Anda di halaman 1dari 6

PERAN KOMUNITAS BASIS DALAM KEAGAMAAN DI INDONESIA DEMI

TERWUJUDNYA TOLERANSI
Oleh:
Veronica Fransilya Oktavia
162904
STKIP WIDYA YUWANA MADIUN

A. Pendahuluan
Telah diketahui oleh banyak orang bahwa agama di segala jaman dan di segala tempat
merupakan masalah yang sangat rumit. Agama adalah suatu hubungan manusia dengan
kekuatan suci yang lebih tinggi daripada dia, dari mana ia merasa tergantung dan berusaha
mendekatinya. Setiap manusia pasti mempunyai kepercayaan atau agama yang sedang
dianutnya. Dalam menganut agama pasti membuat apa yang dianut adalah sesuatu yang
paling benar dan apa yang orang lain anut adalah salah karena bertentangan sengan apa yang
ia anut. Tetapi pada dasarnya semuanya agama atau kepercayaan telah mempunyai caranya
sendiri dalam menerapkan perintah-perintah atau hukum-hukumnya. Dan setiap agama ada
suatu komunitas basis yang berisi kelompok-kelompok orang yang mempunyai tujuan yang
sama. Dari kelompok basis diharapkan akan terciptanya suatu toleransi antar umat beragama
yang baik terutama di Indonesia yang akhir-akhir ini sangatlah jarang dijumpai. Toleransi
antar umat beragama sangatlah penting bagi kehidupan bermayarakat maupun bernegara,
apalagi di negara Indonesia yang sangat menjunjung nulai ketuhanan dalam setiap langkah
kehidupan.

B. Pembahasan
I. Komunitas Basis
Komunitas basis adalah suatu persekutuan atau kelompok yang terdapat anggota di
dalamnya dengan anggota sangat kecil atau sedikit, biasanya saling mengenal satu
dengan yang lain. Komunitas basis ini juga ada dalam setiap agama, bahkan komunitas
basis ini adalah satu fenomenal sosial yang tidak selamanya melekat pada agama. Karena
komunitas basis ini terbentuk karena kesadaran antar umat beriman. Dalam bahasa
profan, komunitas basis adalah satu kelompok basis untuk mewujudkan nyatakan satu
ideologi tertentu. Komunitas basis selalu dikaitkan dengan masalah agama atau realitas
agama yang menyatu dalam sejarah umat manusia dan yang menyatu dalam lingkungan
sosial. Misalnya komunitas basis pada agama Katolik yang sering dikenal dengan
Komunitas Basis Gerejawi, yang dibentuk karena kesadaran umat dalam menanggapi
jaman sekarang terutama masalah sosial, biasanya juga komunitas ini juga melakukan
aksi dalam setiap pertemuannya.
Lahirnya komunitas basis bertepatan dengan terbentuknya kelompok awal yang
menyaksikan secara langsung hidup pendirinya itu dan yang mengikuti pendirinya oleh
karena kepercayaan mereka pribadi pendirinya. Maka kelompok seperti itulah yang
disebut komunitas basis. Di awal tadi sudah dikatakan bahwa komunitas basis sangat
berkaitan dengan sejarah agama dan setiap agama mempunyai komunitas sendiri. Tokoh
Budha dan Budhisme lahir dari tradisi religius Hinduisme, khususnya Brahmanisme,
tokoh Yesus dari Nazareth dan Kekristenan dari tradisi Yudaisme, dan tokoh Muhammad
dan Mohamedanisme dari tradisi religius suku Beduin, Arab, dan dari tradisi Yuaisme
dan Kekristenan yang sudah ada waktu itu.

II. Toleransi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian agama adalah berupa
ajaran sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan
Yang Mahakuasa serta tata lingkungannnya. Secara etimologis kata agama berasal dari
bahasa Sansekerta; gam berarti pergi (bahasa asing: go, gaan, gehen); a-gam-a berarti
perjalanan menuju, dalam pengembangan arti menjadi: perjalanan menuju ke kebaikan
atau jalan benar. Namun ada pula yang mengartikan menjadi a-gama, dengan
arti:a=tidak, gama=benda;berubah, sehingga diartikan menjadi: sesuatu yang abstrak,
yang abadi atau sifatnya kekal. Agama adalah suatu hubungan manusia dengan kekuatan
suci yang lebih tinggi daripada dia, dari mana ia merasa tergantung dan berusaha
mendekatinya. Kekuasaan itu menurut agama masing-masing yang dia percaya bisa
disebut Allah, Tuhan, Budi Sempurna, Brahma, Dewa-Dewi, Pencipta, Pusat Dunia, dll.
Agama adalah suatu hal wajib yang harus dimiliki setiap manusia dibumi. Dengan
manusia beragama akan dapat mengembangkan imannya sesuai agama yang sedang
dianutnya. Semua agama mempunyai pandangan masing-masing dan hukum masing-
masing. Di negara Indonesia sangatlah beragam dalam soal beragama, yaitu terdapat
enam agama, antara lain Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan Kong Hu chu.
Karena Indonesia mempuyai tradisi yang sudah ada sejak zaman dahulu, maka selain
mempercayai adanya suatu agama juga mempercayai aliran kepercayaan yang biasanya
masih tinggal di suku-suku. Setiap manusia yang beragama atau yang mempunyai
kepercayaan pasti akan menganggap bahwa apa yang ia anut adalah yang paling benar
dan yang lainnya adalah salah. Dalam setiap agama terdapat unsur-unsur yang benar,
lebih-lebih dalam agama yang mengakui satu Tuhan saja. Karena Tuhan mencintai setiap
manusia, apalagi setiap manusia mempunyai akal budi dan hati sanubari untuk
menemukan kebenaran. Setiap manusia mempunyai unsur-unsur yang benar, maka dari
itu dapat menimbulkan toleransi yang sejati yaitu keinginan menggali kebenaran dalam
agama lain dan pengharapan terhadap keyakinan orang lain, meskipun tidak semua
dalam keyakinannya dapat disetujui.
Pada zaman dahulu negara Indonesia hampir menjadi negara agama maksudnya
adalah konstitusi yang dibuat sebagai fondasi, negara yang mencantumkan agama
sebagai salah satu fondasinya. Hal ini pernah menunjuk pada sidang kompromis yang di
sebut dengan ‘Jakarta Charter’ atau sering disebut dengan istilah Piagam Jakarta. Dalam
Piagam Jakarta sangatlah tidak baik bagi kelangsungan keagamaan yang ada di
Indonesia, karena pada pernyataan yang pertama berbunyi “Ketuhanan dengan
kewajiban melaksanakan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Pada pernyataan
tersebut sangatlah tidak baik bagi kelangsungan hidup beragama di Indonesia, karena
hanya Islam yang tercantum, padahal kenyataannya agama di Indonesia sangatlah
banyak ragamnya. Maka pada sidang PPKI pernyataan Piagam Jakarta mengenai
ketuhanan diganti dengan sila 1 Pancasila, yang lebih dikenal sekarang yaitu “Ketuhanan
Yang Maha Esa”. Dengan digantinya pernyatakan mengenai ketuhanan menjadi Tuhan
Yang Maha Esa yaitu milik bersama akan membuat sikap toleransi antar umat beragama
lainnya.
Melaksanakan toleransi atau kerukunan hidup beragama bukanlah soal yang mudah
karena harus menjaga ego masing-masing dan toleransi ini bukanlah soal terciptanya
keadaan dimana tidak ada pertentangan intern umat beragama, antar golongan-golongan
agama dan antara umat-umat beragama dengan pemerintah. Ia adalah keadaan yang
harmonis hhubungan dalam dinamika pergaulan dan kehidupan bermasyarakat yang
saling menguatkan dan diikat oleh sikap mengendalikan diri dalam wujud, antara lain:
a. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya.
b. Saling tenggang rasa dengan tidak melaksanakan agama kepada orang lain.
c. Saling menghormati dan bekerja sama intern pemeluk agama,antar berbagai
golongan agama dan antar umat-umat beragama dengan pemerintah yang sama-sama
tanggung jawab membangun Bangsa dan Negara Indonesia.
III. Peran Komunitas Basis Bagi Toleransi Di Indonesia
Berbicara mengenai soal agama tidak ada habisnya jika tidak saling berendah hati
menerima agama yang lain itu juga ada. Agama adalah suatu hubungan manusia dengan
kekuatan suci yang lebih tinggi daripada dia, dari mana ia merasa tergantung dan
berusaha mendekatinya. Agama merupakan suatu perjalanan menuju kebaikan atau jalan
yang benar. Maka setiap orang mempunyai keagamaan atau kepercayaan yang dianutnya
supaya dengan adanya ia mempunyai agama dapat menuntun manusia ke jalan yang
baik. Agama dalam arti murni pertama-tama bukanlah usaha dari manusia itu sendiri,
melainkan itu adalah usaha dari Tuhan. Usaha yang dilakukan Tuhan sepaya umat
beriman tahu akan diri-Nya dan ajaran-Nya yaitu lewat sabda-sabda-Nya, entah secara
langsung maupun lewat perantaraan para Nabi. Dalam hidup didunia ini serba memilih,
termasuk agama. Waktu masih bayi, pasti belum bisa memilih apa agama yang
menurutnya paling baik atau paling benar, maka orang tualah yang masih memilihkannya
dalam hal ini belum adanya nilai kebebasan, tetapi jika sudah dewasa nanti anak bisa
memilih apa yang menurutnya cocok bagi dirinya. Pada dasarnya semua agama adalah
benar dimata pengikutnya. Tetapi Tuhan menghendaki adanya satu agama yang benar,
namun bukan berarti agama lain salah. Dalam setiap agama terdapat unsur-unsur yang
benar, lebih-lebih dalam agama yang mengakui satu Tuhan saja. Karena Tuhan
mencintai setiap manusia, apalagi setiap manusia mempunyai akal budi dan hati sanubari
untuk menemukan kebenaran. Setiap manusia mempunyai unsur-unsur yang benar, maka
dari itu dapat menimbulkan toleransi yang sejati yaitu keinginan menggali kebenaran
dalam agama lain dan pengharapan terhadap keyakinan orang lain, meskipun tidak
semua dalam keyakinannya dapat disetujui.
Salah satu masalah paling rumit di Indonesia ini adalah memahami hubungan antara
agama dan negara. Agama merupakan bagian dari perikehidupan bangsa Indonesia dan
turut membentuk jiwa serta pandangan hidup manusia Indonesia. Pada zaman proklamasi
negara Indonesia hampir menjadi negara agama. Hal ini pernah tertuliskan dalam
“Jakarta Charter” atau lebih dikenal dengan sebutan Piagam Jakarta, yang menuliskan
bahwa “Ketuhanan dengan kewajiban melaksanakan syariat islam bagi pemeluk-
pemeluknya”. Hal ini sangatlah tidak baik bagi kehidupan keagamaan di Indonesia,
karena negara Indonesia bukanlah negara islam tetapi negara yang beraneka ragam
agama, dan islamlah yang menjadi mayoritas. Maka dalam sidang Soekarno mengubah
kalimat tersebut menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa” karena setiap agama mempunyai
Tuhan dengan panggilan khasnya, dan bukan islam saja yang mempunyainya dan juga
Indonesia beraneka ragam agama dan kepercayaan. Dengan diubahnya menjadi
“Ketuhanan Yang Maha Esa” diharapkan masyarakat Indonesia menjaga kerukunan satu
dengan yang lainnya dalam soal beragama, karena Tuhan itu memang satu tetapi dimiliki
semua orang dan semua agama.
Semua orang pastinya menginginkan akan kehidupan yang bahagia, damai, rukun dan
juga tentram, terutama negara Indonesia yang saat ini hal-hal tersebut mulai hilang dari
negara ini karena sikap tidak saling menjaga satu sama lain. Kerukunan hidup beragama
adalah suatu kondisi sosial dimana semua golongan agama hidup bersama-sama tanpa
mengurangi hak dasar masing-masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Maka
dari itu perlunya membangun kesadaran antar umat manusia akan pentingnya kehidupan
yang damai, rukun dan juga tentram. Dalam membangun adanya kerukunan perlunya
usaha yang harus dilakukan antara lain dialog antar umat beragama, kerja sama antar
umat beragama, membentuk wadah musyawarah atau forum dialog atau musyawarah
antar umat beragama, dan disamping itu juga perlunya pembinaan sikap toleran serta
mendalami agama dan menghayati agamanya sendiri maupun berusaha mempelajari
agama lain.
Dalam arti dasar komunitas basis tetap sama disepanjang sejarah dan persekutuan
religius (Persekutuan Iman) yang mengacu pada tokoh pendiri yang historias baik pada
perkataan dan perbuatannya maupun pada cara hidupnya, dan intensitas hubungan
persekutuan itu dengan pendirinya bergantung penuh pada efektivitas proses pendidikan
religius atau pendidikan iman untuk menjauh persekutuan dewasa ini. Menanggapi
permasalahan yang ada di negara Indonesia yang banyak atau beraneka ragam agama ini
yaitu mulai hilangnya rasa toleransi antar umat beragama, maka dengan adanya
komunitas basis ditengah-tengah agama akan membuat orang tergerak hatinya dalam
membangun negara Indonesia ini menjadi negara yang selama ini dirindukan oleh
banyak orang yaitu damai, rukun dan juga tentram. Dalam agama Katolik sendiri telah
didirikan komunitas basis yang biasanya disebut dengan Komunitas Basis Gerejawi
(KBG) ada juga yang menyebutnya Kelompok Kecil Umat (KKU), hal ini dilakukan
untuk membedakan kelompok basis yang lain. Semua komunitas basis dalam kaitannya
dengan agama yaitu mengembangkan arah pembenahan yang sama dalam
penghayatannya agar komunitas basis itu menjadi berarti.
C. Penutup
Arti sebuah kata komunitas, paguyuban, kelompok pepanthan, kumpulan, jemaat,
umat, menunjuk pada beberapa pribadi orang, yang secara tetap bertemu, saling berhubungan
atau berkomunikasi. Suatu Komunitas yang konstitutif bagi komunitas-komunitas lainnya,
artinya: yang mau tak mau harus ada. Itulah yang disebut dengan komunitas basis. Komunitas
basis sangat berkaitan dengan sejarah agama dan setiap agama mempunyai komunitas sendiri.
Tokoh Budha dan Budhisme lahir dari tradisi religius Hinduisme, khususnya Brahmanisme,
tokoh Yesus dari Nazareth dan Kekristenan dari tradisi Yudaisme, dan tokoh Muhammad dan
Mohamedanisme dari tradisi religius suku Beduin, Arab, dan dari tradisi Yuaisme dan
Kekristenan yang sudah ada waktu itu. Dengan komunitas basis akan membuat agama
semakin rukun satu dengan yang lainnya. Apalagi kasus di negara Indonesia ini yang mulai
pudarnya rasa toleransi atau kerukunan antar umat beragama. Toleransi sangatlah diperlukan
bagi bangsa ini. Maka diharapkan dengan agama-agama yang ada di Indonesia dapat
menerapkan rasa menghormati, tenggang rasa, bekerja sama dalam membentuk Indonesia
yang lebih baik.

Daftar Pustaka

Dahler, Franz. 1970. Masalah Agama. Yogyakarta: Kanisius


Budiyono. 1983. Membina Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama 1. Yogyakarta: Kanisius
Dewantara, Agustinus Wisnu. 2017. Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini. Yogyakarta:
Kanisius
DEWANTARA, A. W. (2019). GOTONG-ROYONG MENURUT SOEKARNO DALAM
PERSPEKTIF AKSIOLOGI MAX SCHELER, DAN SUMBANGANNYA BAGI
NASIONALISME INDONESIA (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
https://id.lifeder.com/isi-piagam-jakarta/
http://gema-budaya.blogspot.com/2011/02/lomunitas-basis-yang-berdaya-bagi.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai