Anda di halaman 1dari 10

PERTEMUAN KEEMPATBELAS

MATA KULIAH EKONOMI MAKRO

FLUKTUASI EKONOMI DAN


SIKLUS EKONOMI

Oleh
Dr. Yacobus Sutarmo, S.Mn.,M.M.
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAM
SAMARINDA
A. FLUKTUASI EKONOMI
1. Pengertian fluktuasi ekonomi

Fluktuasi ekonomi adalah kenaikan dan penurunan aktivitas ekonomi secara relatif
dibandingkan dengan tren pertumbuhan jangka panjang dari ekonomi. Fluktuasi ini
atau business cycle (siklus bisnis), bervariasi dalam intensitas dan jangka waktunya.
Kenaikan dan penurunan biasanya meliputi negara bahkan dunia serta
mempengaruhi seluruh dimensi dari kegiatan ekonomi, tidak hanya
tingkat pengangguran dan produksi.

Ekspansion atau ekspansi suatu keadaan dimana penyehatan perekonomian telah


terjadi dari kondisi sebelumnya yaitu resesi atau bahkan depresi. Dalam ekonomi
makro, resesi adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika
pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu
tahun. Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh
aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan.
Resesi sering diasosiasikan dengan turunnya harga-harga (deflasi), atau,
kebalikannya, meningkatnya harga-harga secara tajam (inflasi) dalam proses yang
dikenal sebagai stagflasi. Resesi ekonomi yang berlangsung lama disebut depresi
ekonomi. Penurunan drastis tingkat ekonomi (biasanya akibat depresi parah, atau
akibat hiperinflasi) disebut kebangkrutan ekonomi (economy collapse). Kolumnis
Sidney J. Harris membedakan istilah-istilah atas dengan cara ini: “sebuah resesi
adalah ketika tetanggamu kehilangan pekerjaan; depresi adalah ketika kamu yang
kehilangan pekerjaan.”

Tahap ini ditandai dengan meningkatnya kesempatan kerja, meningkatnya


pendapatan, dan pengeluaran konsumsi masyarakat. Sektor perusahaan mengalami
kenaikan produksi barang dan jasa, kenaikan penjualan, dan laba perusahaan. Iklim
investasi berubah dari pesimisme menjadi optimis. Karena permintaan konsumen
mengalami kenaikan produksi barang dan jasa juga mengalami kenaikan. Sehingga
terjadi kenaikan kapasitas produksi dan pengurangan pengangguran tenaga kerja.

Bagian puncak dari siklus bisnis menunjukkan tingkat pemanfaatan kapasitas


perekonomian yang tinggi baik untuk faktor produksi tenaga kerja maupun bahan
mentah untuk kegiatan produksi barang-barang. Pada titik ini terjadi beberapa
persoalan antara lain: kenaikan output perekonomian akan terjadi dengan
peningkatan investasi. Kenaikan investasi ini akan menimbulkan kenaikan harga dari
faktor-faktor produksi. Selanjutnya kenaikan harga faktor produksi menjadi penyebab
kenaikan harga-harga umum. Pada titik ini kenaikan output perekonomian diikuti oleh
kenaikan tingkat inflasi.

2. Perbedaan Fluktuasi Jangka Panjang dan Jangka Pendek

Sebagian besar ahli makroekonomi bahwa perbedaan penting antara jangka pendek
dan jangka panjang adalah perilaku harga. Dalam jangka panjang, harga adalah
fleksibel dan bisa menanggapi perubahan dalam penawaran atau permintaan. Dalam
jangka pendek, banyak harga adalah kaku pada tingkat uang bisa ditentukan
sebelumya. Karena harga berperilaku secara berbeda dalam jangka pendek dari pada
dalam jangka panjang, kebijakan ekonomi memiliki dampak yang berbeda pada
horison waktu yang berbeda.

Dalam jangka panjang, pengurangan 5 % dalam penawaran uang mengurangi seluruh


harga ( termasuk upah nominal) sampai 5 % sedangkan seluruh variabel riil tetap
sama. Jadi, dalam jangka panjang, perubahan-perubahan dalam penawaran uang
tidak menyebabkan fluktuasi dalam output atau tenaga kerja. Namun dalam jangka
pendek, banyak harga tidak menanggapi perubahan dalam kebijakan moneter.
Pengurangan dalam penawaran uang tidak langsung menyebabkan seluruh
perusahaan memotong upah, semua toko mengubah lebel harga barangnya, seluruh
perusahaan mail-order mengeluarkan katalog baru, dan semua restoran mencetak
menu baru. Tetapi, ada sedikit perubahan langsung dalam banyak harga; yaitu, harga-
harga adalah kaku/sulit berubah (sticky). Kekakuan harga jangka-pendek ini
menunjukkan bahwa dampak jangka-pendek dari perubahan dalam penawaran uang
tidaklah sama sebagaimana dampak jangka-panjang.

Model fluktuasi ekonomi harus memperhitungkan kekakuan harga jangka pendek ini.
Kita akan melihat bahwa kegagalan harga untuk menyesuaikan dengan cepat dan
utuh berarti bahwa, dalam jangka pendek, output dan kesempatan kerja harus
melakukan beberapa penyesuaian. Dengan kata lain, selama horison waktu ketika
harga adalah kaku, dikotomi klasik tidak berlangsung lama; variabel-variabel nominal
bisa mempengaruhi variabel-variabel riil, dan perekonomian bisa menyimpang dari
keseimbangan yang diprediksi oleh model klasik.
3. Tiga Fakta Utama Mengenai Fluktuasi Ekonomi

a) Fluktuasi ekonomi bersifat tidak teratur dan tidak dapat diperkirakan.

Fluktuasi-fluktuasi yang terjadi dalam perekonomian seringkali disebut sebagai


siklus bisnis (business cycle). Sesuai dengan namanya, fluktuasi ekonomi
senantiasa terkait dengan perubahan kondisi dalam dunia usaha. Pada saat
situasi ekonomi sedang baik, yakni ketika GDP riil meningkat secara cepat,
dunia usaha juga dalam keadaan baik. Keadaan dunia usaha yang baik ini
biasanya diwarnai oleh tingginya konsumsi dan meningkatnya keuntungan
yang diperoleh oleh perusahaan. Dilain pihak, ketika ekonomi sedang lesu,
yakni GDP riil menurun, dunia usaha menghadapi berbagai masalah. Pada
masa resesi, hampir seluruh perusahaan mengalami penurunan penjualan dan
keuntungan.

Namun sesungguhnya terminolog “siklus bisnis” tersebut bisa menyesatkan,


karena istilah “siklus” cenderung mendorong kita berfikir bahwa fluktuasi
ekonomi mengikuti pola yang teratur dan dapat diperkirakan. Dalam
kenyataanya, fluktuasi ekonomi bersifat tidak teratur dan hampir tidak dapat
diperkirakan dengan tingkat akurasi yang tinggi.

b) Sebagian Besar Kuantitas Makroekonomi Berfluktuasi Bersama-Sama.

GDP riil adalah variabel yang paling sering digunakan untuk memantau
perubahan-perubahan jangka pendek dalam perekonomian yang paling
komprehensif. GDP riil mengukur nilai dari semua barang jadi dan jasa yang
diproduksi selama periode waktu tertentu. Variabel tersebut juga mengukur
pendapatan total (disesuaikan dengan inflasi) dari setiap orang yang berada
dalam perekonomian dimaksud.

Meskipun demikian, untuk memantau fluktuasi jangka pendek, seseorang


dapat menggunakan ukuran yang mana saja. Sebagian besar variabel
makroekonomi yang masing-masing mengukur berbagai jenis
pendapatan, pengeluaran atau produksi, berfluktuasi hampir secara bersama-
sama. Ketika GDP riil turun pada saat terjadi resesi, demikian pula halnya
dengan pendapatan perorangan, keuntungan perusahaan, pengeluaran
konsumen, pengeluaran investasi, produksi industri, penjualan eceran,
penjualan rumah, penualan kendaraan bermotor, dan sebagainya. Karena
resei merupakan suatu fenomena ekonomi secara umum, maka resesi muncul
pada banyak sumber-sumber data makroekonomi.

Sekalipun banyak variabel makroekonomi yang berfluktuasi bersama, namun


masing-masing berfluktuasi dalam kuantitas yang berbeda.

c) Ketika Output Menurun, Pengangguran Meningkat

Perubahan-perubahan pada output perekonomian berupa barang dan jasa


sangat terkait dengan perubahan dalam pemanfaatan angkatan kerja pada
perekonomian yang dimaksud. Dengan kata lain, ketika GDP riil menurun,
dalam waktu bersamaan tingkat pengangguran naik. Fakta ini sama sekali tidak
mengejutkan karena ketika perusahaan memilih untuk memperkecil volume
produksi barang dan jasa, pihak perusahaan biasanya akan merumahkan
sbagaian pegawainya sehingga dengan sendirinya memperbesar angka
pengangguran.

4. Permintaan Agregat dan Penawaran Agregat

Dalam menganalisis fluktuasi-fluktuasi ekonomi secara keseluruhan kita dapat


menggunakan model permintaan agregat dan penawaran agregat.

1. Kurva Permintaan Agregat

Kurva permintaan agregat menggambarkan kuantitas barang dan jasa yang ingin
dibeli oleh rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah pada setiap tingkat harga.
Kurva permintaan agregat miring kebawah (downward sloping) atau menghadap
ke pusat sumbu. Hal ini berarti bahwa, seandainya hal-hal lain tetap sama,
penurunan tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian yang bersangkutan
(misalkan, dari P1 ke P2) cenderung meningkatkan kuantitas barang dan jasa yang
diminta (yakni, dari Y1 ke Y2).

Kurva permintaan memiliki kurva yang miring kebawah, untuk memahami bentuk
kurva yang demikian kita harus mengkaji bagaimana tingkat harga mempengaruhi
tiga komponen pengeluaran, yakni :

• Tingkat Harga Dan Konsumsi : Dampak Kekayaan


Dalam hal ini penurunan tingkat harga membuat konsumen merasa lebih
kaya dan pada akhirnya akan mendorong mereka untuk lebih banyak
membelanjakan uangnya. Jadi, peningkatan pengeluaran konsumen dapat
berarti lebih banyak kuantitas barang dan jasa yang diminta.

• Tingkat Harga Dan Investasi : Dampak Suku Bunga

Dalam hal ini tingkat harga yang lebih rendah menurunkan suku bunga
sehingga mendorong pengeluaran yang lebih besar pada barang-barang
investasi dan mengakibatkan meningkatnya kuantitas barang dan jasa yang
diminta.

• Tingkat Harga Dan Ekspor Neto : Dampak Efek Nilai Tukar

Dalam hal ini jatuhnya tingkat harga di Amerika Serikat menyebabkan


jatuhnhya suku bunga di negara tersebut sehingga nilai tukar riil
terdepresiasi dan depresiasi tersebut mendorong ekspor neto Amerika
Serikat meningkatkan kuantitas barang dan jasa yang diminta.

Bentuk kurva permintaan agregat yang miring kebawah menunjukkan bahwa


penurunan tingkat harga akan menaikkan kuantitas barang dan jasa yang diminta
secara keseluruhan.

2. Kurva Penawaran Agregat

Kurva penawaran agregat menyatakan kuantitas total atas barang dan jasa yang
diproduksi serta dijual pada setiap tingkat harga oleh berbagai perusahaan. Kurva
penawaran agregat memperlihtkan suatu hubungan yang sangat tergantung pada
selang waktu yang dikaji. Dalam jangka panjang, kurva penawaran agregat
berbentuk vertikal, sementara dalam jangka pendek, kurva penawaran agregat
miring ke atas (di tarik dari pusat sumbu).

Hal ini terjadi karena dalam jangka panjang, produsen barang dan jasa dari suatu
perekonomian (GDP riil) bergantung pada penawaran modal, sumber daya alam,
dan tenaga kerja serta teknologi produksi yang tersedia yang digunakan untuk
mengubah faktor-faktor produksi tersebut menjadi barang atau jasa.
B. SIKLUS EKONOMI ATAU SIKLUS BISNIS
1. Pengertian Siklus Ekonomi

Siklus ekonomi (business cycle) merupakan gelombang turun naikknya kegiatan


perekonomian suatu negara. Gelombang kegiatan ekonomi tersebut dapat dilihat dari
perkembangan jumlah produk nasional, perkembangan harga serta perkembangan
kesempatan kerja. Siklus ekonomi yang disebut konjungtur mempunyai gelombang
naik turun dan terjadi berulang-ulang. Berdasarkan lamanya siklus berlangsung ada
siklus yang berjangka waktu pendek (bulanan atau tahunan), jangka waktu panjang
(belasan tahun), dan jangka waktu sangat panjang (puluhan tahun).

2. Tahapan (Fase) Siklus Ekonomi

Gelombang siklus bisnis terdiri atas dua fase, yaitu :

1. Fase Expansion

Terdapat dua kondisi ekonomi dalam fase ini, yaitu :

❖ Recovery merupakan fase pemulihan ekonomi atau perekonomian bangkit


kembali (revival). Pada fase ini pertumbuhan ekonomi terlihat mulai bergerak
naik yang ditandai dengan :

• Adanya gerakan peningkatan produk nasional

• Kesempatan kerja mulai meningkat

• Upah cenderung mengalami kenaikan

• Keuntungan perusahaan mengalami peningkatan

• Kegiatan ekonomi disebut ekspansi bila terjadi kenaikan selama minimal


dua triwulan berturut-turut

❖ Prosperity merupakan fase diman perekonomian mencapai kemakmuran.


Negara yang mengalami kemakmuran ditandai dengan :

• Tingkat upah dan kesemptan kerja berada pada kondisi ideal

• Pertumbuhan ekonomi disebut mencapai “Boom” apabila kegiatan


ekonomi meningkat dengan pesat, sehingga pertumbuhan ekonomi naik
dan kemakmuran mencapai puncak (Peak) atau perekonomian disebut
mencapai upper-turning point.

2. Fase Contraction

Terdapat dua kondisi ekonomi pada fase ini, yaitu :

➢ Recession merupakan fase perekonomian yang sedang mengalami


kemunduran. Laju pertumbuhan ekonomi turun ditandai dengan :

• Nilai produk nasional (GNP) yang semakin rendah

• Tingkat upah dan kesempatan kerja menurun

• Keuntungan perusahaan mengalami kemerosotan

➢ Depression merupakan fase dimana perekonomian mengalami krisis yang


ditandai dengan :

• Kegitan perekonomian menurun sangat tajam, kesempatan kerja sangat


rendah dan tingkat upah berada dibawah tingkat subsisten

• Selanjutnya bila krisis ekonomi berlangsung terus akan menyebabkan


pertumbuhan ekonomi mencapai titik lembah paling rendah (Trough)
atau perekonomian disebut mencapai lower-turning point

3) Durasi Siklus dan Faktor yang Mempengaruhinya

Durasi atau rentang waktu yang dibutuhkan dalam pergerakan satu siklus telah lama
menjadi pengamatan para ahli ekonomi. Dalam pengamatan tersebut ditemukan
beberapa variasi siklus yakni :

1. Siklus Jangka Pendek (Kitchin Cycle)

Durasi siklus jangka pendek sekitar 40 bulan (antara 3-4 tahun). Pola siklus ini
ditemukan oleh Joseph Kitchin (1923). Faktor yang diduga mempengaruhi
siklus jangka pendek adalah pengaruh alamiah (nature) dan adat istiadat atau
kebiasaan (custom).

Yang termasuk pengaruh alamiah antara lain siklus iklim, pengaruh sinar
matahari, curah hujan, kekuatan angin dan gelombang laut. Kekuatan alamiah
ini mempengaruhi aktvitas ekonomi, misalnya di Indonesia kegiatan
penanaman padi akan memuncak pada musim penghujan. Sedangkan
kegiatan kostruksi, entah untuk dijual lagi ataupun digunakan sendiri,
aktivitasnya meningkat dimusim kemarau.

2. Siklus Jangka Menengah (Juglar Cycle)

Durasi siklus jangka menengah adalah berkisar 7-11 tahun. Pola siklus ini
pertama kali ditemukan oleh Clement Juglar (1860). Menurutnya siklus
ekonomi di bumi dipengaruhi oleh factor eksternal yaitu siklus bintik matahari
(sunspot theory) yang berdaur ulang 11 tahun sekali. Aktivitas bintik matahari
tersebut akan mempengaruhi siklus iklim cuaca. Selanjutnya siklus iklim cuaca
akan mempengaruhi output perekonomian, yang muaranya mempengaruhi
output perekonomian nasional.

3. Siklus Jangka Panjang (Kondratief Cycle)

Pola siklus jangka panjang pertama kali ditemukan oleh Nikolai D. Kondratief
(1925). Durasi siklusnya berkisar 48-60 tahun. Faktor yang memengaruhi siklus
jangka panjang adalah invention and innovation, yaitu adanya ciptaan dan
penemuan baru dalam kegiatan ekonomi. Contoh adanya penemuan dan
perkembangan teknologi.

4) Teori Siklus Bisnis

Teori yang berkaitan dengan siklus bisnis ini dikemukakan oleh Samuelson (2001).
Menurut pandangannya siklus bisnis terjadi sebagai akibat dari pergeseran
permintaan aggregate (AD).

Selanjutnya teori siklus bisnis dapat dikelompokkan menjadi dua pendekatan yaitu :

1. Teori-teori eksternal menyatakan bahwa akar- akar siklus bisnis terletak pada
fluktuasi suatu hal yang berada di luar sistem ekonomi. Misalnya perang,
revolusi, iklim dan cuaca, pertumbuhan penduduk, perkembangan ilmu
pengetahuan, dan teknologi.

2. Teori-teori internal menyatakan bahwa siklus bisnis disebabkan oleh


mekanisme yang berada dalam sisitem ekonomi itu sendiri. Misalnya :

• Aktivitas moneter berupa ekspansi atau kontraksi jumlah uang dan kredit
• Aktivitas akselerator multiplier karena terjadi kegiatan investasi

• Aktivitas kebijakan fiskal dalam mengendalikan Anggaran Pendapatan


Belanja Negara (APBN)

Berdasarkan uraian-uraian siklus bisnis di atas, diperoleh suatu gambaran bahwa


siklus binis tidak dapat dihindari. Hal tersebut dikrenakan adanya unsur-unsur
eksternal dan internal yang sangat sulit untuk diprediksi. Disamping itu pengaruh
ekonomi terbuka mengakibatkan sulit untuk meprediksi perkembangan kegiatan
ekonomi negara-negara lain yang akan memengaruhi kegiatan ekonomi suatu
negara.

Hal yang dapat kita lakukan dalam siklus ekonomi adalah mengelola siklus agar
dampak negatifnya dapat ditekan sekecil-kecilnya, artinya selalu berupaya untuk
memperkecil kepincangan (gap) antara output potensial dan output riil, sehingga
gelombang naik-turun siklus ekonomi semakin kecil. Sementara kecenderungan
(trend) perkembangan ekonomi jangka panjang terus diupayakan meningkat.

Untuk mencapai hal tersebut secara teoritis digunakan kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal, dengan cara mengkombinasikan kebijakan jangka pendek dan
kebijakan jangka panjang. Dalam jangka pendek kebijakan fiskal dan moneter
bertujuan untuk meningkatkan stimulus permintaan, misalnya kebijakan suku bunga.
Sedangkan dalam jangka panjang diarahkan kepada stimulus penawaran, misalnya
kebijakan pemberian kredit jangka panjang dan kebijakan di bidang pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai