Hakikat Manusia
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Hakikat Manusia Menurut Islam”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Agama
Islam di Universitas Negeri Gorontalo. Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................................ii
A. Konsep Manusia............................................................................................................3
B. Eksistensi dan Martabat Manusia ................................................................................5
C. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah .............................8
A. Simpulan......................................................................................................................11
B. Saran ...........................................................................................................................11
PENDAHULUAN
Makalah ini kami tujukan untuk masyarakat umum khususnya di kalangan remaja,
pelajar dan generasi muda yang tidak lain adalah sebagai generasi penerus bangsa agar kita
semua memahami konsep manusia dalam dunia islam serta memahami tanggung jawab
manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Kajian tentang manusia telah banyak
dilakukan para ahli, yang selanjutnya dikaitkan dengan berbagai kegiatan, seperti politik,
ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, agama dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan karena
manusia selain sebagai subjek (pelaku), juga sebagai objek (sasaran) dari berbagai kegiatan
tersebut, dari pemikiran ini selanjutnya memunculkan banyak sebutan atau predikat untuk
manusia yang dikemukakan para ahli filsafat, misalnya; homo sapiens, (makhluk yang
mempunyai budi pekerti/berakal), animal rational atau hayawan nathiq (binatang yang dapat
berpikir), homo laquen (makhluk yang pandai menciptakan bahasa), zoon politicoi (makhluk
yang pandai bekerja sama), homo economicus (makhluk yang tunduk kepada prinsip-prinsip
ekonomi), homo religious (makhluk yang beragama), homo planemanet (makhluk ruhaniah-
spiritual), homo educandum (makhluk yang dapat dididik/educable), serta homo faber (makhluk
yang selalu membuat bentuk-bentuk baru).
Dalam konsepsi Islam, manusia merupakan satu hakikat yang mempunyai dua dimensi,
yaitu dimensi material (jasad) dan dimensi immaterial (ruh, jiwa, akal dan sebagainya). Unsur
jasad akan hancur dengan kematian, sedangkan unsur jiwa akan tetap dan bangkit kembali
pada hari kiamat. (QS. Yasin, 36: 78-79). Manusia adalah makhluk yang mulia, bahkan lebih
mulia dari malaikat (QS. al-Hijr, 15: 29). Bahkan manusia adalah satu-satunya mahluk yang
mendapat perhatian besar dari Al-Qur’an, terbukti dengan begitu banyaknya ayat al-Qur‟an
yang membicarakan hal ikhwal manusia dalam berbagai aspek-nya, termasuk pula dengan
nama-nama yang diberikan al-Qur’an untuk menyebut manusia, setidaknya terdapat lima kata
yang sering digunakan Al-Qur’an untuk merujuk kepada arti manusia, yaitu insan atau ins atau
al-nas atau unas, dan kata basyar serta kata bani adam atau durriyat adam.
Berbicara dan berdiskusi tentang manusia memang menarik dan tidak pernah tuntas.
Pembicaraan mengenai makhluk psikofisik ini laksana suatu permainan yang tidak pernah
selesai. Selalu ada saja pertanyaan mengenai manusia. Para ahli telah mencetuskan pengertian
manusia sejak dahulu kala, namun sampai saat ini pun belum ada kata sepakat tentang
pengertian manusia yang sebenarnya.
Oleh karena itu kami sebagai penulis melalui makalah ini ingin mengingatkan kembali
kepada para pembaca mengenai eksistensi dan manusia dalam pandangan islam serta tanggung
jawab manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi.
B. Tujuan Penulisan
1. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai pengertian dan konsep manusia dalam
pandangan islam
2. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai eksistensi dan martabat manusia dalam
pandangan islam
3. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah
dan khalifah di muka bumi
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah mencakup aspek tentang konsep dan
pengertian manusia, eksistensi dan martabat manusia serta tanggung jawab manusia sebagai
hamba Allah dan khalifah di muka bumi.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan
metode pustaka yaitu beupa mencari dan mengumpulkan beberapa sumber dari internet
maupun buku yang mengenai informasi seputar konsep manusia dalam pandangan islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Manusia
Pemikiran tentang hakikat manusia, sejak zaman dahulu sampai zaman modern ini juga
belum berakhir dan tak akan berakhir. Ternyata orang menyelidiki manusia dari berbagai sudut
pandang, ada yang memandang manusia dari sudut pandang budaya disebut Antropologi
Budaya, ada juga yang memandang dari segi hakikatnya disebut Antropologi Filsafat.
Memikirkan dan membicarakan mengenai hakikat manusia inilah, yang menyebabkan orang
tidak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan yang
mendasar tentang manusia yaitu apa, bagaimana, dan kemana manusia itu nantinya. Berbicara
mengenai apa itu manusia, ada beberapa aliran yang mendasari yaitu :
1. Aliran serba zat, mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada hanyalah zat atau materi.
Zat atau materi itulah hakekat dari sesuatu. Alam ini adalah materi dan manusia adalah
unsur dari alam maka dari itu hakikat dari manusia itu adalah zat atau materi.
2. Aliran serba roh, berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini adalah
roh, begitu juga hakikat manusia adalah roh. Adapun zat itu adalah manifestasi daripada roh
di dunia ini.
3. Aliran dualisme, mencoba untuk meyakinkan kedua aliran di atas. Aliran ini menganggap
bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi yaitu jasmani dan rohani.
Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur asalnya, tidak tergantung satu sama
lain. Jadi badan tidak berasal dari roh, juga sebaliknya. Hanya dalam perwujudannya
manusia itu ada dua, jasad dan roh, yang keduanya berintegrasi membentuk yang disebut
manusia.
4. Aliran eksistensialisme, yang memandang manusia secara menyeluruh, artinya aliran ini
memandang manusia tidak dari sudut zat atau serba roh atau dualisme, tetapi
memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri yaitu cara beradanya manusia itu
sendiri di dunia ini.
Dari keempat aliran tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hakikat manusia
yang sebenarnya adalah sesuatu yang melatar belakangi keberadaanya di dunia ini sebagai
manusia yang terdiri dari jasmani dan rohani. Sedangkan dalam Islam sendiri, hakikat manusia
didasarkan pada apa yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunah, atau melalui pengenalan
asal kejadian manusia itu sendiri. Hakikat manusia dalam Islam merupakan suatu keberadaan
yang mendasari diciptakannya manusia yang telah diberi amanat untuk mengatur bumi
(Khalifah) yaitu untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah SWT sebagaimana firman Allah
SWT dalam Q.S.Adh-Dhariyat [51:56] yang artinya “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Hakikat manusia sebagai makhluk yang mulia ciptaan Allah memberikan makna bahwa
penciptaan merupakan pihak penentu dan yang diciptakan adalah pihak yang ditentukan, baik
mengenai kondisi maupun makna penciptaannya. Manusia tidak mempunya peranan apapun
dalam proses dan hasil penciptaan dirinya. Oleh karena itu ketidakmampuan manusia itu
merupakan peringatan bagi manusia. Seperti halnya manusia tidak ikut menentukan atau
memilih orang tuanya, suku atau bangsa dan lain-lain. Oleh karenanya manusia harus
menyadari atas ketentuan – ketentuan yang telah diberikan oleh Allah SWT. Sebagai makhluk
yang mulia, manusia dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya :
1. Manusia adalah makhluk yang keberadaanya di dunia ini untuk mengadakan sesuatu,
artinya seorang manusia mempunyai tugas bekerja dalam hidupnya.
2. Manusia ada untuk berbuat yang baik dan membahagiakan manusia, artinya manusia ada
untuk mengadakan sesuatu yang benar serta bermanfaat, dari sanalah muncul segala
bentuk karya manusia meliputi kreatifitas dan dinamika di dalam kehidupanya.
3. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan dalam hidup, artinya kebebasan manusia
nampak melalui aneka kreasi dalam segala segi kehidupan dan melalui kebebasan itulah
muncul berbagai kegiatan.
4. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Dalam diri manusia ada kesadaran untuk
mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan dalam hidupnya. Misalnya dalam salah satu
wujud kesadaran religius, bahwa manusia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya
pada ilahi.
5. Manusia adalah makhluk yang mempunyai keterbatasan, walaupun manusia adalah
makhluk mulia.
Kelima hal tersebut merupakan perincian dari kehidupan manusia dalam islam sebagai makhluk
yang istimewa.
B. Eksistensi dan Martabat Manusia
Manusia perlu mengenal dan memahami hakikat dirinya sendiri agar mampu
mewujudkan eksistensi yang ada dalam dirinya. Pemahaman dalam hidup akan mengantar
manusia pada kesediaan untuk mencari makna serta arti kehidupan agar hidupnya tidak sia-sia.
Eksistensi manusia di dunia merupakan tanda kekuasaan Allah SWT terhadap hamba-hamba-
Nya, bahwa Dialah yang menciptakan, menghidupkan dan menjaga kehidupan manusia.
Dengan demikian, tujuan diciptakannya manusia dalam konteks hubungan manusia dengan
Allah SWT adalah dengan mengimani Allah SWT serta memikirkan ciptaan-Nya untuk
menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sedangkan dalam konteks hubungan
manusia dengan manusia serta manusia dengan alam adalah untuk berbuat amal, yaitu
perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap sesama manusia, serta tidak merusak
alam. Terkait dengan tujuan hidup manusia dengan manusia lain dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Dalam Q.S. Al-Anbiya [21:107] yang artinya “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan
untuk Rahmat bagi semesta alam” Ayat ini menerangkan tujuan manusia diciptakan oleh Allah
SWT dan berada didunia ini adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Arti kata rahmat
adalah karunia, kasih sayang dan belas kasih. Jadi manusia sebagai rahmat merupakan manusia
yang diciptakan oleh Allah SWT untuk menebar dan memberikan kasih saying kepada alam
semesta.
Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses dunia dan akhirat dengan cara
melaksanakan amal shaleh yang merupakan investasi pribadi manusia sebagai individu. Allah
berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat [16:97] yang artinya “Barang siapa mengerjakan amal
shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Allah
SWT akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan diberi balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dengan apa yang telah mereka kerjakan”.
Manusia di dunia tidak hidup sendirian. Manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai
sifat hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain.. Hampir semua manusia,
pada awalnya merupakan bagian dari anggota kelompok sosial yang dinamakan keluarga.
Dalam ilmu komunukasi dan sosiologi, keluarga merupakan bagian dari klasifikasi kelompok
sosial dan termasuk dalam small group atau kelompok terkecil karena paling sedikit
anggotanya. Namun keberadaan keluarga sangat penting karena merupakan bentuk khusus
dalam kerangka sistem sosial secara keseluruhan. Small group seolah-olah merupakan miniatur
masyarakat yang juga memiliki pembagian kerja, kode etik pemerintahan, prestige, ideologi,
dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan tujuan individu dalam keluarga adalah agar individu
tersebut menemukan ketentraman, kebahagiaan dan membentuk keluarga sakinah, mawaddah
dan warahmah. Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Oleh sebab itu, wajar bagi manusia
baik laki-laki dan perempuan membentuk keluarga.
Tujuan manusia berkeluraga menurut Q.S. Ar-Rum [30:21] yang artinya "Dan diantara tanda-
tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya
kamu merasa tentram, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang . Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaaum yang mau berfikir."
Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia supaya tentram. Untuk menjadi keluarga yang
tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih sayang. Oleh sebab itu, dalam kelurga harus
dibangun rasa kasih sayang satu sama lain.
Setelah hidup berkeluarga, manusia mempunyai kebutuhan untuk bermasyarakat. Tujuan hidup
bermasyarakat yaitu mencari keberkahan yang melimpah dalam hidup. Kecukupan kebutuhan
hidup ini menyangkut kebutuhan fisik seperti perumahan, makan, pakaian, kebutuhan sosial
(bertetangga), kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut dapat mudah diperoleh apabila masyarakat beriman dan bertakwa. Apabila
masyarakat tidak beriman dan bertakwa, maka Allah akan memberikan siksa dan jauh dari
keberkahan. Oleh sebab itu, apabila dalam suatu masyarakat ingin hidup damai dan serba
kecukupan, maka kita harus mengajak setiap anggota masyarakat untuk memelihara iman dan
takwa. Allah berfirman dalam Q.S. Al-A’raf [7:96] yang artinya“Jikalau sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah
dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya”.
Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:
Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang untuk menemukan jati diri sebagai
pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup bermasyarakat/bersentuhan dengan dunia sosial.
Lebih dari itu manusia sebagai individu dari masyarakat memiliki jangkauan yang lebih luas lagi
yakni dalam kehidupan bernegara. Maka, tujuan individu dalam bernegara adalah menjadi
warga negara yang baik di dalam lingkungan negara untuk mewujudkan negara yang aman,
nyaman serta makmur.
6. Tujuan Individu dalam Pergaulan Internasional
Setelah kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan internasional/dunia luar.
Dalam era globalisasi, kita sebagai makhluk hidup yang ingin tetap eksis, maka kita harus
bersaing dengan ketat untuk menemukan jati diri serta pengembangan kepribadian. Jadi tujuan
individu dalam pergaulan internasional adalah menjadi individu yang saling membantu dalam
kebaikan dan individu yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk dalam dunia
globalisasi agar tidak kalah dan terlena dengan indahnya dunia.
C. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah
Manusia diturunkan ke bumi ini bukanlah hanya sebagai penghias atau pelengkap di
bumi semata, tetapi manusia sesungguhnya mempunyai kedudukan, peran, dan tugas yang
telah melekat padanya yang terbawa sejak ia lahir ke dunia.
Manusia telah dipilih oleh Allah untuk melaksanakan tanggung jawab sebagai hamba
Allah dan seorang khalifah di bumi,karena manusia merupakan makhluk yang paling istimewa
dibanding dengan makhluk-makhluk yang lainnya. Mereka dipilih untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan yang ada dengan cara mereka sendiri dan tanpa melepas tanggung jawab.
Ayat Al-Qur’an menyebutkan bahwa manusia merupakan makhluk yang diciptakan oleh
Allah dari tanah, kemudian berkembang biak melalui sperma dan ovum dalam suatu ikatan
pernikahan yang suci serta proses biologis produktivitas manusia (Q.S Al- Mukminun:12-16)
Dalam konteks ini, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Bahwasanya seseorang kamu
dihimpunkan kejadiannya di dalam perut ibu selama 40 hari, kemudian berupa segumpal darah
seperti itu pula lamanya, kemudian berupa segumpal daging seperti itu pula lamanya.
Kemudian Allah mengutus seorang malaikat, maka diperintahkan kepada malaikat: engkau
tuliskanlah amalannya, rezekinya, ajalnya, dan celaka atau bahagianya. Kemudian ditiupkanlah
roh kepada makhluk tersebut" (HR. Bukhari).20
Kesadaran bahwa manusia hidup di dunia sebagai makhluk ciptaan Allah dapat
menumbuhkan sikap andap asor dan mawas diri bahwa dirinya bukanlah Tuhan. Oleh sebab itu,
ia melihat sesama manusia sebagai sesama makhluk, tidak ada perhambaan antar manusia.
Jadi, seorang istri tidak menghamba pada suami, seorang pegawai tidak menghamba pada
pengusaha, dan seorang rakyat tidak menghamba pada pemerintah. Bagi manusia, yang patut
menerima perhambaan dari manusia tak lain adalah Allah. Allah tidak menciptakan manusia
selain untuk menghamba atau beribadah kepada-Nya (Q.S. Adz-Dzariyat:56). Segala yang ada di
langit dan bumi, baik dengan suka maupun terpaksa, sesungguhnya pun berserah diri kepada
Allah (Q.S. Ali Imran:83). Oleh karena itu, tidak berlaku konsep manusia sebagai homo homoni
lopus atau manusia sebagai pemangsa bagi manusia yang lain. Tidak ada keistimewaan antara
satu manusia dengan manusia lain kecuali taqwanya kepada Allah. Eksistensi manusia bukan
untuk menjadi yang terkuat (struggle for the strongest and the fittest), melainkan untuk
menjadi yang paling bijak (struggle for the wisest).
Sebagai hamba Allah, manusia memikul tanggung jawab pribadi, orang yang berdosa
tidak akan memikul dosa orang lain (Q.S. Al-An'am:164) dan pada hari kiamat nanti mereka
datang kepada Allah dengan sendiri-sendiri (Q.S. Maryam:95). Ini membuktikan bahwa manusia
sebagai hamba Allah memiliki kebebasan individual atas dirinya sendiri namun tetap
bertanggung jawab atas lingkungan sekitarnya.
Ayat-ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang khalifah selalu berkaitan dengan tugas-tugas
dan tanggung jawab. Hal ini memberikan suatu peringatan serta pelajaran kepada manusia
sebagai khalifah agar mereka melihat dan memandang keadaan sebelum mereka sendiri serta
apa yang harus mereka lakukan sebagai khalifah sebab semua perbuatan yang dilakukan akan
ada pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa manusia manusia adalah makhluk yang kompleks. Manusia
diciptakan di bumi oleh sang pencipta tidak hanya untuk diam saja, tetapi manusia dituntut
untuk selalu berperan aktif agar berbuat kebaikan. Seagai seorang manusia, kita juga harus
menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Manusia bukanlah makhluk yang sempurnah, masih banyak kekurangan yang melekat dalam
diri manusia. Salah satu contohnya adalah kurangnya pemahaman manusia tentang agama,
oleh karena itu manusia dianjurkan untuk saling menghormati dan mengasihi satu sama lain
karena kita diciptakan tanpa adanya perbedaan. Selain itu, sebagai seorang manusia kita harus
mematuhi aturan yang ada.
Saran
Sebagai seorang manusia kita harus menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri
dan orang lain. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri oleh karena itu kita
harus saling tolong menolong dalam kebaikan antar sesama.
DAFTAR PUSTAKA