Oleh
Dr. Yacobus Sutarmo, S.Mn.,M.M.
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAM
SAMARINDA
A. FLUKTUASI EKONOMI
1. Pengertian fluktuasi ekonomi
Fluktuasi ekonomi adalah kenaikan dan penurunan aktivitas ekonomi secara relatif
dibandingkan dengan tren pertumbuhan jangka panjang dari ekonomi. Fluktuasi ini
atau business cycle (siklus bisnis), bervariasi dalam intensitas dan jangka waktunya.
Kenaikan dan penurunan biasanya meliputi negara bahkan dunia serta
mempengaruhi seluruh dimensi dari kegiatan ekonomi, tidak hanya
tingkat pengangguran dan produksi.
Sebagian besar ahli makroekonomi bahwa perbedaan penting antara jangka pendek
dan jangka panjang adalah perilaku harga. Dalam jangka panjang, harga adalah
fleksibel dan bisa menanggapi perubahan dalam penawaran atau permintaan. Dalam
jangka pendek, banyak harga adalah kaku pada tingkat uang bisa ditentukan
sebelumya. Karena harga berperilaku secara berbeda dalam jangka pendek dari pada
dalam jangka panjang, kebijakan ekonomi memiliki dampak yang berbeda pada
horison waktu yang berbeda.
Model fluktuasi ekonomi harus memperhitungkan kekakuan harga jangka pendek ini.
Kita akan melihat bahwa kegagalan harga untuk menyesuaikan dengan cepat dan
utuh berarti bahwa, dalam jangka pendek, output dan kesempatan kerja harus
melakukan beberapa penyesuaian. Dengan kata lain, selama horison waktu ketika
harga adalah kaku, dikotomi klasik tidak berlangsung lama; variabel-variabel nominal
bisa mempengaruhi variabel-variabel riil, dan perekonomian bisa menyimpang dari
keseimbangan yang diprediksi oleh model klasik.
3. Tiga Fakta Utama Mengenai Fluktuasi Ekonomi
GDP riil adalah variabel yang paling sering digunakan untuk memantau
perubahan-perubahan jangka pendek dalam perekonomian yang paling
komprehensif. GDP riil mengukur nilai dari semua barang jadi dan jasa yang
diproduksi selama periode waktu tertentu. Variabel tersebut juga mengukur
pendapatan total (disesuaikan dengan inflasi) dari setiap orang yang berada
dalam perekonomian dimaksud.
Kurva permintaan agregat menggambarkan kuantitas barang dan jasa yang ingin
dibeli oleh rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah pada setiap tingkat harga.
Kurva permintaan agregat miring kebawah (downward sloping) atau menghadap
ke pusat sumbu. Hal ini berarti bahwa, seandainya hal-hal lain tetap sama,
penurunan tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian yang bersangkutan
(misalkan, dari P1 ke P2) cenderung meningkatkan kuantitas barang dan jasa yang
diminta (yakni, dari Y1 ke Y2).
Kurva permintaan memiliki kurva yang miring kebawah, untuk memahami bentuk
kurva yang demikian kita harus mengkaji bagaimana tingkat harga mempengaruhi
tiga komponen pengeluaran, yakni :
Dalam hal ini tingkat harga yang lebih rendah menurunkan suku bunga
sehingga mendorong pengeluaran yang lebih besar pada barang-barang
investasi dan mengakibatkan meningkatnya kuantitas barang dan jasa yang
diminta.
Kurva penawaran agregat menyatakan kuantitas total atas barang dan jasa yang
diproduksi serta dijual pada setiap tingkat harga oleh berbagai perusahaan. Kurva
penawaran agregat memperlihtkan suatu hubungan yang sangat tergantung pada
selang waktu yang dikaji. Dalam jangka panjang, kurva penawaran agregat
berbentuk vertikal, sementara dalam jangka pendek, kurva penawaran agregat
miring ke atas (di tarik dari pusat sumbu).
Hal ini terjadi karena dalam jangka panjang, produsen barang dan jasa dari suatu
perekonomian (GDP riil) bergantung pada penawaran modal, sumber daya alam,
dan tenaga kerja serta teknologi produksi yang tersedia yang digunakan untuk
mengubah faktor-faktor produksi tersebut menjadi barang atau jasa.
B. SIKLUS EKONOMI ATAU SIKLUS BISNIS
1. Pengertian Siklus Ekonomi
1. Fase Expansion
2. Fase Contraction
Durasi atau rentang waktu yang dibutuhkan dalam pergerakan satu siklus telah lama
menjadi pengamatan para ahli ekonomi. Dalam pengamatan tersebut ditemukan
beberapa variasi siklus yakni :
Durasi siklus jangka pendek sekitar 40 bulan (antara 3-4 tahun). Pola siklus ini
ditemukan oleh Joseph Kitchin (1923). Faktor yang diduga mempengaruhi
siklus jangka pendek adalah pengaruh alamiah (nature) dan adat istiadat atau
kebiasaan (custom).
Yang termasuk pengaruh alamiah antara lain siklus iklim, pengaruh sinar
matahari, curah hujan, kekuatan angin dan gelombang laut. Kekuatan alamiah
ini mempengaruhi aktvitas ekonomi, misalnya di Indonesia kegiatan
penanaman padi akan memuncak pada musim penghujan. Sedangkan
kegiatan kostruksi, entah untuk dijual lagi ataupun digunakan sendiri,
aktivitasnya meningkat dimusim kemarau.
Durasi siklus jangka menengah adalah berkisar 7-11 tahun. Pola siklus ini
pertama kali ditemukan oleh Clement Juglar (1860). Menurutnya siklus
ekonomi di bumi dipengaruhi oleh factor eksternal yaitu siklus bintik matahari
(sunspot theory) yang berdaur ulang 11 tahun sekali. Aktivitas bintik matahari
tersebut akan mempengaruhi siklus iklim cuaca. Selanjutnya siklus iklim cuaca
akan mempengaruhi output perekonomian, yang muaranya mempengaruhi
output perekonomian nasional.
Pola siklus jangka panjang pertama kali ditemukan oleh Nikolai D. Kondratief
(1925). Durasi siklusnya berkisar 48-60 tahun. Faktor yang memengaruhi siklus
jangka panjang adalah invention and innovation, yaitu adanya ciptaan dan
penemuan baru dalam kegiatan ekonomi. Contoh adanya penemuan dan
perkembangan teknologi.
Teori yang berkaitan dengan siklus bisnis ini dikemukakan oleh Samuelson (2001).
Menurut pandangannya siklus bisnis terjadi sebagai akibat dari pergeseran
permintaan aggregate (AD).
Selanjutnya teori siklus bisnis dapat dikelompokkan menjadi dua pendekatan yaitu :
1. Teori-teori eksternal menyatakan bahwa akar- akar siklus bisnis terletak pada
fluktuasi suatu hal yang berada di luar sistem ekonomi. Misalnya perang,
revolusi, iklim dan cuaca, pertumbuhan penduduk, perkembangan ilmu
pengetahuan, dan teknologi.
• Aktivitas moneter berupa ekspansi atau kontraksi jumlah uang dan kredit
• Aktivitas akselerator multiplier karena terjadi kegiatan investasi
Hal yang dapat kita lakukan dalam siklus ekonomi adalah mengelola siklus agar
dampak negatifnya dapat ditekan sekecil-kecilnya, artinya selalu berupaya untuk
memperkecil kepincangan (gap) antara output potensial dan output riil, sehingga
gelombang naik-turun siklus ekonomi semakin kecil. Sementara kecenderungan
(trend) perkembangan ekonomi jangka panjang terus diupayakan meningkat.
Untuk mencapai hal tersebut secara teoritis digunakan kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal, dengan cara mengkombinasikan kebijakan jangka pendek dan
kebijakan jangka panjang. Dalam jangka pendek kebijakan fiskal dan moneter
bertujuan untuk meningkatkan stimulus permintaan, misalnya kebijakan suku bunga.
Sedangkan dalam jangka panjang diarahkan kepada stimulus penawaran, misalnya
kebijakan pemberian kredit jangka panjang dan kebijakan di bidang pendidikan.