Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Politik luar negeri merupakan aspek penting dalam hubungan internasional.
Dalam studi hubungan internasional sendiri, Mahasiswa/i tidak dapat dipisahkan dari
mempelajari praktik-praktik politik global yang dilakukan oleh negara di dunia,
terutama negara-negara yang berpengaruh. Salah satu negara tersebut adalah Amerika
Serikat.
Politik Luar Negeri AS memang cenderung mengarah pada proses
deglobalisasi sebagaimana dipraktekkan Trump dengan menarik diri dari TPP dan
Paris Accord , melarang warga dari 7 negara Islam memasuki AS, keinginan keras
Trump membangun tembok pemisah di perbatasan AS-Meksiko yang membutuhkan
dana besar. Sebenarnya dunia masih berharap agar AS kembali memainkan peran
internasional sebagaimana sebelum Trump terpilih. Akan tetapi tampaknya Trump
maih masih menabrak dinding tebal sehingga masih berusaha mencari jalan keluar
untuk terus membangun tembok isolasionis. Sesuatu yang merupakan isyarat bahwa
AS telah kehilangan international leadership yang selama ini disandang AS selama
lima putuh tahun terakhir. Masa depan dunia internasional tampaknya semakin
ditentukan oleh langkah-langkah trump menjelang pemilihan presiden yang kedua
kalinya pada 2020 mendatang.
Selama masa pemilihan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dalam
kampanyenya telah mengemukakan pernyataan-pernyataan terkait kebijakannya
yang menurut opini publik merupakan kebijakan kontroversial. Donald Trump
mengatakan salah satu kebijakannya terhadap Asia Timur jika ia terpilih sebagai
Presiden Amerika Serikat adalah dengan membuka peluang bagi Jepang dan Korea
Selatan agar mampu memproduksi nuklir mereka sendiri, dan bahwa kedua negara
tidak seharusnya selalu tergantung pada militer Amerika Serikat dalam kerangka
melindungi keamanan nasionalnya sendiri dari adanya ancaman Korea Utara dan
Tiongkok.Menurut Donald Trump, militer Amerika Serikat tidak akan mampu
melindungi Jepang dan Korea Selatan dalam jangka waktu panjang, dan
Amerika Serikat pada saat titik tertentu juga tidak bisa selalu melakukan tugasnya
sebagai polisi dunia. Dengan adanya kemampuan persenjataan nuklir Korea Utara,
Trump menyarankan agar sekutu Amerika Serikat (Jepang dan Korea Selatan)

1
sebaiknya memiliki kemampuan nuklir juga menghadapi fakta perkembangan situasi
internasional dan adanya ketegangan kawasan yang terjadi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Landasan politik luar negeri Amerika Serikat?
2. Apa Dinamika Politik Luar Negeri Amerika Serikat?
3. Bagaimana politik luar negeri Amerika Serikat pada masa pemerintahan
Donald Trump?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang akan di bahas, tujuan yang ingin dicapai dari
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui landasan politik luar negeri Amerika Serikat,
2. Untuk mengetahui di dinamika Politik Luar Negeri Amerika Serikat,
3. Untuk mengetahui politik luar negeri Amerika Serikat pada masa Donald
Trump.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Politik Luar Negeri Amerika Serikat


Pada dasarnya politik luar negeri Amerika Serikat membentuk pola siklus antara
Intervensionis dan Isolasionisme.14 Sebelumnya perlu dijelaskan terlebih dahulu apa itu
Isolasionis dan Intervensionis, Isolasionis merupakan suatu bentuk kecenderungan dalam
arah politik luar negeri (khususnya arah politik luar negeri Amerika Serikat) yang cenderung
menutup diri dari kerjasama dengan negara lain. Ini kemudian dikenal pilar dengan sebutan
Unilateralisme.
Amerika Serikat mempunyai empat kerangka kerja utama dalam mencapai kepentingan
nasionalnya. Kerangka kerja politik luar negeri tersebut meliputi power, peace, prosperity,
dan principle:
1. Power, merupakan sebuah keharusan yang dimiliki oleh Amerika Serikat dalam
merumuskan dan mempertimbangkan setiap kebijakan yang dikeluarkannya. Tanpa Power
kepentingan Amerika Serikat di seluruh dunia tidak akan pernah terwujud adanya. Dengan
Power setiap aktor negara dapat mengontrol segala hal agar sesuai dengan kepentingan yang
dimiliki oleh negaranya.
2. Peace, secara makna perdamaian diartikan sebagai sebuah kondisi dimana tidak ada
perang. Dalam konteks politik luar negeri Amerika Serikat, sebagai sebuah negara
superpower Amerika Serikat memposisikan dirinya sebagai polisi dunia yang berhak
melakukan apa saja demi terwujudnya perdamaian dunia dan yang paling utama seluruh
kepentingan nya di dunia berada dalam kondisi yang aman. Apabila Amerika Serikat merasa
terancam maka ia akan mengeluarkan seluruh powernya demi menyelamatkan
kepentingannya tersebut.

3
3. Prosperity, setiap negara dalam kepentingan nasionalnya pasti mempunyai salah satu
tujuan terpenting bagi bangsanya, yaitu kemakmuran. Dalam konteks Amerika Serikat,
politik luar negerinya ditujukan untuk mencapai keuntungan dalam hal ekonomi.
4. Principles, dalam poin keempat ini, tujuan dari Politik Luar Negeri Amerika Serikat adalah
menyebarkan dan menanamkan prinsip-prinsipnya ke seluruh penjuru dunia. Konteks prinsip
dalam hal ini adalah nilai-nilai yang dianut oleh Amerika Serikat sendiri. Nilai-nilai itu tidak
lain adalah demokrasi yang selalu dikumandangkan oleh Amerika Serikat ke seluruh dunia.
Hal ini dilakukan agar kepentinganya di wilayah-wilayah yang ditargetkan dapat tercapai
semaksimal mungkin dengan adanya penyebaran nilai-nilai demokrasi.
Keempat prinsip ini menjadi pedoman sekaligus koridor bagi pemimpin Amerika Serikat
dalam menjalankan politik luar negeri. Walaupun kebijakan setiap pemimpin berbeda-beda
namun tetap tidak akan lepas dari keempat prinsip diatas.
Secara umum berbagai arah kebijakan luar negeri Amerika Serikat adalah harus menjaga
posisi primacy Amerika Serikat yang tak terganggu untuk memastikan global order dan
balance of power di berbagai dunia. Amerika Serikat juga ingin memantapkan diri dalam hal
keamanan dunia, dominasi sumber daya alam, orientasi ekonomi, penyebaran ideology
liberalisme dan demokrasi, keamanan nasional dan pemberantasan terorisme, dan
mewujudkan tatanan dunia. Dalam format politik internasional Amerika
Serikat terdapat dua pilar yang paling mengemuka yang dijadikan pokok negara adidaya
tersebut adalah politik dan liberalisme ekonomi dunia.
Dalam bidang politik bersumber dari ideologi kapitalisme yang sudah dibuat dan
diinternasionalisasikan.
Dalam bidang ekonomi, internasionalisasi kepentingan Amerika Serikat tertuang dalam
seperangkat organisasinya seperti IMF, World Bank, dan WTO. Organisasi ini menawarkan
bantuan pinjaman kepada negara-negara dunia ketiga dengan syarat-syarat tertentu. Langkah
paling penting yang dilakukan Amerika Serikat ialah mengubah sistem mata uang dunia
dengan mengubah dollar menjadi standar mata uang dunia. Perdagangan bebas juga menjadi
program utama WTO, tujuannya untuk membuka pasar seluruh negara-negara di dunia bagi
produk unggul dan investasi negara-negara kapitalis. Dengan demikian negara berkembang
akan selalu berada di bawah hegemoni Amerika Serikat.
World Bank, International Monetary Fund, dan World Trade Organization merupakan alat
bagi AS untuk mencapai kepentingan nasionalnya, tidak hanya dalam segi ekonomi, bahkan
juga dalam segi politik dan ideologinya. Sehingga, jika dilihat dari kacamata ini, dapat
dikatakan bahwa peran pemerintah tidak lagi menjadi central state actor dalam pengatur dan

4
pengontrol interaksi dalam perdagangan antar negara. Kemunculan non-state actor justru
dilihat sebagai pemain baru yang memainkan peran central-actor, dengan demikian hanya
negara-negara yang memiliki kapasitas dan kapabilitas serta power yang kuatlah yang
memiliki peran dan mampu bersaing dalam perekonomian dan perdagangan internasional.
Politik luar negeri suatu negara selalu mengarah kepada promosi kepentingan nasional
negara tersebut, termasuk Amerika Serikat. Tindakan-tindakan Amerika Serikat ini tercermin
dari serangkaian kebijakan luar negeri Amerika Serikat terkait kompetisi ekonomi,
memperkuat pertahanan, mewujudka perdamaian dan kebebasan, serta upaya perluasan
ideologi demokrasi. Namun pada dasarnya politik luar negeri tidak pernah bersifat tetap,
politik luar negeri harus merespon dan merumuskan kebijakan sesuai dengan kepentingan
nasional dan peluang dalam hubungan internasional.

B. Dinamika Politik Luar Negeri Amerika Serikat


Politik luar negeri Amerika Serikat seperti pada politik luar negeri pada umumnya yang
bertujuan untuk meraih kepentingan nasional. Politik luar negeri Amerika Serikat selalu mengalami
dinamika, hal ini dikarenakan pengaruh faktor-faktor penentu perubahan sepeti faktor domestik dan
internasional yang dihadapi. PLN Amerika adalah subjek yang selalu berubah dan dievaluasi untuk
mengetahui apa saja yang terjadi pada masa lalu untuk memprediksi dan mempelajari apa yang akan
terjadi dimasa mendatang. Ada empat poin utama yang mendasari PLN Amerika Serikat: Pertama,
outward looking, maksudnya adalah kebijakan dibuat untuk melihat peluang dan tantangan yang
berada diluar batas negara Amerika.

Kedua, PLN adalah tentang pilihan, pembuat putusan mempunyai pilihan-pilihan terbuka atas
kebijakannya.

Ketiga, PLN selalu dipengaruhi oleh pertimbanngan-pertimbangan domestic.

Keempat, PLN Amerika Serikat dipengaruhi oleh masa lalu (Hastedt, 2004, p. vii). Pada intinya PLN
selalu mengalami perubahan dikarenakan persepsi dalam hubungan internasional sering mengalami
anomali.

Amerika Serikat sudah menjadi aktor lawas dalam politik internasional. Maka dari itu, perubahan pola
PLN Amerika Serikat untuk mencapai kepentingan nasionalnya dapat dengan jelas diamati.
Perubahan dinamika PLN Amerika Serikat dapat dibagi menjadi beberapa karakteristik berdasarkan
periode waktu, yaitu ekspansionisme, isolasionisme dan netralisme, intervensionisme dan
internasionalisme, uniteralisme dan moralisme dan realisme.

5
1. Ekspansionisme, Ekspansionisme merupakan karakteristik politik luar negeri di abad ke-18, abad
pertama kemerdekaan Amerika Serikat. Ekspansionisme adalah proses akuisisi wilayah negara lain
oleh Amerika Serikat melalui pembelian wilayah atupun perang. Pada tahun 1840-an pemimpin
Amerika mempunyai keyakinan manifest destiny yang menjadi akar dari ekspansionisme Amerika
Serikat. Mereka meyakini bahwa bangsa harus mencapai natural frontier, Ekspansionisme bertujuan
untuk memperkuat pengaruh Amerika Serikat dalam bidang ideologi, politik dan ekonomi di wilayah
Amerikapasifik. Pada praktiknya Amerika berhasil memlakukan perluasan wilayah yang meliputi
wilayah Alaska yang dibeli dari Rusia pada tahun 1867 dan menduduki 40% wilayah Meksiko serta
pembelian wilayah-wilayah yang berada di Amerika itu sendiri seperti Louisiana, Texas, Florida, dll
(Minderop, 2006, pp. 40-46). Dengan menggunakan bahasa, agama dan budaya Amerika melakukan
ekspansi keseluruh benua Amerika Serikat yang didasarkan pada konsep manifest destiny.

2. Isolasionisme dan Netralisme


Istilah isolasionisme merujuk pada prinsip dan kebijakan Amerika Serikat untuk menghindari serta
menutup diri dari segala komitmen politik dan militer dengan negara lain terutama negara-negara di
wilayah Eropa (DeConde, Burns, & Logevall, 2002, p. 337). Sedangkan netralisme adalah sikap
politik luar negeri Amerika Serikat yang tidak ingin terlibat dalam perang; terlebih ikut terlibat dalam
Perang Dunia (DeConde, Burns, & Logevall, 2002, pp. 543-544). Politik isolasionis merupakan
pilihan para pengambil keputusan di Amerika sepanjang abad ke-18 hingga awal abad ke-20 (Cipto,
2003, p. 195).
Isolasionisme Amerika Serikat sudah terlihat sejak tahun 1796 hingga abad ke-19. Presiden George
Washington dalam Farewell Addressmengatakan bahwa Amerika harus menghindari aliansi permanen
dengan dunia luar dan menegaskan bahwa Eropa tidak memiliki kepentingan yang sama dengan
Amerika, sehingga Amerika tidak perlu terlibat dalam urusan negara lain yang pada dasarnya tidak
memuat hal-hal yang dapat melancarkan perwujudan kepentingan nasional Amerika Serikat. Oleh
karena itu bukanlah suatu hal yang bijak untuk melibatkan diri dalam suatu ikatan aliansi dengan
Eropa.

3. Intervensionisme dan Internasionalisme

Ditengah politik isolasionisnya, Amerika Serikat pada tahun 1890 –1917 sempat melakukan politik
intervensi ke negera-negara Amerika Latin dan bekas jajahan spanyol seperti Peurto Rico, Kuba dan
Filipina. Kuba menjadi focus perhatian dikarenakan Spanyol menjajah Kuba pada waktu itu.
Sehingga, Amerika Serikat seakan merasa bertanggung jawab atas Kuba danmembentu Kuba dalam
membebaskan diri dari penjajahan. Namun setelah kepentingan atas teritori itu selesai Amerika
Serikat kembali menutup diri danmelakukan kembali politik isolasiisolasi. Intervensionisme dan
internasionalisme sendiri sebenarnya sama yaitu politik dimana Amerika Serikat mulai muncul
berperan aktif dalam dunia internasional serta melakukan intervensi langsung kepada negara lain.

6
Sebagai kebijakan luar negeri intervensionisme dipandang sebagai antithesis dari isolasionisme, ini
berarti Amerika Serikat melibatkan diri dalam komitmen politik melalui perjanjian internasional atau
keanggotaannya dalam organisasi internasional (Kuehl & Ostrower, 2013).

4. Unilateralisme

Unilateralisme sendiri merupakan doktrin yang mendukung tindakan sepihak. Unilateralisme Amerika
Serikat menjadi karakteristik poltik luar negeri Amerika yang sangat ambisius paska Perang Dingin.
Runtuhnya Uni Soviet menjadikan faktor pendorong utama Amerika Serikat sebagai satu satunya
negara super power yang berdiri sendiri di Dunia. Ini menandai bahwa tidak ada lagi kekuatan besar
yang menyamai kekuatan dari Amerika Serikat, sehingga Amerika mampunyai klaim dan privilege
untuk melakukan unilateralisme (Liu, 2006). Francis Fukuyama dalam The End of History and the
Last Man (1992) mengatakan, sejarah telah berakhir, manusia tidak mempunyai pilihan selain
mengikuti sistem politik dan kebijakan Amerika Serikat. Sikap Amerika Serikat menujukan tekad
menguasai dunia atas dasar unilateralisme. Pola politik luar negeri yang tergambar jelas dalam
uniteralisme ini adalah politik standar ganda Amerika Serikat. Standar ganda adalah situasi
ketidakonsistenan kebijakan luar negeri, dimana Amerika Serikat memperlakukan dua atau beberapa
negara dengan cara yang berbeda. Artinya satu pihak menerima perlakuan positif dari Amerika
Serikat sedangkan lainnya mengalami perlakuan yang tidak adil. Standar ganda selalu digunakan
Amerika Serikat dalam isi-isu demokrasi dan perlindungan HAM, disatu sisi Amerika Serikat muncul
sebagai pahlawan demokrasi dengan menjunjung tinggi HAM sementara disisi lain bertindak otoriter
dalam mencapai kepentingan nasionalnya.Kebijakan politik standar ganda terlihat pada tahun 2003,

5. Moralisme dan Realisme

Moralisme dan realisme adalah sebuah sisi lain dari sistem perpolitikan Amerika Serikat. Politik luar
negeri Amerika Serikat sering disebut dengan politik yang tidak tentu arahnya antara politik moralis
dan riil. Dalam menjalankan politik moralismenya Amerika Serikat kembali ke dalam origin of the
USA yang berisi nilai-nilai dasar negara AS; Amerika sebagai rumah bagi semua masyarakat,
Amerika sebagai model dari demokrasi, Amerika sebagai suatu superioritas moral. Amerika Serikat
berusaha menunjukan sisi moralisnya yang bertanggung jawab atas kebijakannya dan terhadap negara
lain. Hal ini tercermin dari kebijakan-kebijakan menjaga perdamaian dunia melalui demokrasi,
economic revival dalam kebijakan Marshall Plan, kebijakan humanitarian concern, dll.Namun, disatu
sisi Amerika Serikat sangat agresif dan cenderung menghalalkan segala cara dalam rangka
melindungi dan mencapai kepentingan luar negerinya. Ini tercermin dari kebijakan Amerika dalam
rangka War on Terorrism dimana Amerika Serikat bertindak sendiri dalam invansi ke Afghanistan
dan Irak. Esensi dari realisme ini adalah kepentingan nasional yang terkait dengan keamanan nasional
(Hastedt, 1997, pp. 28-34).

7
Dari penjelasan diatas, Politik luar negeri Amerika Serikat sama seperti di PLN lainnya, yaitu untuk
mencapai kepentingan nasional. PLN AS yang terbentuk sejak awal hingga saat ini selalu berganti-
ganti disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi Amerika Serikat. Politik luar negeri
Amerika Serikat yang sangat dinamis ini juga sangat dipengaruhi perubahan yang ada didalam
maupun luar negeri. PLN yang diterapkan oleh Amerika Serikat dapat dibedakan menjad 6
karakteristik, yaitu ekspansionis, isolasionisme dan netralisme, intervensionisme dan
internasionalisme, unilateralisme serta moralisme dan realisme.

Beberapa wilayah dijadikan fokus pelaksanaan politik luar negeri Amerika Serikat, seperti Amrika
Latin. Salah satu negara di Amerika Latin yang menarik perhatian Amerika Serikat adalah Kuba.
Kuba menarik Amerika Serikat untuk melakukan intervensi dikarenakan banyak faktor plus yang
dimiliki Kuba, seperti kekayaan alam dan lokasi yang strategis. Intervensi Amerika Serika ke Kuba
dimulai ketika AS berusaha membantu Kuba dalam melepaskan diri dari kolonisasi Spanyol. Sejak
saat itu AS menjalin hubungan baik dan menaruh dasar pondasi PLN terhadap Kuba. Hubungan AS
dengan Kuba sejak awal berhubungan hingga saat ini beserta dinamikanya akan dijelaskan didalam
pembahasan bab selanjutnya.

C. Politik Luar Negeri Amerika Serikat

Politik Luar Negeri Amerika Serikat dibawah Pemerintahan Donald Trump Dalam yang pada
masa kepemimpinan yang tidak jauh berbeda dari presiden sebelumnya, yang mengesankan
dirinya sebagai orang yang hanya mau tahu apa yang ada dalam benaknya sendiri, apa yang
ia inginkan, dan bagaimana itu diwujudkan apa pun alasannya,bahkan ketika alasan itu pun
terbukti ketidakbenarannya.Semenjak terpilih menjadi Presiden Donald Trump mengubah
arah kebijakan luar negeri Amerika Serikat berbeda dengan pemerintahan sebelumnya.
Donald Trump terlihat mulai menggeser arah kebijakan politik luar negerinya dari unsur-
unsur Multilateralisme dalam menjalin hubungan luar negeri Amerika Serikat dengan negara-
negara lainnya di dunia.

Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat dengan membawa doktrin
America First mengakibatkan gesekan yang tidak terhindarkan dengan berbagai pihak,
termasuk dengan hegemon baru yaitu Republik Rakyat Cina. Stabilitas Laut Cina Selatan
menjadi taruhan dalam ketegangan yang terjadi, karena di wilayah itulah kekuatan militer dua
negara hegemon tersebut saling berhadap-hadapan. Maka dari itu, penelitian ini berfokus
pada bagaimana doktrin America First dapat mempengaruhi kebijakan politik luar negeri

8
Amerika Serikat Laut Cina Selatan dan dampaknya bagi stabilitas kawasan tersebut. Dari
penelitian yang dilakukan oleh penulis, ditemukan bahwa dasar dari doktrin America First
adalah kepentingan nasional.

Hal tersebut yang kemudian mendorong Amerika Serikat untuk memperkuat posisinya di
Laut Cina Selatan, karena Laut Cina Selatan merupakan vital interest Amerika Serikat dan
merupakan jalur laut yang penting berkaitan dengan operasi Freedom of Navigation. Doktrin
America First seringkali ditakutkan akan membawa Amerika Seriat kedalam perang dengan
Republik Rakyat Cina, namun berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis terhadap
beberapa persengketaan yang melibatkan Amerika Serikat, justru America First beberapa kali
justru menjauhkan Amerika Serikat dari beberapa opsi penyelesaian militeristik yang
sebenarnya bisa mereka pilih. Stabilitas Laut Cina Selatan tentunya terganggu oleh kontestasi
diantara dua negara hegemon ini, namun jika melihat dari beberapa faktor yang ada, kecil
kemungkinan bagi Amerika Serikat untuk meningkatkan ekslasi ketegangan dengan Republik
Rakyat Cina menjadi sebuah konfrontasi bersenjata, karena beban surat hutang Amerika
Serikat kepada Republik Rakyat Cina sangat tinggi, dan juga mustahil bagi Amerika Serikat
untuk mengalokasikan seluruh anggaran pertahanannya hanya kepada USINDOPACOM
sebagai pusat kekuatan Amerika Serikat di Laut Cina Selatan.

Donald Trump menekankan pada kerjasama bilateral yang mengedepankan diplomasi untuk
menjaga dan mengamankan kepentingan Amerika Serikat di wilayah-wilayah tertentu.
Donald Trump lebih mengedepankan untuk kembali membangun aliansi, persekutuan, dan
institusi yang dibutuhkan untuk mengatasi ancaman serta memperketat keamanan. Terkait
masalah aliansi Amerika Serikat membutuhkan kerjasama yang tetap atau konstan dan
diperlukan revisi jika persekutuan tersebut ingin tetap efektif dan relevan.

Selain itu Amerika Serikat pada masa pemerintahan Donald Trump juga menjunjung tinggi
nilai kebebasan. Khususnya kebebasan individu, dimana kebebasan individu merupakan hak-
hak yang terpatri dalam diri sejak lahir dan tidak dapat diambil oleh siapapun, penerapannya
bersifat universal yang tidak memandang ras, gender, atau status apapun.

Tugas Amerika Serikat sebagai negara Liberal adalah mempromosikan dan mengembangkan
standar moral universal yang mengacu pada kebebasan individu. Untuk memperbaharui
kepemimpinan Amerika Serikat di dunia, Donald Trump akan memperkuat keamanan umum
dengan menginvestasikan
dana pada bidang kemanusiaan.

9
Demi menciptakan Amerika serikat yang lebih baik yang mencerminkan kelakuan baik dan
menjadi aspirasi masyarakat Amerika Serikat. Amerika Serikat juga berkomitmen untuk
memperkuat pilar dari masyarakat dunia yang adil.Pada masa presiden sebelumnya
mempromosikan hak asasi manusia adalah kepentingan nasional yang terbilang menjadi
prioritas, maka Amerika Serikat berusaha melakukan berbagai upaya yaitu:

1. Mempromosikan penghormatan yang lebih besar terhadap hak asasi manusia, termasuk
kebebasan berekspresi, kebebasan pers, hak-hak perempuan, dan perlindungan minoritas.
2. Mempromosikan aturan hukum, mencari akuntabilitas, dan mengubah budaya impunitas
(memberikan pembebasan atau pengecualian dari tuntutan atau hukuman atau kerugian
kepada seseorang yang telah melakukan pelanggaran Hak Asasi Manuisa).
3. Membantu upaya reformasi dan memperkuat kapasitas kelembagaan kantor komisi tinggi
PBB tentang hak asasi manusia.

.4. Mengkoordinasikan kegiatan hak asasi manusia dengan sekutu penting, termasuk Uni
Eropa, dan organisasi regional.

Pada masa presiden sebelumnya Promosi Hak Asasi Manusia dan demokrasi tidak hanya di
dalam negeri, namun juga dipromosikan di berbagai negara oleh karena nya Hak Asasi
Manusia selalu memainkan peran dalam kebijakan luar negeri sepanjang sejarah Amerika
Serikat pada masa presiden sebelumnya yang mana Amerika Serikat memegang peran utama
dalam pendirian Perserikatan bangsa-bangsa dan penyusunan pernyataan Umum Tentang
Hak-Hak Asasi Manusia.

Sebagian besar pernyataan umum tentang Hak Asasi Manusia mengambil model sebagian
dari U.S Bill of Right. Amerika Serikat berusaha memajukan Hak Asasi Manusia dengan cara
yang cukup efektif, yaitu dengan cara menawarkan langkah-langkah kepada Uni Eropa agar
menetapkan standar Hak Asasi Manusia sebagai persyaratan keanggotaan untuk negara-
negara yang ingin bergabung dengan NATO dan Uni Eropa .

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada dasarnya politik luar negeri Amerika Serikat membentuk pola siklus antara
Intervensionis dan Isolasionisme.14 Sebelumnya perlu dijelaskan terlebih dahulu apa
itu Isolasionis dan Intervensionis, Isolasionis merupakan suatu bentuk kecenderungan
dalam arah politik luar negeri (khususnya arah politik luar negeri Amerika Serikat)
yang cenderung menutup diri dari kerjasama dengan negara lain. Ini kemudian
dikenal pilar dengan sebutan Unilateralisme. Amerika Serikat mempunyai empat
kerangka kerja utama dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Kerangka kerja
politik luar negeri tersebut meliputi power, peace, prosperity, dan principle.
Bedasarkan pemaparan terdapat indikasi bahwa kebijakan luar negeri AS pada era
Trump mengacu pada pola isolasionisme selektif. Isolasionisme selektif merupakan
Grand Strategy yang menekankan pada upaya pengurangan komitmen AS di tingkat
internasional untuk lebih berfokus pada pencapaian kepentingan nasional utamanya.

Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat dengan membawa


doktrin America First mengakibatkan gesekan yang tidak terhindarkan dengan
berbagai pihak, termasuk dengan hegemon baru yaitu Republik Rakyat Cina.
Stabilitas Laut Cina Selatan menjadi taruhan dalam ketegangan yang terjadi, karena di
wilayah itulah kekuatan militer dua negara hegemon tersebut saling berhadap-
hadapan. Maka dari itu, penelitian ini berfokus pada bagaimana doktrin America First
dapat mempengaruhi kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat Laut Cina Selatan
dan dampaknya bagi stabilitas kawasan tersebut. Dari penelitian yang dilakukan oleh
penulis, ditemukan bahwa dasar dari doktrin America First adalah kepentingan
nasional.

11
B. DAFTAR PUSTAKA
https://www.hubunganinternasional.id/main/blog/19?
title=Politik+Luar+Negeri+Amerika+Serikat+Dari+Obama+ke+Trump
http://hi.undip.ac.id/memahami-politik-luar-negeri-amerika-serikat/
https://hi.fisipol.ugm.ac.id/katalogtesis/penerapan-america-first-dalam-politik-luar-
negeri-amerika-serikat-di-bawah-pemerintahan-donald-trump-studi-kasus-sengketa-
laut-cina-selatan/
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2Q1YTAwZm
JjYmFmZTg3NDdiMjkwNDliYmRhNTY5YTI2OGM3NGM4NA==.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai