Julia Saphyra A - 041119111 - 5C - Tugas Tesis Topik 10 Dan 11

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

Nama: Julia Saphyra A

Kelas: 5C
NPM: 041119111
Tugas: Membuat Tesis Tiga Paragraf Mengenai Kehidupan Sosial atau
Politik pada Shame Karya Salman Rushdie

Sebagian orang rela menghalalkan segala cara demi mempertahankan karir dan mencapai
ambisi besarnya di bidang politik. Pada karya Salman Rushdie yang berjudul Shame tahun
1983, menggambarkan bagaimana Presiden Raza Hyder berjuang untuk mempertahankan
karirnya di dunia politik. Sebagai solusi dalam menghadapi rintangannya tersebut, Raza
memilih untuk mengkhianati kawannya sendiri yang bernama Iskander Harappa yang pada
saat itu menjabat sebagai perdana menteri Pakistan. Dia merencanakan kudeta terhadap
Iskander dan sukses membuat temannya lengser dari jabatannya dan tereksekusi. Selain itu,
dia juga memiliki ambisi besar yang selama itu ia impikan, yaitu menjadi seorang presiden di
Pakistan. Untuk mencapai ambisinya, Raza menggunakan suatu strategi yang biasa
digunakan oleh para politikus nakal, yaitu manipulasi. Dia mengatasnamakan Tuhannya dan
menjadikan Islam sebagai asas dalam memerintah negara Pakistan. Tujuannya adalah untuk
membuat citra diri dan tindakannya di mata orang lain (terutama rakyatnya) seolah-olah
terlihat mulia sehingga ia mampu mendapat kepercayaan dari mereka agar mereka
memilihnya sebagai pemimpin Pakistan. Setelah impiannya tersebut terwujud, dia ingin
membuat Pakistan sebagai negara yang sesuai dengan idealismenya dan memerintah negara
tersebut dengan sewenang-wenang (despotisme) karena karakter Raza sendiri identik dengan
kekejaman. Bagi sebagian orang, strategi politik yang digunakan oleh Raza merupakan
strategi yang kotor dan tidak baik dan benar secara moral. Bahkan di mata hukum dan agama,
hal tersebut merupakan hal yang tabu dan haram untuk dipraktikkan. Namun, menurut para
politikus yang haus dan gemar menyalahgunakan kekuasaan, hal itu sah-sah saja dan
merupakan strategi yang efektif dan tepat agar mereka dapat bertahan pada karir mereka dan
meraih ambisi di dunia politik. (250 kata)

Menghalalkan segala cara seperti berbuat curang, menipu, mengkhianati, memanipulasi, dan
despotisme di bidang politik merupakan hal yang lazim atau bahkan wajar dilakukan oleh
oknum seperti Raza yang berkarir di bidang tersebut. Tujuan dari tindakannya tidak lain
adalah demi mengejar keuntungan pribadi, mempertahankan karir, dan meraih atau merebut
kekuasaan dari lawan politiknya. Namun, bukan berarti hal itu selamanya menguntungkan
dirinya. Justru hal itu akan mendatangkan bumerang bagi dirinya sendiri, seperti pada
akhirnya, orang-orang (rakyat Pakistan) yang merasa dirugikan olehnya akan sadar atas
tindakan-tindakan kejamnya dan pastinya akan membalas perbuatannya terhadap mereka
dengan memberontak atau melakukan kudeta seperti apa yang dilakukannya terhadap
kawannya sendiri, Isky Harappa. Bukan hanya itu, akibat dari perilakunya sendiri ia juga
berpotensi menjadi sasaran empuk bagi lawan maupun kawannya di dunia politik untuk
ditumbangkan. Oleh sebab itu, ada baiknya untuk mempertimbangkan pro dan kontra dengan
cermat, bijak, dan teliti dari setiap keputusan yang akan dia pilih alih-alih terlalu fokus dalam
memikirkan profit apa yang akan dia dapat saat dia telah sukses mencapai kekuasaannya di
Pakistan dan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk menindas rakyat atau orang-orang
disekitarnya. Bersikap jujur juga diperlukan dalam meraih impian sebab kejujuran merupakan
modal utama seseorang dalam menuju kesuksesannya. Selain itu, melatih empati juga penting
sebab kualitas itulah yang pada hakikatnya wajib dimiliki oleh setiap pemimpin dalam
menyejahterakan kehidupan rakyatnya. Apabila ketiga hal ini mampu diterapkan oleh
pemimpin seperti Raza, maka negara dan rakyat yang dipimpinnya akan makmur serta
rakyatnya akan selalu mengenangnya sebagai pemimpin yang bajik dan bijaksana bukan
pemimpin yang lalim dan kejam. (250 kata)

Memang tidak mudah untuk menjadi pemimpin yang benar-benar lurus dan bersih secara
moral karena pemimpin juga merupakan seorang manusia di mana manusia itu sendiri
sebenarnya bukanlah makhluk yang sempurna. Selalu saja ada kekurangan yang mereka
miliki seperti karakter atau kepribadian atau watak mereka yang tidak lepas dari keserakahan,
kekejaman, kekerasan, kelalaian, kecurangan, ketidakjujuran, dan lain sebagainya.
Akibatnya, banyak pemimpin yang berkarakter buruk tersebut mudah untuk dilengserkan dari
jabatannya karena perbuatannya yang cenderung merugikan. Akan tetapi, apabila seorang
pemimpin mau berubah dengan berusaha memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka di masa
lalu, mereka pastinya bisa untuk menjadi pemimpin yang lebih baik dan benar untuk negara
dan rakyatnya. Kemungkinan untuk melakukan perubahan seperti ini tidak bisa dilakukan
secara instan karena untuk berubah pun membutuhkan jangka waktu yang panjang dan
melalui tahapan-tahapan atau proses-proses yang panjang pula. Maka dari itu, kesabaran dan
ketabahan sangat diperlukan untuk melakukannya agar dapat membuahkan hasil. Selain
kesabaran dan ketabahan, hal lain yang diperlukan untuk membantu kesuksesan dalam
revolusi kepribadian ini adalah kekonsistenan. Hal ini bertujuan untuk membuat seorang
pemimpin tersebut terbiasa dalam melakukan kebajikan terhadap rakyat dan negara yang
dipimpinnya. Jadi, kunci utama seseorang, terutama bagi seorang pemimpin, untuk menjadi
yang lebih baik dan benar adalah dengan sabar, tabah, dan konsisten sebab tidak ada cara lain
yang dapat membantu keberhasilannya dalam melakukan perubahan tersebut. Setelah dia
berhasil dalam melakukan perubahannya, maka hal terakhir yang harus dia lakukan adalah
untuk menjadikan kesalahan-kesalahan di masa lalunya sebagai pelajaran yang dapat dia
jadikan sebagai pedoman hidupnya agar dia tidak lagi mengulangi hal tersebut. (250 kata)

Anda mungkin juga menyukai