Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH

AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN
“TAJDID”

Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. Aditya Mila Mardiana


2. Cyntia Erika Nirwana

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Khairul Saleh., S.Pd., M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH
MUARA BUNGO
2021-2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah memberikan kemudahan
bagi saya sebagai penyusun untuk dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.
Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN,
yang mana dengan tugas ini saya sebagai mahasiswa dapat mengetahui lebih jauh dari materi
yang diberikan dosen pengampu.
Makalah yang berjudul tentang TAJDID. Mengenai penjelasan lebih lanjut saya
memaparkannya dalam bagian pembahasan makalah ini. Dengan harapan makalah ini dapat
bermanfaat, maka saya sebagai penyusun mengucapakan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya
dalam penyelesaian makalah ini. Saran dan kritik yang membangun dengan terbuka kami
terima untuk meningkatkan kualitas makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Definisi Tajdid.......................................................................................................3
1. Definisi Tajdid Secara Bahasa.......................................................................3
2. Definisi Tajdid Secara Istilah........................................................................3
B. Makna Tajdid Dalam Kehidupan Beragama....................................................4
C. Hakikat Tajdid......................................................................................................5
BAB III PENUTUP..........................................................................................................7
A. Kesimpulan............................................................................................................7
B. Saran......................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Robert W. Hefner memberi catatan khusus mengenai berdirinya
Muhammadiyah di Indonesia ini. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah adalah
pembaru dan penggagas luar biasa di Indonesia. Ia mengalahkan capaian-capaian
pembaruan pemikir Islam dunia, Muhammad Abduh di Mesir. Subhan Mas, menyebut
Ahmad Dahlan adalah penggagas organisasi pembaruan keislaman modern yang
berspirit high politics di bidang pemikiran, pendidikan, dan kesejahteraan sosial.
Sementara Muhammad Abduh sebagai pemikir dunia tidak dapat menembus besi
institusi negara atas ide-ide besarnya, walau pada akhirnya beberapa pembaruan
dalam pendidikan masuk ke dalam kurikulum Universitas Al-Azhar.
Lahirnya Muhammadiyah pada awal abad ke-20 di Indonesia, tidak lepas dari
pengaruh gerakan pembaharuan Islam di luar negeri, khususnya Timur Tengah. Ia
merupakan rangkaian matarantai kebangkitan Islam di kawasan Asia, yang dimulai
sejak Ibnu Taimiyah (1263-1338), Muhammad bin Abd al-Wahhab (1703-1787)
Kelompok yang kontra terhadap pemikiran dan dakwah Muhammad bin Abd
al-Wahhab dalam pemurnian akidah Islam memberi nama Wahabisme yang berarti
faham pemikiran yang dinisbahkan kepada Muhammad bin Abd al-Wahhab.
Belakangan Wahabisme lebih dikenal sebagai gerakan Puritanisme. Selain Ibnu
Taimiyah dan Muhammad bin Abd al-Wahhab, tokoh lainnya adalah Jamaluddin al-
Afghani (1838-1897), dan Muhammad Abduh (1849-1905)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat ditarik rumusan masalah yang
akan dibahas didalam makalah ini, antara lain :
1. Apa itu Definisi Tajdid Dari bahasa dan istilah ?
2. Apa Makna Tajid dalam kehidupan Beragama ?
3. Bagaimana Hakikat Tajdid ?

1
C. Tujuan
Adapun tujuan yang akan diperoleh dari pembahasan dan pembuatan makalah ini,
antara lain :
1. Dapat Mengetahui serta Memahami Definisi Tajdid Dari bahasa dan istilah.
2. Dapat Memahami Makna Tajid dalam kehidupan Beragama
3. Dapat Mengetahui Hakikat Tajdid.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Tajdid
Definisi Tajdid terbagi menjadi dua ialah dari istilah dan bahasa, antara lain :
1. Definisi Tajdid Secara Bahasa
At-Tajdid menurut bahasa, maknanya berkisar pada menghidupkan,
membangkitkan dan mengembalikan. Makna-makna ini memberikan gambaran
tentang tiga unsur yaitu keberadaan sesuatu kemudian hancur atau hilang
kemudian dihidupkan tanpa kecacatan.
Kata ini kemudian dijadikan jargon dalam gerakan pembaruan Islam agar
terlepas dari Bid'ah, Takhayyul dan Khurafat. Gerakan ini diilhami dari
Muhammad bin Abdul Wahab di Arab Saudi dan Pemikiran Al-Afghani yang
dibuang di Mesir. Gerakan ini kemudian menjadi ruh dalam beberapa Organisasi
seperti Sarekat Islam, Muhammadiyyah dan Al-Irsyad juga Persatuan Islam di
Jawa. Gerakan ini pula pernah menjadi ruh perjuangan Tuanku Imam Bonjol
dalam menggerakkan kaum Paderi. Gerakan ini kemudian mengalami Kanter dari
Akademisi Jawa Kejawen yang kemudian menggabungkan diri dalam Budhi
Oetomo dan Ulama Jawa yang bergabung dalam Nahdhatul Ulama. Meski
gerakan ini kini sudah mulai melemah, tetapi semangatnya kini terus diwariskan
pada generasi berikutnya hingga muncullah Jaringan Islam Liberal yang memiliki
visi Tajdid ini meski kemudian ditentang oleh para Tokoh ummat Islam yang aktif
dalam Organisasi yang dulunya mengusung ruh Tajdid.
2. Definisi Tajdid Secara Istilah
Istilah tajdid dikenal luas di kalangan Muhammadiyah sebagai suatu gerakan
pembaruan.
Tajdid berasal dari kata jadda - yajiddu - jiddan/ jiddatan artinya sesuatu yang
ternama, yang besar, nasib baik, dan baru. Tajdid dimaknai dalam tiga hal.
Pertama, sebagai i'adat al-syaiy ka'l-mubtada atau mengembalikan sesuatu pada
tempat semula.

3
Kedua, al-iyha atau menghidupkan sesuatu yang telah mati. Ketiga, al-ishlah atau
menjadikan baik, mengembangkan.
Ulama tafsir M. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Membumikan
Al-Quran Jilid 2 mengartikan tajdid sebagai keniscayaan bagi ajaran Islam yang
dinyatakan sebagai ajaran yang selalu sejalan dengan waktu, situasi, dan tempat.
Tajdid mengandung makna pemantapan, pencerahan, dan pembaruan. Di mana
ketiganya mencakup aspek sangat luas.
Tajdid dalam arti pemantapan dijelaskan melalui sabda Nabi Muhammad
SAW dalam perintahnya untuk memperbarui iman (tajdid iman). "Perbaruilah
iman kamu! Ditanyakan: "Wahai Rasul Allah, Bagaimana memperbarui iman
kami?" Beliau menjawab: "Perbanyaklah (mengucapkan/menanamkan dalam
benak) ucapan Laa Ilaaha Illaa Allah."
Tajdid dalam arti pencerahan adalah penjelasan ulang dalam kemasan yang
lebih baik mengenai ajaran agama yang pernah dijelaskan para pendahulu.
Sementara itu, tajdid dalam arti pembaruan adalah mempersembahkan sesuatu
yang benar-benar baru yang belum pernah dijelaskan atau diungkap oleh siapa
pun.
Lebih lanjut Quraish Shihab menerangkan, perlunya tajdid membuat Al Quran
menekankan berulang kali tentang perlunya berpikir, merenung, mengingat,
mengambil pelajaran dari pengalaman masa lalu, dan sebagainya. Aktivitas
berpikir tak lepas dari kondisi dan situasi yang dialami.

B. Makna Tajdid Dalam Kehidupan Beragama


At-Tajdid menurut bahasa, maknanya berkisar pada menghidupkan,
membangkitkan dan mengembalikan. Makna-makna ini memberikan gambaran
tentang tiga unsur yaitu keberadaan sesuatu kemudian hancur atau hilang kemudian
dihidupkan tanpa kecacatan.
Kata ini kemudian dijadikan jargon dalam gerakan pembaruan Islam agar
terlepas dari Bid'ah, Takhayyul dan Khurafat. Gerakan ini diilhami dari Muhammad
bin Abdul Wahab di Arab Saudi dan Pemikiran Al-Afghani yang dibuang di Mesir.
Gerakan ini kemudian menjadi ruh dalam beberapa Organisasi seperti Sarekat Islam,
Muhammadiyyah dan Al-Irsyad juga Persatuan Islam di Jawa.

4
At-Tajdid menurut bahasa, maknanya berkisar pada menghidupkan,
membangkitkan dan mengembalikan. Makna-makna ini memberikan gambaran
tentang tiga unsur yaitu keberadaan sesuatu kemudian hancur atau hilang kemudian
dihidupkan tanpa kecacatan.
Kata ini kemudian dijadikan jargon dalam gerakan pembaruan Islam agar
terlepas dari Bid'ah, Takhayyul dan Khurafat. Gerakan ini diilhami dari Muhammad
bin Abdul Wahab di Arab Saudi dan Pemikiran Al-Afghani yang dibuang di Mesir.
Gerakan ini kemudian menjadi ruh dalam beberapa Organisasi seperti Sarekat Islam,
Muhammadiyyah dan Al-Irsyad juga Persatuan Islam di Jawa.
Pemikiran tajdid berkembang di kalangan Muhammadiyah. Sebagai organisasi
Islam, Muhammadiyah membawa gerakan dakwah dan tajdid dalam
perkembangannya. Sejatinya, dakwah dan tajdid merupakan sistem gerakan
Muhammadiyah sejak awal berdirinya ormas ini.
"Muhammadiyah sendiri memang sejatinya sejak awal berdirinya merupakan
gerakan Islam yang berwatak dan bergerak dalam lapangan dakwah dan tajdid,
sehingga tajdid maupun dakwah atau dakwah maupun tajdid merupakan bagian dari
manhaj atau sistem gerakan Muhammadiyah," tulis Haedar Nashir seperti dikutip
pada Jumat, (28/5/2021).
Pemikiran tajdid selaras dengan salah satu hadits Nabi Muhammad SAW
dalam sebuah riwayat Abu Dawud. Rasulullah SAW bersabda:
ْ
ِ ‫ث لِهَ ِذ ِه اأْل ُ َّم ِة َعلَى َرأ‬
‫س ُكلِّ ِمائَ ِة َسنَ ٍة َم ْن ي َُج ِّد ُد لَهَا ِدينَهَا‬ ُ ‫إِ َّن هَّللا َ يَ ْب َع‬
Artinya: "Sesungguhnya pada setiap penghujung seratus tahun, Allâh
Subhanahu wa Ta'ala akan mengutus untuk umat ini orang yang akan memperbaharui
agama mereka." (HR. Abu Dawud no. 3740 dan dinilai shahih oleh Syeikh al-Albani
dalam Silsilah Ahadits ash-Shahihah no. 599).

C. Hakikat Tajdid
Mujaddid adalah orang yang paling non kompromis terhadap golongan diluar
islam. Paling tidak toleransi terhadap adanya warna, setipis apa pun, dari luar islam di
dalam tubuh islam. Berbagai aspek yang diprogramkan bagi suatu kebangkitan islam
(Tajdid) :
1. Diagnosa penyakit-penyakit zaman : Penelaahan lingkungan dan kondisi secara
teliti dan memastikan secara tepat dimana, bagaimana dan sampai sejauh mana

5
kejahilan merajalela, apa dan dimana akarnya. Dan bagaimana kedudukan islam
pada saat itu.
2. Rencana pembahruan : mengambil keputusan yang pasti dimana haru dilakukan
serangan untuk melumpuhkan kekuatan non islam dan memungkinkan islam
menguasai seluruh kehidupan.
3. Perkiraan keterbatasan-keterbatasan dan sumber-sumber daya yang ada:
mempertimbangkan dan memperkirakan kekuatan yang ada pada seseorang serta
menentukan garis langkah pembahruan.
4. Revolusi intelektual: membentuk ide, iman dan pandangan moral masyarakat
kedalam bentuk yang islami. Memperbarui sistem pendidikan dan menghidupkan
kembali ilmu-ilmu pengetahuan dan sikap-sikap islami secara umum.
5. Pembaruan dalam praktek: memberantas semua kebiasaan buruk, mensucikan
moral, mewariskan semangat melaksanakan syariah dan mempersiapkan orang-
orang yang mampu melaksanakan kepemimpinan islam.
6. Ijtihad : memahami asas-asas yang mendasar dalam agama, menilai kebudayaan
yang dianut saat itu serta berbagai kecenderungan dari sudut pandang islam. Lalu
menentukan perubahan-perubahan yang ingin dihasilakan sesuai dengan pola-pola
7. Pertahanan islam : mengimbangi kekuatan-kekuatan politik yang menekan dan
menghancurkan islam. Mematahkan kekuasaan mereka agar islam menjadi suatu
kekuatan yang hidup.
8. Menghidupkan kembalin sistem islam : merebut kekuasaan atau wewenang dari
tangan-tangan di luar islam dan secara praktis mendirikan kembali pemerintahan
berdasarkan sistem yang telah disebut sebagai kekhalifahan, faham yang
mengikuti pola kerasulan.
9. Revolusi semesta : tidak merasa puas dengan mendirikan sistem pemerintahan
islam pada sebuah atau beberapa negara yang berpenduduk muslim. Untuk
menyebar luaskan risalah islam yang bersifat reformatif dan refolusional kepada
soluruh umat manusia secara besar-besaran.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembaruan Islam adalah proses pemurnian dimana konsep pertama atau
konsep asalnya difahami dan ditafsirkan sehingga menjadi lebih jelas bagi masyarakat
pada masanya dan lebih penting lagi penjelasan itu tidak bertentangan dengan aslinya.
Pembaruan Islam mempunyai rujukan yang jelas, yaitu Al-Quran dan As-Sunnah,
sementara pembaruan lain akan terus berproses mencari dan tidak memiliki rujukan
yang mutlak dan pasti. Ada beberapa metologi yang ditempuh oleh Ibu Taimiyah.

B. Saran
Berdasarkan makalah yang dipaparkan bahwa kami sedikit memberi saran
kepada pembaca agar mengambil hikmah dari ilmu tajdid.

7
DAFTAR PUSTAKA

Guru besar ilmu Antropologi di Boston University Amerika Serikat, seperti dikutip oleh
Munir Mulkhan,
dalam, Bentara Kompas, 1-Oktober 2005,1
Subhan Mas, Muhammadiyah Pintu Gerbang Protestanisme Islam sebuah presisi Modernitas
(Mjkt: CV. alKhikmah, 2005), 5
Ibnu Taimiyah, oleh Mustafa Kamal Pasha, digambarkan sebagai pemikir yang paling
cemerlang di
masanya. Ilmunya di bidang Tafsir, Hadith, Bahasa, Kalam, dan Filsafat. Hal ini bisa dirujuk
pada salah satu
bukunya: Minha>jussunnah an-Nabawiyyah f>i naqdil kala>m wa al-Shi’ah wa al-
Qadariyah. Sedangkan Firdaus
AN. dalam bukunya, Taqiyuddin Ibnu Taimiyah: Pokok-pokok Pedoman Islam dan
Bernegara (Bandung:
Deponegoro, 1967), 9. Lebih lanjut Firdaus menjelaskan bahwa H.A.R Gibb menyebut Ibnu
Taimiyah
sebagai “…as professor of Hambali Law”.
Muhammad bin Abd al-Wahhab mempunyai gerakan yang diberi nama ” Muwahhidin”.
Selanjutnya bisa
dirujuk pada bukunya: Muhammad Ibnu Abd al-Wahhab, Masa>il al-Ja>hiliyyah al-Lati>
Kha>lafa Fi>ha>
Rasu>lulla>h SAW. Ahl Ja>hiliyyah, terj. As’ad Yasin (Surabaya: Bina Ilmu, 1985), 173-
190. juga dalam
Syamsul Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis (Malang: UMM
Press, 2005),
15-88. Sedangkan Smith, W.C. dalam bukunya Islam In Modern History (New York: The
New American
Liberary), 1961, 49. menyebut bahwa Muhammad bin Abd al-Wahhab sebagai “…it was
puritanical,
virogous, simple. It’s massage was straight forward: return to classical Islam”.

8
Seorang ulama pembaru Islam asal Afghanistan. Cita-cita Afghani adalah menggalang
kesatuan
dan persatuan umat Islam di seluruh dunia dengan semangat dan “Tali” Islam yang kemudian
dikenal dengan “Pan Islamisme”. Afghani pernah menerbitkan majalah “al-Urwatul Wutsqo”,
lebih lanjut lihat dalam “al-Raddu ‘ala al-Dahriyyin”. Oemar Amin Hussein, dalam bukunya
Filsafat Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1963), 12, menyabutkan bahwa Jamaluddin al-
Afghani
sebagai “Tokoh Renaissance Islam Abad 19”. Ia dikenal sebagai seorang mujaddid (reformer)
dalam dunia Islam sekaligus sebagai seorang Mujaid (pejuang) yang terus menerus
mengobarkan
api semangat menegakkan kalimatul Haq (kalimat/ agama yang benar). E. Rennan (seorang
pemikir Prancis) mengomentari Jamaluddin al-Aghani: Kemerdekaan fikirannya, kemuliaan
dan
kejujuran budi pekertinya menebabkan saya percaya ketika bercakap-cakap dengannya.
Ketika
saya di hadapannya, seolah-olah saya sedang brhadapan dengan Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, lima
ratus
tahun yang lalu.
Mahsun Jayady, Muhammadiyah Purifikasi Aqidah dan Strategi Perjuangannya, LP-AIK
Univ.
Muhammadiyah Surabaya, 1997, 3. Knneth, W. Morgan, dalam bukunya Islam Jalan Mutlak
II (terjemahan).
(Jakarta: Bulan Bintang, 1963), 12, menyebutkan bahwa Muhammad Abduh sebagai seorang
tokoh asal
Mesir yang ahli di bidang tafsir, hukum, bahasa Arab dan kesusasteraan, logika, kalam, dan
filsafat ini, oleh
Ishak M. Husaini dilukiskan sebagai orang luar biasa, bakatnya hampir melingkupi seluruh
aspek kehidupan,
kegiatannya mempengaruhi banyak negeri Islam. Abduh menolak serangan-serangan barat
dengan
mengatakan bahwa tak ada pertentangan antara Islam dengan akal, malah bagi Islam akal
adalah anak kunci
keimanan akan Tuhan. Dua serangkai Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh
berjuang demi

9
terwujudnya “Izzul Islam wa al-Muslimin”.
Untuk Lebih Lengkapnya Perihal Kitab Pemurnian ibadah (Tauhid), karya muhammad bin
Abdul Wahab, dapat dirujuk disini: (Arab)
https://ar.m.wikipedia.org/wiki/%D9%83%D8%AA%D8%A7%D8%A8_
%D8%A7%D9%84%D8%AA%D9%88%D8%AD%D9%8A%D8%AF
https://news.detik.com/berita/d-5586256/apa-artinya-tajdid-berikut-penjelasannya

10

Anda mungkin juga menyukai