Anda di halaman 1dari 11

STUDI KAWASAN ISLAM

Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam Prodi
Perbankan Syariah

Dosen Pengampu
Aditya Firadaus, M.Pd.I

Disusun Oleh:
Erik
Ika Supartika
Wandi Muhamad

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Alloh Swt, yang telah
memberikan kesehatan, kekuatan, dan rahmatnya, sihingga kami bisa menyelesaikan makalah
ini. Sholawat dan salamnya kita curah limpahkan kepada Nabi kita, Nabi Muhammad Saw, tidak
lupa pada keluarganya, para shahabatnya dan mudah-mudahan termasuk kita selaku umatnya.
Maksud dan tujuan menulis makalah ini memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliyah
Metodologi Studi Islam, dengan judul : Studi Kawasan Islam.

Kami menyadari bahwa didalam makalah ini masih banyak kekeurangan, kami
mengharapkan kritik dan saran demi menyempurnakan makalah kami agar lebih baik dan dapat
berguna semaksimal mungkin. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan dan penyempurnaan makalah ini.

Bandung, 15 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai umat muslim yang diciptakan oleh Allah SWT kedalam muka bumi dan
sebagai umat Nabi Muhamad SAW yang membawa kebenaran dan pelengkap untuk
agama-agama sebelumnya, kita perlu mengetahui bagaimana islam yang sebenarnya. Saat
ini islam sudah menyebar diseluruh benua dan Negara yang ada di permukaan dunia ini,
dan sebagai umat islam kita memang dituntut untuk menyebarkan agama islam kepada
umat lainnya yang belum mengenal islam. Telah kita ketahui bahwasanya Nabi
Muhammad SAW adalah orang nomor satu yang telah menyebarkan islam di Mekkah
yang ketika itu mayoritas penduduknya jahiliyah dan kemudian menjadi masyarakat yang
berakhlak baik dengan memeluk agama islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW,
dari sinilah islam menyebar semakin luas ke seluruh penjuru dunia.
Islam terbukti mampu memberikan pengaruh yang baik pada budaya dan bahasa di
berbagai kawasan dunia.Kemajuan suatu budaya merupakan hasil dari karya, karsa dan
cita-cita manusia yang menandai munculnya suatu peradaban. Peradaban suatu bangsa
yang akan semakin maju tahap perkembangannya. Makalah ini akan mengkaji lebih
lanjut mengenai islam di setiap wilayah dan Negara dari berbagai kawasan di dunia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang menjadi
poko penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa arti dan asal usul studi kawasan islam?


2. Bagaimana orientalisme (melihat islam kritis)?
3. Bagaimana oksidentalisme (menjawab islam sejati)?
4. Bagaimana dunia islam sebagai objek studii antara Timur dan Barat?
5. Bagaimana problem dan prospek pendekatan studi kawasan islam?

C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui arti dan asal usul studi kawasan islam
2. Untuk mengetahui orientalisme (melihat islam kritis)
3. Untuk mengetahui oksidentalisme (menjawab islam sejati)
4. Untuk mengetahui dunia islam sebagai objek studii antara Timur dan Barat
5. Untuk mengetahui problem dan prospek pendekatan studi kawasan islam
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Asal Usul Studi Kawasan Islam


Secara Etimologi merupakan dari bahasa Arab Dirasah Islamiyah. Dalam kajian Islam di Barat
disebut Islamic Studies secara harfiyah adalah kajian tentang hal-hal yang berkaitan dengan
keislaman. Secara terminologis adalah kajian secara sistematis dan terpadu untuk mengetahui,
memakai dan menganalisis secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam,
pokok-pokok ajaran Islam, sejarah Islam maupun realitas pelaksanaannya dalam kehidupan.
Pengertian Studi Kawasan Islam adalah kajiaan yang tampaknya bisa menjelaskan bagaimana
situasi sekarang ini terjadi, karena, fokus materi kajiannya tentang berbagai area mengenai
kawasan dunia Islam dan lingkup pranata yang ada dicoba diurai didalamnya. Mulai dari
pertumbuhan, perkembangan, serta ciri-ciri karekteristik sosial budaya yang ada didalamnya,
termasuk juga tentang faktor-faktor pendukung bagi munculnya berbagai ciri dan karakter
serta pertumbuhan kebudayaan dimasing-masing dunia kawasan Islam. Dengan demikian,
secara formal objek studinya harus meliputi aspek-aspek geografis, demografis, historis, bahasa
serta berbagai perkembangan sosial dan budaya, yang merupakan ciri-ciri umum dari
keseluruhan perkembangan yang ada pada setiap kawasan budaya.
Dalam sejarahnya, persoalan hubungan antar batas-batas wilayah sebuah negara sebenarnya
sudah sekian lama telah menjadi perhatian para ahli kegenaraan sejak jaman Yunani sekitar
tahun 450-an SM. Ptolemy, Thucydidas, Hecataeus, dan Herodotus merupakan sejarawan
Yunani yang cukup intens dengan kajian-kajian wilayah yang ia kenal, baik melalui cerita orang
maupun dari hasil pengamatan terhadap wilayah-wilayah yang ia kunjungi. Mereka selain
seorang sejarawan juga seorang pengelana.1.300 tahun kemudian, Kaum Muslimin memiliki
kemampuan yang luar biasa dalam mengembangkan studi kawasan ini dengan berbagai corak
yang ragam yang lebih dinamis lagi. Karya-karya mereka telah melampaui sejarawan Yunani, di
mana pembahasannya bukan lagi berbicara tentang realits sejarah, tetapi lebih maju lagi yakni
bagaimana cara-cara menanganinya. Munculnya berbagai karya sejarah dengan tema-tema
kajian wilayah dimulai dari awal penciptaan sampai mulai dihuni umat manusia, merupakan
kajian-kajian yang sangat populer dan hampir bisa ditemukan dalam karya-karya sejarah klasik
Islam. Sekalipun kajian geografi sebagai disiplin ilmu agak berbeda dengan sejarah, namun
dikalangan sejarawan muslim hal ini tidak bisa dipisahkan begitu saja, karena objek
pembahasan antara keduanya saling melengkapi. Karena kajian sejarah, sangat membutuhkan
kajian tentang ruang dan waktu sebagai aktivitas pelakunya. Oleh karena itu, karya-karya
tentang geografi dan sejarah telah menjadi bagian penting dan tidak terpisahkan dari
perkembangan historiografi Islam secara umum.
Karya al-Baladzuri, Futuh al-Buldan wa Ahkamuha merupakan kajian sejarah yang sangat
mementingkaan tinjauan wilayah Baladzuri wafat tahun 892 M, semasa hidupnya ia menjadi
penasihat para Khalifan Abbasiyah, Al-Mutawakkil ‘Alallah dan Al-Musta’in Billah, bahkan ia
mendidik Al-Mu’taz. Karya monumental ini merekam seluruh proses penaklukan dan
bagaimana penanganan terhadap wilayah-wilayah baru kaum muslimin, seperti Syam, Irak,
Mesir, Maroko, Armenia, serta wilayah-wilayah Persia lainnya. Secara metodologis dia tidak
hanya mengandalalkan fakta tulis atau riwayat pengalaman pelaku, tetapi ia juga berhasil
melihat dimana wilayah-wilayah yang dijelaskannya hampir seluruhnya sudah ia kunjungi.
Al-Ya’qubi seagai Pegawai di kekhalifahan Abbasiah dan diperkirakan meninggal tahun 292 H,
telah menulis karya al-Buldan (jama’ dari balad; negara-negara) membicarakan bukan hanya
cara-cara penaklukkan dan penanganan wilayah-wilayah Islam, tetapi juga berbaai potensi
sumber daya alam dan ekonomi tiap-tiap wilayah ia gambarkan secara jelas. Sebagai penulis ia
telah mengunjungi semananjung India, Arab, Syam, Palestina, Libya, Aljazair, dan Sebagainya. Ia
mencari sumber-sumber otoritatif dalam aspek-aspek geografi wilayah-wilayah Islam. Sebagai
seorang pengelana dan Sejarawan ia telah mengunjungi dan mengamati lebih dari 70 kota dan
wilayah Islam baik di Afrika Utara, Asia maupun Spanyol.
Al-mas’udy, penulis Maruj al-Dzahab ini mengawali pengetahuaan tentang heografi dan sejarah
dari hasil pengembaraan nya ke berbagai wilayah, bailk wilayah muslim maupun wilayah non
muslim, ia banyak menerima berbagai informasi sehingga penjelasannya tentang keberadaan
dan sejarah wilayah sangat kaya. Ia sangat menguasai adat istiadat dan pembangunan, pola
kehidupan setiap masyarakat yang dikunjunginya, termasuk bahasa dan punya keakraban dengan
tokoh lokal. Karya ini ditulis tauhun 947 M, ia meninggal tahun 956 M di Fusthath.

Al-Birruny, penulis kitab al-Hind merupakan sejarawan yang ahli dalam kajian wilayah India.
Bukan hanya sebagai sejarawan tetapi ia juga ahli dalam penelitian dan observasi dalam ilmu-
ilmu lainnya. Sebagai seoarang penasihat dinasti Ghaznawy, Sultan Mahmud Ghazna ia bekerja
bukan hanya untuk kepentingan pemerintahan, tetapi juga menjelaskan secara objektif
keberadaan wilayah, keagamaan, mentalitas penduduk, pemeikiran India dan bagaimana
semestinya harus ditangani oleh para penguasa muslim. Kitab al-Hind ini ditulis tahun 1017 M.
Sebenarnya banyak sekali berbagai studi yang telah dilakukan oleh para sarjna muslim klasik
dan pertengahan dan melihat berbagai kawasan dan kantong-kantong kaum muslimin di
bebagai wilayahnya. Perhatian mereka terhadap potensi-potensi wilayah, baik Desa, Kota
maupun berbagai kegiatan kependudukannya, jelas membuktikan bahwa studi kawasan-
kawasan Islam sepanjang sejarahnya selalu menarik perhatian. Sejarah wilayah seperti Halb,
Mesir, dan sebagainya yang menjadi objek studi, telah ditulis Bughyat al-Thalib fi Tarikh al-
Halab.
Begitu banyak orang mengkaji wilayah dengan berbagai variasinya, dan setiap periode
menunjukkan trend yang berbeda-beda. Namun, dalam perkembangan sejarahnya, istilah
geopolitik baru lahir sebagai istilah baru abad ke-19, sebagai bagian dari konsep “geo-strategy”
bangsa Jerman yang dikembangkan oleh Otto van Bismarck, dengan “unification of the German
States.” Teori ini pada akhirnya menjadi suatu bagian yang lebih luas lagi dari kajian Geografi
secara umum. Tahun 1890 Alferd Thayer menulis tentang “The Influence of Sea Power Upon
History.” Rudolf Kjellen ahli geografi politik Swedia kemudian memunculkan istilah kekuatan
wilayah (the power of area) di akhir abad ke-19. Tulisannya ini kemudian mengilhami Friedrich
Ratzel seorang ahli Ilmu alam, untuk merumuskan teori “geopolitik” secara utuh dalam bukunya
“politische Georaphie” tahun 1879. Dalam teorinya ia menyatakan bahwa setiap negara selalu
mengupayakan wilayah kesatuaanya dan membentenginya terhadap upaya-upaya negara lain
untuk merebut tanah wilayah kekuasaannya. Oleh karena itu, semua negara (Nasionalisme)
ingin hidup dalam wadah wilayah kesatuan bagi kehidupannya.

B. . Orientalisme.
Oriental artinya ‘timur’. Orientalisme adalah paham mengenai masalah-masalah Timur,
khususnya tentang negeri Arab dan Islam. Kaum orientalis adalah para terpelajar yang
menjadikan “agama islam, kebudayaan Islam, negeri dan bahasa Arab” sebagai objek materi
studi mereka. Lawan dari orientalisme adalah occidentalisme, yaitu penelitiandan pengertian
mengenai agama, kebudayaan, dan negeri Barat.
Salah satu tujuan orientalis adalah mengkolonialisasi dunia Islam dari segala aspek, agama,
ekonomi, budaya dan kekuasaan.Orientalis dan tujuan Barat mempelajari islam, bukan untuk
mencari keimanan yang benar. Menurut Syamsuddin, ada empat alasan mengapa Barat
mempelajari Islam. Pertama, terpesona terhadap studi Islam (facsination), Kedua ingin tahu
(curiosity). Ketiga agama (missionary). Keempat karena God (tuhan/agama), gold
(kekayaan/imprealisme), dan glory (kekuasaan) atau sering diistilahkan 3G.

C. Oksdidentalisme
Lawan dari orientalisme adalah occidentalisme, yaitu penelitiandan pengertian mengenai
agama, kebudayaan, dan negeri Barat. Jadi secara harfiah berarti hal-hal yang berhubungan
dengan barat, adalah kajian tentang Barat dari prespektif non-barat. Kelahiran oksidentalisme
emosional atas kesalahan-kesalahan dari Barat yang dialami dunia Timur pada umumnya dan
dunia islam khususnya. Barat dengan segala implikasinya telah berjaya menguasai Timur.
Penguasaan, atau lebih tepatnya kolonialisme Barat atas Timur ini dalam perjalanan sejarahnya
tidak bisa dipisahkan dari orientalisme. Dengan demikian, terbentuknya oksidentalisme adalah
sebagai upaya untuk mengikis serangan Barat yang sudah semakin meluas wilayah
jangkauannya.
D. Dunia Islam Sebagai Objek Studi Antara Timur dan Barat
Menurut Taufik Abdullah, agama sebagai sasaran kajian dapat di kategorikan menjadi tiga,
yakni agama sebagai doktrin, dinamika dan struktur masyarakat yang dibentuk oleh
agama,dan sikap masyarakat pemeluk terhadap doktrin. Kategori pertama mempersoalkan
substansi ajaran agama.namun yang menjadi sasaran penelitian agama sebagai doktrin
adalah pemahaman agama terhadap doktrin-doktrin tersebut. Kategori kedua, meninjau
agama dalam kehidupan sosial dan dinamika sejarah. Sementara kategori ketiga
merupakan usaha untuk mengetahui corak penghadapan masyarakat terhadap simbol dan
ajaran islam. Secara terperinci dalam mempelajari agama, ada lima bentuk fenomena
agama sebagai bentuk kebudayaan yang perlu diperhatikan, lima ha tersebut adalah:
1) Naskah-naskah (scripture) atau simbol-simbol agama.
2) Sikap, perilaku,dan penghayatan para penganut tokoh-tokoh agama.
3) Ritus-ritus, lembaga-lembaga, dan ibadat-ibadat agama, seperti shalat, haji, puasa, zakat,
nikah, dan lain sebagainya.
4) Alat-alat atau sarana peribadatan.
5) Lembaga atau organisasi keagamaan tempat para penganut agama bergumul berperan.

a. Studi Islam di Barat


Ditinjau dari prespektif sejarah, studi yang dilakukan orang Indonesia di Barat berlangsung
cukup lama. Namun demikian fokus studi yang dilakukan belum menyentuh secara
menyeluruh dalam bidang kajian islam. Fokus kajian islam baru dilakukan setelah Indonesia
merdeka. Dan orang Indonesia pertama kali yang melakukan Studi Islam di Barat adalah M.
Rasijidi. Menteri pertama indonesia ini menanamkan program doctor di universitas
Sorbone, Perancis. Para alumni barat memiliki pengaruh dalam kontribusi besar dalam
Studi Islam di Indonesia.

b. Studi Islam di Timur


Hampir sama yang terjadi di Barat, studi islam di Timur Tengah juga bervariasi. Ini
merupakan hal yang wajar karena karakteristik studi Islam dipengaruhi oleh berbagai
faktor, misalnya kebijakan politik, dinamika sosial budaya latar belakang pemegang
kebijakan pendidikan perkembangan ekonomi, dan berbagai faktor lainnya.

E. Problem dan Prospek Pendekatan Studi Islam


Dalam dunia ilmu pengetahuan, menurut Parsudi Suparlan makna dari istilah “pendekatan”
adalah sama dengan “metodologi” yaitu “sudut pandang atau cara melihat dan
memperlakukan sesuatu yang menjadi perhatian atau masalah yang dikaji”. Adapun yang
dimaksud dengan pendekatan di sini adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat di
dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Dalam
hubungan ini, Jalaluddin Rahmat sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata mengatakan
bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai paradigma. Realitas keagamaan
yang diungkapkan mempunyai nilai kebenaran sesuai dengan kerangka paradigmanya.
Untuk dapat hidup dan berkembang serta lestari dalam masyarakat, agama harus menjadi
kebudayaan bagi masyarakat. Karena setiap masyarakat mememiliki kebudayaan yang
digunakan sebagai pedoman untuk memanfaatkan lingkungan hidupnya guna kelangsungan
hidupnya yang mencakup kebutuhan biologi, kebutuhan sosial dan kebutuhan adab yang
integratif. Jadi pendekatan studi area merupakan pendekatan yang meliputi bidang
kesejarahan, linguistik, dan semua cabang ilmu serta pengetahuan yang berkaitan dengan
pertumbuhan dan perkembangan peradaban dan kebudayaan terhadap keadaan
masyarakat di suatu wilayah atau kawasan. Problematika yang dihadapi pada penelitian
dengan menggunakan pendekatan studi area dalam Studi Islam dan Komunitas Muslim.,
berbanding lurus besarnya dengan objek dan luas wilayah yang akan diselidiki. Semakin
kompleks objek yang menjadi sasaran penyelidikan dan semakin luas wilayah yang
dijangkaunya, maka segala persiapan yang diperlukan untuk menerapkan studi area, juga
semakin besar.
BAB III
PENUTUP

Islam berkembang melalui proses perjalanan sejarah yang panjang dan kultur yang berbeda
melihat dimana Islam itu berkembang. Perbedaan latarbelakang sejarah dan budaya
mempunyai ukuran yang sama tentang ke-Islaman.
Pandangan agama dapat berubah dan dibenarkan berbeda karena perbedaan waktu, zaman,
lingkungan, stuasi dan sasaran serta tradisi yang sesuai dengan suatu kaidah.
Maka studi ke-Islaman di wilayah-wilayah secara objektiv akan berhasilkan pandangan dan
aplikasi Islam yang benar dan tidak harus sama dengan apa yang dilakukan dan diterapkan di
wilayah lainnya. Oleh karena itu, sangat didambakan untuk munculnya pusat-pusat studi Islam
untuk dapat menyahuti persoalan yang terus berkembang di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Usairy, Ahmad. Sejarah Islam. Jakarta: Penerbit Akbar, 2004.

Anshari, Endang Saifuddin. Wawasan Islam: Pokok-Pokok Tentang Paradigma dan Sistem Islam. Jakarta:
Gema Insani, 2004

Azra, Azyumardi. Studi Kawasan Dunia Islam. Jakarta : Rajawali Pers

Clifford Geertz, Islam Observed .Chicago: Chicago University Press, 1975

Khaldun,Ibn. Muqaddimah .Beirut: Dar al-Fikr, 1981. dikutip dari Nurcholish Madjid, Islam, Doktrin, dan
Peradaban

Nasution, Harun.Islam Ditinjau Dari Beberapa Aspek.Jakarta: Bulan Bintang

Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, Cet. VI, 2001.

Ridwan, Ahmad Hasan. 2010. Oksidentalisme. URL :www.knowledge-


leader.net/2010/07/oksidentalisme/

Ridwan, M. Deden. Tradisi Baru Penelitian Agama Islam Tinjauan Antar Disiplin. Bandung: Nuansa Ilmu,
2001.

Suparlan , Parsudi, “Kata Pengantar” dalam Roland Robrtson, Agama Dalam Analisis Dan Interpretasi
Sosiologis Jakarta: Rajawali Press, 1988

Syahristani. al-Milal wa an-Nihal. Beirut: Dar al-Fikr, 1981.dikutip dari Nurcholish Madjid, Islam, Doktrin,
dan Peradaban.

Anda mungkin juga menyukai