Anda di halaman 1dari 13

TUGAS FINAL KIMIA KELAUTAN

PENGARUH PERUBAHAN IKLIM TERHADAP TERUMBU KARANG

OLEH:

1. FERDY ICHSAN IMADUDIN F1C117042

2. SITI NUR AYN F1C117090

3. BIKRA ALI AKBAR F1C117008

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................

1.1 Latar belakang ....................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................

2.1. Ekosistem Terumbu Karang .............................................................................

2.2. Keadaan terumbu karang di Indonesia ............................................................

2.2.1 Dimensi ekologis ............................................................................................

2.2.2 Dimensi ekonomi ............................................................................................

2.2.3 Dimensi sosial. ..............................................................................................

10 2.2.4 Dimensi kelembagaan .................................................................................

BAB 3 PENUTUP.....................................................................................................

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................

3.2 Saran. ..................................................................................................................

DAFTARPUSTAKA.................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia merupakan salah satu negara kepulau terbesar di dunia terkenal

memiliki kekayaan dan keanekaragaman hayati laut salah satunya terumbu

karang. Menurut Moosa,et al 1987 dalam Fachrudin 2011, Indonesia memiliki

sekitar 17.500 km2  ekosistem terumbu karang yang beragam jenisnya. Tersebar

diseluruh perairan pesisir yang jernih, hangat, beroksigen serta bebas dari

sedimentasi. Sehingga Indonesia dikenal sebagai salah satu pusat terumbu karang

di dunia. Beberapa kepulauan di Indonesia selama ini diketahui memiliki terumbu

karang cukup tinggi seperti Nusa Penida (Bali), Komodo (NTT), Bunaken (Sulut),

Kepulauan Derawan (Kaltim), Kepulauan Wakatobi (Sultra) dan Teluk

Cendrawasih (Papua) (Dahuri ,1999) .Namun sayang saat ini kekayaan terumbu

karang Indonesia justru terancam rusak akibat berbagai faktor yakni faktor alam

seperti perubahan iklim dan faktor pemanfaatan sumberdaya yang tidak terkontrol

oleh manusia. Saat ini 22% terumbu karang di wilayah Indonesia bagian timur

mengalami rusak, sedangkan di bagian barat kerusakannya lebih parah lagi yaitu

sebesar 71% ( Dahuri, 1999). Sedangkan menurut P2O LIPI, 2006 dalam Muzaki

A, 2008 menyebutkan bahwa, dalam kurun waktu 50 tahun terakhir kondisi

ekosistem terumbu karang terus mengalami kerusakan dari 10% menjadi 50%

Kondisi ini yang melatarbelakangi semua pihak untuk segera bertindak menjaga

ekosistem yang telah dianugerahkan kepada kita karena dampak dari kerusakan
terumbu karang bukan hanya akan berpengaruh pada sektor perikanan saja tetapi

akan saling terkait berdampak pada sektor lainnya juga.

1.2 Rumusan Masalah

Laut adalah wilayah unik karena di laut tidak ada status kepemilikan

pribadi, laut merupakan lahan milik bersama atau milik umum (common

property  ) akibatnya pemanfaatannya bersifat open acces dimana dapat diakses

semua pengguna. Kerusakan ekosistem terumbu karang diakibatkan oleh semua

kalangan yang memanfaatkan sumberdaya kelautan, meskipun dampaknya yang

paing merasakan adalah masyarakat disekitar kawasan pesisir. Adanya keterkaitan

dari berbagai sektor tersebut maka upaya pelestariannyapun harus dirumuskan

secara bersama antar berbagai sektor. Dari uraian diatas makalah ini merumuskan

masalah sebagai berikut :

1) Bagaimana keadaan terumbu karang di Indonesia sekarang ?

2) Bagaimana fungsi ekosistem terumbu karang berdasarkan dimensi ekologi,

sosial-ekonomi dan kelembagaan ?

1.3 Tujuan Penulisan

1) Mengetahui kondisi terumbu karang di Indonesia

2) Merinci keterkaitan pengelolaan ekosistem terumbu karang berdasarkan

dimensi ekologi, sosial-ekonomi dan kelembagaan


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang berasal dalam bahasa inggris adalah coral reefs reefs atau

terumbu merupakan sekumpulan struktur keras dan padat yang berada didalam

perairan. Sedangkan coral atau karang merupaka salah satu organisme laut tidak

bertulang belakang (invertebrate) berbentuk polip namun mampu menyerap kapur

dari air laut dan mengendapkannya membentuk timbunan kapur yang padat.

Berdasarkan kepada kemampuan memproduksi kapur maka karang dibedakan

menjadi dua kelompok yakninkarang hermatipik dan karang ahermatipik. Karang

hermatipik adalah bangunan karang yang dikenal menghasilkan terumbu dan

penyebarannya hanya ditemukan didaerah tropis. Karang ahermatipik tidak

menghasilkan terumbu dan ini merupakan kelompok yang tersebar luas diseluruh

dunia. Perbedaaan utama karang hermatipik dan karang ahermatipik adalah

adanya simbiosis mutualisme antara karang hermatipik dengan zooxanthellae

yaitu sejenis algae unisular ( Dinoflagellata unisular), seperti Gymodinium

microadriatum, yang terdapat dijaringan-jaringan polip binatang karang dan

melaksanakan fotosintesis. Hasil samping dari aktivitas ini adalah endapan

kalsium karbonat yang struktur bentuk bangunannya khas. Umumnya jenis karang

ini hidup diperairan pantai/laut yang tidak terlalu dalam dimana penetrasi cahaya

matahari masih menjagkau kedasar perairan. Disamping itu untuk 7 hidup

binatang karang membutuhkan suhu air yang hangat berkisar antara 25-320C

(Nybakken 1982 dalamDewi 2006 ). Veron (1995) dan Walace 1998)


dalam Fachrudin (2011) mengemukakan bahwa ekosistem terumbu karang adalah

unik karena umunya hanya terdapat diperairan tropis, sangat sensitive terhadapp

perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, eutrofikasi

dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya dengan

perubahan suhu lingkungan pemandan global yang melanda perairan troipis di

tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang diikuti

dengan kematian massal mencapai 90-95%. McCook (1999) menjelaskan bahwa

curah hujan yang tinggi dan aliran material dari daratan (mainland run off ) dapat

membunuh terumbu karang melalui peningkatan penigkatan sedimen dan

penurunan salinitas air laut. Berdasarkan bentuk pertumbuhannya, karang

dibedakan menjadi tujuh kategori utama yaitu karang bercabang (branching

coral), karang massif/padat (massive coral), karang submasif/semi padat

(submassive coral), karang jamur/soliter (mushroom coral),karang meja (tabulate

coral), karang lembaran (folius coral), dan karang menjalar (encrusting coral)

(Coremap II, 2007 dalamKasim, 2011). Moberg dan Folke (1999) dalam Cesar

(2000) menyatakan bahwa fungsi ekosistem terumbu karang yang mengacu

kepada habitat, biologis atau proses ekosistem sebagai peyumbang barang

maupun jasa. Untuk barang merupakan yang terkait dengan sumberdaya pulih

seperti bahan 8 pangan yaitu ikan, dan tambang sepeerti pasir karang. Sedangkan

untuk  jasa dari ekosistem terumbu karang dibedakan :


1) Jasa struktur fisik sebagai pelindung pantai

2) Jasa biologi sebagai habitat dan penopang mata rantai kehidupan.

3) Jasa biokimia sebagi fikasasi nitrogen.

4) Jasa informasi sebagai pencatat iklim.

5) Jasa sosisal dan budaya sebagai nilai keindahan, rekreasi dan permainan.

2.2. Keadaan terumbu karang di Indonesia

2.2.1 Dimensi ekologis

Sebagai negara maritim Indonesia memiliki kekayaan biota laut yang

beraneka ragam. Dengan suhu peraian 21-290  terumbu karang tumbuh subur

diperairan negara kita. Secara ekologis terumbu karang berfungsi sebagai suatu

ekosistem yakni penyedia habitat, dan memfasilitasi proses-proses yang

berlangsung didalamnya. Berdasarkan penelitian dan pemantauan beberapa tahun

terakhir menujukan bahwa kondisi terumbu karang Indonesia sudah sangat

memprihatinkan, dari luas terumbu karang yang dimiliki seluruhnya hanya 5,56%

kondisinya yang baik (http://medanbung.wordpress.com). Kerusakan tersebut

disebabkan oleh 3 (tiga) faktor, yakni :

1) Faktor alam antara lain pemanasan global, el-nino, tsunami dan letusan gunung

berapi.

2) Faktor manusia yang memanfaatkan sumberdaya kelautan, seperti kegiatan

penangkapan ikan, kegiatan pariwisata, dan transportasi laut.

3) Faktor pembangunan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan seperti

reklamasi pantai, buangan limbah industri, dan sedimentasi akibat penggunaan

lahan pertanian yang tidak baik.


2.2.2. Dimensi ekonomi

Terumbu karang menyediakan berbagai pemakaian langsung dan tak

langsung bagi masyarakat indonesia. Khusus bagi masyarakat pesisir terumbu

karang merupakan faktor penopang perekomian. pemakaian yang paling dominan

adalah terumbu karang bisa menjadi pendukung besarnya hasil yang dapat

diperoleh dari sumbedaya perikanan laut. Terumbu karang bisa menyumbang

sumberdaya perikanan laut dengan estimasi sebesar 5 ton/km2 (Snedaker and

Getter 1985 dalam Fachrudin, 2011). White and Trinidad (1998) dalam Rembet

(2011) mengemukakan,  jumlah panena ikan, kerang dan kepiting dari terumbu

karang lestari diseluruh dunia dapat mencapai 9 juta ton atau sekurangnya 12&

dari  jumlah tangkapan perikanan dunia. Perkiraan perhitungan nilai produksi

perikanan dari terumbu karang tergatung pada kondisi terumbu karang an kualitas

pemanfataan dan pengelolaan oleh masyarakat sekitarnya. Potensi panen lestari

ikan karang di perairan laut Indonesia diduga sebesar 80.082 ton/tahun (Ditjen

Perikanan, 1991). Dengan demikian 10 perikanan karang komersial memiliki

konstribusi yang nyata bagi perekonomian Indonesia. Selain menyumbang

manfaat dibidang barang seperti sumberdaya perikanan, terumbu karang memiliki

nilai ekonomi dari sektor jasa pariwisata. Keindahan terumbu karang Indonesia

menarik jutaan turis domestik dan asing untuk datang ke Indonesia. Nilai

ekonomis wisata bahari ini sangat tinggi karena tidak hanya menghasilkan devisa

tetapi  juga efek pengganda lainnya seperti perdagangan, jasa transportasi, hotel

dan restoran
2.2.3. Dimensi sosial

Sebagian kota di Indonesia merupakan wilayah pesisir dengan demikian

jutaan penduduk yang mendiaminya menggantungkan hidupnya dari sumberdaya

pesisir dan lautan. Seiring dengan peningkatan jumlah masyarakat pesisir maka

persaingan hidup semakin kompetitif, hal ini berdampak pada pemanfaatan

sumberdaya kelautan yang semakin tidak terkontrol, ditambah lagi laut

merupakan wilayah yang termasuk common comunity  sehingga pemanfaatanya

sering bersifat open acces. Hal ini yang membuat sulitnya menjaga kelestarian

sumberdaya hayati laut, khususnya terumbu karang. Budianto (2012)

menyebutkan, faktor-faktor sosial penyebab kerusakan sumberdaya kelautan

adalah rendahnya tingkat pendidkan, sebagaimana mayoritas masyarakat pesisir

lainnya, rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan rendahnya pengetahuan

masyarakat nelayan dalam bidang pengelolaan sumberdaya perikanan

berkelanjutan. Hal ini dicerminkan dengan kerusakan lingkungan pesisir 11

seperti akibat penebangan mangrove. Selain itu rendahnya tingkat pendidikan

pada masyarakat miskin mengakibatkan keterpaksaan untuk melakukan

eksploitasi sumberdaya yang secara ekologis rentan atau dengan cara-cara yang

tidak ramah lingkungan. Pada sisi lain, padangan dan persepsi masyarakat

terhadap keberadaan sumberdaya alam tidak lagi mengikuti syariat serta kearifan

kearifan budaya. Masyarakat telah terkontaminasi budaya konsumtif, sehingga

berlomba-lomba mengeruk sumberdaya alam sebagai pendapatan ekonomi tanpa

memperhatikan kelestarian lingkungan.


2.2.4. Dimensi kelembagaan

Laju degradasi terumbu karang akan terus terjadi apabila tidak ada upaya

penanganan serius dari pemerintah. Salah satu upaya pemerintah dalam

menyelematan terumbu karang Indonesia adalah melaksanakan program Coral

Reef Rehabilitation dan Management Program (Coremap). Program ini

melibatkan seluruh instansi yang terkait yang terkait dalam pengelolaan terumbu

karang yakni perikanan, pariwisata, dan lingkungan hidup. Program ini

melibatkan hampir seluruh komponen masyarakat dari tingkat bawah (grass root )

hingga pengambil kebijakan tertinggi, secara garis besar terdapat 5 komponen

penting dalam Coremap yakni, program berbasis masyarakat, penguatan

kelembagaan, monitoring dan kontrol , penyadaran masyarakat dan dukungan

ilmuwan melalui kajian ilmiah ( Purnomo, 2007 ). Kesempatan masyarakat lokal

dalam mengelola sumberdaya alam yang terdapat diwilayahnya dalam hal ini

sumberdaya terumbu karang semakin besar karena didukung oleh UU No. 2

tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Tetapi pengelolaan tersebut harus

selalu disertai tanggung jawab dalam pengelolaannya dan pemanfaatannya agar

dapat berkelanjutan. Bagi pemerintah daerah tanggung jawabnya dibidang

penyedian infrastruktur, regulasi dan penegakan hukum, bantuan teknis dan

teknologi, penciptaan alternatif pekerjaan dan peningkatan SDM. Bagi masyarakat

lokal tanggung jawab yang harus dipikul adalah peningkatan partisipasi berupa

peningkatan kesadaran tentang persepsi pentingnya menjaga kelestarian terumbu

karang, termasuk dalam hal ini dukungan dari tokoh-tokoh agama, tokoh
masyarakat, keluarga nelayan serta seluruh masyarakat pesisir untuk selalu

berkomitmen dalam pelestarian ekosistem terumbu karang


BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1) Ekosistem terumbu karang di Indonesia terus mengalami degradasi, dari

luas keseluruhan terumbu karang tinggal 5,56% kondisinya yang baik.

2) Faktor penyebab kerusakan terumbu karang sangat terkait antar dimensi,

dimensi ekonomi ( pemanfaatan sumberdaya yang tidak bertanggung

jawab ), dimensi sosial ( faktor rendahnya tingkat pendidikan dan persepsi

masyarakat tentang kelestarian terumbu karang) dimensi kelembagaan

(rendahnya penegakan hukum dan belum adanya zonasi )

3.2. Saran

  Agar laju degradasi terumbu karang dapat dihentikan maka diperlukan

peran serta semua pihak diantaranya, penguatan lembaga, peningkatan SDM,

penguatan partisipasi masyarakat melalui pendekatan keagamaan dan kearifan

budaya lokal.
DAFTAR PUSTAKA

Fahrudin A. et al. 2011. Status keberlanjutan pengelolaan terumbu karang di pulau


Hogow dan putus-putus Sulawesi Utara. Jurnal perikanan dan kelautan
vol.VIII-3.

Muzaki A. 2008. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap


perkembangan terumbu karang. Makalah.

Kasim F. 2011. Penyuluhan kemah bakti UNG.. Makalah. Fakultas Pertanian


UNG Budianto

Sahono. 2012. Pengelolaan subsector perikanan tangkap yang berkelanjutan.


Tesis. FMIPA.UI

Wikipedia. 2014. Terumbu karang (http://id.wikipedia.org/wiki) akses Nopember


2014

Anda mungkin juga menyukai