Makalah Msi
Makalah Msi
Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam Prodi
Perbankan Syariah
Dosen Pengampu
Aditya Firadaus, M.Pd.I
Disusun Oleh:
Erik
Ika Supartika
Wandi Muhamad
Kami menyadari bahwa didalam makalah ini masih banyak kekeurangan, kami
mengharapkan kritik dan saran demi menyempurnakan makalah kami agar lebih baik dan dapat
berguna semaksimal mungkin. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan dan penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai umat muslim yang diciptakan oleh Allah SWT kedalam muka bumi dan
sebagai umat Nabi Muhamad SAW yang membawa kebenaran dan pelengkap untuk
agama-agama sebelumnya, kita perlu mengetahui bagaimana islam yang sebenarnya. Saat
ini islam sudah menyebar diseluruh benua dan Negara yang ada di permukaan dunia ini,
dan sebagai umat islam kita memang dituntut untuk menyebarkan agama islam kepada
umat lainnya yang belum mengenal islam. Telah kita ketahui bahwasanya Nabi
Muhammad SAW adalah orang nomor satu yang telah menyebarkan islam di Mekkah
yang ketika itu mayoritas penduduknya jahiliyah dan kemudian menjadi masyarakat yang
berakhlak baik dengan memeluk agama islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW,
dari sinilah islam menyebar semakin luas ke seluruh penjuru dunia.
Islam terbukti mampu memberikan pengaruh yang baik pada budaya dan bahasa di
berbagai kawasan dunia.Kemajuan suatu budaya merupakan hasil dari karya, karsa dan
cita-cita manusia yang menandai munculnya suatu peradaban. Peradaban suatu bangsa
yang akan semakin maju tahap perkembangannya. Makalah ini akan mengkaji lebih
lanjut mengenai islam di setiap wilayah dan Negara dari berbagai kawasan di dunia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang menjadi
poko penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
C. Tujuan
Al-Birruny, penulis kitab al-Hind merupakan sejarawan yang ahli dalam kajian wilayah India.
Bukan hanya sebagai sejarawan tetapi ia juga ahli dalam penelitian dan observasi dalam ilmu-
ilmu lainnya. Sebagai seoarang penasihat dinasti Ghaznawy, Sultan Mahmud Ghazna ia bekerja
bukan hanya untuk kepentingan pemerintahan, tetapi juga menjelaskan secara objektif
keberadaan wilayah, keagamaan, mentalitas penduduk, pemeikiran India dan bagaimana
semestinya harus ditangani oleh para penguasa muslim. Kitab al-Hind ini ditulis tahun 1017 M.
Sebenarnya banyak sekali berbagai studi yang telah dilakukan oleh para sarjna muslim klasik
dan pertengahan dan melihat berbagai kawasan dan kantong-kantong kaum muslimin di
bebagai wilayahnya. Perhatian mereka terhadap potensi-potensi wilayah, baik Desa, Kota
maupun berbagai kegiatan kependudukannya, jelas membuktikan bahwa studi kawasan-
kawasan Islam sepanjang sejarahnya selalu menarik perhatian. Sejarah wilayah seperti Halb,
Mesir, dan sebagainya yang menjadi objek studi, telah ditulis Bughyat al-Thalib fi Tarikh al-
Halab.
Begitu banyak orang mengkaji wilayah dengan berbagai variasinya, dan setiap periode
menunjukkan trend yang berbeda-beda. Namun, dalam perkembangan sejarahnya, istilah
geopolitik baru lahir sebagai istilah baru abad ke-19, sebagai bagian dari konsep “geo-strategy”
bangsa Jerman yang dikembangkan oleh Otto van Bismarck, dengan “unification of the German
States.” Teori ini pada akhirnya menjadi suatu bagian yang lebih luas lagi dari kajian Geografi
secara umum. Tahun 1890 Alferd Thayer menulis tentang “The Influence of Sea Power Upon
History.” Rudolf Kjellen ahli geografi politik Swedia kemudian memunculkan istilah kekuatan
wilayah (the power of area) di akhir abad ke-19. Tulisannya ini kemudian mengilhami Friedrich
Ratzel seorang ahli Ilmu alam, untuk merumuskan teori “geopolitik” secara utuh dalam bukunya
“politische Georaphie” tahun 1879. Dalam teorinya ia menyatakan bahwa setiap negara selalu
mengupayakan wilayah kesatuaanya dan membentenginya terhadap upaya-upaya negara lain
untuk merebut tanah wilayah kekuasaannya. Oleh karena itu, semua negara (Nasionalisme)
ingin hidup dalam wadah wilayah kesatuan bagi kehidupannya.
B. . Orientalisme.
Oriental artinya ‘timur’. Orientalisme adalah paham mengenai masalah-masalah Timur,
khususnya tentang negeri Arab dan Islam. Kaum orientalis adalah para terpelajar yang
menjadikan “agama islam, kebudayaan Islam, negeri dan bahasa Arab” sebagai objek materi
studi mereka. Lawan dari orientalisme adalah occidentalisme, yaitu penelitiandan pengertian
mengenai agama, kebudayaan, dan negeri Barat.
Salah satu tujuan orientalis adalah mengkolonialisasi dunia Islam dari segala aspek, agama,
ekonomi, budaya dan kekuasaan.Orientalis dan tujuan Barat mempelajari islam, bukan untuk
mencari keimanan yang benar. Menurut Syamsuddin, ada empat alasan mengapa Barat
mempelajari Islam. Pertama, terpesona terhadap studi Islam (facsination), Kedua ingin tahu
(curiosity). Ketiga agama (missionary). Keempat karena God (tuhan/agama), gold
(kekayaan/imprealisme), dan glory (kekuasaan) atau sering diistilahkan 3G.
C. Oksdidentalisme
Lawan dari orientalisme adalah occidentalisme, yaitu penelitiandan pengertian mengenai
agama, kebudayaan, dan negeri Barat. Jadi secara harfiah berarti hal-hal yang berhubungan
dengan barat, adalah kajian tentang Barat dari prespektif non-barat. Kelahiran oksidentalisme
emosional atas kesalahan-kesalahan dari Barat yang dialami dunia Timur pada umumnya dan
dunia islam khususnya. Barat dengan segala implikasinya telah berjaya menguasai Timur.
Penguasaan, atau lebih tepatnya kolonialisme Barat atas Timur ini dalam perjalanan sejarahnya
tidak bisa dipisahkan dari orientalisme. Dengan demikian, terbentuknya oksidentalisme adalah
sebagai upaya untuk mengikis serangan Barat yang sudah semakin meluas wilayah
jangkauannya.
D. Dunia Islam Sebagai Objek Studi Antara Timur dan Barat
Menurut Taufik Abdullah, agama sebagai sasaran kajian dapat di kategorikan menjadi tiga,
yakni agama sebagai doktrin, dinamika dan struktur masyarakat yang dibentuk oleh
agama,dan sikap masyarakat pemeluk terhadap doktrin. Kategori pertama mempersoalkan
substansi ajaran agama.namun yang menjadi sasaran penelitian agama sebagai doktrin
adalah pemahaman agama terhadap doktrin-doktrin tersebut. Kategori kedua, meninjau
agama dalam kehidupan sosial dan dinamika sejarah. Sementara kategori ketiga
merupakan usaha untuk mengetahui corak penghadapan masyarakat terhadap simbol dan
ajaran islam. Secara terperinci dalam mempelajari agama, ada lima bentuk fenomena
agama sebagai bentuk kebudayaan yang perlu diperhatikan, lima ha tersebut adalah:
1) Naskah-naskah (scripture) atau simbol-simbol agama.
2) Sikap, perilaku,dan penghayatan para penganut tokoh-tokoh agama.
3) Ritus-ritus, lembaga-lembaga, dan ibadat-ibadat agama, seperti shalat, haji, puasa, zakat,
nikah, dan lain sebagainya.
4) Alat-alat atau sarana peribadatan.
5) Lembaga atau organisasi keagamaan tempat para penganut agama bergumul berperan.
Islam berkembang melalui proses perjalanan sejarah yang panjang dan kultur yang berbeda
melihat dimana Islam itu berkembang. Perbedaan latarbelakang sejarah dan budaya
mempunyai ukuran yang sama tentang ke-Islaman.
Pandangan agama dapat berubah dan dibenarkan berbeda karena perbedaan waktu, zaman,
lingkungan, stuasi dan sasaran serta tradisi yang sesuai dengan suatu kaidah.
Maka studi ke-Islaman di wilayah-wilayah secara objektiv akan berhasilkan pandangan dan
aplikasi Islam yang benar dan tidak harus sama dengan apa yang dilakukan dan diterapkan di
wilayah lainnya. Oleh karena itu, sangat didambakan untuk munculnya pusat-pusat studi Islam
untuk dapat menyahuti persoalan yang terus berkembang di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Endang Saifuddin. Wawasan Islam: Pokok-Pokok Tentang Paradigma dan Sistem Islam. Jakarta:
Gema Insani, 2004
Khaldun,Ibn. Muqaddimah .Beirut: Dar al-Fikr, 1981. dikutip dari Nurcholish Madjid, Islam, Doktrin, dan
Peradaban
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, Cet. VI, 2001.
Ridwan, M. Deden. Tradisi Baru Penelitian Agama Islam Tinjauan Antar Disiplin. Bandung: Nuansa Ilmu,
2001.
Suparlan , Parsudi, “Kata Pengantar” dalam Roland Robrtson, Agama Dalam Analisis Dan Interpretasi
Sosiologis Jakarta: Rajawali Press, 1988
Syahristani. al-Milal wa an-Nihal. Beirut: Dar al-Fikr, 1981.dikutip dari Nurcholish Madjid, Islam, Doktrin,
dan Peradaban.