Anda di halaman 1dari 13

NAMA : AZELIA RENATA

NIM : 14010120140106

PRODI : ILMU PEMERINTAHAN 2020

MATKUL : KOMUNIKASI PEMERINTAHAN 06

PERTEMUAN 1

Korelasi antara artikel tersebut dengan mata kuliah komunikasi pemerintahan yaitu terkait dengan
disintegrasi indonesia melalui aktivitas komunikasi di media sosial. Di zaman yang semakin maju
dan modern ini tentu kita ketahui bahwa hampir semua kegiatan berbasis dengan digital atau
internet. Kegiatan berbasis digital ini diperkuat dengan keadaan pandemi saat ini, dimana semua
kegiatan di lakukan dalam jaringan. Media sosial bisa jadi terdapat buzzer, buzzer sendiri
merupakan salah satu alat komunikasi di dalam pemerintahan saat ini. Informasi yg dikeluarkan
lewat media sosial itu bisa jadi murni 100% fakta bisa jadi telah di manipulasi. Hal tersebut lah yg
sering menimbulkan perpecahan serta tak jarang menimbulkan kontravensi. Hal ini disebabkan
terdapat nya sarana komunikasi yg mudah di jangkau sehingga dapat menjangkau semua kalangan
di masyarakat untuk mempengaruhi opini tentang politik tersebut. Hal ini lah yg mungkin di
manfaatkan beberapa politikus dengan cara memakai buzzer dalam kepentingan politik mereka,
sehingga menyebabkan disintegrasi atau perpecahan di indonesia melalu berbagai opini yang
mungkin saja bersifat kontroversi.

PERTEMUAN 2

PETAKA KARNA KATA: BLUNDER KOMUNIKASI POLITIK, KABINET JOKOWI DI


ERA PANDEMI

Pembicara : Wijayanto, Ph.D. (Direktur Center for Media and Democracy LP3ES)
Komunikasi di dalam suatu pemerintahan merupakan suatu hal yang penting dan bisa di katakana
sebagai kunci dalam keberlangsungan aktivitas pemerintahan. Fakta nya, bahwa semakin bagus
dan semakin baik nya suatu kualitas komunikasi antar kelompok di dalam suatu pemerintahan
maka tingkat kepercayaan di dalam kelompok tersebut juga akan semakin tinggi. Hal tersebut
berbanding terbalik jika buruk nya kualitas komunikasi di dalam suatu kelompok maka akan
rendah juga tingkat kepercayaan di dalam suatu kelompok tersebut. Maka dari itu, kualitas
komunikasi yang baik akan membangun kepercayaan yang baik juga serta menyeluruh.

Saat ini kita ketahui bahwa dunia sedang di landa pandemic covid-19, hampir seluruh negara di
dunia terkena wabah covid-19 tak terkecuali Indonesia. Sejak di umumkan nya kasus pertama
positif covid di Indonesia pada tanggal tanggal 2 maret 2020, seharus nya pemerintah sudah
menjalin komunikasi yang baik dan serius untuk menghadapi wabah ini supaya tidk semakin
berlanjut parah hingga saat ini. Namun kita ketahui bahwa sejak di umumkan nya kasus covid
pertama di Indonesia, justru banyak statement yang di kelurkan oleh jajaran pemerintahan seperti
menteri kesehatan pada saat itu yaitu pak terawan, beliau malah memberikan statement yang
seolah-olah mengabaikan wabah covid-19 ini yaitu ”Dari 1,4 miliar penduduk sana ya paling 2
ribuan (yang terkena corona). (sebanyak) 2 ribu dari 1,4 miliar itukan kaya apa, karena itu
pencegahan nya jangan panic, jangan resah, enjoy aja, makan yang cukup”. Kemudian presiden
kita sendiri juga mengeluarkan statement berupa corona berdampak bagi pariwisata, jokowi
meminta maskapai di beri insentif. Lalu ada juga statement mentri kita yaitu luhut panjaitan yang
membawa hal ini kedalam lelucon atau bahan bercandaan, yaitu “ corona? Corona masuk
batam?hah?mobil corona. Corona kan sudah pergi dari Indonesia”. Dan masi banyak lagi
statement yang justru bisa di sebut sebagai blunder bagi dirinya sendiri. Padahal seharus nya di
masa genting pada saat itu, pemerintahan bisa menanggapi nya dengan baik, berkomunikasi
bersama untuk mencegah virus corona menyebar semakin luas. Akibat dari banyak nya statement
yang dikeluarkan jajaran pemerintah, terdapat terjadi nya penurunan kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah. Sebanyak 63% masyarakat memiliki sentiment negative terhadap
pemerintahan, lebih dari 8000 tweets negative ditujukan untuk presiden dan 93% dari 16000 tweets
negative yang ditujukan untuk mentri kesehatan.

Penelitian tersebut merupakan hasil dari analisis big data yang dilakukan di platform seperti
facebook, twitter, dan youtube oleh media massa sejak 1 januari hingga 5 april 2020. Hasil dari
analisis big data ini sendiri bisa kita lihat sentiment serta respon public terhadap kinerja
pemerintahan. Hal ini berlandaskan dari teori Harold D. Lasswell (1948), yang mengatakan bahwa
komunikasi merupakan siapa melakukan apa, melalui apa, memakai media apa, dan kepada siapa,
serta efek nya bagamimana? . kemudian menurut Reynolds and Seeger (2005), mereka membagi
komunikasi krisis di masa bencana kedalam lima tahapan, yaitu :
A. Fase sebelum krisis
Di fase ini pemerintah melakukan komunikasi dengan public terkait bencana untuk
memberikan pengetahuan lebih awal agar public sendiri memahami apa yang harus di
lakukan dan menyiapkan diri terhadap krisis yang akan dihadapi. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan rasa percaya public terhadap pemerintahan. Kunci keberhasilan pada fase
ini adalah koordinasi dan komunikasi serta mencegah hoax agar tidak terjadi nya
misscomuniaction.
B. Fase awal krisis
Pada fase ini, pemerintah harus sudah menyiapkan satu pintu untuk menyaring komunikasi
dengan public. Tujuan nya agar tidak terjadi nya berita simpang siur atau bahkan tersebar
nya hoax. Penyusunan berita yang baik serta akurat dan dapat dipahami bertujuan agar
masyarakat paham dan dapat bersiaga berdasarkan data tersebut.
C. Fase krisis
Didalam fase ini, pemerintah harus sudah selalu update kondisi terkini dan memberikan
energy positif kepada public agar public semakin yakin dan berpikiran positif bahwa
kondisi ini akan segera berakhir.

D. Fase resolusi
Fase ini pemerintahan diharapkan sudah menyiapkan berbagai solusi dalam menyelesaikan
masalah atau bencana yang sedang terjadi.
E. Fase evaluasi
Di fase ini pemerintahan beserta jajaran nya melakukan bebenah atau melihat apa yang
kurang selama kejadian kemarin dan melakukan perbaikan di masa kinerja selanjutnya.

Dapat disimpulkan berdasarkan pernyataan di atas bahwa pernyataan blunder yang dikeluarkan
oleh jajaran pemerintahan dalam masa pandemic covid-19 terdapat 13 statement, 4 diantaranya
pernyataan awal krisis, dan 20 pernyataan di masa krisis. Hal tersebut justru menunjukan
pemerintah tidak serius dalam menangani pandemic covid-19 dan terkesan menyepelekan wabah
covid-19. Public sendiri merasa gagal dalam menghadapi krisis ini, terbukti dengan masi tinggi
nya kasus corona di Indonesia. Dari pembahasan di atas kita ketahui bersama bahwa komunikasi
pemerintahan yang baik akan menghasilkan kepercayaan dan solidaritas yang tinggi.
Pembicara : Abdul Gafar Karim (Dosen Departemen Politik dan Pemerintahan FISIPOL
UGM)

Abdul Gafar berpendapat bahwa penanganan kasus covid-19 di Indonesia ini dirasa belum
maksimal, hal ini bisa dilihat dari sering nya misscomunication yang terjadi beberapa saat lalu.
Seperti contoh nya kemenhub sendiri mengizinkan untuk mudik dengan memperketat syarat dan
ketentuan nya, akan tetapi jajaran atas sendiri seperti presiden melarang mudik. Hal ini membuat
public merasa kebingungan yang akhirnya terjadi lah misscomunication, bahkan sempat terjadi
ricuh akibat penyekatan di berbagai jalan yang digunakan untuk arus mudik. Akibat nya terjadi
bentrokan antar masyarakat dengan pihak yang bertugas di jalanan seperti pihak kepolisian. Hal
ini menjadi bukti bahwa minim nya komunikasi yang baik antara pemerintahan dengan public
sehingga membentuk berbagai macam noise (kebisingan atau kegaduhan). Dari sini lah muncul
kembali rasa tidak percaya rakyat kepada pemerintahan.

Blunder komunikasi yang terjadi di pemerintahan kita saat ini lebih bahaya dari sekedar ignorance.
Karena terdapat faksi sebuah kelompok dalam badan pemerintahan. Perpecahan dalam integrasi
pembentuk kebijakan terdiri dari tiga factor yang mendasar dari bentuk kegagalan komunikasi
pemerintahan, yaitu :

a) Sektor
Terjadi nya pemaksaan ego structural antar kementrian yang menjadi realitas pemicu
terjadi nya kegagalan komunikasi
b) Problema sistemik politik yaitu watak koalisi
Di Indonesia sendiri kita ketahui bahwa karakteristik koalisi yang berbeda dan memiliki
kepentingan politis yang beragam. Meskipun Indonesia merupakan negara yang
menggunakan sistem presidensial, pada kenyataan nya pemerintah Indonesia masi
tergantung pada kepentingan politik itu sendiri.
c) Investasi electoral
Hal tersebut juga turut mewrnai kegagalan komunikasi dalam pemerintahan. Hal tersebut
terjadi karena pemangku kebijakan memiliki sifat yang egois dan mementingkan diri nya
sendiri berdampak pada berita yang simpang siur.
Factor-faktor di atas yang memperkuat semakin berkurang secara drastic kepercayaan public
terhadap pemerintahan.

Pembicara: Fajar Nur Sahid ( Direktur Eksekutif LP3ES )

Berdasarkan apa yang telah di paparkan oleh Fajar Nur Sahid, bahwa sebuah komunikasi yang
baik adalah yang dapat menghasilkan informasi. Informasi sendiri tidak bisa disebut sebuah
informasi apabila tidak mengurangi kepastian. Begitu juga dengan seorang komunikator yang baik
adalah yang memberikan informasi yag akurat serta obligatif. Komunikator sendiri setidak nya
membutuhkan satu subjek yang valid dan mempunyai otoritas dalam menyampaikan informasi
tersebut. Dalam situasi pandemic covid-19 saat ini, kita ketahui bahwa komunikasi yang baik
merupakan kunci. Beliau juga berpendapat bahwa harus ada otoritas yang mewakili pemerintahan
untuk menyampaikan sebuah informasi terhadap public. Kita ambil contoh bahwa mentri terawan
dan ahmdad yurianto merupakan perwakilan otoritas dari pemerintahan untuk menyampaikan
informasi tentang pandemic covid-19.

Pada dasar nya, komunikasi yang baik terdapat banyak sekali fase dan syarat yang dibutuhkan.
Sebagai contoh dapat kita lihat bahwa banyak nya otoritas dari perwakilan pemerintahan yang
menyampaikan informasi dengan tidak empati, sebagai contoh terkait pernyataan bahwa” covid
ini bisa sembuh dengan sendiri nya”. Hal tersebut menjadi bukti bahwa semakin hilang nya
informasi yang disampaikan oleh nya sendiri. Kemudian aspek-aspek yang denial juga menjadi
hal yang sangat menarik untuk diteliti karena banyak informasi yang krusial yang dimana seharus
nya disampaikan dengan baik ke public namun saying nya ini tidak. Aspek denial ini yang justru
semakin menggerus pesan-pesan politik yang harus di sampaikan. Pada dasarnya, pesan politik
yang baik bukan lah pesan yang menolak apa yang terjadi, melainkan bisa menjadi pesan yang
disampaikan secara terbuka dan valid sifat nya.

Pembicara : Imam Maulana ( Peneliti Data )

Imam maulana sendiri menggunakan analisis big data dalam penelitian tentang perpektif public
terhadap pemerintahan di masa pandemic covid-19. Penelitian ini menggunakan platform twitter
sejak tanggal 27 februari hingga 22 maret. Demi mendapatkan hasil yang sangat akurat, beliau
memisahkan antara pengguna real account dengan buzzer politik. Hal ini dilakukan karena supaya
mendapatkan feedback yang mudah dan cepat karena kita ketahui bahwa di masa pandemic saat
ini penggunaan media social sangat lah tinggi. Terdapat 135.000 partisipan yang menjadi subjek
riset, dimana 33,72% menunjukan sentiment positif dan 66,28% menunjukan sentiment negative
terhadap pemerintahan. Pandangan atau sentiment negative bukan lah hasil rekayasa atau tipu
daya, melainkan sebuah fakta sesuai dengan apa yang dirasakan oleh masyarakat di masa
pandemic covid-19 ini. Sentiment negative ini banyak ditunjukan untuk menteri kesehatan pada
saat itu yang di anggap tidak menganggap serius dan terkesan menyepelekan pandemic covid-19
ini. Pengabaian yang dilakukan oleh pemerintahan, gelar duta imunitas corona, jokes tentang susu
kuda liar dapat mencegah corona, serta kacau nya koordinasi antarapusat dan daerah. Namun,
disamping itu pemerintah juga mendapat sentiment positif seperti, gubernur anise baswedan yang
di nilai sudah tepat dalam menangani kasus corona, mendagri yang mendukung daerah untuk
bersama-sama melawan corona, dan pemgalihan dana untuk menangani kasus corona. Hal ini
menjadi bukti bahwa di samping banyak nya sentiment negative yang di berikan, namun tetap ada
juga sentiment positif sebagai bentuk apresiasi masyarakat terhadap perwakilan pemerintahan
yang benar-benar serius dalam menangani pandemic covid-19.
PENDAPAT PRIBADI

Berdasarkan apa yang telah di paparkan di atas sesuai dengan materi yang telah disampaikan,
bahwa kita ketahui bersama sebuah komunikasi adalah hal yang sangat penting dimanapun dan
kapanpun, apalagi di dalam sebuah pemerintahan. Hal tersebut di tambah dengan kita semua saat
ini sedang menghadapi sebuah wabah yang menyebar hampir di seluruh negara di dunia ini.
Komunikasi yang baik di dalam sebuah pemerintahan adalah komunikasi yang dapat memberikan
sebuah informasi yang actual serta transparan. Di masa-masa seperti ini bukanlah waktu yang tepat
untuk menyepelekan atau bahkan membuat ini bahan lelucon atau bercandaan. Namun ironis nya
hal inilah yang terjadi di masa pemerintahan jokowi. Dimana banyak nya statement yang justru
menjadi blunder bagi jajaran pemerintahan itu sendiri. Sebagai contoh statement mentri kita yaitu
luhut panjaitan yang menyebutkan kalimat “ corona? Corona masuk batam? hah? mobil corona.
Corona kan sudah pergi dari Indonesia”. Hal tersebut menurut saya bukan lah kata kata yang tepat
untuk diucapkan di masa pandemic saat ini. Kita ketahui seluruh masyarakat Indonesia terdampak
dan banyak sekali yang merasa kesusahan tidak pandang bulu apakah dia berasal dari kalangan
atas atau pun bukan, semua sama, merasa kesusahan akibat pandemic covid ini. Kemudian banyak
nya missinformation dan misscomunication yang terjadi seperti contoh antara kebijakan pusat dan
kebijakan daerah yang berbeda terkait larangan mudik dan sholat idul fitri pada saat momen
lebaran. Hal tersebut semakin memperlihatkan bahwa buruk nya komunikasi pemerintahan yang
terjadi saat ini. Hal tersebut sangat berdampak yaitu semakin tergerus nya rasa kepercayaan
masyarakat kepada pemerintahan. Rasa percaya nya saja sudah hilang, lalu bagaimana mau di atur
untuk langkah selanjutnya dalam penanganan covid ini?. Tentu hal ini menjadi boomerang bagi
pemerintahan itu sendiri. Terbukti dengan dilakukan nya sebuah riset big data yang dilakukan di
media social menggunakan platform twiter. Terdapat 135.000 partisipan yang menjadi subjek
dalam penelitian ini. Hasil yang sangat mengejutkan bahwa lebih dari 60% menunjukan sentiment
negative terhadap pemerintahan dan itu banyak ditujukan untuk menteri kesehatan kita pada saat
itu yang di anggap lalai dan terkesan menyepelekan kasus covid-19. Tentu hal tersebut sangat
berkaitan dengan mata kuliah komunikasi pemerintahan yang saat ini sedang saya pelajari, kita
bisa ambil pelajaran bahwa sebuah komunikasi merupakan sebuah kunci dalam penanganan
sebuah masalah. Komunikasi yang baik, kondusif , serta transparan dapat menimbulkan rasa
kepercayaan masyrakat . jika masyarakat sudah percaya, maka pemerintah pun akan jauh lebih
mudah dalam mengatur kasus pandemic covid-19 ini. Namun sebalik nya, jika rasa kepercayaan
terhadap pemerintahan saja sudah tidak ada, bagaimana selanjutnya pemerintahan mau bergerak
kedepan jika satu informasi atau satu statement yang di keluarkan saja sudah tidak mau di dengar
apalagi untuk di percaya. Sungguh fatal sebuah statement yang kini menjadi boomerang untuk
jajaran pemerintahan. Dari sini kita mengambil satu pelajaran penting bahwa pemerintahan yang
baik adalah pemerintahan yang dapat melakukan komunikasi yang kondusif serta transparan
terhadap public. Tidak ada data yang di ubah, tidak ada statement yang terkesan menyepelekan,
semua saling menghargai demi keberlangsungan hidup di masa pandemic. Pada akhirnya rasa
kepercayaan semakin tergerus dan lama kelamaan jika terus seperti ini, maka hilang sudah rasa
kepercayaan dan hal tersebut sangat berbahaya karna bisa menimbulkan disintegrasi di indoneia.
Semoga hal itu tidak terjadi, karna kita tau bahwa semboyan bhineka tunggal ika itu nyata adanya
dan harus di aplikasikan di seluruh rakyat Indonesia.

PERTEMUAN 3

-Definisi komunikasi menurut Harold d Laswel, Laswell (1948) mendefinisikan komunikasi


sebagai sesuatu yang mana dapat digunakan sebagai alat penyampai pesan yang berdasar pada
pertanyaan “who says, what, in which channel, to whom, with what effect?”. Laswell berusaha
menjelaskan sebuah komunikasi harus dapat menjawab “tentang siapa? mengatakan apa? Dimana?
Untuk siapa? Apa efeknya?”. Teri Laswell menyebutkan lima unsur utama komunikasi, yaitu
komunikatir, pesan, media, komunikan, dan efek.

-Definisi komunikasi pemerintahan merupakan semua bentuk baik praktik nya yg di dasarkan
untuk kepentingan serta kemajuan pemerintahan. Jika dilihat dari artikel tersebut , komunikasi
pemerintahan hal penting yg berfungsi sebagai sarana yang memiliki wewenang yang besar
terhadap berbagai kebijakan yang telah di rancang serta penyediaan informasi juga untuk
masyarakat. Komunikasi pemerintahan juga menjadi jembatan komunikasi dari pihak eksekutif ke
pihak legislatif dan masyarakat.

PERTEMUAN 4

SEBUTKAN 4 TAHAP KOMUNIKASI KRISIS, LALU ANALISA ADA DI TAHAP MANA


KOMUNIKASI KRISIS DI MASA PANDEMI.

komunikasi krisis adalah kegiatan pemberian informasi untuk menjelaskan tentang terjadinya
krisis, baik yang disebabkan oleh bencana alam, gangguan teknis, kesalahan manusia maupun
karena krisis komunikasi, termasuk upaya-upaya yang telah dilakukan dan akan dilakukan oleh
manajemen perusahaan untuk dapat segera menyelesaikan atau membantu menyelesaikan krisis
sehingga krisis tersebut bisa segera ditanggulangi, tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar
lagi dan tentunya tidak menimbulkan korban jiwa manusia maupun korban lukaluka. Tujuan
komunikasi krisis adalah dalam rangka mencapai tujuan manajemen krisis. Tujuan manajemen
krisis adalah, pasti, menghindari krisis lebih di atas segalanya. Namun bila tidak dapat dihindari,
tujuannya adalah menghentikan krisis dengan cepat, membatasi kerugian, memulihkan dan
mengembalikan kepercayaan publik, meraih kembali reputasi perusahaan yang sudah rusak atau
hilang. Keberhasilan komunikasi krisis dilihat dari keberhasilannya dalam membantu mewujudkan
tujuan manajemen krisis. Terdapat empat tahap komunikasi krisis meliputi pra-krisis (resiko), awal
krisis (peristiwa awal), masa krisis, pembersihan dan pemulihan (resolusi) yang diakhiri dengan
evaluasi. Tahap pra-krisis atau resiko, dilihat dari segi gagasan tradisional tahap tersebut tepat
untuk mendidik masyarakat mengenai potensi ancaman dan untuk mendorong persiapan yang tepat
dan perilaku pengurangan risiko. Pada tahap ini terdapat adanya pemantauan dan pengenalan risiko
yang muncul dengan pemahaman masyarakat umum mengenai risiko.Persiapan publik untuk
mengantisipasi kemungkinan kejadian yang tidak diinginkan dengan cara adanya perubahan
perilaku untuk mengurangi kemungkinan bahaya. Pesan peringatan khusus tentang beberapa
ancaman utama. Oleh karena itu, muncul aliansi dan kerjasama dengan instansi, organisasi, dan
kelompok. berkembangnya rekomendasi konsensual oleh para ahli dan pertama responden. Hal
tersebut mengarah pada pengembangan dan pengujian pesan untuk tahap selanjutnya. Tahap awal
krisis, biasanya tahap ini disebut dengan tahap letusan atau peristiwa awal. Berlangsungnya
komunikasi secara cepat kepada masyarakat umum dan kelompok yang terkena dampak yang ingin
membangun rasa empati, kepastian, dan pengurangan gejolak emosional. Krisis yang ditunjuk
pada tahap ini mengarah untuk juru bicara lembaga dan saluran formal dan metode komunikasi.
Pemahaman umum dan luas tentang keadaan krisis, konsekuensi, dan hasil yang diantisipasi
berdasarkan ketersediaan informasi. Pengurangan ketidakpastian terkait krisis pada pemahaman
khusus tentang manajemen darurat tanggapan masyarakat. Oleh karena itu, berkembang
pemahaman tentang efikasi diri dan aktivitas respons pribadi dalam artian bagaimana dan di mana
mendapatkan lebih banyak informasi akan hal tersebut. Tahap krisis, terjadinya komunikasi di
dalam pemahaman publik yang lebih akurat tentang risiko yang sedang berlangsung mengenai
faktor latar belakang dan masalah. Diimbangi dengan dukungan dan kerja sama berbasis luas
dengan respons dan upaya pemulihan. Umpan balik dari publik yang terkena dampak dan koreksi
atas kesalahpahaman disebabkan oleh rumor. Penjelasan berkelanjutan dan pengulangan efikasi
diri dan pribadi dalam aktivitas respons. Pengambilan keputusan yang diinformasikan oleh publik
berdasarkan pemahaman mengenai manfaat. Sehingga pada tahap ini masih terjadi akibat umpan
balik dari publik yang belum mampu menghapi dampak yang akan terjadi juga disebakan oleh
adanya kesalahpahaman yang berasal dari rumor-rumor yang beredar. Tahap pembersihan dan
pemulihan (resolusi). Bagi publik yang terkena dampak berusaha untuk menginformasikan dan
membujuk tentang pembersihan, perbaikan, pemulihan, dan adanya upaya membangun kembali.
Memfasilitasi diskusi dan penyelesaian masalah secara luas, jujur, dan terbuka mengenai
penyebab, kesalahan, tanggung jawab, dan kecukupan tanggapan. Dengan hal itu, dapat
menciptakan pemahaman publik tentang risiko baru dan pemahaman baru tentang risiko serta
perilaku penghindaran risiko baru dan prosedur tanggapan. Dengan cara mempromosikan kegiatan
dan kemampuan lembaga dan organisasi untuk memperkuat identitas dan citra perusahaan yang
positif. Terakhir terdapat juga evaluasi, dalam komunikasai krisis tahap evaluasi yaitu
mengevaluasi dan menilai tanggapan, termasuk efektivitas komunikasi yang diokumentasikan,
formalkan, dan komunikasikan pelajaran yang didapat. Menentukan tindakan spesifik untuk
meningkatkan komunikasi krisis dan krisis kemampuan respond, serta membuat keterkaitan
dengan kegiatan sebelum krisis dengan pendekatan komunikasi yang lebih komprehensif. Analisa
di masa pandemi Indonesia hari ini ada di tahap resolusi. Pandemi Covid-19 ini pemerintah dalam
berkomunikasi sudah menciptakan pemahaman publik tentang risiko baru dan pemahaman baru
tentang risiko serta perilaku penghindaran risiko baru dan prosedur tanggapan. Pengambilan
keputusan yang diinformasikan oleh publik berdasarkan pemahaman mengenai manfaat. Bisa
dibuktikan dengan adanya PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) dan vaksin,
yang ditujukan agar seluruh masyarakat mengerti akan hal tersebut dapat mengurangi resiko
penularan Covid-19 ini. Yang dimana hal tersebut dilakukan dengan cara mempromosikan
kegiatan dan juga mengimplementasikan melalui arahan dari pemerintahan, media sosial, serta
adanya sosialisasi-sosialisasi mengenai PPKM juga vaksinisasi guna mencegah penyebaran
Covid-19. Adanya kominkasi inilah memunculkan kemampuan lembaga maupun organisasi untuk
ikut mensosialisasikan dan memperkuat pemahaman tersebut. Sehingga saat ini masyarakat
Indonesia sebagian besar sudah melakukan PPKM dan vaksin. Hal tersebut sudah menuai hasil
yang dimana Indonesia dapat menurunkan jumlah penularan virus Covid-19 di beberapa daerah
yang sangat signifikan.

PERTEMUAN 5

Praktik Terbaik dalam Komunikasi Krisis: Proses Panel Pakar Matthew W.

Seeger Konsep praktik terbaik adalah pendekatan populer untuk meningkatkan praktik organisasi
dan profesional di beragam tempat, termasuk banyak konteks komunikasi. Ini mencakup berbagai
bidang seperti komunikasi perusahaan, komunikasi kesehatan, hubungan masyarakat, komunikasi
karyawan, komunikasi pemangku kepentingan, dan komunikasi perubahan, antara lain. Grounded
Theory telah digunakan secara luas dalam penyelidikan komunikasi. Praktik terbaik dan
komunikasi krisis yaitu salah satu tantangan dalam mengembangkan pendekatan praktik terbaik
adalah mengidentifikasi sampel kasus yang cukup besar dari mana aturan dan prinsip umum dapat
disintesis. Komunikasi krisis biasanya memiliki berbagai tujuan, beberapa di antaranya mungkin
bertentangan. Organisasi-organisasi yang terkait dengan krisis atau bencana mungkin berusaha
untuk membatasi kerusakan reputasi mereka, menghindari tanggung jawab, dan bahkan
mengalihkan kesalahan. Parameter komunikasi krisis digunakan ntuk mengartikulasikan
seperangkat prinsip untuk praktik terbaik, pertama-tama perlu ada konsensus mengenai area target.
Upaya-upaya baru-baru ini telah diarahkan untuk menggabungkan tradisi-tradisi ini ke dalam
pendekatan yang lebih komprehensif. Kecelakaan transportasi biasanya menimbulkan pertanyaan
kompleks tentang kesalahan dan tanggung jawab, dan kebutuhan akan penjelasan dan penjelasan
yang akan menginformasikan revisi kebijakan dan prosedur. Dengan menggunakan metode
campuran, prinsip yang dihasilkan didasarkan pada pengamatan anekdot, pengalaman dalam
menanggapi krisis, dan analisis studi kasus yang diperluas. Beberapa penyelidikan empiris tentang
krisis dan komunikasi risiko juga terwakili dalam kerangka kerja ini. Upaya awal dilakukan untuk
mensintesis dan mengintegrasikan prinsip-prinsip ini berdasarkan kesamaan, persimpangan, dan
konsep yang tumpang tindih. Dilihat dari aspek pengamatan independen, praktik terbaik yang
diidentifikasi melalui tinjauan literatur dicirikan oleh konsensus tingkat tinggi dan beberapa
perbedaan penting. Banyak perbedaan sebagian besar masalah fokus. Hampir semua literatur
komunikasi krisis akan menyarankan bahwa perencanaan adalah pendekatan praktik terbaik yang
kritis. Selain itu, beberapa praktik terbaik ditawarkan sebagai standar atau nilai umum yang harus
dipatuhi oleh komunikator krisis. Terdapat sepuluh praktik terbaik komunikasi krisis diantaranya:
(1) Pendekatan Proses dan Pengembangan Kebijakan. Panel ahli yang terlibat dalam
mengartikulasikan praktik terbaik ini sering kembali ke tema pendekatan proses dan peran
komunikator dalam pengembangan kebijakan. Strategi komunikasi harus sepenuhnya
diintegrasikan ke dalam proses pengambilan keputusan. Fungsi komunikasi diposisikan dengan
baik untuk memfasilitasi proses ini.

(2) Perencanaan Pra-Acara. Praktik terbaik kedua dari komunikasi krisis adalah perencanaan pra-
acara. Perencanaan memiliki berbagai manfaat. Memiliki rencana berfungsi sebagai pengingat
terus-menerus tentang potensi masalah dan menyediakan pos pemeriksaan bagi karyawan untuk
diikuti dengan harapan dapat mencegah krisis. Model-model ini umumnya menguraikan apa yang
harus dimasukkan dalam rencana dan bagaimana proses perencanaan harus berkembang.

(3) Kemitraan dengan Publik. Menerima publik sebagai mitra yang sah dan setara muncul dari
literatur sebagai praktik terbaik dalam komunikasi krisis. Selama krisis, publik harus diberitahu
apa yang terjadi, dan organisasi yang mengelola krisis memiliki tanggung jawab untuk
membagikan informasi ini. Dengan demikian, praktik terbaik komunikasi krisis akan menekankan
pendekatan dialogis. Salah satu penghambat pendekatan dialogis dalam komunikasi krisis adalah
mitos bahwa masyarakat akan panik jika memiliki informasi yang akurat tentang krisis.

(4) Dengarkan Kekhawatiran Publik dan Pahami Audiens. Untuk mencapai sudut pandang dialog,
organisasi yang mengelola risiko atau mengalami krisis harus mendengarkan kekhawatiran publik,
mempertimbangkan kekhawatiran ini, dan merespons dengan tepat. Kredibilitas yang
dikembangkan organisasi sebelum krisis sangat berharga selama krisis. Kredibilitas tersebut
diterjemahkan menjadi kepercayaan dan kepercayaan antara publik dan mereka yang ingin
mengelola acara tersebut.

(5) Kejujuran, Keterusterangan, dan Keterbukaan. Sebuah badan penelitian komunikasi krisis yang
signifikan menekankan kejujuran sebagai praktik terbaik. Selain itu, tanggapan yang kurang jujur
pada akhirnya dapat menciptakan persepsi tentang perbuatan salah. Penilaian yang jujur mungkin
juga mencakup skenario kasus yang lebih buruk dan ketakutan tentang seberapa buruk krisis yang
akan terjadi.

(6) Berkolaborasi dan Berkoordinasi dengan Sumber yang Dapat Dipercaya. Panel ahli
menekankan perlunya membangun kemitraan strategis sebelum krisis terjadi. Hubungan
kolaboratif ini memungkinkan agensi untuk mengoordinasikan pesan dan aktivitas mereka. Untuk
memelihara jaringan yang efektif, perencana krisis dan komunikator harus terus berusaha untuk
memvalidasi sumber, memilih ahli bidang subjek, dan mengembangkan hubungan dengan
pemangku kepentingan di semua tingkatan. Selain itu, koordinasi dan komunikasi dengan pihak
lain biasanya diperlukan untuk meningkatkan respons krisis yang efektif. Sejumlah studi kasus
telah mendokumentasikan gangguan dalam komunikasi dan koordinasi selama respon krisis.

(7) Penuhi Kebutuhan Media dan Tetap Dapat Diakses. Praktik terbaik komunikator krisis,
menurut panel ahli, didasarkan pada komunikasi yang efektif dengan media. Daripada melihat
media sebagai kewajiban dalam situasi krisis, komunikator risiko dan krisis harus melibatkan
media, melalui komunikasi yang terbuka dan jujur, dan menggunakan media sebagai sumber daya
strategis untuk membantu mengelola krisis. Juru bicara krisis harus diidentifikasi dan dilatih
sebagai bagian dari perencanaan sebelum krisis.

(8) Berkomunikasi dengan Kasih Sayang, Perhatian, dan Empati. Baik berkomunikasi dengan
publik, media, atau pemberi kerja lainnya, juru bicara yang ditunjuk harus menunjukkan tingkat
kasih sayang, perhatian, dan empati yang sesuai. Karakteristik ini secara signifikan meningkatkan
kredibilitas pesan dan meningkatkan legitimasi yang dirasakan pembawa pesan baik sebelum dan
sesudah suatu peristiwa. Jika publik melihat ekspresi kepedulian dan empati yang tulus, publik
akan lebih yakin bahwa tindakan yang dilakukan atau direkomendasikan adalah tepat dan sah.

(9) Terima Ketidakpastian dan Ambiguitas. Praktik terbaik tambahan dari komunikasi krisis yang
diidentifikasi oleh panel ahli dimulai dengan pengakuan atas ketidakpastian dan ambiguitas yang
melekat dalam situasi krisis. Krisis dan bencana, menurut definisi, adalah peristiwa yang tidak
normal, dinamis, dan tidak dapat diprediksi. Namun, juru bicara krisis sering merasa perlu untuk
terlalu yakin dan terlalu meyakinkan. Ini terutama terjadi ketika krisis berkembang dengan cara
yang tidak terduga dan tidak dapat diprediksi.

(10) Pesan Kemanjuran Diri. Literatur kesehatan masyarakat dan penelitian komunikasi risiko
telah menekankan pentingnya pesan yang memberikan informasi spesifik yang memberi tahu
orang-orang apa yang dapat mereka lakukan untuk mengurangi bahaya mereka. Pertama, mereka
merekomendasikan tindakan pengurangan dampak buruk khusus kepada mereka yang terkena
dampak krisis. Akhirnya, bahkan tanggapan publik terhadap risiko yang tampaknya tidak
proporsional dapat memiliki fungsi sosial yang penting.

Anda mungkin juga menyukai