Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TEKNIK LINGKUNGAN

“PENCEMARAN UDARA AKIBAT BELERANG OKSIDA (SOX)”

DISUSUN OLEH :

NAMA : EKA RISKA KHAILANI

NIM :12521089

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA
2014
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ................................................................. 1-2


B. RUMUSAN MASALAH ................................................................. 2
C. TUJUAN ................................................................ 2

BAB II. PEMBAHASAN

a. Pengertian pencemaran udara ................................................................. 3


b. Pencemaran udara akibat
belerang oksida (SOx) ................................................................. 4-5
c. Sifat dan karakteristik
Belerang Oksida (SOx) .................................................................5-7
d. Sumber pencemaran gas Belerang
Oksida (SOx) ................................................................. 7- 8
e. Dampak pencemaran gas Belerang
Oksida (SOx) ................................................................ 8-12
f. Upaya mencegah pencemaran udara
akibat gas Belerang Oksida(SOx) ................................................................. 12-13

BAB III. PENUTUP

a. Kesimpulan ................................................................. 14
b. Saran ................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 15


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang


kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu
dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi
mahluk hidup untuk hidup secara optimal. Pencemaran udara dewasa ini semakin
menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal
dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan.
Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang
ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan
alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun,dan lain-lain. Dampak dari
pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak
negatif terhadap kesehatan manusia.
Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar manusia perlu
mendapatkan perhatian yang serius, hal ini pula menjadi kebijakan Pembangunan Kesehatan
Indonesia 2010 dimana program pengendalian pencemaran udara merupakan salah satu dari
sepuluh program unggulan.Tingkat pencemaran udara di Indonesia semakin memprihatinkan
bahkan salah satu studi melaporkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan tingkat polusi
udara tertinggi ketiga di dunia. World Bank juga menempatkan Jakarta menjadi salah satu
kota dengan kadar polutan/partikulat tertinggi setelah Beijing, New Delhi dan Mexico City.
Rekor yang sangat membuat kita prihatin.
Di Indonesia sendiri, sebagaimana data yang dipaparkan oleh Pengkajian Ozon dan
Polusi Udara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Jawa Barat menduduki
peringkat polusi udara tertinggi di Indonesia.Dari semua penyebab polusi udara yang ada,
emisi transportasi terbukti sebagai penyumbang pencemaran udara tertinggi di Indonesia,
yakni sekitar 85 persen. Hal ini diakibatkan oleh laju pertumbuhan kepemilikan kendaraan
bermotor yang tinggi. Sebagian besar kendaraan bermotor itu menghasilkan emisi gas buang
yang buruk, baik akibat perawatan yang kurang memadai ataupun dari penggunaan bahan
bakar dengan kualitas kurang baik (misalnya kadar timbal yang tinggi). Kebakaran hutan dan
industri juga turut berperan.

1
Pertumbuhan pembangunan seperti industri, transportasi, dll disamping memberikan
dampak positif namun disisi lain akan memberikan dampak negatif dimana salah satunya
berupa pencemaran udara dan kebisingan baik yang terjadi didalam ruangan (indoor) maupun
di luar ruangan (outdoor) yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan terjadinya
penularan penyakit. Diperkirakan pencemaran udara dan kebisingan akibat kegiatan industri
dan kendaraan bermotor akan meningkat 2 kali pada tahun 2000 dari kondisi tahun 1990 dan
10 kali pada tahun 2020.
Secara umum terdapat 8 parameter pencemar udara yaitu, debu, NH3, Pb, CO, SO2,
hidrokarbon, NOX, dan H2S, yang secara bersamaan maupun sendiri-sendiri memiliki potensi
bahaya bagi lingkungan, yang meliputi dampak bagi kesehatan masyarakat, hewan, tanaman
maupun bagi material (benda) seperti bangunan, logam dan lain-lain.
Dalam makalah ini akan membahas lebih spesifik tentang penyebab pencemaran yang
disebabkan oleh Gas SO2 (sulfur dioksida), merupakan gas polutan yang banyak dihasilkan
dari pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung unsur belerang seperti minyak, gas,
batubara, maupun kokas. Disamping SO2, pembakaran ini juga menghasilkan gas SO3, yang
secara bersama-sama dengan gas SO2 lebih dikenal sebagai gas SOx (sulfur oksida )

B. RUMUSAN MASALAH
1.1. Apa itu pencemaran udara ?
1.2. Apakah yang dimaksud pencemaran udara akibat Belerang Oksida (SOx)
1.3. Bagaimana sifat dan karakteristik SOx ?
1.4. Apa yang menjadi sumber pencemaran SOx?
1.5. Apa dampak pencemaran udara akibat gas Belerang oksida (SOx) ?
1.6. Bagaimana cara mencegah pencemaran udara akibat gas Belerang Oksida (SOx) ?
C. TUJUAN
2.1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksung dengan pencemaran udara .
2.2. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud pencemaran udara akibat Belerang
Oksida (SOx)?.
2.3. Untuk mengetahui sifat dan karakteristik Belerang Oksida (SOx) .
2.4. Untuk mengetahui sumber pencemaran SOx.
2.5. Untuk mengetahui dampak pencemaran udara akibat Be;erang oksida (SOx).
2.6. Untuk mengetahui cara mencegah pencemaran gas Belerang Oksida ( SOx) .

2
BAB II
PEMBAHASAN

a) Pengertian pencemaran udara

Pencemaran lingkungan atau polusi adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk


hidup, zat energy dan atau komponen lain kedalam lingkungan, atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas lingkungan turun
sampai ktingkat tertentu yang menyebapkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat
brfungsi lagi sesuai peruntukya ( Undang-Undang Pengelolaan lingkungan Hidup No. 4
Tahun 1982).

Polutan adalah zat atau bahan yang menyebapkan terjadinya polusi. Suatu zat disebut
polutan, bila keberadaanya disuatu lingkungan dapat menyebabkan kerugian terhadap
makhluk hidup. Contoh : karbondioksida dengan kadar 0,032 % dapat memberikan dampak
merusak. Dengan kata lain suatu zat dapat disebut polutan apabila :

1. Jumlah melebihi jumlah normal

2. Berada pada waktu yang tidak tepat

3. Berada pada tempat yang tidak tepat

Pencemaran Udara adalah peristiwa masuknya, atau tercampurnya, polutan


(unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat mengakibatkan
menurunnya kualitas udara (lingkungan). Pencemaran dapat terjadi dimana-mana. Bila
pencemaran tersebut terjadi di dalam rumah, di ruang-ruang sekolah ataupun di ruang-ruang
perkantoran maka disebut sebagai pencemaran dalam ruang (indoor pollution). Sedangkan
bila pencemarannya terjadi di lingkungan rumah, perkotaan, bahkan regional maka disebut
sebagai pencemaran di luar ruang (outdoor pollution).
Umumnya, polutan yang mencemari udara berupa gas dan asap. Gas dan asap tersebut
berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, yang dihasilkan oleh
mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik dan kendaraan bermotor. Selain itu, gas dan asap
tersebut merupakan hasil oksidasi dari berbagai unsur penyusun bahan bakar, yaitu: CO2
(karbondioksida), CO (karbonmonoksida), SOx (belerang oksida) dan NOx (nitrogen oksida).

3
b) Pencemaran Udara Akibat Belerang Oksida (SOX)

Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx terdiri atas gas SO2 dan gas SO3
yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan tidak mudah terbakar,
sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif. Gas SO3 mudah bereaksi dengan uap air yang ada
diudara untuk membentuk asam sulfat atau H2SO4. Asam sulfat ini sangat reaktif, mudah
bereaksi (memakan) benda-benda lain yang mengakibatkan kerusakan, seperti proses
perkaratan (korosi) dan proses kimiawi lainnya.

SOx mempunyai ciri bau yang tajam, bersifat korosif (penyebab karat), beracun
karena selalu mengikat oksigen untuk mencapai kestabilan phasa gasnya. SOx menimbulkan
gangguan sitem pernafasan, jika kadar 400-500 ppm akan sangat berbahaya, 8-12 ppm
menimbulkan iritasi mata, 3-5 ppm menimbulkan bau.

Konsentrasi gas SO2 diudara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia (tercium
baunya) manakala kensentrasinya berkisar antara 0,3 – 1 ppm. Jadi dalam hal ini yang
dominan adalah gas SO2. Namun demikian gas tersebut akan bertemu dengan oksigen yang
ada diudara dan kemudian membentuk gas SO3 melalui reaksi berikut :

( )

Pencemaran SOx diudara terutama berasal dari pemakaian baru bara yang digunakan
pada kegiatan industri, transportasi, dan lain sebagainya. Belerang dalam batu bara berupa
mineral besi peritis atau FeS2 dan dapat pula berbentuk mineral logam sulfida lainnya seperti
PbS, HgS, ZnS, CuFeS2 dan Cu2S. Dalam proses industri besi dan baja (tanur logam) banyak
dihasilkan SOx karena mineral-mineral logam banyak terikat dalam bentuk sulfida. Pada
proses peleburan sulfida logam diubah menjadi oksida logam. Proses ini juga sekaligus
menghilangkan belerang dari kandungan logam karena belerang merupakan pengotor logam.
Pada suhu tinggi sulfida logam mudah dioksida menjadi oksida logam melalui reaksi berikut :

Selain tergantung dari pemecahan batu bara yang dipakai sebagai bahan bakar,
penyebaran gas SOx, ke lingkungan juga tergnatung dari keadaan meteorologi dan geografi

4
setempat. Kelembaban udara juga mempengaruhi kecepatan perubahan SOx menjadi asam
sulfat maupun asam sulfit yang akan berkumpul bersama awan yang akhirnya akan jatuh
sebagai hujan asam. Hujan asam inilah yang menyebabkan kerusakan hutan di Eropa
(terutama di Jerman) karena banyak industri peleburan besi dan baja yang melibatkan
pemakaian batu bara maupun minyak bumi di negeri itu.

c) Sifat Dan Karakteristik Belerang Oksida ( SOx )

Sulfur dioksida adalah salah satu spesies dari gas-gas oksida sulfur (SOx). Gas ini
sangat mudah terlarut dalam air, memiliki bau namun tidak berwarna. Sebagaimana O3,
pencemar sekunder yang terbentuk dari SO2, seperti partikel sulfat, dapat berpindah dan
terdeposisi jauh dari sumbernya. SO2 dan gas-gas oksida sulfur lainnya terbentuk saat terjadi
pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung sulfur. Sulfur sendiri terdapat dalam hampir
semua material mentah yang belum diolah seperti minyak mentah, batu bara, dan bijih-bijih
yang mengandung metal seperti alumunium, tembaga,seng,timbal dan besi. Di daerah
perkotaan, yang menjadi sumper sulfur utama adalah kegiatan pemangkit tenaga listrik,
terutama yang menggunakan batu bara ataupun minyak diesel sebagai bahan bakarnya, juga
gas buang dari kendaraan yang menggunakan diesel dan industri-industri yang menggunakan
bahan bakar batu bara dan minyak mentah.

Gambar 1. Struktur Sulfur Dioksida

Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk
gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan
keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang
tajam dan tidak mudah terbakar diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen
yang tidak reaktif.

5
Pembakaran bahan-bahan yang mengandung Sulfur akan menghasilkan kedua bentuk
sulfur oksida, tetapi jumlah relative masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen
yang tersedia. Di udara SO2 selalu terbentuk dalam jumlah besar. Jumlah SO3 yang
terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx. Mekanisme pembentukan SOx dapat
dituliskan dalam dua tahap reaksi sebagai berikut :

SO3 di udara dalam bentuk gas hanya mungkin ada jika konsentrasi uap air sangat
rendah. Jika konsentrasi uap air sangatrendah. Jika uap air terdapat dalam jumlah cukup, SO3
dan uap air akan segera bergabung membentuk droplet asam sulfat (H2SO4) dengan reaksi
sebagai berikut :

Komponen yang normal terdapat di udara bukan SO3 melainkan H2SO4. Tetapi
jumlah H2SO4 di atmosfir lebih banyak dari pada yang dihasilkan dari emisi SO3 hal ini
menunjukkan bahwa produksi H2SO4 juga berasal dari mekanisme lainnya. Setelah berada
diatmosfir sebagai SO2 akan diubah menjadi SO3 (Kemudian menjadi H2SO4) oleh proses-
proses fotolitik dan katalitik Jumlah SO2 yang teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi oleh
beberapa faktor termasuk jumlah air yang tersedia, intensitas, waktu dan distribusi spektrum
sinar matahari, Jumlah bahan katalik, bahan sorptif dan alkalin yang tersedia. Pada malam
hari atau kondisi lembab atau selama hujan SO2 di udara diaborpsi oleh droplet air alkalin
dan bereaksi pada kecepatan tertentu untuk membentuk sulfat di dalam droplet.

Gambar 2. Daur Belerang dan Sulfur

SOx mempunyai ciri bau yang tajam, bersifat korosif (penyebab karat), beracun
karena selalu mengikat oksigen untuk mencapai kestabilan phasa gasnya. SOx menimbulkan
gangguan sitem pernafasan, jika kadar 400-500 ppm akan sangat berbahaya, 8-12 ppm

6
menimbulkan iritasi mata, 3-5 ppm menimbulkan bau. Konsentrasi gas SO2 diudara akan
mulai terdeteksi oleh indera manusia (tercium baunya) manakala kensentrasinya berkisar
antara 0,3 – 1 ppm.

d) Sumber Pencemaran Gas Belerang Oksida (SOx)

Pencemaran SOx diudara terutama berasal dari pemakaian baru bara yang digunakan
pada kegiatan industri, transportasi, dan lain sebagainya. Belerang dalam batu bara berupa
mineral besi peritis atau FeS2 dan dapat pula berbentuk mineral logam sulfida lainnya seperti
PbS, HgS, ZnS, CuFeS2 dan Cu2S. Dalam proses industri besi dan baja (tanur logam) banyak
dihasilkan SOx karena mineral-mineral logam banyak terikat dalam bentuk sulfida. Pada
proses peleburan sulfida logam diubah menjadi oksida logam. Proses ini juga sekaligus
menghilangkan belerang dari kandungan logam karena belerang merupakan pengotor logam.
Pada suhu tinggi sulfida logam mudah dioksida menjadi oksida logam melalui reaksi berikut :

Gambar 3. Emisi Sulfur Dioksida dari Cerobong Industri

Selain tergantung dari pemecahan batu bara yang dipakai sebagai bahan bakar,
penyebaran gas SOx, ke lingkungan juga tergnatung dari keadaan meteorologi dan geografi
setempat. Kelembaban udara juga mempengaruhi kecepatan perubahan SOx menjadi asam
sulfat maupun asam sulfit yang akan berkumpul bersama awan yang akhirnya akan jatuh
sebagai hujan asam. Hujan asam inilah yang menyebabkan kerusakan hutan di Eropa
(terutama di Jerman) karena banyak industri peleburan besi dan baja yang melibatkan
pemakaian batu bara maupun minyak bumi di negeri itu.

7
Gambar 4. Emisi Sulfur Dioksida dari Gunung Berapi

Meskipun sumber alami (gunung berapi atau panas bumi) mungkin hadir pada
beberapa tempat, sumber antropogenik, pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung
sulfur, mendominasi daerah perkotaan. Ini termasuk :

• Sumber pokok (pembangkit tenaga listrik, pabrik pembakaran, pertambangan dan


pengolahan logam)

• Sumber daerah (pemanasan domestik dan distrik)

• Sumber bergerak (mesin diesel).

Pola paparan dan durasi sering menunjukkan perbedaan daerah dan musim yang
signifikan, bergantung pada sumber dominan dan distribusi ruang, cuaca dan pola
penyebaran. Pada konsentrasi tinggi, dimana berlangsung untuk beberapa hari selama musim
dingin, bulan musim dingin yang stabil ketika penyebaran terbatas, masih terjadi pada banyak
bagian dunia dimana batu bara digunakan untuk tempat pemanasan. Sumber daerah biasanya
mendominasi pada beberapa peristiwa, hasil pada pola homogen konsentrasi dan
paparan/pembukaan.

Sebaliknya, jarak peristiwa waktu-singkat dari menit ke jam mungkin terjadi sebagai
hasil pengasapan, penyebaran atau arah angin dari sumber utama. Hasil pola paparan
bervariasi secara substantial, tergantung pada ketinggian emisi, dan kondisi cuaca. Variabel
sementara dari konsentrasi ambient juga sering tinggi pada keadaan tertentu, khususnya untuk
sumber lokal.

e) Dampak Pencemaran Udara akibat Belerang Oksida (SOx)

1. Kesehatan Manusia

Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan, kerusakan pada
tanaman terjadi pada kadasr sebesar 0,5 ppm. Pengaruh utama polutan Sox terhadap manusia
adalah iritasi sistim pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan

8
terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif
iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan
terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem
pernafasankadiovaskular.Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap
kontak dengan SO2, meskipun dengan kadar yang relatif rendah.

Dalam bentuk gas, SO2 dapat menyebabkan iritasi pada paru-paru yang menyebabkan
timbulnya kesulitan bernafas, terutama pada kelompok orang yang sensitive seperti orang
berpenyakit asma, anak-anak dan lansia. SO2 juga mampu bereaksi dengan senyawa kimia
lain membentuk partikel sulfat yang jika terhirup dapat terakumulasi di paru-paru dan
menyebabkan kesulitan bernapas, penyakit pernapasan, dan bahkan kematian (EPA, 2007).

Tabel 1. Pengaruh Konsentrasi Sulfur Dioksida terhadap Kesehatan Manusia

2. Ekosistem dan Lingkungan

Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil (misalnya: minyak


bumi, batu bara) juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida (CO2), nitrogen
oksida (NOx),dan sulfur dioksida (SO2) yang menyebabkan pencemaran udara (hujan asam,
smog dan pemanasan global. Emisi SO2 (Sulfur dioksida) adalah pelepasan gas SO2 ke udara
yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan peleburan logam. Seperti kadar NOx di
udara, setengah dari konsentrasi SO2 juga berasal dari kegiatan manusia. Gas SO2 yang
teremisi ke udara dapat membentuk asam sulfat (H2SO4) yang menyebabkan terjadinya
hujan asam.

Emisi gas SO2 ke udara dapat bereaksi dengan uap air di awan dan membentuk asam
sulfat (H2SO4) yang merupakan asam kuat. Jika dari awan tersebut turun hujan, air hujan
tersebut bersifat asam (pH-nya lebih kecil dari 5,6 yang merupakan pH “hujan normal”),
yang dikenal sebagai “hujan asam”. Hujan asam menyebabkan tanah dan perairan (danau dan
sungai) menjadi asam. Untuk pertanian dan hutan, dengan asamnya tanah akan
9
mempengaruhi pertumbuhan tanaman produksi. Untuk perairan, hujan asam akan
menyebabkan terganggunya makhluk hidup di dalamnya. Selain itu hujan asam secara
langsung menyebabkan rusaknya bangunan (karat, lapuk).

3. Hewan

The National Academy Of Sciences (1978) juga dapat menyimpulkanpengaruh pH


terhadap ikan. Di Norwegia presipitasi asam juga mempunyai pengaruh terhadap perikanan
komersial. Wright dkk (1977) melaporkan bahwa penurunan penangkapan ikan salmon di
sungai-sungai selama seratus tahun yang lalu, disebabkan oleh penurunan pH yang tetap.
Dengan penurunanya pH terjadi serangkaian perubahan kimiawi yang menyebabkan
penurunan laju daur zat makanan dalam sistem perairan. Dengan demikian, terdapat
penurunan jumlah bahan organik dalam suatu daerah dansuatu pergeseran keadaan
oligotropik didanau. Perubahan ekologis mengikuti pengaruh umum zat toksik terhadap
ekosistem.

4. Tumbuhan

Sulfur dioksida juga berbahaya bagi tanaman. Adanya gas ini pada konsentrasi tinggi
dapat membunuh jaringan pada daun. pinggiran daun dan daerah diantara tulang-tulang daun
rusak. Secara kronis SO2 menyebabkan terjadinya khlorosis. Kerusakan tanaman ini akan
diperparah dengan kenaikan kelembaban udara. SO2 diudara akan berubah menjadi asam
sulfat. Oleh karena itu, didaerah dengan adanya pencemaran oleh SO2 yang cukup tinggi,
tanaman akan rusak oleh aerosol asam sulfat.

10
Pada dasarnya ekosistem darat tumbuhan mudah terpengaruh. Perbedaan dalam
kerentanan pada berbagai spesies tanaman yang berbeda telah didokumentasi dengan baik.
Hal ini konsisten dengan adanya beragam spesies tanaman dari pusat kota dan daerah
industri, sedangkan spesies yang samadekat dengan daerah perbatasan. Kerentanan selalu
mencerminkan perbedandalam faktor genetik, umur, atau keadaan fisiologis. Tidak hanya
adanyaperbedaan antara spesies tetapi seringkali terdapat keragaman antara genotiftanaman.
Dalam sejumlah kasus terjadi seleksi genetik didalam beberapa komunitas tanaman alamiah
terhadap daya tahan pencemaran atmosfer.Pengaruh sulfur dioksida dan presipitasi asam
paling nyata dan buruk dalam ekosistem hutan yang berbatasan dengan peleburan atau
beberapa sumber pusat pencemaran lainnya. Sejalan dengan penelitian lainnya, spesies lumut
bertambah dan diversivitas meningkat dengan meningkatnya jarak dari gedung dibandingkan
dengan sisi arus angin naik. Jenis pepohonan tertentu, sweet birch dan pinus putih, diketahui
paling rentan terhadap pencemaran atmosfer.

5. Material

Kerusakan juga dialami oleh bangunan yang bahan-bahannya seperti batu kapur, batu
pualam, dolomit akan dirusak oleh SO2 dari udara. Efek dari kerusakan ini akan tampak pada
penampilannya, integritas struktur, dan umur dari gedung tersebut. Kerusakan oleh
pencemaran SO2 juga dialami oleh bangunan yang bahan-bahannya seperti batu kapur, batu
pualam, dolomit akan dirusak oleh SO2 dari udara. Efek dari kerusakan ini akan tampak pada
penampilannya, integritas struktur, dan umur dari gedung tersebut. Ancaman serius juga
dapat terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan patung. Hujan asam dapat
merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal pada batuan
yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan merusak batuan.

11
f. Upaya mencegah pencemaran udara Belerang Oksida (SOx)

Terjadinya pencemaran udara, tentu harus segera ditanggulangi dengan melakukan


pencegahan sedini mungkin agar tidak terjadi kesakitan pada manusia. Dalam melakukan
pencegahan secara tepat tergantung pada sifat dan sumber polutan udara. Pada dasarnya
caranya dibedakan menjadi mengurangi polutan dengan alat-alat, mengubah polutan,
melarutkan polutan, dan mendispersikan polutan.
Menurut dr.drh. Mangku Sitepoe (1997), ada lima dasar dalam mencegah atau
memperbaiki pencemaran udara berbentuk gas.
1. Absorbsi. Melakukan solven yang baik untuk memisahkan polutan gas dengan
konsentrasi yang cukup tinggi. Biasanya absorbennya air, tetapi kadang-kadang dapat
juga tidak menggunakan air (dry absorben).
2. Adsorbsi. Mempergunakan kekuatan tarik-menarik antara molekul polutan dan zat
adsorben. Dalam proses adsorbsi dipergunakan bahan padat yang dapat menyerap
polutan. Berbagai tipe adsorben antara lain Karbon Aktif dan Silikat.
3. Kondensasi. Dengan kondensasi dimaksudkan agar polutan gas diarahkan mencapai
titik kondensasi, terutama dikerjakan pada polutan gas yang bertitik kondensasi tinggi
dan penguapan yang rendah (Hidrokarbon dan gas organik lain).
4. Pembakaran. Mempergunakan proses oksidasi panas untuk menghancurkan gas
Hidrokarbon yang terdapat di dalam polutan. Hasil pembakaran berupa Karbon
Dioksida dan air. Adapun proses pemisahannya secara fisik dikerjakan bersama-sama
dengan proses pembakaran secara kimia.
5. Reaksi kimia. Banyak dipergunakan pada emisi golongan Nitrogen dan Belerang.
Membersihkan gas golongan Nitrogen, caranya dengan diinjeksikan Amoniak yang
akan bereaksi kimia dengan NOx dan membentuk bahan padat yang mengendap.

12
Untuk menjernihkan golongan Belerang dipergunakan copper oksid atau kapur
dicampur arang.
Sementara itu, pencegahan pencemaran udara berbentuk partikel dapat dilakukan
melalui enam konsep.
1. “Membersihkan” (Scrubbing). Mempergunakan cairan untuk memisahkan polutan.
Alat scrubbing ada berbagai jenis, yaitu berbentuk plat, masif, fibrous, dan spray.
2. Menggunakan filter. Dimaksudkan untuk menangkap polutan partikel pada
permukaan filter. Filter yang dipergunakan berukuran sekecil mungkin. Filter bersifat
semipermeable yang dapat dibersihkan, kadang-kadang dikombinasikan dengan
pembersihan gas dan filter polutan partikel.
3. Mempergunakan presipitasi elektrostatik. Cara ini berbeda dengan cara mekanis
lainnya, sebab langsung ke butir-butir partikel. Polutan dialirkan di antara pelat yang
diberi aliran listrik sehingga presipitator yang akan mempresipitasikan polutan
partikel dan ditampung di dalam kolektor. Pada bagian lain akan keluar udara yang
telah dibersihkan.
4. Mempergunakan kolektor mekanis. Dengan menggunakan tenaga gravitasi dan
tenaga kinetis atau kombinasi keduanya untuk mengendapkan partikel. Sebagai
kolektor dipergunakan gaya sentripetal yang memakai siklon.
5. Program langit biru. Yaitu program untuk mengurangi pencemaran udara, baik
pencemaran udara yang bergerak maupun stasioner. Dalam hal ini, ada tiga tindakan
yang dilakukan terhadap pencemaran udara akibat transportasi yaitu: Pertama,
mengganti bahan bakar kendaraan. Bahan bakar disel dan premium pembakarannya
kurang sempurna sehingga terjadi polutan yang berbahaya. Dalam program lagit biru,
hal ini dikaitkan dengan penggantian bahan bakar ke arah bahan bakar gas yang
memberikan hasil pembakaran lebih baik. Kedua, mengubah mesin kendaraan. Mesin
dengan bahan bakar disel diganti dengan mesin bahan bakar gas. Ketiga, memasang
alat-alat pembersihan polutan pada kendaraan bermotor.
6. Menggalakan penanaman pohon. Mempertahankan paru-paru kota dengan
memperluas pertamanan dan penanaman berbagai jenis pohon sebagai penangkal
pencemaran. Sebab tumbuhan akan menyerap hasil pencemaran udara (CO2) dan
melepaskan oksigen sehingga mengisap polutan dan mengurangi polutan dengan
kehadiran oksigen.

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pencemaran Udara adalah peristiwa masuknya, atau tercampurnya, polutan
(unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat
mengakibatkan menurunnya kualitas udara (lingkungan).
2. Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx terdiri atas gas SO2 dan gas
SO3 yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan tidak
mudah terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif. SOx mempunyai ciri
bau yang tajam, bersifat korosif (penyebab karat), beracun karena selalu mengikat
oksigen untuk mencapai kestabilan phasa gasnya.
3. Pencemaran SOx diudara terutama berasal dari pemakaian baru bara yang
digunakan pada kegiatan industri, transportasi, dan lain sebagainya.
4. Jenis-jenis pencemaran udara menurut bentuk : gas, pertikel. Menurut tempat :
ruangan (indoor), udara bebas (outdoor). Gangguan kesehatan : Iritansia, asfiksia,
anetesia, toksis. Menurut asal : primer, sekunder
5. Sumber pencemaran udara yaitu: kegiatan manusia, sumber alami, kebocoran
tangki klor, dan lain-lain
6. Pencemran udara dapat membahayakan kesehatan manusia, kesehatan tanaman,
dapat menyebabkan hujan asam, efek ruma kaca, kerusakan lapisan ozon, dan
sebagainya.
7. Ada lima dasar dalam mencegah atau memperbaiki pencemaran udara berbentuk
gas yaitu: absorbsi, adsorbsi, kondensasi, pembakaran, dan reaksi kimia.

B. SARAN
Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara yang lebih lanjut hendaknya
kita semua ikut menjaga kebersihan udara dan meminimalkan pencemaran udara,
misalnya tidak memakai kendaraan bermotor yang mengeluarkan banyak asap, tidak
membuang gas yang berbahaya secara sembarangan terutama bagi kegiatan industri,
dan lain sebagainya agar kebersihan udara tetap terjaga.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://htotechno.blogspot.com/2014/06/makalah-pencemaran-udara-lengkap.html /

(Diakses sabtu 6 desember 2014 pukul 10.01

http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_lingkungan/dampak-pencemaran-udara-oleh-
belerang-oksida-sox/ (di akses sabtu 6 Desember 2014 pukul 10.42)

http://ahmadchem.blogspot.com/2009/11/dampak-pencemaran-so2.html)

(diakses sabtu 6 desember 2014 pukul 8.45)

https://airpollution8.wordpress.com/2013/02/23/sulfur-dioksida/

( diakses sabtu 6 desember 2014 pukul 10.49)

http://pengen-tau.weebly.com/sulfur-dioksida.html

(Diakses sabtu 6 desember 2014 pukul 10.55)

http://amrul99.blogspot.com/2013/04/pencemaran-gas-so2.html

(Diakses sabtu 6 desember 2014 pukul 10.59)

http://pollutiononmyearth.weebly.com/uploads/1/7/5/6/17565209/polusi-udara.pdf

(diakses sabtu 6 desember 2014 pukul 12.45)

https://putraprabu.wordpress.com/tag/partikel/

(Diakses sabtu 6 desember 2014 pukul 10.38)

(http://ahmadchem.blogspot.com/2009/11/dampak-pencemaran-so2.html)

(Diakses sabtu 6 desember 2014 pukul 14.25 )

15

Anda mungkin juga menyukai