan mampu
memberikan kekuatan kepada berdirinya sebuah Ngara. Negara Indonesia dibangun juga berdasarkan
pada suatu landasan atau pijakan yaitu pancasila. Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar Negara,
merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur #egara &eplubik Indonesia% termasuk di dalamnya
seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah, dan rakyat. Pancasila dalam kedudukannya seperti
inilah yang merupakan dasar pijakan penyelenggaraan Negara dan seluruh kehidupan Negara Replubik
Indonesia.

3.2 Saran
Setelah selesainya makalah ini, disana sini banyak kekurangan dari benarnya. Makakami selaku
penyusun makalah ini berharap kritik dan sarannya yang sifatnya membangun.Karena kami selaku
penyusun masih dalam tahap belajar. Atas saran-saranya kamimengucapkan terima kasih dan semoga
makalah iniberguna bagi penyusun dan pembacanya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Sumber) http)55sriwyunii.blogspot.co.id59< 15 <5pancasila-dalam-kajian-sejarah-bangsa.html

Anwary S.Dr. “Bunga Rampai Amanat Rkyat Jilid I ”, Jakarta, Penerbit Institute of socioeconomics and
political studies,2001.

Arifin Rahman, “Sistem Politik Indonesia Dalam Prespektif Struktural dan Fungsional ”

Surabaya, SIC. 1998.http://yusila94.blogspot.co.id/2013/01/pelaksanaan-demokrasi-di-indonesia.html

16

Anda mungkin juga menyukai