Disusun Oleh :
dr. Agnes Dua Nurak
dr. Putu Dayanthy Jawan Sampelan
dr. Ignatius Jasen Hutomo
dr. Karina Fadillah Ahmad
dr. Margaretha Angelina Derosari
dr. Armiesha Chika Yaniswara
dr. Wendy Carinna Primaputri
dr. Rosny Susana Malada
dr. Reynaldy Stefano
dr. Aldrin Joandris Muskananfola
dr. Chaerani Salam
dr. Putry Angelin Bully
dr. Monika Lidya Ina Abatan
dr. Anggreina
Pembimbing :
dr.Panondang N. Pandjaitan
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan penyertaanNya sehingga kami dapat menyelesaikan mini project yang
berjudul “Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Tentang Imunisasi
Dasar Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Alak Tahun 2020”.
Kami menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangatlah kami harapkan agar penelitian ini dapat lebih
manfaat baik bagi peneliti, tenaga kesehatan maupun masyarakat Alak.
Peneliti
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ………………………………………………………....... i
Kata Pengantar ………………………………………………... ii
Daftar Isi ……………………………………………………… iii
Daftar Tabel …………………………………………………... vi
Daftar Gambar vii
…………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN 1
…………………………………….. 1
1.1. Latar Belakang 3
…………………………………………… 3
1.2. Rumusan Masalah 3
………………………………………...
1.3. Tujuan Penelitian
…………………………………………
1.4. Manfaat Penelitian
………………………………………..
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5
………………………………. 5
2.1. Definisi Imunisasi 5
………………………………………… 5
2.2. Tujuan Imunisasi …………………………………………. 5
2.3. Alasan Pemberian Imunisasi ……………………………... 7
2.3.1. Kekebalan Tubuh ………………………………………. 8
2.3.2. Aspek Imunisasi ………………………………………... 8
2.4. Manfaat Imunisasi ………………………………………... 8
2.5. Tempat Pelayanan Imunisasi 9
……………………………... 10
2.6. Cara Pemberian Imunisasi Dasar 11
iii
…………………………. 15
2.7. Jenis-Jenis Vaksin ………………………………………...
2.8. Keberhasilan Imunisasi …………………………………...
2.9. Jenis-Jenis Imunisasi Dasar
……………………………….
2.10. Imunisasi Tepat Waktu Sebagai Pencegah PD3I
………...
BAB 3 METODE PENELITIAN 17
……………………………... 17
3.1. Kerangka Konsep ………………………………………… 17
3.2. Identifikasi Variabel 17
……………………………………… 17
3.3. Desain Penelitian 18
…………………………………………. 18
3.4. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………. 18
3.5. Populasi dan Sampel 18
……………………………………… 18
3.5.1. Populasi ………………………………………………… 18
3.5.2. Sampel 18
………………………………………………...... 18
3.5.3. Besar Sampel 18
…………………………………………… 18
3.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 18
……………………………... 18
3.6.1. Kriteria Inklusi …………………………………………. 18
3.6.2. Kriteria Eksklusi 20
……………………………………....... 20
3.7. Definisi Operasional 20
…………………………………….... 21
3.7.1 Responden ………………………………………………. 21
3.7.2. Umur ……………………………………………………
iv
3.7.3. Pendidikan
………………………………………………
3.7.4. Pekerjaan ……………………………………………......
3.7.5. Pengetahuan …………………………………………….
3.7.6. Sikap
…………………………………………………….
3.7.7. Perilaku …………………………………………………
3.8. Metode Kerja
……………………………………………...
3.9. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data ………………..
3.10. Etika Penelitian
…………………………………………..
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 22
……………………….. 22
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……………………... 28
4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan 28
………………………… 29
4.2.1. Usia Responden ………………………………. 29
………... 30
4.2.2. Pendidikan Responden ……………………...………….. 30
4.2.3. Pekerjaan Responden …………………...…………...…. 31
4.2.4. Sumber Informasi Paling Berkesan 33
…………………….. 33
4.2.5. Pengetahuan Responden 34
………………………………...
4.2.6. Pengetahuan Spesifik Responden
……………………….
4.2.7. Sikap Responden …………………………………...…...
4.2.8. Perilaku Responden ……………………………...
……...
4.2.9. Perilaku Spesifik Responden
v
……………………………
BAB 5 PENUTUP 36
…………………………………………….. 36
5.1. Simpulan ………………………………………...……….. 37
5.2. Saran
………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ……………………………...…………. 38
LAMPIRAN ……………………………………….…………..
vi
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Luas Wilayah Kerja Puskesmas Alak ……………… 23
Tabel 4.2.Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Alak 24
…..
Tabel 4.3. Persebaran Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan
Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Alak …………….. 25
………
Tabel 4.4 Perebaran Penduduk Kecamatan Alak Menurut
Kelurahan Tahun 2017. 26
…...........................................................
Tabel 4.5. 10 Penyakit Terbesar Puskesmas Rawat Jalan Bulan
Mei 2020 27
………………………………………………………..
Tabel 4.6. 10 Penyakit Terbesar .Rawat Inap Mei
2020…………………………………………………….............. 27
Tabel 4.7. Sebaran Responden Berdasarkan Golongan
Usia…………………………………………………………….. 28
Tabel 4.8. Sebaran Responden .Berdasarkan Pendidikan …...… 29
Tabel 4.9. Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan………... 29
Tabel 4.10. Sebaran Responden Berdasarkan Informasi 30
……….. 31
Tabel 4.11. Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan
…….
Tabel 4.12. Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan
Spesifik ………………………………………………………… 31
Tabel 4.13. Sebaran Responden Berdasarkan Sikap 33
……………
Tabel 4.14. Sebaran Responden Berdasarkan Perilaku 34
…………
Tabel 4.15. Sebaran Responden Beradasarkan Perilaku 34
Spesifik.
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Jadwal Imunisasi Anak …………………... 14
…….
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 17
…………………….
ix
x
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan anak di dunia, khususnya di negara yang sedang
berkembang masih tergolong rendah, 11 juta anak di bawah 5 tahun
meninggal setiap tahunnya. Empat juta dari anak ini masih berusia di bawah 1
bulan. Sedangkan jutaan lainnya hidup dengan gangguan kesehatan seperti
menderita penyakit polio, diare, cacat bawaan dan perkembangan seperti
lambat berjalan dan bicara.(1)
Menurut WHO tahun 2013, di Indonesia ada 1,5 juta anak mengalami
kematian tiap tahunnya oleh penyakit yang sebetulnya bisa dicegah dengan
imunisasi. Pada tahun 2013, lebih dari 2 juta balita melewatkan imunisasi
DPT-3 dimana banyak dari mereka adalah masyarakat tidak mampu. Tercatat
pula di 10 provinsi dengan populasi termiskin di Indonesia, ada sekitar 70%
anak-anak yang tidak diberi imunisasi.(2)
Berdasarkan SKDI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia)
tahun 2012, AKB (Angka Kematian Bayi) di Indonesia yaitu 32 bayi per 1000
kelahiran, sedangkan angka kematian balita (AKABA) yaitu 40 dari 1000
balita meninggal setiap tahunnya. Menurut Supari, diperkirakan 1,7 juta
kematian anak di Indonesia atau 5% balita di Indonesia adalah akibat penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi.(1)
Kementerian Kesehatan Indonesia telah menyusun program sebagai
usaha yang dilakukan untuk menekan penyakit PD3I (Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi) pada anak, seperti PPI (Program Pengembangan
Imunisasi) pada anak sejak tahun 1956. Keberhasilan bayi dalam mendapatkan
lima jenis imunisasi dasar (HB0, BCG, DPT-HB, Polio dan Campak) diukur
melalui indikator imunisasi dasar lengkap. Data RISKESDAS mencatat, tahun
2007 cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia rata-rata 41,6%.
Kemudian meningkat pada tahun 2010 dengan rata-rata cakupan 53,8%.
Tahun 2013 rata-rata cakupan imunisasi dasar lengkap kembali meningkat
yaitu sekitar 59,2%, tetapi pada tahun 2018 menunjukan cakupan imunisasi
1
sebesar 57,9% angka ini menunjukan sedikit menurun dibandingkan tahun
2013 sedangkan target Rencana Strategis Kementrian Kesehatan (Renstra)
tahun 2020 – 2024 sebesar 90%(2,3,4) .
Imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan tubuh pada bayi
dan anak terhadap penyakit tertentu, sedangkan vaksin adalah kuman atau
racun kuman yang dilemahkan dimasukkan ke dalam tubuh bayi/anak yang
disebut antigen. Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan
terlindung dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke
adik, kakak dan teman-teman disekitarnya. Cakupan imunisasi dasar lengkap
dapat dievaluasi dengan menggunakan indikator pencapaian desa UCI
(Universal Child Imunization) yaitu desa dengan cakupan imunisasi dasar
lengkap bagi bayi minimal. Berdasarkan Keputusan Menteri Republik
Indonesia tahun 2010, standar pelayanan minimal menetapkan target 10%
desa/kelurahan UCI pada tahun 2014 untuk setiap kabupaten/kota.(5,6)
Program imunisasi dasar, LIL (Lima Imunisasi Dasar Lengkap), yang
dicanangkan oleh pemerintah bagi bayi meliputi 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4
dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B dan 1 dosis Campak. Namun pada
kenyataannya program imunisasi dasar lengkap yang telah dilakukan tidak
seluruhnya berhasil dan masih banyak bayi atau balita status kelengkapan
imunisasinya belum lengkap, banyak faktor yang menyebabkan kelengkapan
imunisasi, faktor tersebut antara lain sikap petugas, lokasi imunisasi kehadiran
petugas, usia ibu, tingkat pendidikan ibu, tingkat pendapat keluarga per bulan,
kepercayaan terhadap dampak buruk pemberian imunisasi, status pekerjaan
ibu, tradisi keluarga, tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga. Hal inilah
yang membuat cakupan imunisasi rendah dan tidak memenuhi standar.
Kerugian ataupun dampak negatif yang akan timbul ialah menyebarnya
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.(2,7)
Semakin tingginya tingkat kematian anak dan balita serta ancaman
bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan aibat tidak dilakukannya imunisasi,
membuat peneliti ingin mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku
ibu terhadap imunisasi dasar pada balita di Puskesmas Alak.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran karakteristik ibu yang meliputi usia, pendidikan
dan pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas Alak tahun 2020?
2. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu terhadap imunisasi dasar pada
balita di wilayah kerja Puskesmas Alak tahun 2020?
3. Bagaimana sikap ibu terhadap imunisasi dasar pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Alak tahun 2020?
4. Bagaimana perilaku ibu terhadap imunisasi dasar pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Alak tahun 2020?
3
c. Menambah wawasan, pengalaman dan keterampilan peneliti.
1.4.2 Bagi Subyek Penelitian
Ibu dapat mengetahui seberapa besar pengetahuan, sikap dan perilaku ibu
tentang imunisasi dasar lengkap pada anak.
1.4.3 Bagi Puskesmas
a. Mendapatkan data mengenai gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku
ibu terhadap imunisasi pada anak guna informasi untuk tingkat
keberhasilan cakupan imunisasi.
b. Dapat dijadikan bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Imunisasi menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) adalah suatu
cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen,
sehingga bila nanti terpajan pada antigen serupa, tidak terjadi penyakit. Imunisasi
dilakukan dengan memberikan vaksin yang merupakan kuman penyakit yang
telah dibuat lemah kepada seseorang agar tubuh dapat membuat antibodi sendiri
terhadap kuman penyakit yang sama.(8,9)
5
menyebabkan tubuh manusia memiliki suatu sistem yang disebut sistem imun
(kekebalan) yang memberikan respon dan melindungi tubuh terhadap unsur-unsur
patogen tersebut.(8,9)
Bila sistem imun terpapar pada zat yang dianggap asing, maka ada 2 jenis
respon imun yang akan terjadi, yaitu:(10,11)
1. Respon imun non spesifik
Respon imun non spesifik umunya merupakan kekebalan bawaan,
dalam arti bahwa respon terhadap zat asing dapat terjadi
walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar pada zat
tersebut.
2. Respon imun spesifik
Respon imun spesifik merupakan respon didapat yang timbul
terhadap zat asing tertentu, dimana tubuh pernah terpapar
sebelumnya. Respon imun jenis ini memiliki memori sehingga
paparan berikutnya akan meningkatkan keefektifan mekanisme
pertahanan tubuh. Sifat demikian tidak dimiliki oleh sistem imun
bawaan.Respon imun spesifik inilah merupakan dasar
dilakukannya vaksinasi.
Dilihat dari cara timbulnya, terdapat 2 jenis kekebalan, yaitu
kekebalan pasif dan kekebalan aktif. Kekebalan pasif adalah
kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh
individu itu sendiri.Contohnya adalah kekebalan pada janin yang
diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah
pemberian suntikan immunoglobulin. Kekebalan pasif tidak
berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh. Waktu
paruh IgG (Immunoglobulin G) misalnya adalah 28 hari,
sedangkan yang lainnya lebih pendek. Kekebalan aktif adalah
kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada
antigen (zat asing) seperti pada vaksinasi atau terpajan secara
alamiah.(8,9)
6
Berdasarkan respon yang terjadi kekebalan aktif dibagi 2, yaitu
respon primer dan respon sekunder.Respon imun primer adalah
respon imun yang terjadi pada pajanan pertama kalinya dengan
antigen. Antibodi yang terbentuk pada respon imun primer
kebanyakan adalah IgM (Immunoglobulin M) dan IgG dengan
titer yang lebih rendah dibandingkan dengan respon imun
sekunder, demikian pula dengan afinitasnya serta lag phase
(waktu yang dibutuhkan tubuh untuk memberi respon) lebih lama.
Respon imun sekunder terjadi pada pajanan kedua dan seterusnya,
terhadap zat asing. Antibodi yang dibentuk terutama IgG dengan
titer (jumlah) yang lebih besar dan afinitas yang lebih tinggi serta
lag phase yang singkat. Hal inilah yang dijadikan dasar vaksinasi.
Tubuh bayi yang belum pernah terpajan zat asing diberi vaksin
sehingga akan terbentuk respon imun primer. Bila suatu saat, bayi
terpajan oleh kuman (zat asing) yang sesungguhnya, maka akan
terbentuk respon imun sekunder sehingga tubuh akan lebih
banyak, lebih cepat dan lebih kuat memberantas zat asing tersebut
dan tidak menimbulkan sakit.(8,9)
2.3.2 Aspek Imunisasi
Istilah imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Padahal,
tidaklah sama. Imunisasi adalah suatu proses yang bertujuan untuk membuat
tubuh kebal terhadap suatu penyakit. Imunisasi dibagi menjadi 2 yaitu
imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif suatu tindakan yang
dengan sengaja memberikan paparan kepada tubuh akan membentuk sistem
kekebalan terhadap patogen tersebut. Imunisasi aktif sering disebut dengan
vaksinasi.(8,9)
Imunisasi pasif adalah memberikan immunoglobulin (kekebalan yang
sudah jadi) kepada tubuh seseorang sehingga dapat memberikan
perlindungan dengan segera dan cepat yang seringkali dapat terhindar dari
kematian.Hanya saja perlindungan tersebut tidaklah permanen melainkan
berlangsung beberapa minggu saja. Demikian pula cara tersebut adalah
7
mahal dan memungkinkan anak justru menjadi sakit karena secara kebetulan
atau karena suatu kecelakaan serum yang diberikan tidak bersih dan masih
mengandung kuman yang aktif.
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati,
masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah,
berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein
rekombinan. Apabila vaksin diberikan kepada seseorang akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhaddap penyakit infeksi tertentu.
Vaksinasi adalah bagian dari imunisasi. Namun, tidak semua imunisasi
adalah vaksinasi.(10,11)
8
3) Pemberian imunisasi dasar pada Campak dan BCG tidak perlu diulang
karena kekebalan yang diperoleh dapat melindungi dari paparan bibit
penyakit dalam waktu yang cukup lama(8)
9
2. Zat racun (toxin) yang telah dilemahkan (toxoid)
Vaksin jenis ini dibuat dengan mengambil zat racun dari kuman. Contoh:
tetanus toksoid dan toksoid difetri.
3. Bagian kuman tertentu atau komponen kuman yang biasanya berupa
protein khusus
Vaksin jenis ini, organism tersebut dibuat murni dan hanya komponen-
komponennya yang dimasukkan dalam vaksin, seperti kapsul polisakarida,
bagian fraksional yang masuk sub unit kuman. Contoh: Hepatitis B,
Pertusis, Tifoid vi, Pneumokokus dan Meningokokus.
10
3) Keadaan Gizi
Gizi yang kurang menyebabkan kemampuan sistem imun lemah.
Meskipun kadar immunoglobulin normal atau meningkat, namun
tidak mampu mengikat antigen dengan baik karena kekurangan
asam amino yang dibutuhkan dalam pembentukan antibodi.
4) Cara Pemberian Vaksin
Cara pemberian mempengaruhi respon yang timbul. Vaksin polio
(lewat mulut) akan menimbulkan imunitas lokal dan sistemik.
Sedangkan vaksin polio parenteral (disuntikkan) hanya
memberikan kekebalan sistemik saja.
5) Dosis Vaksin
Dosis yang terlalu sedikit akan menimbulkan respon imun yang
kurang pula. Dosis yang terlalu tinggi juga akan menghambat
sistem kekebalan yang diharapkan.
6) Frekuensi Pemberian
Jarak pemberian yang terlalu dekat, pada saat kadar antibodi masih
tinggi, maka antigen yang masuk segera dinetralkan oleh antibodi
tersebut sehingga tidak sempat merangsang sistem kekebalan.
11
Efek samping: setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil
dan merah di tempat suntikan. Setelah 2-3 minggu kemudian
pembengkakan menjadi abses kecil dan kemudian menjadi luka
dengan garis tengah ± 10 mm. luka akan sembuh sendiri dengan
meninggalkan luka parut yang kecil.(8)
2.) DPT/DT (Difteri, Pertusis dan Tetanus)
Perlindungan penyakit: difteri, pertusis dan tetanus.
Difteri adalah suatu infeksi bakteri gram positif yang menyerang
tenggorok dan dapat menyebabkan komplikasi yang fatal.
Komplikasi berupa destruksi jaringan setempat akibat adanya
selaput/membrane yang dapat menyumbat jalan napas.
Pertusis (batuk rejan) adalah infeksi bakteri pada saluran udara
yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi
pernapasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama
beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat
sehingga anak tidak dapat bernapas, makan atau minum. Pertusis
juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti kejang dan
kerusakan otak.
Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan
pada rahang serta kejang.
Waktu pemberian: jadwal untuk imunisasi rutin pada anak,
dianjurkan pemberian 5 dosis pada 2, 4, 6, 15-18 bulan dan usia 5
tahun atau saat masuk sekolah.
Kontraindikasi: riwayat anafilaksis pada pemberian vaksin
sebelumnya dan ensefalopati sesudah pemberian vaksin
sebelumnya.
Efek samping: kebanyakan bayi menderita panas pada waktu sore
hari setelah mendapatkan imunisasi DPT, tetapi panas akan turun
dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar merasa nyeri, sakit,
merah atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini tidak
berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, akan
12
sembuh sendiri. Bila gejala tersebut tidak timbul tidak perlu
diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak perlu diulang. Jika
demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri
dapat dikompres air dingin, jika demam berikan parasetamol 15
mg/kgbb setiap 3-4 jam diperlukan.(8)
3.) Polio
Perlindungan penyakit: poliomyelitis/polio (lumpuh layuh)
Waktu pemberian : vaksin polio oral diberikan pada bayi baru lahir
sebagai dosis awal, kemudian diteruskan dengan imunisasi dasar
mulai umur 2-4 bulan yang diberikan tiga dosis terpisah berturut-
turut dengan interval waktu 6-8 minggu. Yang mana pada usia 4
bulan dapat diberikan polio suntik/IPV. Imunisasi Polio tetes
diberikan 4 kali pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan
untuk mencegah lumpuh layu. Imunisasi polio suntik pun diberikan
1 kali pada usia 4 bulan agar kekebalan yang terbentuk semakin
sempurna.(8)
Kontraindikasi: demam (>38ºC), muntah atau diare, keganasan,
HIV (Human Immunodeficiency Virus).
Efek samping: diperkirakan terdapat 1 kasus poliomyelitis paralitik
yang berkaitan dengan vaksin terjadi setiap 2,5 juta dosis OPV
(Oral Polio Vaksin) yang diberikan. Risiko terjadi paling sering
pada pemberian pertama dibandingkan dengan dosis-dosis
berikutnya.
Setelah vaksinasi sebagian kecil resipien dapat mengalami gejala
pusing, diare ringan dan nyeri otot.(8)
4.) Campak
Perlindungan penyakit: campak
Penyakit campak adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus
campak yang sangat menular pada anak-anak, ditandai dengan
panas, batuk, pilek, konjungtivis dan ditemukan spesifik enantem
13
(Koplik’s spot) diikuti dengan erupsi makulopapular yang
menyeluruh.
Penyebab: campak disebabkan oleh virus campak yang termasuk
dalam family Paramyxovirus. Virus ini sensitif terhadap panas dan
sangat mudah rusak pada suhu 37ºC.
Waktu pemberian: pemberian diberikan pada umur 9 bulan, secara
subkutan, walaupun demikian dapat diberikan secara
intramuskular. Imunisasi Campak diberikan untuk mencegah
penyakit campak yang dapat mengakibatkan radang paru berat
(pneumonia), diare atau menyerang otak. Imunisasi MR diberikan
untuk mencegah penyakit campak sekaligus rubella.(8)
Efek samping: efek samping pemberian imunisasi campak berupa
demam >39,5ºC yang terjadi pada 5-15% kasus dijumpai pada hari
ke 5-6 setelah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari, ruam dapat
dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari ke 7-10 berlangsung
selama 2-4 hari dan reaksi yang berat dapat ditemukan gangguan
fungsi sistem saraf pusat seperti ensefalitis dan ensefalopati timbul
pada 30 hari setelah imunisasi.(8)
5.) Hepatitis B
Perlindungan penyakit: Hepatitis B
Waktu dan dosis pemberian: minimal diberikan sebanyak 3 kali,
imunisasi pertama diberikan segera setelah lahir, interval antara
dosis pertama dan kedua minimal 1 bulan dan dosis ketiga
merupakan penentu respon antibodi karena merupakan dosis
booster (3-6 bulan).
Efek samping: kejadian pasca imunisasi pada hepatitis B jarang
terjadi, segera setelah imunisasi dapat timbul demam yang tidak
tinggi, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan,
pembengkakan, nyeri, rasa mual dan nyeri sendi. Orang tua atau
pengasuh dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI
atau air buah), jika demam pakailah pakaian yang tipis, bekas
14
suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam
berikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3-4 jam bila diperlukan,
boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi
tersebut menjadi berat dan menetap atau jika orang tua merasa
khawatir, bawalah bayi atau anak ke dokter.(8)
2.10 Imunisasi Tepat Waktu Sebagai Pencegah PD3I (Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi)
Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif
dalam menurunkan Angka Kematian Bayi dan Balita. Dengan imunisasi,
berbagai penyakit dapat dicegah, misalnya TBC, difteri, pertusis, tetanus,
hepatitis B, poliomyelitis dan campak. Kebanykan masyarakat belum sadar
akan hal tersebut. Mereka tidak membawa bayinya untuk imunisasi karena
berbagai sebab, sehingga masih ada kemungkinan balita dapat tertular oleh
PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi).(12,13)
15
Berdasarkan data PWS (Pemantauan Wilayah Setempat), meski
cakupan semua jenis imunisasi sudah melebihi 80 persen, tetapi secara
keseluruhan belum mencapai 100 persen. Selain itu, cakupannya juga belum
merata. Menurut Dinas Kesehatan masih ada beberapa daerah yang
cakupannya di bawah 80 persen.(14,15)
Melihat data tersebut, artinya imunisasi belum menjangkau semua
sasaran. Dengan kata lain masih banyak balita yang belum terlindungi
dengan vaksin. Sehingga, bila ada kasus penyakit PD3I yang masuk di
Indonesia, maka balita yang belum lengkap imunisasinya kemungkinan
besar bisa tertular. Sedangkan untuk perlindungan menyeluruh, semua
sasaran harus mendapatkan imunisasi lengkap.(13)
Selama tahun 2007 lalu, setidaknya terdapat 22 kasus PD3I di
Indonesia. Satu diantara anak yang terkena penyakit tersebut meninggal. Ini
menunjukkan bahwa imunisasi sangat penting untuk mencegah penyakit dan
menurunkan risiko kematian pada balita. Data WHO menunjukkan bahwa
setiap tahun, setidaknya 1,7 juta anak meninggal karena penyakit yang dapat
dicegah dengan vaksin yang sudah tersedia. Untuk mencegah balita
menderita beberapa penyakit yang berbahaya, imunisasi pada bayi dan balita
harus lengkap serta diberikan sesuai jadwal.(16,17)
Pemberian imunisasi harus dilakukan secara tepat. Orang tua harus
mengetahui mengapa, kapan, dimana dan berapa kali anaknya mendapatkan
imunisasi. Orang tua juga harus mengetahui bahwa pemberian imunisasi
aman bagi anak, bahkan saat anak sedang sakit ringan, mempunyai cacat
fisik/mental atau mengalami malnutrisi (kekurangan gizi).(13,17)
16
BAB 3
METODE PENELITIAN
Karakteristik Responden
Pengetahuan, Sikap dan
Umur
Perilaku Ibu tentang
Pendidikan Imunisasi Dasar pada Balita
Pekerjaan
Sumber Informasi
17
3.5 Populasi dan Sampel
3.5.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang membawa
anaknya untuk melakukan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Alak.
3.5.2 Sampel
Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah ibu yang membawa
anaknya untuk melakukan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Alak.
Rumus jumlah sampel yang dibutuhkan untuk mengetahui proporsi:
n = Zα2 x P x Q
d2
Keterangan:
α = 0,05 Zα = 1,96 (table kurva normal)
d = akurasi 10%, = presisi = tingkat ketelitian yaitu kesalahan maksimal
yang dapat ditolerir, pada umumnya diambil 5% atau 10%
P = persentase taksiran hal yang akan diteliti atau proporsi variabel yang
diteliti, diambil dari referensi, bila tidak diketahui adalah 50%, dengan
catatan tak akan kekurangan jumlah sampel.
Q=1-P
3.5.3 Besar Sampel
n = Zα2 x P x Q
d2
n = (1,96)2 x 0,5 x 0,5
(0,1)2
Berdasarkan rumus besar sampel di atas, maka jumlah sampel
minimum yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 98 responden.
18
2. Semua ibu yang membawa anaknya untuk imunisasi di wilayah kerja
Puskesmas Alak pada 16 September- 16 Oktober 2020.
3.6.2 Kriteria Eksklusi
a. Responden yang menolak berpartisipasi dalam penelitian
19
dalam penelitian ini adalah pengetahuan responden tentang imunisasi dasar
lengkap pada balita.
Total skor untuk penilaian terhadap pengetahuan adalah 14 dan dilakukan
penilaian sebagai berikut:
a. Baik : apabila total skor perilaku ≥ nilai median
b. Kurang : total skor perilaku ˂ nilai median
3.7.6 Sikap
Sikap adalah kecenderungan yang dipelajari untuk bertingkah laku
secara konsisten terhadap seseorang, sekelompok orang atau suatu obyek. Yang
ingin diteliti adalah sikap responden terhadap imunisasi dasar lengkap pada balita.
Total skor untuk terhadap sikap adalah 9 dan dilakukan penilaian sebagai berikut:
a. Baik : apabila total skor perilaku ≥ nilai median
b. Kurang : total skor perilaku ˂ nilai median
3.7.7 Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang
untuk pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai
dan norma kelompok yang bersangkutan serta merupakan konsekuensi logis (ideal
dan normatif) dan ekstensi pengetahuan budaya atau pola pikir yang dimaksud.
Hal yang ingin diteliti adalah perilaku responden terhadap imunisasi dasar
lengkap pada balita. Total skor untuk penilaian terhadap perilaku adalah 7 dan
dilakukan penilaian sebagai berikut:
a. Baik : apabila total skor perilaku ≥ nilai median
b. Kurang : total skor perilaku ˂ nilai median
20
a. Menjelaskan kepada responden tujuan dan cara kerja
b. Meminta persetujuan responden untuk dijadikan sampel dalam
penelitian
c. Meminta responden untuk mengisi kuesioner
d. Memandu responden dalam mengisi kuesioner
21
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
22
Gambar 4.1
Wilayah Kerja Puskesmas Alak
23
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Alak menurut
golongan umur dapat dilihat pada gambar berikut :
24
B. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk dalam wilayah Kecamatan Alak juga tidak
merata. Dari 6 (enam) Kelurahan yang ada, kepadatan penduduk tertinggi
pada Kelurahan Fatufeto yaitu 9.863 jiwa/km2, dimana terdapat 4.537
penduduk yang menempati areal seluas 0,46 km2. Perbandingan kepadatan
penduduk ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah Area, dan Kepadatan Penduduk
Menurut Kelurahan di Kecamatan Alak Tahun 2109
C. Sex Ratio
Rasio jenis kelamin (sex ratio) adalah angka yang menunjukkan
banyaknya laki-laki setiap 100 orang perempuan. Pada Tabel 3, Secara
umum jumlah penduduk laki-laki di Kelurahan Namosain lebih banyak
dari pada penduduk perempuan.
Gambaran Persebaran Penduduk menurut Kelurahan dan Jenis
Kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini :
25
Jumlah Penduduk
Kecamatan Sex Ratio
Laki-laki Perempuan Total
Alak 4.148 3.841 7.989 1.08
Nunhila 1.574 1.541 3.115 1.02
Nunbaun Delha 2.357 2.297 4.654 1.03
Nunbaun Sabu 2.395 2.309 4.704 1.04
Namosain 6.243 5.856 12.099 1.07
Penkase-Oeleta 3.737 3.493 7.230 1.07
JUMLAH 20.454 19.337 39.791 1.05
Sumber : Proyeksi Penduduk, BPS Kota Kupang
26
Data kesehatan masyarakat kelurahan Alak dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 10 Penyakit Terbesar Puskesmas Rawat Jalan Bulan Mei 2020
PENKASE LUAR Total
NBS NBD NAMOSAIN ALAK NUNHILA Total
No Elemen Data OELETA WILAYAH Penderita
L P L P L P L P L P L P L P L P
Diagnosa Penyakit
sesuai Kode ICD 10
(Terlampir) **
1.
11 24 15 21 10 12 11 9 84 26 23 2 2 259 304 563
ISPA 89
2.
23 20 4 5 14 4 36 53 6 9 6 10 136 163 299
COMMON COLD 18 13
3.
11 9 5 5 10 5 5 48 46 8 12 2 5 125 128 253
FEBRIS 3
4.
18 - 2 - - 5 5 23 45 4 5 - 3 55 154
DIARE 32 99
5.
89 4 5 2 13 3 4 5 4 13 18 4 32 170 202
HIPERTENSI 63 2
6.
8 10 2 2 4 4 4 25 13 17 - - 40 73 113
GOUT ATRITIS - 32
7.
4 5 2 3 2 5 1 2 10 4 8 2 7 38 63 101
CHEPALGIA 1
8.
11 20 1 8 1 6 11 23 10 15 4 6 49 98 147
DYSPEPSIA 2 6
9.
4 4 4 4 7 11 13 4 10 16 7 45 93
DERMATITIS 5 4 5 48
10
3 5 2 6 - 8 1 3 - - 1 4 19 40 59
HIPERKOLESTROL - -
11
- 8 29 37
ISK 10 1 5 4 4 - 2 - - - - 2 2
27
11 9 5 5 3 10 5 5 48 46 8 12 2 5 125 128 253
4.
18 32 - 2 - - 5 5 45 4 5 - 3 55 99 154
DIARE 23
5.
63 89 4 5 2 3 4 5 4 13 18 2 4 32 170 202
HIPERTENSI 13
6.
8 10 2 4 4 - 4 25 32 13 17 - - 40 73
GOUT ATRITIS 2 113
7.
4 5 2 3 2 5 1 1 10 4 8 2 38 63 101
CHEPALGIA 2 7
8.
11 20 2 6 1 8 1 6 11 23 15 4 6 49 98 147
DYSPEPSIA 10
9.
4 4 4 4 7 11 13 10 16 7 48 45 93
DERMATITIS 4 5 4 5
10
3 5 2 - 8 1 3 - - - - 4 19 40 59
HIPERKOLESTROL 6 1
11
29 37
ISK - 10 1 5 4 4 - 2 - - - - 2 2 8
Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berada
pada golongan usia antara 20-40 tahun sebanyak 95 (95%) responden, sesuai
dengan target responden pada penelitian ini yaitu ibu-ibu usia produktif yang
memiliki anak balita yang diprediksikan sudah mengetahui tentang imunisasi.
Sedangkan golongan usia < 20 tahun sebanyak 1 (1%) responden dan golongan
usia > 40 tahun sebanyak 4 (4%) responden.
28
4.2.2 Pendidikan Responden
Tabel 4.8 Sebaran Responden Berdasarkan Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
Pendidikan Rendah 20 20
Pendidikan Sedang 10 10
Pendidikan Tinggi 70 70
Jumlah 100 100
Dari tabel 4.9 terlihat bahwa sebagian besar dari total responden sebanyak
90 (90%) responden berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Sebanyak 3 (3%)
responden bekerja sebagai karyawan, sebanyak 4 (4%) responden bekerja sebagai
guru dan sisanya sebanyak 3 (3%) responden memiliki pekerjaan selain yang
disebutkan.
29
Tetangga 2 2
Med. Cetak 5 5
Med. Elektronik 3 3
Jumlah 100 100
30
Tabel 4.11 Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan
Pengetahuan Responden Jumlah Persentase (%)
Baik 54 54
Buruk 46 46
Jumlah 100 100
31
Imunisasi Polio diberikan untuk 59 59 41 41
perlindungan terhadap penyakit Polio
Jadwal Imunisasi Polio 55 55 45 45
Imunisasi Campak diberikan untuk 65 65 35 35
perlindungan terhadap penyakit
Campak
Jadwal Imunisasi Campak 59 59 41 41
Dari tabel 4.12 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menjawab
salah pada pertanyaan mengenai tujuan pemberian vaksin BCG, DPT, dan
Hepatitis B, dengan masing-masing sejumlah 69%, 58%, dan 66%. Sedangkan
pada pertanyaan mengenai tujuan pemberian vaksin Polio dan Campak, sebagian
besar responden menjawab benar yaitu masing-masing 59% dan 69%. Mengenai
jadwal imunisasi dasar BCG, DPT, Polio-0, dan Campak, sebagian besar
responden menjawab benar, yaitu masing-masing sejumlah 78%, 65%, 55%, dan
59%. Sedangnkan sebagian besar responden menjawab salah pada pertanyaan
mengenai jadwal imunisasi Hepatitis B, yaitu sebanyak 70%.
Pengetahuan responden tentang imunisasi pada balita secara umum
masih tergolong buruk. Sebagian besar tidak mengetahui bahwa imunisasi BCG
diberikan untuk perlindungan penyakit tuberkulosis (TBC), imunisasi DPT
diberikan untuk perlindungan penyakit difetri, pertusis dan tetanus, serta
imunisasi Hepatitis B untuk perlindungan dari infeksi hati. Berlawanan dengan
hal tersebut, pengetahuan responden tentang jadwal imunisasi secara umum
tergolong baik. Sebagian besar responden mengetahui jadwal pemberian
imunisasi dasar BCG, DPT, Polio-0, dan Campak. Hal ini dikatakan oleh
mayoritas responden bahwa mereka memperhatikan jadwal imunisasi yang tertera
di kartu imunisasi yang sudah mereka punya.
32
lanjut, maka skor nilai sikap responden tersebut dikategorikan menjadi dua
kelompok, yaitu baik dan buruk dengan dasar kategori adalah nilai median
(karena data tidak berdistribusi normal) yaitu 8 sikap baik bila jumlah nilai skor ≥
median dan sikap buruk bila jumlah nilai skor ˂ median . Berdasarkan kategori
tersebut, maka dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
33
Pada tabel terlihat bahwa mayoritas dari total responden yaitu sebanyak 73
(73%) responden memiliki perilaku yang baik tentang pelaksanaan imunisasi,
sedangkan 27 (27%) memiliki perilaku yang buruk tentang pelaksanaan imunisasi.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas tentang gambaran pengetahuan imunisasi
yang baik dan sikap terhadap imunisasi yang cukup baik, sejalan dengan perilaku
responden yaitu memberikan imunisasi terhadap anaknya.
34
pemberian imunisasi sesuai jadwal memang penting dengan tujuan agar kadar
antibodi yang dibuat oleh tubuh cukup efektif untuk menahan serangan kuman
atau virus.
35
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Di wilayah kerja Puskesmas Alak, jumlah penduduk terbanyak pada
kelompok umur 20-24 tahun dengan jumlah presentase sebanyak 95%.
2. Dilihat dari segi pendidikan kebanyakan responden memiliki tingkat
pendidikan tinggi yaitu sebanyak 70 (70%) responden, tingkat pendidikan
rendah sebanyak 20 (20%) responden dan responden yang berpendidikan
sedang sebanyak 10 (10%) responden.
3. Dilihat dari pekerjaan, mayoritas responden hanya sebagai ibu rumah
tangga yaitu sebanyak 90 (90%) responden, karyawan sebanyak 3 (3%)
responden, guru sebanyak 4 (4%) responden dan 3 responden (3%) yang
bekerja selain pekerjaan yang disebukan.
4. Sumber informasi terbanyak dan paling berkesan adalah petugas kesehatan
yaitu sebanyak 79 (79%) responden.
5. Sebagian besar reponden memiliki pengetahuan yang baiktentang
imunisasi yaitu sebanyak 54 (54%) responden.
6. Sebagian dari total responden berdasarkan pengetahuan spesifik tujuan
pemberian vaksin Polio dan Campak, sebagian besar responden menjawab
benar yaitu masing-masing 59% dan 69%. Untuk pengetahuan spesifik
tentang jadwal imunisasi dasar BCG, DPT, Polio-0, dan Campak, sebagian
besar responden menjawab benar, yaitu masing-masing sejumlah 78%,
65%, 55%, dan 59%.
7. Sebagian dari total responden memiliki sikap yang baik tentang imunisasi
yaitu sebanyak 61 (61%) responden.
8. Sebagian besar responden memilki perilaku yang baik tentang imunisasi
yaitu sebanyak 73 (73%) responden.
36
9. Sebaran responden berdasarkan perilaku spesifik bahwa mayoritas dari
responden memiliki perilaku yang baik terhadap imunisasi sebanyak 93
(93%) responden tentang pemberian imunisasi pada anak sesuai dengan
jadwal, sebagian besar responden juga memberikan imunisasi lengkap
pada anak mereka yaitu sebanyak 89 (89%) responden dan 92 (92%)
responden menyadari tentang pentingnya pemberian imunisasi lengkap
pada anak mereka.
5.2. Saran
1. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan Puskesmas meningkatkan
program yang bersifat promotif dan preventif terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan program imunisasi pada balita.
2. Untuk petugas kesehatan setempat dapat memberikan informasi yang
bermanfaat kepada masyarakat mengenai imunisasi.
3. Bagi peneliti lain perlu penelitian lanjutan dengan mengkombinasikan
penelitian deskriptif dengan mencari hubungan untuk menggali lebih
banyak informasi mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku tentang
imunisasi pada balita.
37
DAFTAR PUSTAKA
38
32 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Tahun 2013. Jurnal Unimus
2013; 3 (2).
17. Hijani R dkk. Hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi terhadap
kelengkapan imunisasi dasar pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Dumai Kota. Artikel penelitian 2013; 2 (3).
18. Rahmawati A I, Umbul C. Faktor yang mempengaruhi kelengkapan
imunisasi dasar di Kelurahan Krembangan Utara. Jurnal Berkala
Epidemiologi 2014; 2 (1) : 59-70.
39